Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMYELITIS

OLEH

NILAM SARI

2022207209037

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Aspek medis

2.1.1 Defenisi

Osteomielitis adalah peradangan pada tulang yang dapat disebabkan oleh


adanya keterlibatan infeksi dari organisme — organisme tertentu (Kishner, 2015).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah
kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran
langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah di atas tuang, dan abses
bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam dan
pemeriksaan darah menunjukkan hasilnya yang normal. Penderita yang mengalami
infeksi pada sendi anggota gerak,biasanya memiliki nyeri yang menetap didaerah
tersebut( Berbari et ai,2015) .

2.1.2 Etiologi
Penyebab osteomielitis kronis multifaktor. Adanya kondisi avaskuler dan
iskemik pada daerah infeksi dan pembentukan sequestrum pada daerah dengan
tekanan oksigen rendah sehingga tidak bisa dicapai oleh antibiotik. Rendahnya
tekanan oksigen mengurangi efektivitas bakterisidal dari pciymcrpecieufccytes dan
juga merubah infeksi aerobik menjadi anaerob (Wirganowicz, 1999). Penyebab
tersering osteomielitis termasuk patah tulang terbuka, penyebaran bakteri secara
hematogen, dan prosedur pembedahan orthopaedi yang mengalami komplikasi
infeksi (DeCoster dkk, 2008).
Organisme utama penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus, organisme
ini ditemukan baik sendiri maupun kombinasi dengan patogen yang lain pada 65%
hingga 70% pasien. Pseudomonas aeruginosa, penyebab tersering kedua,
ditemukan pada 20% hingga 37% pasien. Osteomielitis biasanya terdapat lebih dari
satu organisme pada 32% hingga 70% pasien. Atypical mycobacteria atau jamur
dapat menjadi patogen pada pasien dengan immunocompromised. Adanya implant dapat
mendukung terjadinya perlengketan mikroba dan pembentukan biofilm, dan dapat
mengganggu proses fagositosis sehingga mempermudah terjadinya infeksi.
Menghilangkan biofilm dengan cara mengeluarkan implant dan debridemen
jaringan mati diperlukan dalam pengobatan infeksi yang sukses (Patzakis dkk,
2005, Salomon dkk, 2010).
Zat-zat yang diproduksi oleh biofilm Staphylococcus aureus
dapat memberikan konstribusi terhadap kehilangan tulang selama osteomielitis
kronis dengan cara menurunkan viabilitas osteoblas dan potensi osteogenik
sehingga membatasi pertumbuhan tulang baru dan meningkatkan resorpsi tulang
dengan cara peningkatan ekspresi RANK-L oleh osteoblas (Sanchez dkk, 2013).

2.1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis osteomyelitis menurut Amin H.N, dkk 2015:
1. Osteomyelitis akut

a. Infeksi dibawa oleh darah


sering terjadi dengan manifestasi klinis septikimia( misalnya : mengigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise , pembesaran kelenjar limfe
regional)
b. Infeksi menyebar dari rongga sum-sum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan
c. penyebaran dari infeksi SEKITAR atau kontaminasi langsung:
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan sering ada
riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka. Lab : anemia, leukositosis
2. Osteomyelitis Kronik
Ditandai dengan PUS (pasangan usia subur) yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi pembengkakan dan
pengeluaran pus , Lab: LED meningkat

2.1.4 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laju endap darah dan C-reactiνe protein (CRP) merupakan tanda dari proses
inflamasi, baik disebabkan oleh infeksi maupun tidak. Keduanya dapat
meningkat sekitar 64% pada pasien osteomielitis kronis.
2. Hitung sel darah putih (WBC) sering normal pada sebagian besar pasien dengan
osteomielitis kronik atau infected nonunion.
3. Pemeriksaan x-ray dapat menunjukan daerah yang mencurigakan terhadap
infeksi, berupa resorpsi tulang, sequestrum, pembentukan tulang baru pada
periosteal atau endosteal dan iregularitas korteks.
4. CT scan menjelaskan tulang lebih detail, adanya sequestrum dan perubahan kecil
seperti erosi atau kerusakan korteks, reaksi periosteal atau endosteal, dan fistula
intraoseus.
5. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dipercaya untuk mendeteksi
perubahan pada sum-sum tulang akibat dari infeksi. Ini merupakan modalitas
dengan sensitivitas tinggi untuk menilai pasien dengan osteomielitis.
Peningkatan cairan sekunder karena edema atau hyperemia menunjukan
penurunan sinyal sum- sum tulang pada T1, dan peningkatan sinyal pada T2

2.1.5 Patofisiologis
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang/osteomielitas. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan — stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses
dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik

PATHWAY
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak
terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.
Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada
daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke
jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi
osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1. Abses Tulang adalah benjolan yang berisi nanah dan nyeri jika disentuh

2. Bakteremia adalah kondisi ketika terdapat bakteri di dalam aliran darah

3. Fraktur Patologis adalah fraktur tulang yang disebabkan oleh kelemahan struktur
tulang yang menyebabkan penurunan resistensi mekanis terhadap beban
mekanis normal.
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic) adalah suatu alat
yang dipakai untuk menggantikan struktur dan fungsi suatu bagian biologis
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.hal ini terjadi ketika bakteri menyerang
kulit yang rusak attau normal
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium. disebabkan oleh infeksi
bakteri atau jamur di otak yang dipicu oleh cedera kepala

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
1. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.

2. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.

3. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam

4. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.

5. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah

6. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan


antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng
yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit
sehat.
7. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
8. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.

a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K


dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.

c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk


kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang
ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah
2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan system
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya
komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian
psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1.) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
- Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
- Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
- Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
- Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara
2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
- Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
2.) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah) dan pada osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3.) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
dengan imunosupresif.
4.) Riwayat psikososial — spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada
kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulang.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan
umum untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (
local).
1.) Keadaan umum meliputi :
Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
2.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada
kasus osteomielitis biasanya akut).
3.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septicemia.
- B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas
tambahan.
- B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
- B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.

a) Kepala: tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan,


tidak ada sakit kepala)
b) Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, refleks menelan
ada).
c) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.

d) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang
disertai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
e) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
f) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.

g) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
h) Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku klien biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
i) Pemeriksaan saraf kranial :

- Saraf I : biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman

- Saraf II : tes ketajaman penglihatan normal.

- Saraf III, IV, dan VI :Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
- Saraf V : klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan
refleks kornea tidak ada kelainan.
- Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.

- Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli presepsi.

- Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik


- Saraf X : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII : lidah simetris, tidak ada devisiasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
j) Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis

- B4 (Bladder) : pengkajian keadaan urine meliputi, warna, jumlah,


karakteristik,dan berat jenis. Biasanya osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada system ini.
- B5 (Bowel) : inspeksi abdomen, bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi, turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi, suara timpani, ada pantulan
gelombang cairan. Auskultasi, peristaltik usus normal (20x/menit).
- B6 (Bone). Adanya osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembekakan sendi akan menggangu fungsi
motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
- Look : Pada osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah
berat bila terjadi spasme local.
- Feel.: Kaji adanya nyeri tekan.

- Move : pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas)


atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan atau keterbatasan gerak
sendi pada osteomelitis akut.
k) Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomelitis merasak nyeri sehingga dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur., suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta
penggunaan obat tidur.

2.2.2 Diagnosa keperawatan (SDKI)


1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma
DIAGNSA OUTCOME
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan inflamasi tindakan keperawatan selama - identifikasi local,
3x24 jam , maka diharapkan karakteristik, durasi,
pada 3 ( sedang) diturunkan frekuensi, kualitas,
pada 5 ( menurun) dengan intensitas nyeri
criteria hasil :
- identifikasi skala nyeri
1. keluhan nyeri menurun

2. meringis menurun Terapeutik


3. perasaan takut cedera - berikan teknik
berulang menurun nonfarmakologis
4. mual dan muntah umnetnugkurangi rasa
menurun nyeri (mis. TENS,
hiponosis, akupruser,
terapi music,
biofeedback, terapi, pijat,
aroma terapi,teknik
imajinasi terbimbing
kompres hangat)
- control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suuhu, ruangan,
pencahayaan , kebisingan)

Edukasi
- jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - identifikasi intoleransi fisik
trauma selama 3x24 jam diharapkan melakukan pergerakan
pada 3 (sedang) diturunkan 1
- monitor kondisi
( menurun
selama melakukan
mobilisasi

Terapeutik
- libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
pergerakan

Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- anjurkan mobilisasi dini

Gangguan Nutrisi Seetelah dilakukan 3x 24 jam Observasi:


diharapakn pada 2 ( cukup
kurang dari memburuk diturunkan pada 4 - Identifikasi status
(cukup membaik)
kebutuhan tubuh nutrisi
Dengan criteria hasil :
berhubungan
1. nafsu makan membaik - identifikasi alergi
dengan muntah 2. membran mukosa membaik
dan intoleransi
makanan
- memonitor naik BB
terapeutik
-sajikan makanan
yang menarik dan
suhu yang sesuai
-berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
-Edukasi :
-kolaborasi dengan
ahli gizi
-untuk
-
-

Anda mungkin juga menyukai