Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ANGINA PECTORIS

OLEH :
NILAMSARI
2022207209037

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

ANGINA PECTORIS

A. Konsep Penyakit Unstable Angina Pectoris (UAP)

1. Definisi

Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium yang

dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan

oksigen; seperti latihan fisik; dan hilang dalam beberapa menit dengan

istirahat atau pemberian nitrogliserin (Majid, 2018). Angina pektoris adalah

suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

kebutuhan (demand) dan suplai aliran arteri koroner (PERKI, 2018).

Angina Pectoris yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang

tiba-tiba terasa pada waktu istirahat atau aktivitas minimal yang terjadi lebih

berat secara mendadak atau bila angina pectoris sudah ada sebelumnya namun

menjadi lebih berat. Biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan

dibanding sebelumnya (Khotimah dkk, 2022).

2. Etiologi

Aspiani (2017) menyatakan bahwa penyebab angina pectoris yaitu :

a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang dapat disebabkan oleh tiga

faktor yaitu, faktor pembuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan arteritis,

faktor sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi, serta faktor

darah: anemia, hipoksemia, polisitemia.


b. Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktivitas berlebihan,

emosi, makan terlalu banyak, dan hypertiroidisme.

c. Kebutuhan oksigen miokard yang meningkat pada kerusakan miokard,

hypertropimiocard, dan hipertensi diastolik.

3. Patofisiologi

Terjadinya UAP pada umumnya diawali dengan terjadinya proses aterosklerosis pada

saat monosit berpindah dari aliran darah dan melekat pada lapisan dinding pembuluh

darah koroner, yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukkan lemak. Setiap

daerah penebalan atau plak selain terdiri dari monosit dan lemak menimbulkan

jaringan ikat dari sekitar area perlekatan. Hipertensi juga menyebabkan gesekan

antara aliran darah dengan ateroma. Ateroma atau plak aterosklerosis dapat menyebar

dimana saja, tetapi umumnya ada di daerah percabangan. Pada ateroma yang pecah

dapat mempersempit lumen pembuluh darah arteri yang kemudian mengakibatkan

pembentukan bekuan darah yang mengalir (trombus), bekuan ini dapat menyebabkan

sumbatan (tromboemboli) di tempat lain. Dengan adanya sumbatan pada arteri

koroner dapat mengakibatkan menurunnya suplai darah (Muttaqin, 2014).

Kurangnya suplai oksigen dalam otot jantung, maka otot jantung akan menjadi

iskemia, sedangkan apabila pasokan oksigen berhenti selama kurang lebih 20 menit

maka menyebabkan miokardium (otot jantung) mengalami nekrosis (infark miokard).

Iskemia miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium

menimbulkan nyeri dada dan adanya perubahan segmen ST pada (EKG). Nyeri dada

yang dialami pasien dapat menimbulakan kecemasan akan kematian. Selain itu,

iskemia mikoard juga akan menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard yang


akan berdampak pada penurunan cardiac output (CO). Kurangnya suplai oksigen

dalam otot jantung membuat tekanan darah dan nadi meningkat sehingga

menimbulkan kelelahan yang berlebih. Selanjutnya, Infark miokard menyebabkan

volume akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri meningkat. Ventrikel

kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru- paru sehingga terjadi

peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke

jaringan paru menimbulkan edema paru, dan terjadi gangguan pertukaran gas

(Mutarobin, 2018).

4. Manifestasi Klinis

Menurut PERKI (2018) manifestasi klinis pada UAP yaitu :

a. Nyeri dada yang timbul saat istirahat atau saat melakukan aktivitas,

seperti rasa tertekan atau berat daerah retrosternal yang dapat menjalarke

leher, rahang, area interskapular, bahu, lengan kiri dan epigastrium, berlangsung

beberapa menit atau lebih dari 20 menit.

b. Diaforesis (keringat dingin), mual, muntah, nyeri abdominal, dan sesak

napas.

c. Gambaran EKG : Depresi segmen ST > 1mm dan atau inversi gelombang

T > 2mm di beberapa sadapan prekordial, dapat disertai dengan elevasi

segmen ST yang tidak persisten (<20 menit), gelombang Q yang

menetap, Non-diagnostik, dan Normal.

d. Biomarka jantung yang tidak meningkat secara bermakna.


5. Komplikasi

Komplikasi angina pektoris sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Bila pembuluh darah koroner semakin sempit dan tersumbat total, maka akan

muncul serangan jantung yang bisa mengancam nyawa. Oleh karena itu,

angina pektorisperlu diperiksakan sejak masih berupa gejala awal, atau sejak

nyeri masih ringan dan bisa mereda sendiri dengan istirahat (Luhtfiyah dkk, 2021 ).

Menurut Setyohadi et al (2018) komplikasi yang mungkin terjadi pada angina

pektoris yaitu aritmia, gagal jantung, komplikasi mekanik (Ruptur dinding ventrikel,

regurgitasi mitral akut).

6. Pemeriksaan penunjang

Menurut PERKEMI (2018), pemeriksaan penunjang pada pasien dengan

Angina Pectoris AP yaitu:

a. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)

Gambaran EKG : Depresi segmen ST > 1mm dan atau inversi gelombang T >

2mm dibeberapa sadapan prekordial, dapat disertai dengan elevasi segmen ST

yang tidak persisten (<20 menit), gelombang Q yang menetap, Non-diagnostik,

dan Normal.

b. Pemeriksaan Biomarka Jantung : CK-MB, Troponin T, dan I merupakan

biomarka nekrosis miosit jantung dan menjadi biomarka untuk diagnosis infark

miokard. Nilai normalCK <190 U/L, CKMB <24 U/L, Troponin T <50 ng/L.

c. Pemeriksaan Echocardiografi : Memberikan gambaran pada struktur jantung,

pembuluh darah, aliran darah, dan kemampuan otot jantung dalam memompa

darah.
d. Pemeriksaan Angiografi koroner : Melihat penyempitan pada koroner, untuk

mengetahui tingkat keparahan pada penyakit jantung koroner.

e. Pemeriksaan Labolatorium : Tes darah rutin, gula darah sewaktu, status

elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid, untuk menemukan

adanya faktor risiko angina pektoris.

f. Pemeriksaan foto rontgen thoraks : Bentuk jantung biasanya normal, tetapi

pada pasien hipertensi terlihat jantung membesar, dan tampak adanya kalsifikasi

aorta.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi tiga

aktivitas dasar yaitu: mengumpulkan data secara sistematis, kedua, memilah

dan mengatur data yang dikumpulkan, dan ketiga, mendokumentasikan data

dalam format yang dapat dibuka kembali

( Tarwoto & Wartonah, 2014).

a. Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, kelelahan, ketidak mampuan untuk tidur (mungkin di

dapatkan tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat

beraktivitas).

b. Sirkulasi

1) Mempunyai riwayat IMA ,penyakit jantung koroner ,CHF, tekanan

darah tinggi ,diabetes mellitus .


2) Tekanan darah mungkin normal atau meningkat ,nadi mungkin normal

atau terlambatnya capillary refill time ,disritmia.

3) Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau

muskulus papilaris yang tidak berfungsi .

4) Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachy atau

bradi cardia).

5) Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal .

6) Edema :jagular vena distension ,odema anasarka, crakles mungkin

juga timbul dengan gagal jantung .

7) Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku .

c. Eliminasi

Bising usus mungkin meningkat atau juga normal

d. Nutrisi mual, kehilangan nafsu makan,penurunan turgor kulit, berkeringat

banyak, muntah dan perubahan berat badan.

e. Hygiene perseorangan

Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan

aktivitas.

f. Neuro sensori

Nyeri kepala yang hebat ,changes mentation.

g. Kenyamanan

Timbulnya nyeri dada yang tiba tiba yang tidak hilang dengan beristirahat

dengan nitrogliserin.

Lokasi nyeri dada bagian depan substernal yang mungkin menyebar


sampai ke lengan ,rahang dan wajah .karakteristik nyeri dapat di katakan

sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.sebagai akibat nyeri

tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur

tubuh,menangis,penurunan kontak mata,perubahan irama jantung ECG,

tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran .

h. Respirasi

Dispnea dengan atau aktivitas ,batuk produktif ,riwayat perokok,dengan

penyakit pernapasan kronis . pada pemeriksaan mungkin di dapatkan

peningkatan respirasi ,pucat atau cyanosis,suara napas crackles atau

wheezes atau juga vesikuler.sputum jernih juga merah muda/pink tinged .

i. interaksi sosial

Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stressor ,emosi yang tak

terkontrol .

j. Pengetahuan

Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit

jantung ,diabetes,stroke,hipertensi,perokok.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah actual atau resiko kedalam rangka mengidentifikasi

dan menentukan intervensi keperawatan mengurangi ,mencegah, atau

mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya

(Carpenito ,2011).
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan

jantung

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelebihan cairan di paru.

(Muttaqin, 2012)

3. Rencana Keperawatan

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu : Menentukan

prioritas masalah ,menentukan tujuan menentukan kriteria hasil dan

merumuskan intervensi (Muttaqin, 2012)

Diagnosa Keperawatan SLKI Luaran SIKI Intervensi


Keperawatan Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Mandiri
dengan iskemia jaringan keperawatan selama 3x 24 1. Pantau/catat
sekunder terhadap jam diharapkan pasien karakteristik nyeri, catat
sumbatan arteri dapat mengontrol nyeri laporan verbal, petunjuk
dengan : nonverbal, dan respons
kriteria hasil: hemodinamik(contoh
1. Mampu mengontrol meringis, menangis,
nyeri(tahu penyebab gelisah, berkeringat,
nyeri, mampu mencengkram dada,
menggunakan teknik napas cepat,
nonfarmakologi untuk TD/frekuensi jantung
mengurangi nyeri, berubah
mencari bantuan)
2. Melaporkan nyeri 2. Ambil gambaran
berkurang dengan lengkap terhadap nyeri
menggunakan dari pasien termasuk
managemen nyeri lokasi; intensitas (0-10);
3. Mampu memngenali lamanya;
nyeri (skala, kualitas(dangkal/menye
intensitas,frekunsi, dan bar) dan penyebaran.
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa 3. Anjurkan pasien untuk
nyaman setelah nyeri melaporkan nyeri
berkurang dengan segera

4. Bantu melakukan teknik


relaksasi

5. Periksa tanda- tanda


vital sebelum dan
sesudah obat narkotik
6. Pastikan bahwa istirahat
telah cukup

Kolaborasi
7. Berikan oksigen
tambahan dengan kanul
nasal atau masker sesuai
indikasi

8. Berikan obat sesuai


indikasi,contoh
obat aspirinnitrogliserin
(ISDN)

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Airway Management


b/d kelebihan cairan di keperawatan masalah pola 1. Monitor suara nafas
paru. nafas dapat teratasi dengan 2. Monitor pola nafas
Definisi : inspirasi dan kriteia hasil : bradipnue, takipnue,
/ekspirasi yang tidak 1. Frekuensi nafas hiperventilasi
memberikan ventilasi 2. Irama pernafasan 3. Monitor status oksigen
adekuat 3. Kedalaman inspirasi SpO2
4. Suara perkusi nafas 4. Posisikan pasien untuk
5. Volume tidal memaksimalkan ventilasi
6. Suara nafas tambahan 5. Monitor hasil pemeriksaan
7. Retraksi dinding dada ventilasi, catat peningkatan
tekanan inspirasi dan
penurunan volume tidal
6. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
7. Monitor kegiatan yang
mengakibatkan sesak nafas
8. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian oksigen
9. Monitor aliran oksigen
10. Auskultasi suara nafas
sebelum dan setelah
tindakan
11. Catat dimana adanya
penurunan dan keberadaan
suara nafas
4. Implementasi

Impementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalan rencana

keperawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2015).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat

menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.evaluasi perkembangan

kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuan nya adalah untuk

mengetahui umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang di berikan.

(Tarwoto & Wartonah,2015)

Anda mungkin juga menyukai