Anda di halaman 1dari 6

Studi Kasus.

JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

PERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG AKUT DE NOVO


DI INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT: STUDI KASUS

Treatment of De Novo Acute Heart Failure in ICCU: Case Study

Muhammad Zubaili1, Halimuddin2, Irfanita Nurhidayah3


1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2, 3
Bagian Keilmuan Keperawatan Gawat Darurat, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Email: halimuddin.ners@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Gagal jantung akut menyebabkan kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan darah keseluruh tubuh,
sehingga membutuhkan diagnosis dan terapi yang segera karena dapat mengancam nyawa. Gagal jantung akut
de novo adalah gagal jantung yang baru terjadi pertama kali. Studi kasus ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami gagal jantung akut de novo di ICCU. Terdapat tiga masalah
keperawatan yang menjadi fokus utama yang muncul, masalah pertama adalah penurunan curah jantung dengan
intervensi perawatan jantung akut dan terapi oksigen; kedua kelebihan volume cairan dengan intervensi
keperawatan manajemen hipervolemia, monitor cairan dan manajemen elektrolit; dan yang ketiga risiko
pendarahan dengan intervensi keperawatan pencegahan pendarahan.

Kata kunci: Asuhan keperawatan gagal jantung de novo, ADHF

ABSTRACT
Acute heart failure causes failure of the heart to distribute blood throughout the body, thus requiring prompt
diagnosis and treatment because it can be life threatening. Meanwhile, De Novo Acute Heart Failure refers to
heart failure that occurs for the first time. This case study aims to explain the nursing care provided for a patient
with De Novo Heart Failure at the ICCU. The initial examinations showed that there were three nursing
problems found. The first problem was decreased cardiac output with acute cardiac care interventions and
oxygen therapy. Then, there was an excess of fluid volume with hypervolemia management nursing plan,
monitor fluid, and electrolyte management. The third problem was the bleeding risk with a bleeding prevention
nursing interventions.

Keywords: De Novo Heart Failure Nursing Care, ADHF

156
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

PENDAHULUAN sehari-hari (Nirmalasari, 2017). Gagal


Berdasarkan data dari World Health jantung mengakibatkan kegagalan fungsi
Organisation (WHO) pada tahun 2016 pulmonal sehingga terjadi penimbunan cairan
menyatakan bahwa 17,5 juta orang di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak
meninggal diakibatkan oleh penyakit dapat berfungsi dengan maksimal dalam
kardiovaskuler, yang mewakili dari 31% memompa darah. Selain itu gagal jantung
kematian di dunia. Di negara Amerika akut sering menimbulkan gejala klinik
Serikat penyakit gagal jantung hampir terjadi orthopnea yang diakibatkan oleh kegagalan
550.000 kasus pertahun, sedangkan negara- fungsi pulmonal. Kegagalan fungsi pulmonal
negara berkembang didapatkan kasus pada gagal jantung sering diakibatkan oleh
sejumlah 400.000 sampai 700.000 per tahun adanya edema paru dan berdampak pada
(WHO, 2016). Di Indonesia prevelensi penurunan saturasi oksigen (Wijaya & Putri,
penderita penyakit jantung diperkirakan 2013).
sebesar 1,5% atau sekitar 1.017.290 orang. Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)
Sedangkan di provinsi aceh Jumlah pasien merupakan unit mandiri di RS yang secara
penyakit jantung sebesar 1,6% atau khusus memberikan pelayanan intensif
diperkirakan 41.596 orang (Kementerian terhadap pasien dengan kondisi
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). kardiovaskular akut dan kritis. Tujuan utama
Gagal jantung adalah abnormalitas perawatan di ICCU pada pasien gagal jantung
dari struktur atau fungsi jantung yang akut adalah untuk dapat dilakukannya
menyebabkan kegagalan dari jantung untuk pemantauan ketat tanda vital dan tompangan
mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. terhadap kondisi hemodinamik yang
Terdapat dua jenis persentasi gagal jantung mengalami gangguan akibat penyakit
akut, yaitu gagal jantung akut yang baru kardiovaskular.
terjadi pertama kali (de novo) dan gagal Penulisan studi kasus ini bertujuan
jantung dekompensasi akut pada gagal untuk melihat bagaimana penerapan
jantung kronis yang sebelumnya stabil perawatan pada pasien yang mengalami
(PERKI, 2020). gagal jantung akut de novo di ICCU.
Secara klinis, gagal jantung
merupakan kumpulan gejala yang kompleks GAMBARAN KASUS
dimana seseorang memiliki tampilan berupa, Pengkajian pre-arrival Ny. A
gejala gagal jantung, tanda khas gagal berumur 53 tahun masuk RS dengan keluhan
jantung dan adanya bukti objektif dari sesak napas, edema perifer ekstremitas
gangguan struktur atau fungsi jantung saat bawah. Pengkajian saat di ICCU diperoleh,
istrahat. Kondisi ini mengancam kehidupan Airway: Clear, snoring (-), gurgling(-),
dan harus ditangani dengan segera, dan cruwing (-). Breathing: spontan RR:
biasanya berujung pada hospitalisasi 25x/menit, Spo2 95%, non rebreather mask
(PERKI, 2020). Disfungsi ADHF dapat (NRM) 15 Liter. Circulation/ Cerebral
berupa sistolik maupun diastolik dan problem/ chief of complaint: TD: 103/53
abnormalitas irama jantung (Aaronson, mmHg, HR: 106x/menit, T: 36,6c, GCS: 15
2010). (compos mentis) CRT: >2 detik, Pupil
Terdapat 80% pasien yang dirawat di Isokor: 2mm/2mm, akral hangat, edema
rumah sakit mengalami dypsnea dan perifer ekstremitas bawah sinitra pitting 2,
mengatakan dypsnea mengganggu kegiatan keluhan sesak napas. Drug/diagnostik: Nacl

157
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

20 tetes/jam, heparin 500 iu, clopidogrel 75 menggunakan narasi dari hasil pengkajian,
mg/24 jam, meropenem 1 gr/8 jam, implementasi dan evaluasi.
pantoprazole 40 mg/8 jam, metil prednisolon
6 mg/12 jam, atrovastatin 40gr/hari, HASIL
furosemide 10mg/jam, codipront ekspektorat Berdasarkan hasil pengkajian fisik,
2x1, colcisin 2x1, ventolin /8jam, pulmicort observasi serta data penunjang menunjukkan
/12jam. Elektrokardiogram: sinus takhikardi 3 prioritas masalah:
dengan HR:107x/menit, Q patologis, infark Penurunan curah jantung
inferior. Hasil laboatorium rutin: hemoglobin Hasil pengkajian pasien mengeluh
13,6 g/dL, hematokrit 38%, eritrosit sesak napas, TD : 103/53 mmHg, HR:
4,7.106/mm3, trombosit 250.103/mm3, 106x/menit, RR: 25x/menit, terpasang NRM
leukosit 9,2103/mm3. Laboratorium: natrium 15L, SPO2 95%, CRT >2 detik, edema
130 mmol/dL, kalium 3,20 mmol/dL, Klorida perifer sinistra ekstremitas bawah, hasil
97 mmol/dL, kolesterol HDL 44 mg/dL, pemeriksaan gambaran EKG menunjukkan
kolesterol LDL 211 g/dL, albumin 3,38 g/dL, sinus takikardi, Q patologis, infark inferior.
asam urat 6,5 mg/dL. Equipment: Folley Penurunan curah jantug
Catheter (16), non rebreather mask (NRM) berhubungan dengan perubahan preload
15L. adalah ketidak adekuatan volume darah yang
Pengkajian komprehensif pada dipompa oleh jantung untuk memenuhi
pasien tidak terdapat nyeri dada, dan pasien kebutuhan metabolik tubuh, ditandai dengan
menyangkal memiliki riwayat hipertensi dan dispnea, edema perifer. Luaran yang
diabetes mellitus. Status neurosensori diharapkan pasien menunjukkan peningkatan
didapatkan GCS pasien 15 (composmentis), keefektifan pompa jantung, ditandai dengan
suhu tuhu 36,6̊C, dan pasien tidak memiliki distritmia tidak ada dan edema perifer tidak
masalah pada pendengaran dan penglihatan. ada. Luaran kedua adalah status sirkulasi
Status gastrointestinal didapatkan skore dengan kriteria hasil: tekanan darah normal,
penilaian nutrisi 5 yang berarti tidak perlu nadi normal, akral hangat, urin output normal
rujukan ke bagian ahli gizi. Status eliminasi dan saturasi oksigen (SPO2) dalam normal.
tampilan urin jernih, dengan produksi urin Intervensi perawatan yaitu
100 cc/jam dengan pasien terpasang kateter perawatan jantung akut. Aktivitas
ukuran 16. Integumen dan brader scale kulit keperawatan yang dilakukan monitor tanda-
utuh, warna kulit normal, tidak terdapat ruam tanda vital setiap jam, monitor distritmia
atau kemerahan dan tidak ikterik, nilai brader jantung setiap satu jam, monitor dysnea, dan
scale 18 (resiko rendah). Sehingga masalah kolaborasi pemberian terapi farmakologi
keperawatan yang menjadi fokus utama (heparin 500 iu/jam, clopidogrel 75 mg/24
adalah penurunan curah jantung, kelebihan jam, KSR 1200mg, methilprednisol 6 mg/12
volume cairan, dan risiko perdarahan. jam, atrovastatin 40 gr, codipront
Studi kasus ini di ruang ICCU yang ekspektorat, colcisin). Intervensi selanjutnya
dilakukan dari tanggal 2-4 Juni 2022, asuhan ialah terapi oksigen. Aktivitas keperawatan
keperawatan diawali dengan tahap yang dilakukan monitor saturasi osigen
pengkajian dan analisa data dengan cara setiap satu jam dan pemberian terapi oksigen
memaparkan fakta dan membandingkan NRM 15L.
dengan teori serta dituangkan ke dalam Hasil evaluasi hari ke 3 tidak adanya
pembahasan. Analisa yang diakukan perubahan yang signifikan dimana pasien

158
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

masih merasakan sesak napas, NRM 15L, Risiko perdarahan


SPO2 96%, TD: 130/67 mmHg, nadi : Hasil pengkajian pasien dalam
123x/menit, RR: 24x/menit, gambaran EKG penggunaan terapi antikoagualan/ antiplatelet
sinus takikardi dengan Q patologis infark (heparin dan clopidogrel)
inferior. Risiko perdarahan berhubungan
dengan penggunaan obat antikoagulan adalah
Kelebihan volume cairan kondisi seseorang yang rentan mengalami
Hasil pengkajian pasien mengeluh penurunan volume darah yang dapat
sesak dan edema ekstremitas bawah sinistra menganggu kesehatan yang ditandai dengan
pitting 2, SPO2 95%, hasil auskultasi lapang pasien dalam pemberian terapi obat
paru didapatkan ronkhi, intake 150 ml/jam, antikoagulan/antiplatelet (heparin dan
output 30 ml/jam. clopidogrel). Luaran yang diharapkan ialah:
Kelebihan volume cairan tingkat koagulasi, dengan kriteria hasil: tidak
berhubungan dengan gangguan mekanisme terdapat perdarahan.
regulasi adalah peningkatan volume cairan Intervensi perawatan yang diberikan
intravaskuler, intersisial dan intraselular. yaitu pencegahan pendarahan. Aktivitas
Ditandai dengan auskultasi lapang paru keperawatan yang dilakukan monitor pasien
ronkhi, edema perifer. Luaran yang resiko terjadinya tanda dan gejala pendarahan
diharapkan pada masalah kelebihan volume dan monitor adanya pendarahan pada gusi.
cairan adalah keseimbangan cairan dengan Hasil evaluasi hari ke 3 dipatkan
ditandai dengan edema perifer tidak ada dan pasien masih mendapatkan terapi
intake output normal dan serum elektrolit antikoagulan/ antipletelet (Heparin 300 iu
tidak terganggu. Luaran kedua yang dan Clopidogrel), tidak terdapat tanda-tanda
diharapkan ialah: keseimbangan elektrolit, terjadi pendarahan seperti perdarahan di gusi.
dengan kriteria hasil: distritmia tidak ada dan
tidak ada gangguan kesadaran. PEMBAHASAN
Intervensi yang diberikan yaitu Perawatan Jantung Akut
manajemen hipervolemia. Aktivitas Berdasarkan hasil evaluasi belum
keperawatan yang dilakukan monitor adanya perubahan yang signifikan dimana
frekuensi nadi dan napas, monitor dispnea, tekanan darah dalam batas normal, EKG
monitor edema, dan kolaborasi pemberian sinus takikardi. Perawatan jantung akut
diuretik (furosemide 10mg/jam). Intervensi adalah perawatan pada pasien yang baru saja
selanjutnya monitor cairan, aktivitas yang mengalami ketidakseimbangan antara suplai
dilakukan meliputi monitor intake output oksigen ke otot jantung dan seluruh tubuh
setiap jam, monitor tekanan darah dan sehingga menyebabkan gangguan fungsi
monitor luas ronkhi. Intervensi terakhir jantung. Implementasi yang telah dilakukan
manajemen elektrolit, aktivitas keperawatan pada intervensi perawatan jantung akut
yang dilakukan monitor nilai serum elektrolit adalah observasi dispnea, tekanan darah, dan
yang abnormal. pasien telah mendapatkan kolaborasi terapi
Hasil evaluasi hari ke 3 rawatan heparin. Implementasi yang diberikan yaitu
edema perifer pitting 2, auskultasi lapang kolaborasi pemberian terapi heparin yang
paru ronkhi, balance cairan +42,30cc, bertujuan untuk mencegah pembekuan darah,
natrium 146 mmol/L, kalium 3,30 mmol/L, mencegah meluasnya trombus dan emboli.
klorida 107 mmol/L Implementasi ini didukung oleh penelitian

159
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

yang dilakukan oleh Ayu, Hartawan dan positif. Manajemen cairan adalah
Aryabiantara (2018) yang mengatakan meningkatkan keseimbangan cairan dan
bahwa penderita penyakit gagal jantung akut bertujuan untuk mencegah terjadinya
memerlukan kolaborasi pemberian heparin komplikasi yang diakibatkan oleh tingkat
karena kerja heparin digunakan untuk cairan tidak normal atau tidak diinginkan.
mencegah pembekuan darah, mencegah Implementasi yang telah dilakukan pada
terbentuk dan meluasnya trombus dan manajemen cairan adalah memantau
emboli. intake dan output pasien perjam serta
Intervensi yang belum tercapai pada kolaborasi pemberian terapi diuretik:
perawatan jantung akut adalah belum
furosemide 10 mg/jam. Pemantauan
dilakukannya revaskularisasi koroner yang
balance cairan bertujuan untuk menjaga
merupakan penyebab dari masalah
penurunan curah jantung. Sehingga
keseimbangan cairan tubuh pasien,
intervensi perawatan jantung akut perlu sedangkan pemberian terapi diuretik
dilanjutkan bertujuan untuk menghilangkan natrium
yang berlebih dalam tubuh pasien dengan
Terapi Oksigen masalah gagal jantung akut (Mullens,
Berdasarkan hasil evaluasi belum Damman & Harjola, 2019).
adanya perubahan yang signifikan dimana Implementasi lainnya yang telah
pasien masih merasakan sesak napas dan dilakukan yaitu memantau suara lapang
pasien mendapatkan terapi oksigen NRM paru pasien, dimana kegagalan ventrikel
15L. Terapi oksigen adalah pemberian
kiri dalam menerima darah dari atrium
oksigen dan pemantauan terhadap
kiri, sehingga pada kondisi ini
efektivitasnya. Implementasi yang telah
dilakukan pada intervensi terapi oksigen
menyebabkan tekanan diatrium
adalah monitor saturasi oksigen perjam, dan meningkat dan mengakibatkan aliran
pemberian terapi oksigen NRM 15L.. balik darah di vena pulmonalis ke paru-
Implementasi ini didukung oleh paru karena jantung tidak mampu
penatalaksanaa gagal jantung akut PERKI menyalurkan darah dengan baik yang
(2020) yang mengatakan pasien gagal akhirnya terjadi bendungan darah di paru-
jantung akut dianjurkan untuk pemberian paru yang menimbulkan penyumbatan
terapi oksigen yang bertujuan untuk aliran pada jaringan dan alveolus paru
meningkatkan ventilasi. Posisi pasien dalam sehingga terjadi edema paru. hal tersebut
keadaan fowler dengan posisi head tilt chin
sejalan dengan manajemen edema/
lift yang bertujuan agar jalan napas tetap
kongesti paru akut pada gagal jantung
terbuka sehingga pasien yang mengalami
dispnea yang disebabkan oleh penumpukan
akut berdasarkan (PERKI, 2020).
cairan yang ada di dalam paru-paru tetap
dapat mempertahankan ventilasi yang KESIMPULAN
optimal. Masalah keperawatan yang menjadi
fokus utama pada pasien yang mengalami
Manajemen Cairan gagal jantung akut de novo yaitu penurunan
Berdasarkan hasil evaluasi dengan curah jantung, kelebihan volume cairan dan
auskultasi lapang paru ronkhi, balance cairan risiko perdarahan dengan intervensi
perawatan jantung, terapi oksigen,

160
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 3 Tahun 2022

manajemen hipervolemia, monitor cairan, Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan


dan pencengahan pendarahan. Dasar. Badan Penelitian dan
Pada perawatan pasien gagal jantung Pengembangan Kesehatan Kementrian
akut de novo yang perlu dievaluasi ialah Kesehatan Republik Indonesia
dispnea, edema perifer, memantau balance Michael., & Ramadhania, Z. M. (2017). Obat
cairan, distritmia, adanya perubahan segmen penginduksi perdarahan. Farmaka. 15(4),
ST pada elektrokardiogram, efektifan terapi 33-40
oksigen bagi pasien, suara lapang paru, dan Nirmalasari Novita. (2017). Deep Breathing
memantau adanya tanda dan gejala Exercise Dan Active Range Of Motion
pendarahan. Efektif Menurunkan Dyspnea Pada
Pasien Congestive Heart
UCAPAN TERIMAKASIH Failure.NurseLine Journal.2(2)
Ucapan terimakasih yang sebesar- Perhimpunan Dokter Spesialis
besarnya penulis tujukan kepada Kardiovaskuler Indonesia. (2020).
pembimbing dan pihak Rumah Sakit Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.
khususnya ruang ICCU yang telah membantu PERKI.
dalam menyelesaikan studi kasus dan kepada Wijaya, A. S., & Putri. (2013). KMB 1
keluarga pasien yang telah mengizinkan Keperawatan Medikal Bedah.
penulis untuk melakukan studi terhadap Yogyakarta: NuhaMedika.
kasus.

REFERENSI
Aaronson, P. I., & Ward, J. P. (2010). At
a Glance: Sistem Kardiovaskular. (R.
Estikawati, Ed., & d. J. Surapsari, Trans).
Jakarta: Penerbit Erlangga
Devi Gusti Ayu, Hartawan, Aryabiantara I,
(2018). Profil Penggunaan Antikoagulan
Pada Pasien Kardiovaskular Yang
Dirawat Di Ruang Iccu Rsup Sanglah
Periode Januari 2016- Juni 2016
Isnaeni, N.N., Puspitasari, E., 2018.
Pemberian Aktivitas Bertahap Untuk
Mengatasi Masalah Intoleransi Aktivitas
Pada Pasien Chf. J. Manaj. Asuhan
Keperawatan 2
Isrofah, I., Indriono, A., & Mushafiyah, I.
(2020). Effectiveness of Giving Sleep
Positionof Semifowler on Sleep Quality
and Oxygen Saturation in Congestive
Hearth Faillure Patients. Jurnal Ilmiah
Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.
10(4), 557-568

161

Anda mungkin juga menyukai