Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TIROID

OLEH :

NILAMSARI

2022207209037

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG 2022


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Tiroid

1. Definisi

Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berada di kedua sisi bawah laring dan

berada di anterior trakea. Kelenjar tiroid adalah salah satu dari beberapa

kelenjar endokrin terbesar dengan berat 15 – 20 gram pada orang dewasa.

Kelenjar ini memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh ismus sehingga

bentuk dan posisi anatomi tiroid memiliki peran fungsional (Darmayanti

et al., 2012).

Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid superior dan vena kelenjar

tiroid yang memiliki beberapa bagian yaitu inferior, media, dan superior.

Vena tiroid superior akan mengalir kearah vena jugularis superior, vena

tiroid media mengalir langsung ke arah vena jugularis interna, dan vena

tiroid inferior mengalir ke arah vena jugularis interna atau vena

brakiosefalika (Chandra & Rahman, 2016).

2. Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid memiliki fungsi utama untuk mensuplai hormon tiroid

untuk pengaturan fungsi tubuh seperti metabolisme dan penggunaan

energi. Kelenjar tiroid mensekresikan hormon primer, yaitu tiroksin (T4)

dan triiodotironin (T3). Hormon-hormon tersebut memiliki fungsi


meningkatkan kecepatan metabolisme di dalam tubuh. Pada setiap

molekul T4 terdapat 4 atom yodium dan setiap molekul T3 terdapat 3

atom yodium. Kedua hormon tersebut dirangsang pengeluarannya di lobus

anterior kelenjar hipofisis oleh thyroid stimulating hormon (TSH). TSH

adalah hormon yang mengatur pertumbuhan dan fungsi tiroid dari janin

hingga dewasa (Nilsson & Fagman, 2017). Hormon T3 dan T4 dibentuk

oleh yodium sebagai bahan dasar yang dapat ditemukan pada beberapa

jenis makanan dan minuman (Darmayanti et al., 2012).

Hormon tiroid merupakan iodinated hormone untuk mengkonsentrasikan

iodium dari sirkulasi dan membantu iodium agar dapat bersatu dengan

molekul hormone tiroid sehingga diperlukan fungsi dari kelenjar tiroid itu

sendiri. Hormon tiroid juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan

sel, perkembangan tubuh dan metabolisme energi. Hormon tiroid

membantu regulasi metabolisme karbohidrat dan lipid sehingga

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh.

Konsumsi O2 dirangsang oleh hormon tiroid pada kebanyakan sel di

dalam tubuh. Hormon tiroid juga mempengaruhi differensiasi jaringan di

dalam tubuh dan ekspresi gen, regulasi reaksi metabolik dan kecepatan

metabolisme tubuh, berperan dalam pembentukan asam ribonukleat

(ARN), mengatur pembentukan panas, penyerapan usus terhadap glukosa,

merangsang pertumbuhan sel- sel somatis dan memiliki peran dalam

perkembangan sistem saraf pusat (Darmayanti et al., 2012).


Produksi dan sekresi hormon tiroid diatur oleh mekanisme regulasi yang

kompleks. Fungsi kelenjar tiroid diatur oleh suatu mekanisme aksi

stimulasi oleh Tiroid Stimulating Hormon (TSH) di hipotalamus pada

kelenjar pituitary anterior. Modulasi pelepasan TSH diatur oleh pengaruh

hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) bebas yang terdapat di perifer

melalui umpan balik negatif (Kumorowulan & Supadmi, 2010).

3. Pemeriksaan Fungsi Kelenjar Tiroid

Fungsi kelenjar tiroid dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

TSH, T3, dan T4. TSH berfungsi untuk mengatur kelenjar tiroid untuk

menstimulasikan hormon tiroid dimana kelenjar pituitary akan

menghasilkan hormon tersebut. Pemeriksaan kadar TSH merupakan tes

yang direkomendasikan untuk skrining gangguan fungsi dari kelenjar

tiroid. Pada orang dewasa nilai normal TSH yaitu 0,3 – 4 mIU/L.

T4 digunakan untuk menggambarkan status fungsional kelenjar tiroid.

Pemeriksaan T4 dan TSH menujukkan konfirmasi diagnosis pada

gangguan fungsi kelenjar tiroid. Nilai normal T4 yaitu 65 – 155 nmol/L.

Pemeriksaan kadar T3 dilakukan jika pada pemeriksaan TSH dan T4

belum menunjukkan konfirmasi diagnosis. Nilai normal T3 yaitu 1 - 2,6

nmol/L. Pemeriksaan T3 juga dapat dilakukan untuk menetukan berat

tidaknya keadaan hipertiroid seseorang (Chandra & Rahman, 2016).


B. Hipertiroidisme

1. Pengertian

Hipertiroidisme adalah suatu gangguan patologis dimana terdapat sintesis

hormon tiroid yang berlebihan dan disekresikan oleh kelenjar tiroid. Hal

ini ditandai dengan penyerapan yodium radioaktif tiroid normal atau

tinggi. Hipertiroidisme dikenal juga dengan istilah tirotoksikosis yang

dapat diartikan sebagai reaksi metabolik dari berlebihannya hormon tiroid

(Leo, Lee, Braverman, Unit, & Sciences, 2016). Kondisi ini dapat muncul

secara spontan atau karena ada suatu antibodi yang memacu kelenjar

tiroid, sehingga ukuran kelenjar tiroid juga membesar (Darmayanti et al.,

2012).

2. Epidemiologi

Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013 proporsi yodium dalah rumah

tangga mengalami peningkatan yaitu 1% pada tahun 2007 menjadi 5%

pada tahun 2013, dimana jumlah kasus kelebihan yodium tahun pada 2013

lebih banyak daripada tahun 2007. Keadaan Iodine Induced

Hyperthyroidism dan risiko gangguan kesehatan mengalami peningkatan

dari 24,4% menjadi 66,8% yang artinya beberapa masyarakat didapatkan

status yodium yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan tubuh

dan dapat menghambat produktivitas. Berdasarkan data di Jawa Tengah


0,5% penduduk terdiagnosis hipertiroid dimana prevalensi perempuan

cenderung lebih tinggi daripada laki-laki (Erent et al., 2015).

3. Gejala klinis dan Diagnosis

Berlebihnya hormon tiroid dapat mempengaruhi sistem organ, umumnya

akan terdapa gejala palpitasi, kelelahan, tremor, kecemasan, tidur

terganggu, intoleransi panas, berkeringat, dan polidipsia. Temuan fisik

yang sering ditemukan adalah eksoftalamus, takikardia, tremor

ekstremitas, dan penurunan berat badan (Leo et al., 2016).

Gambaran klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dapat digunakan

sebagai dasar diagnosis gangguan tiroid. Pemeriksaan yodium dilakukan

dengan melakukan tes kadar hormon tiroid dan TSH dalam darah. Jika

kadar TSH serum <0.3mU/l dan fT4 > 24,5pmol/l atau fT3 > 6.3pmol/l

dapat didiagnosis sebagai hipertiroid (Erent et al., 2015).

4. Penatalaksanaan

Terdapat tiga pilihan untuk mengobati hipertiroidisme yaitu obat anti

tiroid (OAT), ablasi yodium radioaktif, dan pembedahan. Pilihan terapi

tersebut efektif pada penyakit graves sedangkan pasien dengan adenoma

toksik dan non toksik harus menggunakan terapi ablasi yodium radioaktif

dan pembedahan. Hal tersebut karena pasien akan jarang mengalami

remisi jika menggunakan terapi ablasi yodium radioaktif dan pembedahan.

Pada pasien dengan goiter nodular toksik, OAT umumnya digunakan


untuk mengembalikan ke kondisi eutiroid sebelum terapi pembedahan

atau ablasi yodium radioaktif (Leo et al., 2016).

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas diri pasien; nama, jenis kelamin, umur, tempat tanggal lahir,

alamat, pekerjaan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Kesehatan sekarang; keadaan pernafasan (nafas pendek), nyeri

dada,batuk,sputum.

2) Kesehatan dahulu; jenis gangguan kesehatan yang baru saja di

alami, cedera dan pembedahan

3) Kesehatan keluarga adakah anggota keluarga yang menderita

empisema, asma, alergi, HT dan DM.

c. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya demam,

menggigil,lemah,keringat dingin malam merupakan gejala yang

berkaitan dengan Hipertiroid

d. Data Pola Pemeliharaan

1) Tentang pekerjaan

2) Obat yang tersedia dirumah

3) Pola tidur-istirahat dan stress

e. Pola Keterlambatan atau Pola peranan-kekerabatan

Adakah pengaruh dari gangguan / penyakit terhadap dirinya dan keluarga


f. Pola Aktivitas/ istirahat

a. Gejala :

1) Kelemahan umum dan kelelahan

2) Napas pendek

3) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari,

menggigil dan berkeringat, mimpi buruk

b. Tanda :

1) Takikardi, takipnea / dyspnea pada kerja

2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

g. Pola Integritas Ego

a. Gejala :

1) Adanya / factor stress lama

2) Masalah keuangan, rumah

3) Perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan

4) Populasi budaya / etnik

b. Tanda :

1) Menyangkal (khusus tahap dini)

2) Ansitas, ketakutan, mudah terangsang

h. Makanan dan Cairan

a. Gejala :

1) Kehilangan nafsu makan

2) Tidak dapat mencerna makanan


3) Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan

4) Kelemahan fisik

5) Penurunan Berat Badan

6) Kesulitan menelan

7) Hemoglobin, albumin kurang dari normal

b. Tanda :

1) Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik

2) Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

i. Nyeri / kenyamanan

1. Gejala :

a. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

2. Tanda :

a. Perilaku distraksi / gelisah

j. Pernapasan

1. Gejala :

a. Napas pendek

b. Perubahan pola nafas

c. Suara nafas tambahan

2. Tanda :

a. Peningkatan frekusensi pernafasan (penyakit luas atau

fibrosisparenkim paru dan pleura)

k. Keamanan

1. Gejala :
a. Adanya kondisi penekanan imun, contoh : AIDS, kanker

2. Tanda :

a. Demam rendah atau sakit panas akut

l. Interaksi sosial

1) Gejala :

a. Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular

b. Perubahan pola kebiasaan dalam tanggung jawab / perubahan

kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

c. Penyuluhan dan pembelajaran

2) Tanda :

a. Riwayat keluarga Tuberculosis Paru

b. Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk

c. Gagal untuk membaik / kambuhnya Tuberculosis Paru

d. Tidak berpartisipasi dalam terapi

l) Perencanaan pemulangan :

Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan

bantuan perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah.

m. Pemeriksaan penunjang :

1. Test kimia darah

2. Cek glukosa urine

(Soemantri, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosia keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah

(SDKI, 2017)

3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan
dimana pada tahap ini ada empat tahap yaittu menentukan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menentukan kriteria hasil, merupakan
intervensi dan aktivitas perawatan (SIKI, 2017)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan kriteria hasil Intervensi dan Rasional
keperawatan
Deficit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Nutrition Management
keperawatan selama x 24 1. Kaji adanya
Definisi: asupan jam diharapkan kebutuhan alergimakanan
nutrisi tidak cukup nutrisi pasienterpenuhi 2. Kolaborasi denganahli
untuk memenuhi dengan giziuntuk memberikan
kebutuhan makanan terpilih
metabolik. Kriteria Hasil : 3. Anjurkan
pasienuntukmeningkatka
DS: 1. Berat badan ideal sesuai nprotein dan vitaminC
dengan tinggi badan 4. Berikan subtansigula
5. Monitor jumlahnutrisi
2. Mampu dankandungan kalori
mengidentifikasi 6. BB pasien dalam batas
kebutuhan nutrisi normal
7. Monitor
3. Tidak ada tanda- adanyapenurunan
tandamalnutrisi beratbadan
8. Monitor
lingkunganselama
4. Menunjukkan makan
peningkatanfungsi 9. Monitor mual
pengecapan darimenelan danmuntah
5. Tidak terjadi penurunan 10. Monitor kalori dan
beratbadan yang berarti intake nutrisi
11. Berikan makanan sedikit
tapi sering
12. Berikan makanan dalam
keadaan hangat
13. Identifikasi makanan
yang disukai

Nyeri Akut : Setelah dilakukan asuhan


Pain management :
Definisi : keperawatan 3x24 jam di
1. Lakukan pengkajian
pengalaman harapkan masalah
nyeri secara
sensori dan keperawatan nyeri akut
komprehensif
emosional yang dapat teratasi dengan
termasuk lokasi,
tidak kriteria hasil :
karakteristik, durasi,
menyenangkan - Mampu mengontrol
frekuensi, kualitas
yang muncul nyeri (tahu penyebab
dan factor prepitasi
akibat kerusakan nyeri, mampu
2. Observasi reaksi
jaringan yang menggunakan tehnik
nonverbal dari
aktual atau nonfarmakologi
ketidaknyamanan
potensial atau untuk mengurangi
3. Gunakan teknik
digambarkan nyeri, mencari
komunikasi terapeutik
dalam hal bantuan)
untuk mengetahui
kerusakan - Melaporkan bahwa
pengalaman apsien
sedemikian nyeri berkurang
4. Kaji kultur yang
rupa. dengan
mempengaruhi respon
menggunakan
nyeri
manajemen nyeri.
5. Bantu pasien dan
Faktor yang
keluarga untuk
berhubungan :
mencari dan
- Agen
menemukan
cedera
dukungan
(Miss,
6. Kaji tipe dan sumber
biologis,
nyeri untuk
zat
menentukan
kimia,
intervensi
fisik,
7. Berikan informasi
psikolog
tehnik relaksasi
is)
nafas dalam
8. Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam
9. Anjurkan istirahat
(PPNI, 2017)

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

perawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen)

dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas

perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan

merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan

kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti

dokter dan petugas kesehatan lain. Agar lebih jelas dan akurat dalam

melakukan implementasi, diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik

dan operasional (SIKI, 2017)

5. Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat

dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan (SLKI, 2017).

Anda mungkin juga menyukai