Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“Unstable Angina Pectoris (UAP)”

Oleh :

Marwani, S.Kep
NIM: 70900121016

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XX


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I

TINJAUAN TEORI

1. Tinjauan Pustaka

A. Defenisi

Secara harfiah angina pektoris (biasanya disebut sebagai angine) berarti “nyeri
dada”. Angina terjadi secara tiba – tiba ketika beraktivitasberat mengharuskan arteri
meningkatkan suplai darah ke jantung. Arteri yang menyempit atau obstruksi tidak
dapat memberikan suplai yang diperlukan. Akibatnya otot jantung terbebani (Rosdahl
& Kowalski, 2017).

Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode atau
tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai
oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen
jantung meningkat (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016).

Angina pektoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada
atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koronaria. Pasien dapat
menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas, berat, atau nyeri
(Morton, D, C, &B, 2013).

Unstable Angina Pectoris adalah nyeri dada atau ketidak nyamanan yang
disebabkan oleh penyakit arteri coroner yang menggambarkan sensasi seperti ditekan,
diremas, atau seperti ditusuk-tusuk dibagian dada. Unstable Angina Pectoris
disebabkan oleh iskemia miokardium reversible dan semestara yang dicetuskan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen
miokardium yang berasal dri penyempitan asterosklerosis arteri koroner. (Majid, 2014)

B. Etiologi

Beberapa penyebab angina pektoris menurut (Reny Yuli Aspiani, 2016), yaitu:

1) Faktor penyebab

a) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor: faktor
pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor sirkulasi: hipotensi,
stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor darah: anemia, hipoksemia, dan
polisitemia.

b) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan terlalu
banyak, anemi

c) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh kerusakan


miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik.
2) Faktor predisposisi
a) Dapat diubah (dimodifikasi): diet (hiperlipidemia), merokok, hipertensi, obesitas,
kurang aktivitas, diabetes mellitus, pemakaian kontrasepsi oral.
b) Tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, hereditas.
3) Faktor pencetus serangan
a) Emosi atau berbagai emosi akibat sesuatu situasi yang menegangkan,
mengakibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan
meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga
meningkat.
b) Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
c) Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung (pada
jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuatnyeri
angina semakin buruk).
d) Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan
tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Unstable Angina Pectoris menurut Canadian Cardiovaskuler
Society Classification System

Kelas Definisi

I Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti berjalan, menaiki


tangga. Angina terjadi dengan aktivitas fisik yang berat, cepat atau lama
pada saat kerja.

II Terjadi sedikit keterbatasan dalam melakukan aktivitas bias. Angina


terjadi ketika berjalan atau menaiki tangga dengan cepat, berjalan
mendaki, berjalan atau menaiki tangga setelah makan, pada saat dingin,
pada saat ada angin, dalam keadaan stes emosional, atau selama beberapa
jam setelah bangun. Angina terjadi ketika berjalan lebih dari dua blok dan
menaiki lebih dari satu anak tangga biasa dengan kecepatan normal dan
dalam kondisi normal.

III Aktivitas fisik biasa terbatas secara nyata. Angina terjadi ketika berjalan
satu sampai dua blok dan menaiki satu anak tangga dalam kondisi normak
dengan kecepatan normal.

IV Aktivitas fisik tanpa ketidak nyamanan tidak mungkin dilakukan , gejala


angina dapat timbul ketika beristirahat.

D. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplayoksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti
apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhanmeningkat pada
jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasidan

apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibatateriosklerosis dan tidak
dapat berdilatasisebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (Nitrat
Oksid) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya
fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmuskoroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum
mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan
maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energy mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam
laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan
energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot
kembalifosforilasioksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam
laktat.dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau tanda gejala dari Unstabel Angina Pectoris adalah sebagai
berikut :
1. Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, rasa
seperti ditusuk, rasa seperti diperas dan dipelintir.
2. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
3. Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat
4. Keringat dingin, mual muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas.
5. Pada Pemeriksaan EKG
a) Fase hiperakut (beberpa jam permulaan serangan)
1) Elevasi yang curam dari segmen ST
2) Gelombang T yang tinggi dan lebar
3) Tampak gelombang Q
b) Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
1) Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
2) Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c) Fase resolusi (beberapa mingg/bulan kemudian)
1) Gelombang Q patologis
2) Segmen ST sudah tidak elevasi
3) Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
F. Penatalaksanaan
Pada pasien yang mengalami unstable angina pectoris Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Istirahat total (tirah baring, posisi semi fowler)
2. Monitor EKG
3. Died rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah garam
( bila gagal jantung)
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg IV atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang
b. Lain-lainnya seperti nitrat, antagonis, dan beta bloker
c. Oksigen 2-4 liter/menit
d. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6. Antokoagula : heparin 20.000-40.000 U/24 wad IV tiap 4-6 wadatau drip IV
7. Bowel care : Laksadin
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembulu
darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombosit dapat diberikan sebelum dibawa
ke rumah sakit dengan trombosit, kematian dapat dikurangi sebesar 40%.
9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien angina pekoris


menurut (Reny Yuli Aspiani,2016)yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium

Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering


dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah, sepertikadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu
dilakukan untuk menemukan faktor risiko.

2. Elektrokardiogram (EKG)

Gambaran EKG terkadang menunjukan bahwa klien pernah mendapat infark


miokard pada masa lampau, menunjukan pembesaran ventrikel kiri pada klien
hipertensi dan angina, danmenunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T
yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG menunjukan adanya depresi
segmen ST dan gelombang T menjadi negatif
3. Foto rontgen dada

Sering kali menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi
dapat terlihat jantung yang membesar dan terkadang tampak adanya kalsifikasi
arkus aorta.
4. Arteriografi koroner

Suatu karakter dimasukan lewat arteri femoralis ataupun brakialis dan diteruskan
ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media kontras radiografik
kemudian disuntikan dan cineroentgenogram akan memperlihatkan kuntur arteri
serta daerah penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk
masuk ventrikel kiri dan disuntikan lebih banyak media kontras untuk menentukan
bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri.
5. Uji latihan (Treadmill)

Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh
melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sehingga pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG
diobservasi demikian pula setelah selesai EKG terus diobservasi. Tes dianggap
positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih pada waktu
latihan atau sesudahnya. Lebih – lebih bila di samping depresi segmen ST juga
timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pektoris.
6. Thallium Exercise Myocardial Imaging

Pemeriksaan ini dilakukan bersama – sama uji latihan jasmani dan dapat
menambah sensitivitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung
segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan
kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang
menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukan bagianotot jantung yang menderita
iskemia.
H. Komplikasi

1. Aritmia

Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat infark
atau pada daerah perbatasan yang mengelilingi, kerusakan sistem konduksi,
lemah jantung kongestif atau keseimbangan elektrolit yang terganggu.
(Suddarth, 2014)
2. AV Blok

Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi dihubungkan dengan


berbagai jenis penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koroner dan
penyakit jantung reumatik. Pada blok jantung atrioventrikuler (AV), kontraksi
jantung lemah dan tidak memiliki dorongan yang cukup untuk mengirim
darah dari atrium ke ventrikel. Denyut nadi dapat rendah, mencapai 30 kali
per menit. (Suddarth, 2014)
3. Gagal jantung

Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung kongestif dapat timbul sebagai
akibat kerusakan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau keduanya dengan atau
tanpa aritmia. Penurunan cardiac output pada pump failure akibat IMA
tersebut menyebabkan perfusi perifer berkurang. Peningkatan resistensi
perifer sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja jantung bertambah.
Bentuk yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok kardiogenik.
(Suddarth, 2014)

4. Emboli/tromboemboli

Emboli paru pada IMA: adanya gagal jantung dengan kongesti vena, disertai
tirah baring yang berkepanjangan merupakan faktor predisposisi trombosis
pada vena-vena tungkai bawah yang mungkin lepas dan terjadi emboli paru
dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik. Embolisasisistemik akibat
trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada permukaan daerah infark atau
trombus dalam aneurisma ventrikel kiri. (Suddarth, 2014)
5. Ruptura

Komplikasi ruptura miokard mungkin terjadi pada IMA dan menyebabkan


kemunduran hemodinamik. Ruptura biasanya pada batas antara zona infark
dan normal. Ruptura yang komplit (pada free wall) menyebabkan perdarahan
cepat ke dalam cavum pericard sehingga terjadi tamponade jantung dengan
gejala klinis yang cepat timbulnya. (Suddarth, 2014)
I. Penyimpangan KDM

Penimbulanan lipid di jaringan febrosa

Atherosklorosis

Penyempitan lumen pembulu darah

Beban kerja jantung meningkat


Iskemik miokard
untuk memenuhi keb.O2
Kontaksi Miokardium
Suplay O2 ke miokard terganggu
Vol. Residu ventrikel me
Penurunan curah
jantung
Hipoksia otot jantung Tek.Hidrostatik kapiler me

Metabolisme anaerob Edema paru

Sumplay O2 tidak seimbang Penimbunana asam laktat Me fungsi pernafasan


dengan kebutuhan tubuh
Pelepasan mediator kimia: Dispnea
histamine, bradikinin,
Kelemahan serotonin, prostaglandin
Gangguan pertukaran gas

Intoleransi Aktivitas Merangsang nosiseptor

Proses transmisi, transduksi,


modulasi

Persepsi nyeri dihipotalamus

Nyeri

Ancaman perubahan status Krisis situasi


kesehatan

Ansietas/Cemas
TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien dengan penyakit jantung menurut Brunner & Suddarth
(2014) meliputi :
1. Riwayat Kesehatan
Pasien yang mengalami infark miokard (biasanya disebut serangan jantung) memerlukan
intervensi medis dan perawatan segera dan mungkin tindakan penyelamatan nyawa misalnya:
pengurangan nyeri dada atau pencegahan disritmia. Untuk pasien seperti ini, beberapa
pertanyaan terpilih mengenai nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendek
atau palpitasi), alergi obat dan riwayat merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian
kecepatan, irama jantung, tekanan darah, dan pemasangan pipa infus. Pertanyaan yang sesuai
mencakup:
a. Pernapasan :
1) Pernahkah Anda mengalami sesak napas?
2) Kapan Anda mengalami sesak napas?
3) Bagaimana Anda membuat napas Anda menjadi lebih baik?
4) Apa yang membuatnya menjadi lebih buruk?
5) Berapa lama sesak napas tersebut mengganggu Anda?
6) Aktivitas penting apa yang Anda hentikan akibat gangguan napas?
7) Apakah Anda menggunakan obat untuk memperbaiki pernapasan?
8) Apakah obat yang Anda minum mempengaruhi pernapasan anda?
9) Kapan biasanya Anda minum obat?
b. Sirkulasi :
1) Gambarkan nyeri yang Anda rasakan di dada?
2) Apakah nyeri menyebar ke lengan, leher, dagu atau punggung?
3) Adakah sesuatu yang tampaknya menyebabkan nyeri?
4) Berapa lama biasanya rasa nyeri berlangsung?
5) Apa yang dapat meringankan rasa nyeri?
6) Apakah Anda mengalami penambahan atau pengurangan berat badan akhir-akhir ini?
7) Apakah Anda mengalami pembengkakan pada tangan, kaki atau tungkai (atau pantat bila
lama tidur)?
8) Apakah Anda pernah mengalami pusing atau rasa melayang? Pada situasi apa hal itu
terjadi?
9) Apakah Anda mengalami perubahan pada tingkat energi Anda?
10) Apakah Anda merasakan jantung Anda berpacu, meloncat atau berdenyut cepat?
11) Apakah Anda mengalami masalah dengan tekanan darah Anda?
12) Apakah Anda mengalami sakit kepala? Apa yang kemungkinan menyebabkannya?
13) Apakah Anda mengalami tangan atau kaki terasa sangat dingin? Kapan biasanya
terjadi?
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran.
b. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting).
c. Frekuensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak
mencukupinya oksigen ke dalam miokard.
d. Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung.
e. Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respon nyeri dan
pengobatan, perhatian tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit
setelah serangan miokard infark, menandakan ketidakefektifan
kontraksi ventrikel.
f. Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume.
g. Warna dan suhu kulit.
h. Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap
tanda-tandagagal ventrikel (bunyi crakles pada dasar paru).
i. Fungsi gastrointestinal: Kaji mortilitas usus, trombosis arteri
mesenterika merupakanpotensial komplikasi yang fatal.
j. Status volume cairan: Amati haluaran urin, periksa adanya edema,
adanya tanda dinisyok kardiogenik merupakan hipotensi dengan
oliguria.
B. Diagnosis keperawatan
1. Penurunan curah jantung

Definisi : ketiakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi


kebutuhan metabolismetubuh

Penyebab

a. Perubahan irama jantung


b. Perubahan frekuensi jantung
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload
Batasan karakteristik

G Gejala dan Tanda Mayor


Su Subjektif O Objektif
1. Perubahan irama jantung 1. Perubahan irama jantung
a) Palpitasi a) Bradikardi/takikardi
2. Perubahan preload b) Gambaran EKG aritmia atau
a) Lelah gangguan konduksi
3. Perubahan afterload 2. Perubahan preload
a) Dyspnea a) Edema
4. Perubahan kontraktilitas b) Distensi vena jugularis
a) Paroxysmal noctumal dyspnea c) Central venous pressure (CVP)
(PND) meningkat/menurun
b) Ortopnea d) Hepatomegali
c) Batuk 3. Perubahan afterload
a) Tekanan darah meningkat/menurun
b) Nadi perifer teraba lemah
c) Capillary refill time >3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat dan/atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
a) Terdengar suara jantung S3 dan/atau
S4
b) Ejection fraction (EF) menurun
G Gejala dan Tanda Minor
Subjektif O Objektif
1. Perubahan preload 1. Perubahan preload
(tidak tersedia) a) Murmur jantung
2. Perubahan afterload b) Berat badan bertambah
(tidak tersedia) c) Pulmonary artery wedge pressure
3. Perubahan kontraktilitas (PAWP) menurun
(tidak tersedia) 2. Perubahan afterload
4. Perilaku/emosional a) Pulmonary vascular resistance (PVR)
a) Cemas meningkat/menurun
b) Gelisah b) Systemic vascular resistance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
a) Cardiac index (CI) menurun
b) Left ventricular stroke work index
(LVSWI) menurun
c) Stroke volume index (SVI) menurun
4. Perilaku/emosional
(tidak tersedia)
2. Nyeri akut

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat,prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proes berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

3. Nyeri kronis

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung
lebih dari 3 bulan.

Penyebab :

a. Kondisi musculoskeletal kronis


b. Kerusakan system saraf
c. Penekanan saraf
d. Infiltrasi tumor
e. Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodulator dan reseptor
f. Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
g. Gangguan fungsi metabolik
h. Riwayat posisi kerja statis
i. Peningkatan indeks massa tubuh
j. Kondisi pasca trauma
k. Tekanan emosional
l. Riwayat penganiayaan (mis, fisik, psikologis, seksual)
m. Riwayatpahgunaan obat/zat

Batasan Karakteristik
G Gejala dan Tanda Mayor
Su Subjektif OObjektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Merasa depresi (tertekan) 2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
GGejala dan Tanda Minor
Su Subjektif O Objektif
1. Merasa takut mengalami cedera 1. Bersikap protektif (mis. posisi menghindari
berulang nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
4. Intoleransi aktivitas

Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

ektremitas secara mandiriPenyebab :

a. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Dyspnea saat/setelah aktivitas 1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
2. Merasa tidak nyaman setelah istirahat
aktivitas 2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia
3. Merasa lelah saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
C. Intervensi
1. Penurunan curah jantung

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,


diharapkan curahjantung meningat dengan
Kriteria Hasil:
a. Kekuatan nadi perifer meningkat
b. Ejection fraction (EF) meningkat
c. Cardiac todex (CI) meningkat
d. Left ventricular stroke work index (LVSWI) meningkat
e. Stroke volume index (SVI) meningkat
f. Palpitasi menurun
g. Brakikardia menurun
h. Takikardia menurun
i. Gambaran EKG aritmia menurun
j. Lelah menurun
k. Edema menurun
l. Distensi vena jugularis menurun
m. Dispena menurun
n. Oliguria menurun
o. Pucat/sianosis menurun
p. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun
q. Ortopnea menurun
r. Batuk menurun
s. Suara jantung S3 menurun
t. Suara jantung S4 menurun
u. Murmur jantung menurun
v. Berat badan menurun
w. Hepatomegaly menurun
x. Pulmonary vascular resistance (PVR) menurun
y. Systernic vascular resistance menurun
z. Tekanan darah membaik
aa. Capillary refill time (CPT) membaik
bb. Pulmonary artery wedge pressure
(PAWP) membaikcc. Central venous
pressure membaik
Intervensi Rasional
Perawatan jantung
Observasi
- Identifikasi tanda/gejala primer - Untuk mengetahui adanya tanda/gejala
Penurunan curah jantung (meliputi primer penurunan curah jantung
dispenea, kelelahan, adema ortopnea
paroxysmal nocturnal dyspenea,
peningkatan CPV)
- Identifikasi tanda /gejala sekunder - Untuk mengetahui adanya tanda/gejala
penurunan curah jantung (meliputi sekunder penurunan curah jantung
peningkatan berat badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk - Untuk mengetahui tekanan darah
tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan - Untuk mengetahui intake dan output
cairan

- Monitor berat badan setiap hari pada - Untuk mengetahui peningkatan berat
waktu yang sama badan
- Monitor saturasi oksigen - Untuk mengetahui saturasi oksigen
dalam batas normal atau tidak
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. - Untuk mengetahui ada nyeri dada atau
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, tidak
presivitasi yang mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapoan - Untuk menentukan kelainan fungsi kerja
jantung

- Monitor aritmia (kelainan irama dan - Untuk mengetahui adanya aritmia


frekwensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung - Untuk menentukan kelainan fungsi
(mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, jantung
Ntpro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung - Untuk mengetahui alat berfungsi dengan
baik atau tidak
- Periksa tekanan darah dan frekwensi - Untuk mengetahui perubahan tekanan
nadi sebelum dan sesudah aktifitas darah dan frekwensi nadi sebelum dan

sesudah beraktifitas
- Periksa tekanan darah dan frekwensi - Untuk mengetahui perubahan tekanan
nadi sebelum pemberian obat (mis. darah dan frekwensi nadi sebelum dan
Betablocker, ACE inhibitor, calcium sesudah pemberian obat
channel blocker, digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau - Untuk membantu pengembangan paru
fowler dengan kaki kebawah atau dan mengurangi tekanan dari abdomen
posisi nyaman pada diafragma
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. - Agar tidak memperberat kerja jantung
Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau - Untuk memompa darah sehingga lebih
pneumatik intermiten, sesuai indikasi banyak darah dapat kembali ke jantung
dan hanya sedikit darah yang stasis pada
daerah kaki dan betis.
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk - Agar hidup menjadi sehat
modifikasi hidup sehat
- Untuk engurangi stress atau kecemasan
- Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
- Agar semangat emosional maupun
- Berikan dukungan emosional dan
spiritual
spiritual
- Agar tidak sesak
- Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara - Agar tidak memperberat kerja jantung
toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara - Agar tidak memperberat kerja jantung
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok - Agar tidak menimbulkan gejala lain
- Anjurkan pasien dan keluarga - Agar mengetahui berat badan
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur - Untuk tidak melebihi batasan cairan
intake dan output cairan harian sesuai anjuran
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika - Untuk mengatasi aritmia
perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung - Untuk rehabilitasi jantung
2. Nyeri akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,


diharapkan Nyeri akutmenurun dengan
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Frekuensi nadi membaik
f. Kesulitan tidur menurun
g. Tekanan darah membaik
h. Pola napas membaik
i. Nafsu makan membaik
j. Proses berfikir membaik
k. Menarik diri menurun
l. Berfokus pada diri sendiri menurun
m. Diaforesis menurun
Intervensi Rasional
Manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal - Untuk mengetahui mimik wajah yang
diperlihatkan pasien saat nyeri muncul
- Identifikasi faktor yang memperberat dan - Untuk mengetahui apa saja yang
memperingan nyeri memperberat dan memperingan keadaan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan - Untuk mengetahui pengetahuan dan
tentang nyeri keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap - Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
respon nyeri budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas - Untuk mengetahui pengaruh nyeri pada
hidup kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi - Untuk mengetahui keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan - Untuk mengetahui efek samping
analgetik penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk - Untuk mengurangi rasa nyeri yang
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, dirasakan pasien
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat - Untuk mengurangi rasa nyeri yang
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, dirasakan pasien dan memberikan
pencahayaan, kebisingan) kenyamanan
- Fasilitasi istirahat dan tidur - Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri - Agar strategi yang diberikan bisa efektif
dalam pemilihan strategi meredakan dalam meredakan nyeri
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu - Untuk memberikan pemahaman agar
nyeri pasien tidak gelisah saat nyeri timbul
- Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk mengontrol mengatasi nyeri ketika
nyeri muncul
- Anjurkan memonitor nyeri secara - Untuk memanajemen nyeri secara
mandiri mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara - Penggunaan analgetik yang tepat dapat
tepat mengurangi rasa nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk - Untuk menghindari peningkatan nyeri
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika - Untuk membantu menekan rasa nyeri
perlu
3. Nyeri kronis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,


diharapkan Nyerikronis menurun dengan
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun

b. Merasa depresi (tertekan) menurun


c. Gelisah menurun
d. Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
e. Sikap protektif menurun
f. Pola tidur membaik
g. Anoreksia menurun
h. Fokus membaik
i. Berfokus pada diri sendiri menurun
Intervensi Rasional
Manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal - Untuk mengetahui mimik wajah yang
diperlihatkan pasien saat nyeri muncul
- Identifikasi faktor yang memperberat dan - Untuk mengetahui apa saja yang
memperingan nyeri memperberat dan memperingan keadaan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan - Untuk mengetahui pengetahuan dan
tentang nyeri keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap - Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
respon nyeri budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas - Untuk mengetahui pengaruh nyeri pada
hidup kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer - Untuk mengetahui keberhasilan terapi
yang sudah diberikan komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan - Untuk mengetahui efek samping
analgetik penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk - Untuk mengurangi rasa nyeri yang
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, dirasakan pasien dengan menggunakan
hipnosis, akupresur, terapi musik, teknik nonfarmakologis
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, - Untuk mengurangi rasa nyeri yang
teknik imajinasi terbimbing, kompres dirasakan pasien dan memberikan
hangat/dingin, terapi bermain) kenyamanan
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa - Untuk mengurangi rasa nyeri yang
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, dirasakan pasien
kebisingan) - Agar strategi yang diberikan bisa
- Fasilitasi istirahat dan tidur efektifdalam meredakan nyeri
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu - Untuk memberikan pemahaman agar
nyeri pasien tidak gelisah saat nyeri timbul
- Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk mengontrol mengatasi nyeri ketika
nyeri muncul
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Untuk memanajemen nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara - Penggunaan analgetik yang tepat dapat
tepat mengurangi rasa nyeri
- Untuk menghindari peningkatan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu - Untuk membantu menekan rasa nyeri

4. Intoleransi aktivitas

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama … X 24 jam,


diharapkan toleransiaktifitas meningkat dengan
Kriteria Hasil:

a. Frekuensi nadi menurun


b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
c. Kecepatan berjalan meningkat
d. Jarak berjalan meningkat
e. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
f. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
g. Keluhan lelah menurun
h. Dispnea saat aktivitas menurun
i. Dispnea setelah aktivitas menurun
j. Perasaan lemah menurun
k. Aritmia saat aktivitas menurun
l. Aritmia setelah aktivitas menurun
m. Sianosis menurun
n. Tekanan darah membaik
o. Frekuensi napas membaik
Intervensi Rasional
Manajemen energi
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang - Mengetahui faktor penyebab
mengakibatkan kelelahan kelelahan agardapat menentukan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional intervensi yang sesuai
- Mengetahui adanya kelelahan baik
fisikmaupun emosional
- Monitor pola dan jam tidur - Pola tidur yang kurang
- Monitor lokasi dan ketidaknyamananselama baik dapatmempengaruhi
melakukan aktivitas tingkat kelelahan
- Mengetahui hambatan
selama melakukanaktivitas
Teraupetik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah - Mengurangi paparan stimulus
stimulus yang dapatmempengaruhi kondisi
- Lakukan latihan rentang gerak pasifdan/atau pasien
pasif - Meningkatkan rentang gerak
- Berikan aktivitas distraksi yangmenyenangkan pasien,melancarkan peredaran
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jikatidak darah dan mencegah kelemahan
dapat berpindah atau berjalan - Mengalihkan pasien dari kelelahan
- Meningkatkan aktivitas pasien

Edukasi
- Anjurkan tirah baring - Meningkatkan istirahat
- Ajarkan melakukan aktivitas secarabertahap - Agar dapat beradaptasi dalam
- Anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda dan melakukanaktivitas sederhana
gejala kelelahan tidak berkurang - Memberikan intervensi lebih lanjut
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi jikakelelahan tidak berkurang
kelelahan - Mengurangi kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara - Asupan makanan dapat
meningkatkan asupan makanan meningkatkanaktivitas dan
imunitas pasien

Anda mungkin juga menyukai