Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GADAR

DAN MANAJEMEN BENCANA

Disusun oleh :

NAMA : Irmawati Harifin

NIM : P07120316 054

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLTEKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TAHUN AKADEMIK 2017-2018


LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing institusi (CT)

( ) (
)

NIP NIP
KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian

Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel miokardium. Nyeri
angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah
abdomen (Corwin, 2009)

Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)

B. ETIOLOGI

Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang
lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang
mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi
supplai oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada
jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan
fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah
terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat.
Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam
keadaan istirahat.

C. Manifestasi Klinis

Menurut Corwin & Elizabeth (2009) manifestasi klinis dari angina pektoris adalah
sebagai berikut:

1. Nyeri seperti diperas atau ditekan di daerah pericardium atau substernum


dada, kemungkinan menyebar ke lengan, rahang, atau toraks
2. Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang setelah istirahat

3. Pada angina prinzmetal tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya


menghilang dalam 5 menit

D. Patofisiologi

Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard
atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang
karena penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi
karena proses ateroskleosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses
aterosklerosis dan spasme.

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.


Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh
sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel
pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.

Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen oksigen


menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energy. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya
penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2000), pemeriksaan diagnostik sebagai berikut:

1. Enzim/isoenzim jantung, biasanya DBM: Meningkat, menunjukan kerusakan


mikroard

2. EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada
segmen ST gelombang T menunjukan iskemia. Peninggian ST atau
penurunan lebih dari 1 mm selama nyeri tanpa abnormalitas bila bebas nyeri
menunjukan iskemia mikroard transient. Distrimia dan blok jantung juga ada.
3. Foto dada : biasanya normal : namun ilfiltrat munkin ada menunjukan
decompensasi jantung atau komplikasi paru

4. Kateterisasi jantung dengan angiografi : diindikasikan pada pasien pda


iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada
pasien pada kolesterolmia dan penyakit jantung keluarga mengalami nyeri
dada, dan pasien dengan EKG istirahat abnormal

F. Penatalaksanaan

Terapi Farmakologis
1. Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan
timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain: atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
2. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan
volume ventrikel dan tekanan arterial
Terapi Non Farmakologis

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan


oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :

a. Airway : Lidah jatuh kebelakang, Benda asing/ darah pada rongga mulut
dan

Adanya sekret

b. Breathing : Pasien sesak nafas dan cepat letih dan Pernafasan Kusmaul

c. Circulation : TD meningkat, Nadi kuat, Disritmia, Adanya peningkatan JVP,


Capillary refill > 2 detik dan Akral dingin

d. Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun

A : Allert : sadar penuh, respon bagus

V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara

P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon


thd rangsangan nyeri

U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk


bersespon thd nyeri

3. Pengkajian Sekunder

Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau


penenganan pada pemeriksaan primer.

Pemeriksaan sekunder meliputi :

a. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event

b. . Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe


c. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang

4. Pengakajian Head to toe

a. Kepala

Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan beruban, kulit kepala
kurang bersih, benjolan tidak ada, nyeri/pusing (+)

b. Mata

Ketajaman penglihatan baik, dengan visus 5/6. Alis simetris,


konjungtiva ananemis tidak ada peradangan, sklera an ikterik, pupil
bulat, anisokor, reaksi terhadap cahaya miosis refleks pupil normal.
Lapang pandang normal, keluhan sedikit pandangan berkunang-
kunang

c. Telinga

Telinga simetris kiri dan kanan warna sawo matang, tidak ada lesi dan
gangguan pendengaran. Fungsi pendengaran dengan tes rinne dan
weber normal, nyeri (-) dan klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran

d. Hidung dan sinus

Hidung klien simetris, ukuran sedang, sttruktur dalam merah muda dan
fungsi penciuman normal tidak ada pendarahan dan keluhan
penciuman

e. Mulut dan tenggorokan

Bibir merah kecoklatan dan simetris, kelembapan kurang dan bibir klien
kering, lesi tidak ada. Gigi kurang bersih dan ada caries gigi, klien tidak
memakai gigi palsu fungsi menguyah dan mengecap baik, reflek
menelan baik dan tidak ada keluhan dalam menelan
f. Leher

Tidak ada pembesaran KGB, pembesaran leher dan kelenjar tiroid (-)
kaku kuduk tidak ada, kesulitan menelan (-)

g. Thoraks

I : Bentuk simetris, pernapasan dalam dan cepat dengan RR


30x/menit, ekspansi paru kiri dan kanan sama

P : Tactil fremitus seimbang kiri dan kanan, benjolan (-)

P : Sonor

A: Vesikuler, whezing (-), ronchi (-)

h. kardiovaskuler

I : Iktus cordis tidak terlihat

P : Iktus cordis teraba pada ICS ke 5, Nadi 110x/menit, TD 130/90


mmHg

P : Redup pada ICS ke 2-5

A: BJ I (Lup saat berkontraksi) dan BJ II (dup saat relaksasi), tidak ada


bunyi mur-mur dan gallop

i. Abdomen

I : Tidak ada benjolan pada perut, tampak simetris warna kulit sawo
matang asites (-)

A: Bising usus 5 x/menit

P : Nyeri tekan (-), tidak teraba benjolan

P : Tympani
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium

2. Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi

3. Cemas b.d. Rasa takut akan kematiaan

C. Rencana Keperawatan

Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium

NOC: Tingkat nyeri, Nyeri terkontrol danTingkat kenyamanan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien dapat :

1. Mengontrol nyeri, dengan indikator :

a. Mengenal faktor-faktor penyebab

b. Mengenal onset nyeri

c. Tindakan pertolongan non farmakolog

d. Menggunakan analgetik

e. Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan.

f. Nyeri terkontrol

2. Tindakan
a. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien sebelumnya.
d. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
e. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
f. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
g. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
i. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.

Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi


NOC : Cardiac Pump effectiveness

Kriteria Hasil:

a. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

d. Tidak ada penurunan kesadaran

Cardiac Care

a. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)

b. Catat adanya disritmia jantun

c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

d. Monitor status kardiovaskuler

e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

f. onitor abdomen sebagai indicator penurunan perfus

g. Monitor balance cairan

h. Monitor adanya perubahan tekanan darah


Cemas b.d. Rasa takut akan kematiaan

NOC :

Anxiety control

Coping

Kriteria Hasil :

a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk


mengontol cemas

c. Vital sign dalam batas normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas


menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan

b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

f. Dengarkan dengan penuh perhatian

g. Identifikasi tingkat kecemasan

h. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan


C. Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi di atas

D. Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi diharapkan masalah-masalah


keperawatan pada dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada 11


Maret 2012)

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

SOP POSISI SEMI FOWLER


Definisi :

Posisi semi fowler adalah posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan
dada setinggi 15-450 tanpa fleksi lutut.

Posisi fowler adalah posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan dada
setinggi 75-900 tanpa fleksi lutut.

Tujuan :

1. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dan kardiovaskular serta


pasien lumpuh.
2. Melakukan aktivitas tertentu

Indikasi :

Pasien dengan penyakit jantung,asma,dan pada pasien lumpuh.

Kontra indikasi :

Pada pasien refraktur.


Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Bina hubungan saling percaya
3. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
4. Menjelaskan tujuan
5. Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
6. Menyepakati waktu yang akan di gunakan.

Persiapan alat :

1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Footboard (bantalan kaki)
5. Sarung tangan (jika diperlukan)
Prosedur Tindakan

Tahap pre interaksi

1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi

1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi


2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga Menjelaskan
tentang kerahasiaan

Tahap Kerja

1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika diperlukan.


2. Minta klien untuk menfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.
3. Naikkan kepala tempat tidur 15-450 untuk semi fowler dan 75-900 untuk
fowler.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah
disana.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien.
6. Letakkan bantal dibawah kaki,mulai dari lutut sampai tumit.
7. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam keadaan
fleksi.
8. Letakkan trochanter roll (gulungan handuk) di samping masing-masing paha.
9. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan jika klien memiliki
kelemahan pada kedua tangan tersebut.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
12. Dokumentasikan tindakan.

Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai