Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM KARDIOVASKUER (ACS UAP)


KEPADA NY. R RUANG TERATAI RS DUSTIRA

Oleh :
Hanisya Satio Anjani
2250321052

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2022

Rumah Sakit Tanggal: Nilai: Tanggal: Nilai: Rata-Rata

Paraf CI: Paraf Dosen:


A. Konsep Radikulopati Lumbar
1. Definisi
Angina tidak stabil adalah suatu kondisi di mana jantung anda tidak
mendapatkan aliran darah dan oksigen yang cukup. Ini dapat menyebabkan
serangan jantung. Angina adalah jenis ketidaknyamanan dada yang disebabkan
oleh aliran darah yang buruk melalui pembuluh darah (pembuluh koroner) otot
jantung (miokardium).
2. Etiologi

Penyakit arteri koroner akibat aterosklerosis adalah penyebab paling


umum dari angina tidak stabil. Aterosklerosis adalah penumpukan bahan lemak,
yang disebut plak, di sepanjang dinding arteri. Hal ini menyebabkan arteri
menjadi menyempit dan kurang fleksibel. Penyempitan dapat mengurangi aliran
darah ke jantung, menyebabkan nyeri dada.
Orang dengan angina tidak stabil berisiko lebih tinggi mengalami serangan
jantung. Penyebab angina yang jarang adalah:
Fungsi abnormal arteri cabang kecil tanpa penyempitan arteri yang lebih besar
(disebut disfungsi mikrovaskular atau Sindrom X)
Spasme arteri koroner
Faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi:

a. Diabetes
b. Riwayat keluarga penyakit jantung koroner dini (kerabat dekat seperti
saudara kandung atau orang tua memiliki penyakit jantung sebelum usia
55 tahun pada pria atau sebelum usia 65 tahun pada wanita)
c. Tekanan darah tinggi
d. Kolesterol LDL tinggi
e. Kolesterol HDL rendah
f. Jenis kelamin laki-laki
g. Gaya hidup menetap (tidak cukup berolahraga)
h. Kegemukan
i. Usia yang lebih tua
j. Merokok

3. Manifestasi Klinis
Gejala angina mungkin termasuk:

Nyeri dada yang mungkin juga Anda rasakan di bahu, lengan, rahang,
leher, punggung, atau area lainnya. Ketidaknyamanan yang terasa seperti sesak,
diremas, diremas, terbakar, tersedak, atau sakit. Ketidaknyamanan yang terjadi
saat istirahat dan tidak mudah hilang saat minum obat, Sesak napas, Berkeringat.
Dengan angina stabil, nyeri dada atau gejala lain hanya terjadi dengan sejumlah
aktivitas atau stres. Rasa sakit tidak terjadi lebih sering atau memburuk dari
waktu ke waktu.
Angina tidak stabil adalah nyeri dada yang tiba-tiba dan sering memburuk
dalam waktu singkat. Anda mungkin mengalami angina tidak stabil jika nyeri
dada:
a. Mulai terasa berbeda, lebih parah, datang lebih sering, atau terjadi dengan
aktivitas yang lebih sedikit atau saat Anda sedang istirahat
b. Berlangsung lebih lama dari 15 hingga 20 menit
c. Terjadi tanpa sebab (misalnya, saat Anda tidur atau duduk dengan tenang)
d. Tidak merespon dengan baik obat yang disebut nitrogliserin (terutama jika
obat ini bekerja untuk meredakan nyeri dada di masa lalu)
e. Terjadi dengan penurunan tekanan darah atau sesak napas
f. Angina tidak stabil adalah tanda peringatan bahwa serangan jantung akan
segera terjadi dan perlu segera diobati. Temui penyedia layanan kesehatan
Anda jika Anda memiliki jenis nyeri dada.

4. Patofisiologi

Penurunan
Suatu Penyebb suplay O2 ke
Iskemia
(Etiologi) jantung;
Jantung
pengingkatan
(Jantung
kebutuhan O2
kekurang O2)
jantung

1. Sindrom
Koroner akut Jantung berusaha
2. Emosi menggunakan jalur
lain non oksigen untuk
3. Aktivitas fisik
tetap mendapatkan
4. Hipertensi energi.(mekanisme
Angina Pectoris
(nyeri dada)

Menghasilkan
produk sisa
Peningkatan
derajat
keasaman otot
jantung

Angina Pektoris biasanya terjadi ketika kebutuhan oksigen melebihi suplai


oksigen di ikardium. Kondisi patologis yang mendasari ketidakeimbbangan ini
adalah adanya ateroklorosis pada satu atau lebih arteri coroner epicardial
( pembuluh konsuktansi). Pada pasien dengan angina stabil kronis, stenosis arteri
koronr yang paling banyak adalah melebihi 70%. Penurunan linear dla aliran
darah coroner terjadi jika plak menempati lebih dari 80% lumen arteri. Pada titik
ini, penurunan aliran darah tidak sessuai dengan ukuran plak. Aliran darah yang
terganggu dengan lesi aterosklerotik mungkin dipengaruhi oleh disfungsi
vasomotor menyebabkan vasokonstiksi abnormal dan mengakibatkan
berkurangnya suplai darah. Secara fungsional, aliran darah koronr tidak ada
Ketika lesi menyumbat lebih dari 95% dari lumen pembuluh darah.

5. Data Penunjang

Penyedia layanan akan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa


tekanan darah Anda. Penyedia mungkin mendengar suara abnormal, seperti
murmur jantung atau detak jantung tidak teratur, saat mendengarkan dada Anda
dengan stetoskop.
Tes untuk angina meliputi:

a. Tes darah untuk menunjukkan apakah Anda memiliki kerusakan jaringan

jantung atau berisiko tinggi terkena serangan jantung, termasuk troponin I

dan T-00745, creatine phosphokinase (CPK), dan mioglobin.

b. EKG.

c. Ekokardiografi.

d. Tes stres, seperti tes toleransi latihan (tes stres atau tes treadmill), tes stres

nuklir, atau ekokardiogram stres.

e. Angiografi koroner. Tes ini melibatkan pengambilan gambar arteri jantung

menggunakan sinar-x dan pewarna. Ini adalah tes paling langsung untuk

mendiagnosis penyempitan arteri jantung dan menemukan gumpalan.

B. Pemeriksaan Fisik Keperawatan

1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien dan identitas wali klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat golongan darah
b. Identitas Penanggung Jawab
nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, dan hubugan
2. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan utama Saat MRS

Pasien mengeluh nyeri dibagian atas bokong dan menjalar hingga ujung kaki

b. Keluhan Utama saat Pengkajian

Pasien mengeluh nyeri dibagian atas bokong dan menjalar hingga ujung kaki.

3. DIGNOSA MEDIS

Arthery Coronary Syndrom Unstable Angina

4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pada klien arthery coronary syndrom klien akan merasakan
nyeri pada dada kiri yang menjalar hingga pundak kiri dengan skala dapat hingga
7 sehingga mengganggu kenyamanan, terdapat sesak, klien juga dapat merasakan
nyeri pada tekan pada ulu hati sehingga penyakit ini kadang disanfka sebagai
penyakit lambung
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Biasanya pada klien radikulopati lumbar memiliki gejala seperti: Klien
mengatakan bahwa ini kedua kalinya pasien di diagnosa radikulapati Lumbar
sebelumnya pernah di 3 bulan yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan apakah di kelurga klien mempunyai penyakit yang serupa
tau tidak, karena terkadang suatu penyakit dipengaruhi genitas.

5. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


a. Pola Aktivitas Sehari-sehari (ADL) terdiri dari :
Intake Nutrisi : Frekuensi, Jenis, Porsi, Pantangan, Keluhan
Intake Cairan: Frekuensi, Jenis, Porsi, Pantangan, Keluhan
Eliminsi fecal : Frekuensi, Konsistens, Keluhan
Eliminsi urine: Frekuensi, Warna, Keluhan
Istirahat dan Tidur: Kuantitas, Kualitas, Keluhan
Personal Hygiene: Mandi, Keramas, Gosok gigi, Kebersihan Kuku, Keluhan
Pola Aktivitas: Olahraga, Reakreasi
b. Riwayat Psikologi
1) Status Emosi
Biasanya orang yang memiliki riwayat uapa kan merasa nyeri hebat sehingga
membuat mereka depresi akan nyeri nya.. Ekspresi klien stabil, afek klien datar(+/-).
2) Gaya Komunikasi
Apakah klien terbuka, aktif dalam berbicara
3) Dampak dirawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien dirawat di RS
c. Riwayat Sosial

Apakah klien aktif dalam kegiatan masyarakat atau tidak

d. Riwayat Spiritual

Apakah kebutuhan beribadah terpenuhi atau tidak.

6. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum

Keadaan GCS, Orientasi

2. Pemeriksaan Tanda-tanda vital

Terdiri dari: Tekanan Darah (TD), Nadi, Suhu, Repiratory Rate (RR), TB, BB

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata

Untuk melihat : Kedua mata simetris atau tidak, tidak ada edema, bulu mata tidak
rontok,, konjugtiva merah, sclera putih redup,reaksi pupil normal, warna kornea
bening.

b. Hidung

Hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lendir,
tidak ada lesi, polip (-), passage udara (-).
c. Mulut

Untuk melihat : Warna lidah pink kemerahan, terdapat caries, tidak ada perdarahan
dan abses, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, sariawan (-).

d. Telinga

Untuk melihat : bentuk dan ukuran telinga simetris, tidak ada nyeri tekan atau
kemerahan di tulang mastoid, tidak ada serumen.

4. Pemeriksaan Kepalaa, Dan Leher

a. Kepala

Untuk melihat : Bentuk kepala lonjong atau dolicephalus, kesimetrisan (+/-), tidak
ada lesi, cyaanosis, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri tekan.

b. Leher

Untuk melihat : Bentuk leher simetris, hidrochepalus (-/+), nyeri tekan, (-/+),
pembesaran kelenjar tiroid (-/+), pembesaran vena jugularis (+).

5. Pemeriksaan Thoraks Dada


a. Pemeriksaan Paru

Untuk melihat : Bentuk thoraks normal, susunan ruas tulang belakang normal,
bentuk dada normal, tidak ada lesi, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada
batuk, vocal fremitus sama, suara paru resonan, tidak terdengar suara tambahan,
terdapat keluhaan sesak

b. Pemeriksan Jantung

Biasanya pada klien dengan digaosa UAP akan memiliki tanda bunyi jantung
tambahan S3 murmur, vena jugularis terlihat, terdapat pembesasan miokardium,

6. Pemeriksaan Abdomen

Bentuk abdomen sedikit berisi, bayangan pembuluh vena (-/+), bisisng usus 5x /
menit, hepar tidak membesar, tidak ada nyeri tekan, ginjal tidak teraba, terdapat nyeri
ulu hati atau seperti nyeri penyakit lambbung

7. Pemeriksaan Genetalia
Untuk melihat: Klien tidak ada keluhan mengenai genitalia

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang

Untuk melihat : Tidak ada kelainan punggung tulang belakang, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada fraktur

9. Pemeriksaan Ekstermitas/ Muskuloskeletal


Tidak ada fraktur, hanya saja adan tersa lemas

5 5
5 5

10. Pemeriksaan fungsi Pendengaran / Penciuman/ Tennggorokan


Untuk melihat: Tes bisik dan tes dengar arloji terdengar, klien dapat mencium bau
minyak kayu putih, tidak ada nyeri menelan dan tidak Nampak tonsil.
11. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasglow Coma Scale)
Kesadaran composmentis dengan nilai,Membuka mata, Menilai respon verbal.
Menilai respon motorik
b. Mememeriksa tanda-tanda rangsangan otak

Penigkatan suhu tubuh (-/+), kaku kuduk (-/+), mual dan muntah (-/+),kejang
(-/+), peningkatan ksadaran (-/+).

c. Memeriksa nervus cranialis dengan contoh:


Nervus 1 Olfactorius (Penciuman): klien dapt mencium sesutu yng romtik seperti
minyak kayu putih dengan menutup mata.
Nervus II Optikus (Penglihatan): test lapang pandang normal, ketajaman
penglihatan klien baik.
Nervus III Occolomotor (gerak mata/ fungsi motorik mata): dapat membuka
kelopak mata, reflek mata baik,
nervus IV Trochlearis dan VI abducent (fungsi mata) motoric mata baik dapat
melihat kanan kiri atas bawah
Nervus V Trigeminus (Pergerakan rahang) klien dapat menggerakan rahang
keatas dan kebawah.
Nervus VII Facialis (muka) sensorik lidah baik dapat tersenyum, bentuk muka
simetris
Nervus VIII vesti bulocochloeris (fungsi pendengaran) klien dapat mendengar
suara jam tangan dan bisikan
Nervus IX Glossophariyngeus (fungsi pencernaan) refleks gag refleks (+)
Nervus X Nervus Vagus ( fungsi pencernaan) cita rasa lidah normal, menelan dan
minum normal
Nervus XI nerfus hypoglossus ( fungsi pencernaan) lidah digerakkan ke kanan
kiri terdapat deviasi.
Nervus XII Assesorius pegerakan kepala (memutar) normal
d. Fungsi motorik

Ukuran otot simetris/ tidak

e. Memeriksa fungsi sensorik, dapat merasakan benda tumpul, tajam dan sensasi
panas
f. Keluhan terdapat nyeri dibagian lumbar tulang belakang
12. Pemeriksaan Kulit/ Integumen
a. Integument Kulit (-/+)
Tidak ada lesi, jaringan parut, warna kulit cokelat, tidak ada nodul, ulkus.
b. Pemeriksaan Rambut (-/+)
Rambut tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada lesi.
c. Pemeriksaan Kuku (-/+), Kuku besih

D. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung berhubunga dengan Perubahan irama jantung
dibuktikan dengan mumur jantung, edema, sistensi vena jugularis, lelah, dispnea,
pulmonary cascular, cardic index menurun (D. 0008).
b. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis dibuktikan dengan iskemik,
mengeluh nyeri, pola napas berubah (D. 0077).
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan
mengeluh tidak nyaman, gelisah,mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks
(D.0074)
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan pola nafas (D.0005)

2. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa PERENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Penurunan Curah Setelah dilakukan Perawatan jantung Akut
Jantung b.d tindakan
Observasi
Perubahan irama keperawatan 3x24
 Identifikasi karakteristik nyeri dada
jantung (D. 0008). jam diharapkan
(meliputi faktor pemicu dan pereda,
curah jantung kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi,
dan frekuensi)
( L .02008
 Monitor EKG 12 sadapan untuk
) meningkat dengan perubahan ST dan T
 Monitor aritmia (kelainan irama dan
kriteria hasil :
frekuensi)
- Lelah  Monitor elektrolit yang dapat
meningkatkan risiko aritmia (mis.
menurun
kalium, magnesium serum)
- Dispnea  Monitor enzim jantung (mis. CK,
CK-MB, Troponin T, Troponin I)
menurun
 Monitor saturasi oksigen
- Murmur  Identifikasi stratifikasi pada sindrom
koroner akut (mis. skor TIMI, Killip,
jantung
Crusade)
menurun
Terapeutik

 Pertahankan tirah baring minimal 12


jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stress
 Sediakan lingkungan yang kondusif
untuk beristirahat dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi koroner
perkuatan, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan
spiritual

Edukasi

 Anjurkan segera melaporkan nyeri


dada
 Anjurkan menghindari manuver
valsava (mis. mengedan saat BAB
atau batuk)
 Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
 Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiplatelet,


jika perlu
 Kolaborasi pemberian anti
antiangina (mis. nitrogen, beta
blocker, calcium channel blocker)
 Kolaborasi pemberian morfin, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian inotropik, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian obat untuk
mencegah manuver Valsava (mis.
pelunak tinja, antiemetik)
 Kolaborasi pencegahan trombus
dengan antikoagulan, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada,
jika perlu

2. Nyeri akut b.d Setelah diakukan Observasi


pencedera tindakan
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis (D. keperawatan 3x24 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
0077). jam diharapkan nyeri
 Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri  Identifikasi respon nyeri non verbal
(L.08066) Menurun  Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
dengan kriteria  Identifikasi pengetahuan dan
hasil: keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
1. Keluhan
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri kualitas hidup
Menurun  Monitor keberhasilan terapi
2. Meringis komplementer yang sudah diberikan
Menurun  Monitor efek samping penggunaan
3. Sikap  analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresure, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab periode dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

3. Gangguan rasa Setelah diakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


tindakan
nyaman
keperawatan 3x24 Observasi
berhubungan jam diharapkan
Status Kenyamanan  Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan gejala
(L.08064) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
penyakit meningkat dengan nyeri
dibuktikan dengan kriteria hasil:  Identifikasi skala nyeri
mengeluh tidak  Identifikasi respon nyeri non verbal
- Psikologis  Identifikasi faktor yang memperberat
nyaman, meningkat dan memperingan nyeri
- Dukungan  Identifikasi pengetahuan dan
gelisah,mengeluh
sosial dari keyakinan tentang nyeri
sulit tidur, tidak keluarga  Identifikasi pengaruh budaya
Meningkat terhadap respon nyeri
mampu rileks
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
(D.0074). - Rileks kualitas hidup
meningkat  Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresure, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab periode dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
4. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tindakan 2x24 jam
efektif b.d
diharapkan Pola Observasi
hambatan pola Napas (L.01004)
B. Monitor pola napas (frekuensi,
nafas
menurun dengan kedalaman, usaha napas)
kriteria hasil: C. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
gurgiling, mengi, wheezing, ronkhi
- Ventilasi kering)
semenit D. Monitor sputum (jumlah, warna,
meningkat aroma)

- Frekuensi Terapeutik
napas
- Pertahanan kepatenan jalan napas
dengan head-tift dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan Semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan proses McGill
- Berikan Oksigen, Jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000


ml/hari, Jika tidak komtraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, Jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indokator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indokator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indokator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indokator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Khairani, Astrid Feinisa dkk. (2020) Lumbar Radiculopathy: a Descriptive Study on Red Flag
and Neurologic Symptoms in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung.
Bandung: UNPAD.

Anda mungkin juga menyukai