Oleh :
Marwani, S.Kep
NIM: 70900121016
( ) ( )
TINJAUAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
A. Defenisi
Secara harfiah angina pektoris (biasanya disebut sebagai angine) berarti “nyeri
dada”. Angina terjadi secara tiba – tiba ketika beraktivitasberat mengharuskan arteri
meningkatkan suplai darah ke jantung. Arteri yang menyempit atau obstruksi tidak
dapat memberikan suplai yang diperlukan. Akibatnya otot jantung terbebani (Rosdahl
& Kowalski, 2017).
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode atau
tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai
oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen
jantung meningkat (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016).
Angina pektoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada
atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koronaria. Pasien dapat
menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas, berat, atau nyeri
(Morton, D, C, &B, 2013).
Unstable Angina Pectoris adalah nyeri dada atau ketidak nyamanan yang
disebabkan oleh penyakit arteri coroner yang menggambarkan sensasi seperti ditekan,
diremas, atau seperti ditusuk-tusuk dibagian dada. Unstable Angina Pectoris
disebabkan oleh iskemia miokardium reversible dan semestara yang dicetuskan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen
miokardium yang berasal dri penyempitan asterosklerosis arteri koroner. (Majid, 2014)
B. Etiologi
Beberapa penyebab angina pektoris menurut (Reny Yuli Aspiani, 2016), yaitu:
1) Faktor penyebab
a) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor: faktor
pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor sirkulasi: hipotensi,
stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor darah: anemia, hipoksemia, dan
polisitemia.
b) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi, makan terlalu
banyak, anemi
Kelas Definisi
III Aktivitas fisik biasa terbatas secara nyata. Angina terjadi ketika berjalan
satu sampai dua blok dan menaiki satu anak tangga dalam kondisi normak
dengan kecepatan normal.
D. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplayoksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti
apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhanmeningkat pada
jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasidan
apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibatateriosklerosis dan tidak
dapat berdilatasisebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (Nitrat
Oksid) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya
fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmuskoroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum
mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas berlebihan
maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energy mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam
laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan
energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot
kembalifosforilasioksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam
laktat.dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau tanda gejala dari Unstabel Angina Pectoris adalah sebagai
berikut :
1. Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, rasa
seperti ditusuk, rasa seperti diperas dan dipelintir.
2. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar kebahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
3. Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat
4. Keringat dingin, mual muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas.
5. Pada Pemeriksaan EKG
a) Fase hiperakut (beberpa jam permulaan serangan)
1) Elevasi yang curam dari segmen ST
2) Gelombang T yang tinggi dan lebar
3) Tampak gelombang Q
b) Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
1) Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
2) Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c) Fase resolusi (beberapa mingg/bulan kemudian)
1) Gelombang Q patologis
2) Segmen ST sudah tidak elevasi
3) Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
F. Penatalaksanaan
Pada pasien yang mengalami unstable angina pectoris Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Istirahat total (tirah baring, posisi semi fowler)
2. Monitor EKG
3. Died rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah garam
( bila gagal jantung)
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg IV atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang
b. Lain-lainnya seperti nitrat, antagonis, dan beta bloker
c. Oksigen 2-4 liter/menit
d. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6. Antokoagula : heparin 20.000-40.000 U/24 wad IV tiap 4-6 wadatau drip IV
7. Bowel care : Laksadin
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembulu
darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombosit dapat diberikan sebelum dibawa
ke rumah sakit dengan trombosit, kematian dapat dikurangi sebesar 40%.
9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
G. Pemeriksaan Penunjang
2. Elektrokardiogram (EKG)
Sering kali menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi
dapat terlihat jantung yang membesar dan terkadang tampak adanya kalsifikasi
arkus aorta.
4. Arteriografi koroner
Suatu karakter dimasukan lewat arteri femoralis ataupun brakialis dan diteruskan
ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri. Media kontras radiografik
kemudian disuntikan dan cineroentgenogram akan memperlihatkan kuntur arteri
serta daerah penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk
masuk ventrikel kiri dan disuntikan lebih banyak media kontras untuk menentukan
bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri.
5. Uji latihan (Treadmill)
Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh
melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sehingga pasien
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG
diobservasi demikian pula setelah selesai EKG terus diobservasi. Tes dianggap
positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih pada waktu
latihan atau sesudahnya. Lebih – lebih bila di samping depresi segmen ST juga
timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pektoris.
6. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama – sama uji latihan jasmani dan dapat
menambah sensitivitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung
segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan
kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang
menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukan bagianotot jantung yang menderita
iskemia.
H. Komplikasi
1. Aritmia
Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat infark
atau pada daerah perbatasan yang mengelilingi, kerusakan sistem konduksi,
lemah jantung kongestif atau keseimbangan elektrolit yang terganggu.
(Suddarth, 2014)
2. AV Blok
Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung kongestif dapat timbul sebagai
akibat kerusakan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau keduanya dengan atau
tanpa aritmia. Penurunan cardiac output pada pump failure akibat IMA
tersebut menyebabkan perfusi perifer berkurang. Peningkatan resistensi
perifer sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja jantung bertambah.
Bentuk yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok kardiogenik.
(Suddarth, 2014)
4. Emboli/tromboemboli
Emboli paru pada IMA: adanya gagal jantung dengan kongesti vena, disertai
tirah baring yang berkepanjangan merupakan faktor predisposisi trombosis
pada vena-vena tungkai bawah yang mungkin lepas dan terjadi emboli paru
dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik. Embolisasisistemik akibat
trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada permukaan daerah infark atau
trombus dalam aneurisma ventrikel kiri. (Suddarth, 2014)
5. Ruptura
Atherosklorosis
Nyeri
Ansietas/Cemas
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien dengan penyakit jantung menurut Brunner & Suddarth
(2014) meliputi :
1. Riwayat Kesehatan
Pasien yang mengalami infark miokard (biasanya disebut serangan jantung) memerlukan
intervensi medis dan perawatan segera dan mungkin tindakan penyelamatan nyawa misalnya:
pengurangan nyeri dada atau pencegahan disritmia. Untuk pasien seperti ini, beberapa
pertanyaan terpilih mengenai nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendek
atau palpitasi), alergi obat dan riwayat merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian
kecepatan, irama jantung, tekanan darah, dan pemasangan pipa infus. Pertanyaan yang sesuai
mencakup:
a. Pernapasan :
1) Pernahkah Anda mengalami sesak napas?
2) Kapan Anda mengalami sesak napas?
3) Bagaimana Anda membuat napas Anda menjadi lebih baik?
4) Apa yang membuatnya menjadi lebih buruk?
5) Berapa lama sesak napas tersebut mengganggu Anda?
6) Aktivitas penting apa yang Anda hentikan akibat gangguan napas?
7) Apakah Anda menggunakan obat untuk memperbaiki pernapasan?
8) Apakah obat yang Anda minum mempengaruhi pernapasan anda?
9) Kapan biasanya Anda minum obat?
b. Sirkulasi :
1) Gambarkan nyeri yang Anda rasakan di dada?
2) Apakah nyeri menyebar ke lengan, leher, dagu atau punggung?
3) Adakah sesuatu yang tampaknya menyebabkan nyeri?
4) Berapa lama biasanya rasa nyeri berlangsung?
5) Apa yang dapat meringankan rasa nyeri?
6) Apakah Anda mengalami penambahan atau pengurangan berat badan akhir-akhir ini?
7) Apakah Anda mengalami pembengkakan pada tangan, kaki atau tungkai (atau pantat bila
lama tidur)?
8) Apakah Anda pernah mengalami pusing atau rasa melayang? Pada situasi apa hal itu
terjadi?
9) Apakah Anda mengalami perubahan pada tingkat energi Anda?
10) Apakah Anda merasakan jantung Anda berpacu, meloncat atau berdenyut cepat?
11) Apakah Anda mengalami masalah dengan tekanan darah Anda?
12) Apakah Anda mengalami sakit kepala? Apa yang kemungkinan menyebabkannya?
13) Apakah Anda mengalami tangan atau kaki terasa sangat dingin? Kapan biasanya
terjadi?
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran.
b. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting).
c. Frekuensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak
mencukupinya oksigen ke dalam miokard.
d. Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung.
e. Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respon nyeri dan
pengobatan, perhatian tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit
setelah serangan miokard infark, menandakan ketidakefektifan
kontraksi ventrikel.
f. Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume.
g. Warna dan suhu kulit.
h. Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap
tanda-tandagagal ventrikel (bunyi crakles pada dasar paru).
i. Fungsi gastrointestinal: Kaji mortilitas usus, trombosis arteri
mesenterika merupakanpotensial komplikasi yang fatal.
j. Status volume cairan: Amati haluaran urin, periksa adanya edema,
adanya tanda dinisyok kardiogenik merupakan hipotensi dengan
oliguria.
B. Diagnosis keperawatan
1. Penurunan curah jantung
Penyebab
3. Nyeri kronis
Penyebab :
Batasan Karakteristik
G Gejala dan Tanda Mayor
Su Subjektif OObjektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Merasa depresi (tertekan) 2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
GGejala dan Tanda Minor
Su Subjektif O Objektif
1. Merasa takut mengalami cedera 1. Bersikap protektif (mis. posisi menghindari
berulang nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
4. Intoleransi aktivitas
- Monitor berat badan setiap hari pada - Untuk mengetahui peningkatan berat
waktu yang sama badan
- Monitor saturasi oksigen - Untuk mengetahui saturasi oksigen
dalam batas normal atau tidak
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. - Untuk mengetahui ada nyeri dada atau
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, tidak
presivitasi yang mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapoan - Untuk menentukan kelainan fungsi kerja
jantung
sesudah beraktifitas
- Periksa tekanan darah dan frekwensi - Untuk mengetahui perubahan tekanan
nadi sebelum pemberian obat (mis. darah dan frekwensi nadi sebelum dan
Betablocker, ACE inhibitor, calcium sesudah pemberian obat
channel blocker, digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau - Untuk membantu pengembangan paru
fowler dengan kaki kebawah atau dan mengurangi tekanan dari abdomen
posisi nyaman pada diafragma
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. - Agar tidak memperberat kerja jantung
Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau - Untuk memompa darah sehingga lebih
pneumatik intermiten, sesuai indikasi banyak darah dapat kembali ke jantung
dan hanya sedikit darah yang stasis pada
daerah kaki dan betis.
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk - Agar hidup menjadi sehat
modifikasi hidup sehat
- Untuk engurangi stress atau kecemasan
- Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
- Agar semangat emosional maupun
- Berikan dukungan emosional dan
spiritual
spiritual
- Agar tidak sesak
- Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara - Agar tidak memperberat kerja jantung
toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara - Agar tidak memperberat kerja jantung
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok - Agar tidak menimbulkan gejala lain
- Anjurkan pasien dan keluarga - Agar mengetahui berat badan
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur - Untuk tidak melebihi batasan cairan
intake dan output cairan harian sesuai anjuran
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika - Untuk mengatasi aritmia
perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung - Untuk rehabilitasi jantung
2. Nyeri akut
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu - Untuk memberikan pemahaman agar
nyeri pasien tidak gelisah saat nyeri timbul
- Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk mengontrol mengatasi nyeri ketika
nyeri muncul
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Untuk memanajemen nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara - Penggunaan analgetik yang tepat dapat
tepat mengurangi rasa nyeri
- Untuk menghindari peningkatan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu - Untuk membantu menekan rasa nyeri
4. Intoleransi aktivitas
Edukasi
- Anjurkan tirah baring - Meningkatkan istirahat
- Ajarkan melakukan aktivitas secarabertahap - Agar dapat beradaptasi dalam
- Anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda dan melakukanaktivitas sederhana
gejala kelelahan tidak berkurang - Memberikan intervensi lebih lanjut
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi jikakelelahan tidak berkurang
kelelahan - Mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara - Asupan makanan dapat
meningkatkan asupan makanan meningkatkanaktivitas dan
imunitas pasien