Anda di halaman 1dari 10

Asuhan keperawatan angina pectoris

by Maalik Ghaisan on April 18, 2017 in Kesehatan

BAB I

PENDAHULUAN

G. Patogenesis

Angina pektoris adalah timbul karena iskemik akut yang tidak menetap akibat antara ketidak
seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Beberapa keadaan yang menjadi
penyebab :

1. Faktor di luar jantung

Pada orang yang mendertita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang
begitu terbatas maka hipertensi sistemik dan pemakaian obat²tan simpatomimetik dapat
meningkatkan kebutuhan O².

2. Sklerotik Arteri Koroner

Sebagian besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap dan
di akibatkan oleh plak sklerotik yang lama atau tampa di sertai trombosis baru yang dapat
memperberat penyempitan pembulu darah koroner.

3. Agregasi Trombosit

Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga
mengakibatkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan keadaan
ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.

4. Perdarahan Plak Ateroma

Robeknya plak ateroma kedalam pembuluh lumen darah kemungkinan mendahului terbentuknya
trombus yang nantinya mengakibatakan penyempitan arteri koroner.

5. Spasme Arteri Koroner


Peningkatan kebutuahn O² miokard dan berkurangnya aliran koroner karena spasme pembuluh
darah disebutkan sebagai penyebab ATS, Spasme dapat terjadi pada arteri koroner normal
ataupun pada stenosis pembuluh darah koroner.

H. Pemeriksaan diagnostic

1. Elektrokardiogram

Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang – kadang menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang – kadang EKG
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang – kadang
EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu
serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T dapat
menjadi negatif.

2. Foto Rontgen Dada

Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang – kadang tampak adanya klasifikasi
arkus aorta.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut maka sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGO atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung
akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.

4. Uji Latihan Jasmani

Karena pada angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien
disuruh melakukan latihan dengan alattreadmill, atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai
kecepatan jantung maksimal atau submaksimal, dan selama latihan EKG dimonitor demikian
pula setelah selesai EKG terus dimonitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen
ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih – lebih bila di samping
depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan
besar pasien memang menderita angina pektoris. Di tempat yang tidak mempunyai treadmill, test
latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan
dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.

5. Penyadapan Jantung
Penyadapan jantung untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah satu pemeriksaan
yang paling penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung koroner maupun untuk
merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada pasien angina pektoris dapat dilakukan
pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif, baik untuk tujuan diagnostik untuk konfirmasi
adanya penyempitan pembuluh koroner, maupun untuk merencanakan langkah selanjutnya pada
pasien angina.

6. Diagnosa dan Diagnosa Banding

Sakit di dada dapat berasal dari berbagai struktur, termasuk di sini jantung, jaringan ikat
sekelilingnya seperti perikardium, paru – paru dan pleura. Begitu pula kelainan pembuluh darah
besar, mediatinum, esophagus dan alat tubuh di bawah diafragma seperti perut dan kantung
empedu. Kelainan meuromuskular dan muskuloskeletal di daerah tersebut juga dapat
memberikan keluhan yang sama.

I. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan
untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi
dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai
darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner transluminal perkutan
(PCTA= percutaneus transluminal coronary angioplasty).

1. Farmakologi

a. Golongan nitrat

Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut, mekanisme venanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner, eveknya langsung terhadap relaksasi
otot polos vaskular. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise pada penderita
angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.

b. Penyekat beta-adrenergik

Tujuan pemberian penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan risiko kejadian
aritmia vebtrikel yang serius. Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping
biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain :
atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.

c. Ca- antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekuensi serangan pada beberapa
bentuk angina, cara kerjanya memperbaiki spasme koroner dengan cara menghambat tonus
vasometer. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin,
isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.

d. Nitrat dan Nitrit

Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi symptom angina
pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume
ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah
terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai
nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit
adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.

2. Non Farmakologis

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain
: pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan
darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat
badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluhdarah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. W

Usia : 53 Th

Agama : Islam

Alamat : jln. Tarmidzi Kadir No. 16 Thehok Jambi

2. Alasan Masuk Rumah Sakit : karena keluhan nyeri dada yang menjalar keleher dan bahu
disertai sesak nafas.

3. Keluhan utama saat pengkajian : nyeri dada yang menjalar ke leher dan bahu

Riwayat Kesehatan saat ini :

P : nyeri dada yang menjalar ke leher dan bahu disertai sesak nafas.

Q : seperti terjepit dan terbakar

R : Bagian dada yang menjalar ke leher dan bahu

S : Skala nyeri 8

T : ± 5 Menit

4. Riwayat Kesehatan masa lalu :

§ Penyakit yang pernah diderita : hipertensi

§ Pernah dirawat : tidak pernah

§ Pernah dioperasi : tidak

§ Alergi terhadap obat, makan dll : tidak ada

§ Imunisasi : tidak ada

§ Kebiasaan merokok, alkohol, dan obat-obatan : ya

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : keluarga klien (bapak dan dua saudara klien) mempunyai
riwayat penyakit hipertensi.

6. Pemeriksaan Fisik :

Tanda-tanda vital

§ TD : 140/100 mmHg
§ N : 96 x/M

§ RR : 30 x/M

§ S : 36,50C

§ Mukosa bibir klien tampak kering dan pucat

§ Kafilarevil 4 detik

§ Ekstremitas bawah klien teraba dingin

§ Klien tampak berkeringat

7. Keadaan umum :

Penampilan : Tampak pucat

Posisi saat dikaji : Berbaring

Postur tubuh : Normal

Ekspresi wajah : Tampak pucat

Bahasa tubuh : Tidak dikaji

8. Pemeriksaan Laboratorium : -

§ Hb : 12gr%

§ Leukosit : 10.000 ml3

§ Program terapi

- Obat-obatan : Nitrogliserin, Penyekat β-adrenergik

- Diet : Tinggi Kalium Tinggi Protein

- Fisioterapi

Analisa Data

Nama Klien : Tn. W


Usia : 53 Thn

No

Data

Etiologi

Problem

DS: - Klien mengatakan nyeri dada yang

menjalar ke leher dan bahu

- klien mengatakan sesak nafas

DO: - TD : 140/100 mmHg

N : 96 x/M

S : 36,50C

Mukosa bibir klien tampak kering dan pucat

peningkatan afterload

Penurunan curah jantung

DS : Klien mengeluh nyeri dada

yang menjalar keleher dan bahu yang berlangsung selama lebih kurang setiap 30 menit sekali
dengan

durasi selama 15 menit.

DO : - Mukosa bibir klien tampak

kering dan pucat

Klien tampak banyak

Berkeringat.

Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner


Nyeri (akut)

DS : Klien mengeluh nyeri dan sesak ketika beraktivitas

DO : Klien tampak pucat dan lemah.

Klien tampak sesak nafas ketika beraktivitas

Ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dan kebutuhan

Intoleransi aktifitas

DS : klien mengatakan sering membeli obat di warung sedangkan klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi

Klien sering bertanya tentang penyakitnya

DO: klien tampak sering bertanya tentang penyakitnya

Klien tampak gelisah dan bingung

Kesalahan interpretasi

Kurangnya pengetahuan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Angina Pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksisma
nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.(Brunner & Suddarth, 2005).

Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau perasaan
tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke
jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana terjadi sakit dada yang khas, yaitu seperti
tertekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien beristirahat.
Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan mampu mengerti serta
melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau
faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada
yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Saran

Saran dari penulis yaitu diharapkan mahasiswa/I dapat mengaplikasikan tentang proses asuhan
keperawatan kepada pasien dengan penyakit angina pectoris.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture notes
kardiologi. Jakarta : Erlangga.

Kathleen, Ouimet Perrin. 2009. Understanding the essentials of critical care nurshing. London :
PEARSON
Morton, Patricia gonce & Fontaine, Dorrie K. 2009. Critical care nurshing a holistic approach.
USA: Wolters Kluwer Health

Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai