Anda di halaman 1dari 8

B.

ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Angina Pectoris
Seorang laki-laki usia 58 tahun dirawat di ruang kardio dengan keluhan nyeri
dada sebelah kiri. Hasil pengkajian, nyeri menyebar ke lengan kiri, leher,
rahang, mual, ektermitas dingin, napas pendek, BB 80kg, TB 160cm, TD
160/100mmHg, frekuensi nadi 102x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu
35,8 C.
1. Karakteristik Nyeri Dada Pada Pasien Angina Pectoris
Nyeri dada angina memiliki karakteristik khas (tipikal) yaitu:
a. Kualitas : rasa tidak nyaman, sensasi berat seperti ditekan, ditindih,
diremas, tercekik
b. Lokasi : di belakang tulang dada dan dapat dijalarkan ke leher, bahu dan
lengan (terutama sisi dalam lengan bawah dan tangan). Nyeri juga dapat
berasal dari dan dijalarkan ke punggung, area antar tulang belikat, leher,
rahang, gigi, dan ulu hati
c. Durasi : 2 – 5 menit
d. Pencetus : kelelahan fisik (aktivitas fisik berlebih, hubungan seksual),
emosi (stres, marah, takut, frustasi), kadang-kadang dapat dicetuskan oleh
udara dingin
e. Pereda : istirahat, konsumsi obat (golongan nitrat)
f. Derajat nyeri tidak dipengaruhi oleh batuk, pola pernapasan, dan
perubahan posisi tubuh. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada kelompok
populasi tertentu (wanita, penderita diabetes, dan lansia), angina pectoris
seringkali tidak menunjukkan karakteristik khasnya.
Keluhan utama APS adalah nyeri dada stabil, karakteristik nyeri dada pada
APS dibagi atas angina tipikal, angina atipikal dan nyeri dada non-angina.
Angina tipikal didefinisikan sebagai nyeri dada yang memenuhi ketiga
Karakteristik berikut:
a. Rasa tidak nyaman pada substernal dada dengan kualitas dan durasi
tertentu
b. Diprovokasi oleh aktivitas fisik dan stres emosional
c. Hilang setelah beberapa menit istirahat dan atau dengan nitrat Angina
atipikal memiliki dua dari tiga karakter di atas, nyeri dada non-anginal
hanya memiliki satu atau tidak memiliki satu pun dari ketiganya.
Angina atipikal dapat memiliki karakteristik dan lokasi yang sama dengan
angina tipikal, juga responsif terhadap nitrat, namun tidak memiliki faktor
pencetus. Nyeri seringkali dimulai saat istirahat dari intensitas rendah,
meningkat secara gradual, menetap maksimal hingga 15 menit, kemudian
berkurang intensitasnya. Gambaran karakteristik ini harus mengingatkan
klinisi pada kemungkinan vasospasme koroner. Gejala angina atipikal lainnya
adalah nyeri dada dengan lokasi dan kualitas angina, yang dicetuskan oleh
aktivitas dan tidak berpengaruh terhadap nitrat. Gejala ini seringkali timbul
pada pasien dengan angina mikrovaskular.
Nyeri dada non-angina memiliki karakteristik kualitas yang rendah,
meliputi sebagian kecil hemithorax kanan atau kiri, bertahan selama beberapa
jam atau bahkan hari. Nyeri non-angina ini biasanya tidak hilang dengan
nitrat. Penyebab non-kardiak harus dievaluasi pada kasus-kasus ini.
Klasifikasi The Canadian Cardiovascular Society digunakan untuk menilai
derajat severitas angina stabil (Tabel 2). Penting untuk diingat bahwa sistem
nilai ini secara eksplisit memperlihatkan bahwa nyeri pada saat istirahat (rest
pain) dapat muncul pada semua kelas sebagai manifestasi vasospasme
koroner. Kriteria kelas ini menunjukkan keterbatasan aktivitas maksimum
harian pasien.
Tabel 2 Klasifikasi Derajat Angina pada APS berdasarkan Canadian
Cardiovascular Society
Kelas I Aktivitas biasa tidak menyebabkan angina, seperti
berjalan atau naik tangga. Angina muncul dengan
mengejan atau aktivitas cepat dan lama saat bekerja
atau olahraga.
Kelas II Sedikit pembatasan pada aktivitas biasa. Angina saat
berjalan cepat atau naik tangga, berjalan atau naik
tangga setelah makan atau pada cuaca dingin, angina
pada stress emosional, atau hanya beberapa jam setelah
bangun tidur. Berjalan lebih dari dua blok atau
menanjak lebih dari satu tangga pada kecepatan dan
kondisi norma.
Kelas III Pembatasan yang jelas pada aktivitas fisik biasa.
Angina muncul saat berjalan satu atau dua blok, naik
satu lantai pada kondisi dan kecepatan normal.
Kelas IV Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa
rasa tidak nyaman, angina dapat timbul saat istirahat.

2. Pengkajian Fokus
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Merdeka wetan no.19, Bandung
Diagnosa Medis : Angina Pectoris
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri.
b. Riwayat Penyakit : Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Hasil
Sekarang pengkajian, nyeri menyebar ke lengan kiri,
leher, rahang, mual, ektermitas dingin, napas
pendek
c. Riwayat Penyakit : Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
Dahulu sama sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit : Tidak ada keluarga pasien yang memiliki
Keluarga penyakit yang sama dengan pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Berat Badan : 80kg
Tinggi Badan : 160cm
Tanda-tanda Vital
TD : 160/100mmHg
Frekuensi Nadi : 102x/menit
Frekuensi Napas : 18x/menit
Suhu : 35,8 C
2) Pemeriksaan Dada
Palpasi : Nyeri menyebar ke lengan kiri, leher, rahang
Inspeksi : Napas pendek.
3) Pemeriksaan Ektermitas
Palpasi : Teraba dingin
4) Pemeriksaan Pencernaan
Inspeksi : Mual
c. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi
3. Patofisiologi dan pathway
a. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya  angina pectoris didasarkan ketidak kuatan suplay
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (arteri osklerosis koroner). Tidak diketahui
secara pasti apa penyebab aterioklerosis ,namun jelas bahwa tidak ada factor
tunggal yang bertanggung jawab atas perkembangan ateriosklerosis,
aterioklerosis merupakan penyakit arteri coroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen akan meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri arteri korone mengalamai
kekakuan atau menyempit akibat ateriklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
eskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi nitrat oksida
yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul
spasma coroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen
ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala
yang begitu nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari
75% serta dipicu dengan aktivitas berlebihan maka suplai darah ke koroner
akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam
laktat yang menurunkan ph miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila
kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi
adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan
asam laktat nyeri angina pectoris akan mereda.
b. Pathway

Beban kerja jantung meningkat

Arteri koroner tak mampu berdilatasi

Tidak mampu mengalirkan darah dan


O2 adekuat ke jantung

Iskemik
Perubahan perfusi jaringan Terjadinya metaboisme anaerob

O2 dalam darah menurun Asam laktat

Hipoksia
Nyeri dada

Kelemahan Nyeri akut

Intoleransi aktivitas

c. Analisis data

No Data Klien Etologi Masalah


1 Ds : Klien mengatakan Iskemik Nyeri akut
nyeri dada pada bagian
dada kiri Terjadinya
metaboisme anaerob
Do : Klien tampak Pucat,
TD 160/100 mmHg, HR Asam laktat
102x/menit, frekuensi
napas 18x/menit. Nyeri dada

Nyeri akut

2 Ds : klien mengeluh nyeri Perubahan perfusi Intoleransi aktivitas


dada karena napas pendek jaringan

Do : Klien tampak lelah, O2 dalam darah


nafas pendek menurun
RR 18x/menit Hr 160/100
mmHg, suhu 35,8℃ Hipoksia

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

4. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot

Anda mungkin juga menyukai