OSTEOMYELITIS
OLEH
NILAM SARI
2022207209037
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Etiologi
Penyebab osteomielitis kronis multifaktor. Adanya kondisi avaskuler dan
iskemik pada daerah infeksi dan pembentukan sequestrum pada daerah dengan
tekanan oksigen rendah sehingga tidak bisa dicapai oleh antibiotik. Rendahnya
tekanan oksigen mengurangi efektivitas bakterisidal dari pciymcrpecieufccytes dan
juga merubah infeksi aerobik menjadi anaerob (Wirganowicz, 1999). Penyebab
tersering osteomielitis termasuk patah tulang terbuka, penyebaran bakteri secara
hematogen, dan prosedur pembedahan orthopaedi yang mengalami komplikasi
infeksi (DeCoster dkk, 2008).
Organisme utama penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus, organisme
ini ditemukan baik sendiri maupun kombinasi dengan patogen yang lain pada 65%
hingga 70% pasien. Pseudomonas aeruginosa, penyebab tersering kedua,
ditemukan pada 20% hingga 37% pasien. Osteomielitis biasanya terdapat lebih dari
satu organisme pada 32% hingga 70% pasien. Atypical mycobacteria atau jamur
dapat menjadi patogen pada pasien dengan immunocompromised. Adanya implant dapat
mendukung terjadinya perlengketan mikroba dan pembentukan biofilm, dan dapat
mengganggu proses fagositosis sehingga mempermudah terjadinya infeksi.
Menghilangkan biofilm dengan cara mengeluarkan implant dan debridemen
jaringan mati diperlukan dalam pengobatan infeksi yang sukses (Patzakis dkk,
2005, Salomon dkk, 2010).
Zat-zat yang diproduksi oleh biofilm Staphylococcus aureus
dapat memberikan konstribusi terhadap kehilangan tulang selama osteomielitis
kronis dengan cara menurunkan viabilitas osteoblas dan potensi osteogenik
sehingga membatasi pertumbuhan tulang baru dan meningkatkan resorpsi tulang
dengan cara peningkatan ekspresi RANK-L oleh osteoblas (Sanchez dkk, 2013).
1. Laju endap darah dan C-reactiνe protein (CRP) merupakan tanda dari proses
inflamasi, baik disebabkan oleh infeksi maupun tidak. Keduanya dapat
meningkat sekitar 64% pada pasien osteomielitis kronis.
2. Hitung sel darah putih (WBC) sering normal pada sebagian besar pasien dengan
osteomielitis kronik atau infected nonunion.
3. Pemeriksaan x-ray dapat menunjukan daerah yang mencurigakan terhadap
infeksi, berupa resorpsi tulang, sequestrum, pembentukan tulang baru pada
periosteal atau endosteal dan iregularitas korteks.
4. CT scan menjelaskan tulang lebih detail, adanya sequestrum dan perubahan kecil
seperti erosi atau kerusakan korteks, reaksi periosteal atau endosteal, dan fistula
intraoseus.
5. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dipercaya untuk mendeteksi
perubahan pada sum-sum tulang akibat dari infeksi. Ini merupakan modalitas
dengan sensitivitas tinggi untuk menilai pasien dengan osteomielitis.
Peningkatan cairan sekunder karena edema atau hyperemia menunjukan
penurunan sinyal sum- sum tulang pada T1, dan peningkatan sinyal pada T2
2.1.5 Patofisiologis
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang/osteomielitas. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan — stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses
dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik
PATHWAY
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak
terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.
Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada
daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke
jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi
osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1. Abses Tulang adalah benjolan yang berisi nanah dan nyeri jika disentuh
3. Fraktur Patologis adalah fraktur tulang yang disebabkan oleh kelemahan struktur
tulang yang menyebabkan penurunan resistensi mekanis terhadap beban
mekanis normal.
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic) adalah suatu alat
yang dipakai untuk menggantikan struktur dan fungsi suatu bagian biologis
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.hal ini terjadi ketika bakteri menyerang
kulit yang rusak attau normal
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium. disebabkan oleh infeksi
bakteri atau jamur di otak yang dipicu oleh cedera kepala
2.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan system
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya
komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian
psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1.) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
- Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
- Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
- Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
- Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara
2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
- Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
2.) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah) dan pada osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3.) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
dengan imunosupresif.
4.) Riwayat psikososial — spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada
kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulang.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan
umum untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (
local).
1.) Keadaan umum meliputi :
Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
2.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada
kasus osteomielitis biasanya akut).
3.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septicemia.
- B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas
tambahan.
- B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
- B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
d) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang
disertai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
e) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
f) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.
g) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
h) Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku klien biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
i) Pemeriksaan saraf kranial :
- Saraf III, IV, dan VI :Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
- Saraf V : klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan
refleks kornea tidak ada kelainan.
- Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Edukasi
- jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan - identifikasi intoleransi fisik
trauma selama 3x24 jam diharapkan melakukan pergerakan
pada 3 (sedang) diturunkan 1
- monitor kondisi
( menurun
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
- libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
pergerakan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- anjurkan mobilisasi dini