Anda di halaman 1dari 64

Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS OSTEOMYELITIS DI RSUD
DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah III


Program Studi Sarjana Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Riandi Alvin, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh
Afdhalun Nisa’ 302017002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
OSTEOMYELITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Osteomyelitis


1. Definisi Osteomyelitis
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi
yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang mengenai
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah , respon jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru disekeliling
jaringan tulang mati (Brunner & Suddart, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen) (Corwin,
2009).

2. Klasifikasi Osteomyelitis
Klasifikasi osteomielitis yang paling banyak digunakan dalam literatur medis
dan dalam praktek klinis disajikan oleh Waldvogel dkk dan Cierny dkk. menurut
sumber infeksinya, osteomielitis diklasifikasikan sebagai hematogen jika infeksi
berasal dari bakteremia dan bersebelahan jika berasal dari infeksi jaringan
terdekat. Terdapat juga klasifikasi osteomielitis lain terkait adanya insufisiensi
vaskuler bukan disebutkan oleh Waldvogel et al tetapi cukup relevan, yaitu
infeksi yang terjadi dari penetrasi langsung mikroorganisme ke dalam tulang
baik dari cedera atau prosedur pembedahan. Tibia adalah tempat yang paling
sering terinfeksi pada osteomielitis pasca trauma dan dikaitkan dengan
morbiditas yang cukup besar (Rawung et al., 2019).
Klasifikasi lain yang umum digunakan adalah klasifikasi Cierny-Mader dari
Cierny dkk. Klasifikasi ini mencakup empat tahap anatomis: Tahap 1, meduler,
osteomielitis terbatas pada rongga meduler tulang; Stadium 2, superfisial,
osteomielitis hanya melibatkan tulang kortikal dan biasanya berasal dari
inokulasi langsung atau infeksi fokus yang menular; Stadium 3 dan 4,
osteomielitis terlokalisasi dan difus biasanya melibatkan tulang kortikal dan
meduler. Padahal, jika proses infeksi tidak melibatkan seluruh diameter tulang,
tulang tersebut tetap stabil. Pada osteomielitis difus, seluruh ketebalan tulang
terlibat yang menyebabkan hilangnya stabilitas. Selain itu, sistem ini
mengklasifikasikan pasien osteomielitis sebagai host A, B, atau C. Sebuah host
A tidak memiliki faktor kompromi sistemik atau lokal; host B dipengaruhi oleh
satu atau lebih faktor yang membahayakan; dan host C sangat terancam
(Rawung et al., 2019).
Berdasarkan lamanya infeksi, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3 antara lain:
a. Osteomielitis akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini
biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).
b. Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
c. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau
lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan
biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
3. Etiologi Osteomyelitis
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis. Organisme
patogenik lainnya yang sering di jumpai yaitu proteus, pseudomonas, dan
escherichia coli. Infeksi dapat terjadi melalui (Suratun dkk, 2008):
a. Penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tempat lain: tonsil yang
terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau
ulkus vaskular.
c. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik (luka
tembak, pembedahan tulang).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk,
2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan
mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
4. Manifestasi Klinik Osteomyelitis
Tanda-tanda infeksi akut seperti demam, lekas marah, lesu, dan tanda
peradangan lokal dapat terjadi pada anak-anak. Jaringan lunak yang menyelimuti
tulang yang terinfeksi biasanya tidak terjadi pada anak-anak dengan
osteomielitis hematogen karena efektivitas respons terhadap infeksi. Secara
umum, pasien mungkin datang dengan rasa sakit di tempat yang terkena,
pembengkakan, eritema, dan drainase. Osteomielitis hematogen primer atau
rekuren pada orang dewasa biasanya menimbulkan keluhan samar nyeri
nonspesifik dan demam ringan dan kadang-kadang manifestasi klinis akut
seperti pada anak-anak (Rawung et al., 2019).
Pada osteomielitis yang berdekatan, pasien mungkin datang dengan tanda
bakteremia seperti demam, menggigil, dan keringat malam terutama pada fase
akut. Nyeri tulang dan sendi yang terlokalisasi, dan tanda peradangan di sekitar
area yang terinfeksi juga dapat muncul pada fase akut tetapi tidak pada fase
kronis. Fase kronis dapat berkembang baik dari osteomielitis hematogen atau
menular. Keropos tulang lokal, pembentukan sequestrum, dan sklerosis tulang
sering terjadi pada osteomielitis kronis. Abses lokal dan atau infeksi jaringan
lunak akut dapat muncul sebagai tanda obstruksi saluran sinus (Rawung et al.,
2019).
5. Patofisiologi Osteomyelitis
Osteomielitis mencakup spektrum yang luas dari mekanisme penyakit dengan
tiga kategori yang diterima secara umum: penyebaran hematogen (melalui
darah), kontaminasi yang berdekatan, dan infeksi terkait insufisiensi vaskular
atau neurologis. Karakteristik dari setiap kategori dapat diringkas sebagai
berikut:
a. Utama
Penyebaran bakteri hematogen terutama mempengaruhi metafisis pasien
skeletal imatur atau badan vertebral pada segala usia, meskipun infeksi di
lokasi lain mungkin terjadi.
b. Berdekatan
Infeksi biasanya menyebar dari tempat yang terkontaminasi sering
terlihat dengan kontaminasi langsung bakteri pada fraktur terbuka atau
operasi penggantian sendi dengan implan ortopedi.
c. Insufisiensi vaskular atau neurologis terkait osteomielitis
Hasil dari suplai darah yang buruk, luka diabetes, kehilangan pelindung
sensasi dan pertahanan kekebalan yang berubah, biasanya mempengaruhi
ekstremitas bawah.

Gambar 1. Karakteristik Osteomyelitis


Meskipun semua jenis organisme, termasuk bakteri, virus, parasit, dan jamur
dapat menyebabkan osteomielitis, infeksi tulang biasanya disebabkan oleh
bakteri piogenik dan mikobakteri tertentu. Staphylococcus aureus (S. aureus)
bertanggung jawab atas 80% hingga 90% kasus osteomielitis piogenik,
sementara Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) adalah flora kulit paling
melimpah yang tampaknya dominan menginfeksi perangkat medis, termasuk
implan perangkat keras ortopedi dan kateter. Ketika jaringan tulang terinfeksi,
bakteri menyebabkan reaksi peradangan akut. Bakteri dan peradangan
mempengaruhi periosteum dan menyebar ke dalam tulang yang menyebabkan
nekrosis tulang. Pada anak-anak, periosteum melekat secara longgar ke korteks,
memungkinkan pembentukan abses subperiosteal yang cukup besar di sepanjang
permukaan tulang. Pengangkatan periosteum selanjutnya mengganggu suplai
darah ke tulang yang terkena menyebabkan nekrosis tulang segmental yang
dikenal sebagai sequestrum. Pada tahap kronis, banyak sel inflamasi dan
pelepasan sitokinnya merangsang resorpsi tulang osteoklastik, pertumbuhan
jaringan fibrosa, dan pengendapan tulang baru reaktif di pinggiran. Ketika tulang
yang baru disimpan membentuk selongsong jaringan hidup di sekitar segmen
tulang terinfeksi yang mengalami devitalisasi, itu dikenal sebagai involucrum.
Pecahnya abses subperiosteal dapat menyebabkan abses jaringan lunak dan
akhirnya membentuk drainase sinus (Rawung et al., 2019).
Pathway Osteomyelitis
6. Pemeriksaan Diagnostik Osteomyelitis
Penegakkan diagnosis osteomielitis harus menyingkirkan dahulu kemungkinan
septikemia, benda asing, poliomielitis (jarang), demam reumatik, miostosis
(inflamasi oto volunter) dan fraktur tulang. Riwayat penyakit, hasil pemeriksaan
fisik, dan laboratorium yang membantu memastikan osteomielitis meliputi:
a. Riwayat infeksi pada saluran kemih, saluran napas, teling atau kulit; riwayat
gigitan hewan atau manusia; atau trauma tembus yang lain
b. Jumlah sel darah putih yang memperlihatkan leukositosis
c. Kenaikan laju endap darah
d. Kultur darah yang menujukkan mikroorganisme penyebab
e. Pemeriksaan MRI untuk membedakan sumsum tulang dari jaringan lunak
(memudahkan diagnosis)
f. Foto rontgen (yang mungkin baru memperlihatkan lesi pada tulang sesudah
penyakit berjalan aktif selama dua hingga tiga minggu)
g. Pemeriksaan scanning tulang untuk mendeteksi infeksi yang dini.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteomielitis meliputi debridemen untuk mengontrol infeksi
dan cakupan antibiotik yang diarahkan kultur. Penyakit yang mendasari seperti
diabetes harus lebih diperhatikan. Oleh karena itu, upaya dilakukan untuk
meningkatkan status gizi, medis, dan vaskular pasien, serta untuk mengobati
penyakit yang mendasari jika memungkinkan. Ini membutuhkan pendekatan tim
termasuk ahli bedah plastik, spesialis penyakit menular, dan dokter lainnya.
Penangan osteomielitis akut harus sudah dimulai sebelum penegakkan diagnosis
pasti dan penanganan tersebut meliputi:
a. Penyuntikkan antibiotik IV dengan dosis tinggi (yang biasanya berupa
penisin yang resiten terhadap enzim penisilinase, seperti nafsilin [Nafcil]
atau oksasilin [Bactocill] sesudah dilakukan pemeriksaan kultur darah
b. Tindakan drainase awal dengan pembedahan untuk mengurangi tekanan dan
pembentukan abses
c. Imobilisasi bagian tubuh yang sakit dengan gips, traksi, atau tirah baring
untuk mencegah kekambuhan atau kegagalan penyembuhan
d. Tindakan suportif, seperti pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri
dan cairan infus untuk mempertahankan status hidrasi
e. Insisi dan drainase yang diikuti dengan pemeriksaan kultur cairan drainase
(jika terbentuk abses atau sinus tracts)
Terapi antibiotik untuk mengontrol infeksi dapat meliputi:
a. Pemberian antibiotik sistemik
b. Tindakan memasukkan antibiotik ke dalam rongga tulang menggunakan
sistem irigasi tertutup yang kontinu disertai tindakan pengisapan intermiten
yang tidak terlalu kuat
c. Irigasi terbatas dengan sistem drainase darah yang disertai tindakan
pengisapan (Hemovac)kmpres dengan kasa basah yang mengandung
antibiotik
Perawatan osteomielitis kronis dapat meliputi
a. Pembedahan yang biasanya diperlukan untuk mengangkat jaringan tulang
yang telah mati dan meningkatkan drainase (prognosis tetap jelek sekalipun
sudah dilakukan pembedahan)
b. Terapi oksigen hiperbarik untuk menstimulasi mekanisme imun yang normal
c. Pencangkokan kulit, tulang, dan otot untuk mengisi dead space dan
meningkatkan pasokan darah
8. Antibiotik pada Pasien Osteomyelitis
a. Teikoplanin (Teicoplanin) adalah antibiotik golongan glikopeptida, termasuk
kelas makrolida yang mempunyai spektrum luas, aktif terutama terhadap
bakteri gram positif. teikoplanin (Teicoplanin) adalah bakteriostatik yang
bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
Kegunaan teikoplanin (Teicoplanin) adalah untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh kuman yang peka terhadap teikoplanin (Teicoplanin)
terutama yang disebabkan oleh bakteri gram positif, termasuk inkeksi oleh
Staphylococcus aureus, streptococci, enterococci, bacilli, diphtheroids dan
Enterococcus faecalis yang resisten terhadap antibiotika lain.
b. Cotrimoxazole 480mg tablet adalah tablet antibiotik kombinasi trimethoprim
80 mg dan sulfamethoxazole 400 mg. Obat ini digunakan untuk menangani
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti bronkitis, otitis media, dan
infeksi saluran kemih. Selain itu, kotrimoksazol juga dapat digunakan untuk
menangani dan mencegah pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada
pasien dengan daya tahan tubuh turun, seperti penderita HIV/AIDS. Obat ini
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.
c. Cefazolin adalah antibiotik yang digunakan untuk menangani beragam
kondisi akibat infeksi bakteri. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah infeksi bakteri pada seseorang yang akan dan telah menjalani
operasi.
9. Biopsi Tulang
Biopsi tulang adalah prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker
atau sel yang tidak normal pada tulang. Pada prosedur ini, sampel dari jaringan
tulang diambil dan diperiksa di bawah mikroskop (Ratini, 2020). Umumnya,
jaringan yang digunakan sebagai sampel pada biopsi tulang berasal dari lapisan
luar tulang. Berdasarkan prosedurnya, terdapat dua tipe biopsi tulang di bawah
ini:
a. Biopsi jarum
Pada biopsi jarum, dokter menggunakan jarum khusus untuk mengambil
sampel jaringan tulang.
b. Biopsi operasi
Pada biopsi operasi, sampel jaringan diambil melalui sayatan pada kulit.
Prosedur ini dilakukan bila dokter membutuhkan sampel jaringan yang lebih
banyak.
Biopsi tulang dilakukan oleh dokter dengan tujuan mengevaluasi nyeri tulang,
memastikan hasil rontgen tulang yang tidak normal, menentukan apakah tumor
tulang bersifat jinak atau ganas, mencari tahu penyebab yang mendasari radang
atau infeksi tulang. Prosedur ini bervariasi dan tergantung jenisnya di bawah ini:
a. Biopsi jarum
- Dokter akan membuat sayatan kecil pada kulit.
- Dokter kemudian memasukkan jarum ke dalam tulang untuk mengambil
sampel jaringan.
- Dokter mungkin akan membutuhkan X-Ray atau CT scan untuk
memandu jarum ke area tulang yang tepat.
- Untuk mengambil sampel jaringan yang kecil, jarum tipis akan
digunakan. Prosedur ini dikenal dengan nama fine needle biopsy.
- Untuk mengambil sampel jaringan yang lebih besar, dokter akan
menggunakan jarum dengan ukuran yang lebih besar pula. Prosedur ini
dikenal dengan nama core needle biopsy.
- Pasien mungkin akan merasakan sedikit tekanan ketika jarum
dimasukkan dan dikeluarkan dari kulit.
- Setelah prosedur selesai, luka akan ditutup dengan perban untuk
menghentikan perdarahan
b. Biopsi operasi
- Dokter akan membuat sayatan kecil pada kulit hingga tulang terlihat.
- Sampel tulang akan diambil melalui sayatan tersebut.
- Setelah sampel diambil, dokter akan menutup luka sayatan dengan
jahitan dan perban.
10. Peran Perawat Pre, Intra, Post Operatif
1. Tindakan Keperawatan preoperatif
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh
perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien
intraoperatif. Adapun persiapan Klien di Unit Perawatan yaitu:
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi
gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih
lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.
Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan di antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135
-145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan
kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik.
4) Kebersihan lambung dan kolon
5) Pencukuran daerah operasi
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi. Latihan yang dimaksud seperti latihan nafas
dalam, latihan gerak sendi.
b. Persiapan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi yaitu:
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT
scan (computerized Tomography Scan)
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
c. Pemeriksaan Status Anestesi
d. Informed Consent
e. Persiapan Mental/Psikis
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang
dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien
tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi.
2) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan
3) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada
4) Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan
hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien
5) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre
medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur
untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga
kebutuhan istirahatnya terpenuhi. (Qosi, 2014)
2. Tindakan keperawatan intraoperatif
Keperawatan Intraoperatif adalah tindakan keperawatan selama fase
intraoperasi berfokus pada kondisi emosional dan juga faktor fisik seperti
keamanan,posisi tubuh, menjaga asepsis dan mengontrol kondisi ruang
bedah. Pengkajian praoperasi membantu perawat merencanakan intervensi
selama fase ini. Perawat tetap bertindak sebagai penjaga pasien,
mengatisipasi komplikasi yang mungkin terjadi. Bila dokter bedah fokus
melakukan tindakan bedah, tim anestesi fokus pada pernafasan dan
memepertahankan stabilitas fisiologis, perawat bertanggung jawab dengan
semua aktivitas lain yang berlangsung di ruang operasi. (Sutisna, 2012)
3. Tindakan keperawatan pasca operatif
Berikut merupakan intervensi keperawatan pasca operatif yang seharusnya
dilakukan oleh perawat yaitu:
1) Penyuluhan pasien/keluarga
Perawat perlu menerangkan kepada pasien dan keluaganya mengenai
obat yang diteruskan dirumah, perawatan luka bedah, tanda dan gejala
komplikasi, pembatasan kegiatan dan tindak lanjut asuhan.
2) Pemeliharaan fungsi pernapasan
- Pemeliharaan kepatenan jalan napas
- Pemeliharaan pertukaran gas
3) Pemeliharaan sirkulasi
- Pemeliharaan aliran balik vena
- Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pemeliharaan termoregulasi
5) Pemeliharaan kenyamanan
11. Komplikasi
a. Amputasi (lengan atau tungkai kalau osteomielitis kronis yang resisten
menyebabkan nyeri yang berat serta mengganggu dan mengurangi fungsi
tulang.
b. Korteks tulang yang lemah sehingga merupakan faktor prediposisi untuk
fraktur patologis
c. Pertumbuhan ekstremitas yang terhenti (pada anak dengan osteomielitis
berat)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Osteomyelitis


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema,
demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam.
- Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang,
cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
- Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka,
tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-
faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
b. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 38o, takhikardi,
irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
c. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga
perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya
hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah
meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini
adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula
dengan biopsi tulang atau MRI.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis
adalah :
a. Nyeri Akut/ Kronis
b. Hipertermi
c. Risiko Infeksi
d. Gangguan Mobilitas Fisik
e. Kerusakan Integritas Kulit
DAFTAR PUSTAKA

Birt, M. C., Anderson, D. W., Toby, E. B., & Wang, J. (2017). Osteomyelitis : Recent
advances in pathophysiology and therapeutic strategies. Journal of Orthopaedics,
14(1), 45–52. https://doi.org/10.1016/j.jor.2016.10.004
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku saku. Jakarta: EGC.
Jakarta: EGC
Ratini, M. (2020). What Is a Bone Biopsy? WebMD.
https://www.webmd.com/cancer/what-is-bone-biopsy#2
Rawung, R., Moningkey, C., Ratulangi, S., Surgery, G., & Program, R. (2019).
Osteomyelitis: A Literature Review. Jurnal Biomedik (JBM, 11(2), 69–79.
Suratun., dkk. 2008. Klien Dengan Sistem Muskoloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Suryadi, M. (2016). LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS DI RSUD DR
MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN.
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D USIA 24 TAHUN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOMYELITIS DI RUANG
KEMUNING RSUD DR. HASAN SADIKIN KOTA BANDUNG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah III


Program Studi Sarjana Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Riandi Alvin, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh
Afdhalun Nisa’ 302017002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
KASUS 3

Pasien laki-laki, 24 tahun dibawa ke UGD RSHS dengan keluhan demam, tidak
bisa berjalan, tampak eritema, pembengkakan dan nyeri dikaki kiri selama 10 hari,
Sebelumnya pasien berobat dj klinik dan mendapatkan terapi paracetamol 500
mg :4 3 dan Cefazolin l x 3 gr.
Hasil pemeriksaan flsik menunjukkan nyeri skala 8 (0-10) dan demam 37,9C.
Pemeriksaaan sistem tubuh lain normal .kecuali area ekstremitas bawah, terdapat
pembengkakan lokal, eritema, saat dipalpasi tampak lembut dan panas di sekitar
area bengkak, gerakan kaki terbatas, fungsi neurovaskuler masih baik.
Hasil pemeriksaan laboratorium kadar hemoglobin 11,9 gr/dl, leukosit 25400
lmm3, trombosit 254.000 /mm3. Laju endap darah (LED) 140 mm/jam dengan
protein C-reaktif (CRP) berukuran 60 mg/dl.
Pasien terdiagnosa Osteomielitis, maka dokter melakukan biospi tulang dan hasil
pemeriksaan menunjukkan bakteri gram coccus positif. Terapi Tefazolin masih
dilanjutkan tetapi pasien tidak ada perbaikan. Setelah 3 hari hasil kultur
menunjukkan MRSA sensitif. Terapi diganti dengan Teicoplanin 400 mg/hari
melalui intra vena selama 2 minggu, Trimetoprim-sulfamethoxazole 480 mg x
2/hari per oral sclama l bulan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D USIA 24 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS OSTEOMYELITIS DI RUANG KEMUNING
RSUD DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. D
Tanggal Lahir : 11 April 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cicalengka
Pekerjaan : Reporter
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Status : Menikah
Nomor RM : 334098
Diagnosa Medis : Osteomyelitis
Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2020
Tanggal Masuk RS : 25 Desember 2020

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Tn A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Pasien : Sepupu
Alamat : Cicalengka

Asal Pasien :  Rawat Jalan


 Rawat Inap
 Rujukan

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh demam, tidak bisa berjalan, tampak eritema, pembengkakan dan
nyeri dikaki kiri selama 10 hari.
2. Riwayat Penyakit :
□ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV  Tidak ada,
3. Riwayat Operasi/anestesi : □ Ada Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan..................  Tidak ada
5. Jenis Operasi : Biopsi Tulang
6. Pemeriksaan TTV : Suhu : 37,9 °C
Nadi : 98 x/mnt
Respirasi : 22 x/mnt
TD :120/80 mmHg

7. TB/BB : 170 cm/55 kg IMT : 19 (Normal)


8. Golongan Darah : O Rhesus : +

Riwayat Psikososial/Spiritual
9. Status Emosional
□ Tenang □ Bingung  Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis
□ Menarik diri
10. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas  Cemas
11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
□ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik

12. Skala nyeri


Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7 8-9 □ 10

13. Survey Sekunder, Pemeriksaan Fisik Head to Toe

Bagian Normal Jika Tidak Normal Jelaskan


Ya Tidak
Fisik
Kepala 
Leher 
Dada 
Abdomen 
Genitalia 
Integumen 
Ekstremitas  Area ekstremitas bawah, terdapat
pembengkakan lokal, eritema, saat
dipalpasi tampak lembut dan panas di
sekitar area bengkak, gerakan kaki
terbatas, fungsi neurovaskuler masih
baik, kekuatan otot 4/5 dan terdapat
kekakuan sendi.

14. Hasil data penunjang: Hasil kultur menunjukkan MRSA sensitif


15. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
22-Desemberl-2020
Hematologi
- Hemoglobin 11,6 13,5 ~ 17,5 g/dL
- Leukosit 25400 4400 ~ 11300 /mm3
- Trombosit 254000 150000 ~ 450000 /mm3
- Laju Endap
Darah (LED) 140 0 ~ 22 mm/ jam
- C- Reaktif
Protein (CRP)
60 mg/L
16. EKG: -
17. Rontgen: -
18. USG: -
19. Program Terapi
Nama Obat Dosis Rute Indikasi

Infus RL 500 28 tpm IV RL sebagai cairan hidrasi dan


elektrolit untuk meringankan diare,
luka bakar, kadar natrium rendah
hingga aritmia.
Terapi 0,25-1,5 gr IV Obat antibiootik ntuk mengobati
berbagai jenis bakteri, dengan cara
Cefazolin tiap 6-8
menghentikan pertumbuhan bakteria.
jam /hari
B. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam: 21.15 WIB
2. Pembedahan dimulai jam: 21.30 WIB
3. Jenis anastesi:
□ Spinal √ Umum/general anastesi □Lokal □ Nervus blok
□……………
4. Posisi operasi: □ terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees
√ lateral: √ kanan □ kiri □ lainnya......
5. Catatan Anestesi:
6. Pemasangan alat-alat:
Airway: □ Terpasang ETT no:........ □ Terpasang LMA no: 3
□ OPA □ O2 Nasal
7. Pemeriksaan TTV :
Suhu: 37oC
Nadi: 90 x/mnt, Teraba √ kuat, □ Lemah, √ teratur, □ tidak teratur,
RR: 20 x/mnt,
TD: 120/80 mmHg,
Saturasi O2: 98 %
8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas

Bagian Normal Jika Tidak Normal Jelaskan


Ya Tidak
Fisik
Kepala √
Leher √
Dada √
Abdomen √
Genitalia √
Integumen √
Ekstremitas √ Area ekstremitas bawah, terdapat
pembengkakan lokal, eritema, saat
dipalpasi tampak lembut dan panas di
sekitar area bengkak.

9. Total cairan masuk


Infus : 1500cc/24jam
Tranfusi : -
10. Total cairan keluar
Urine : 950cc
Perdarahan : 250
11. Balance cairan : 300cc

C. POST OPERASI
Pasien pindah ke :
- Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam …WIB

- Recovery Room, jam 00.00 WIB


1. Keluhan saat di RR :
√ Mual □ Muntah □ pusing √Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal □ Menggigil
□ lainnya…..
2. Keadaan Umum : □ Baik √Sedang □ Sakit berat
3. Pemeriksaan TTV :
Suhu : 35 oC
Nadi : 61 x/mnt
R : 16 x/mnt,
TD : 100/70mmHg
Sat O2 : 98 %
4. Kesadaran: √CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma
5. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Bagian Normal Jika Tidak Normal Jelaskan
Ya Tidak
Fisik
Kepala √
Leher √
Dada √
Abdomen √
Genitalia √
Integumen √
Ekstremitas √ Terdapat luka post op bone biopsy pada
area ekstermitas kiri, terdapat bengkak
pada sekitar area post op, dan apabila
dipalpasi teras lembut dan panas
6. Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7 √8-9 □ 10
B. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
1. Pre Operasi Invasi Bakteri Nyeri Akut
DS: Pasien mengeluh nyeri Staphylococcus Aureus
dikaki kiri selama 10 hari. ↓
Invasi Ke Tulang
DO: ↓
 Pasien tampak gelisah, Osteomyelitis
meringis dan fokus pada ↓
area nyeri Fagositosis
 Skala nyeri 8 (0-10) ↓
 Nyeri yang dirasakan Proses Inflamasi:
berdenyut-denyut Hiperemia Dan
 Nyeri dirasakan Pembengkakan
walaupun pasien sedang ↓
istirahat Peningkatan Jaringan
Ikat Pada Tulang

Iskemia Tulang

Ketidakseimbangan
Kebutuhan Oksigen

Metabolisme anaerob

Asam Laktat Meningkat

Akumulasi K+
ekstraseluler dan H+

Mengaktifkan
nosiseptor

Persepsi Nyeri
(<3bulan)

Nyeri Akut
2 Pre Operasi Invasi Bakteri Hipertermia
DS: Pasien mengeluh Staphylococcus Aureus
demam.. ↓
DO: Invasi Ke Tulang
 Pasien tampak lemas dan ↓
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
berkeringat Osteomyelitis
 Terdapat pembengkakan ↓
dan tampak eritema pada Fagositosis
kaki kiri. Saat dipalpasi ↓
lembut dan panas pada Akumulasi Monosit
area bengkak. Makrofag, Sel T Helper
 Nadi: 22x/ mnt Dan Fibrolas
 Respirasi: 98x/mnt ↓
Pelepasan Pirogen
Endogen (Sitokin)

Interleukin-1
Interleukin-6

Menembus Sawar Otak

Pembentukan
Prostaglandin Otak

Merangsang
Hipotalamus
Meningkatkan Titik
Patokan Suhu

Meningkatkan Suhu
Basal

Hipertermia
3 Pre Operasi Invasi Bakteri Gangguan
DS: Staphylococcus Aureus Mobilitas Fisik
- Pasien mengeluh nyeri ↓
dikaki kiri selama 10 Invasi Ke Tulang
hari. ↓
- Pasien mengeluh tidak Osteomyelitis
bisa berjalan ↓
DO: Fagositosis
 Terdapat eritema dan ↓
pembengkakan pada kaki Proses Inflamasi:
 Gerakan kaki terbatas Hiperemia Dan
 Kekuatan otot Pembengkakan

No. Data Subjektif Etiologi Masalah
ekstremitas bawah 4/5 Peningkatan Jaringan
 Fisik pasien tampak Ikat Pada Tulang
lemah ↓
 Terdapat kekakuan sendi Iskemia Dan Nekrosis
Tulang

Pembentukan Abses

Pergerakan Kaki
Terbatas

Gangguan Mobilitas
Fisik
4 Pre Operasi Invasi Bakteri Ansietas
DS: Staphylococcus Aureus
- Pasien mengeluh takut ↓
dilakukan operasi Invasi Ke Tulang
- Pasien menanyakan ↓
berapa lama waktu Osteomyelitis
operasi berlangsung ↓
DO: Fagositosis
 Pasien tampak cemas dan ↓
pucat Proses Inflamasi:
 Pasien tampak tidak Hiperemia Dan
fokus Pembengkakan
 Skala cemas pasien 3 (0- ↓
5) Operasi Biopsi Tulang
 Respirasi pasien ↓
meningkat (22x/mnt) Pasien tampak cemas
dan gelisah akan
dioperasi

Ansietas
5 Intra Operasi Invasi Bakteri Resiko Infeksi
DS: -. Kaji keluhan yang Staphylococcus Aureus
dirasakan pasien. ↓
DO: Invasi Ke Tulang
 Terdapat luka terbuka ↓
pada kaki kiri pasien Osteomyelitis
karena sedang dilakukan ↓
biopsi tulang Fagositosis
No. Data Subjektif Etiologi Masalah

Proses Inflamasi:
Hiperemia Dan
Pembengkakan

Operasi Biopsi Tulang

Kerusakan Jaringan dan
vaskuler

Port de entry

Beresiko invasi bakteri

Resiko Infeksi
6 Post Operasi Invasi Bakteri Nyeri Akut
DS: Pasien mengeluh nyeri Staphylococcus Aureus
dikaki kiri. ↓
Invasi Ke Tulang
DO: ↓
 Pasien tampak gelisah, Osteomyelitis
meringis dan fokus pada ↓
area nyeri Fagositosis
 Pasien post-op biopsi ↓
tulang Proses Inflamasi:
 Skala 7 (0-10) Hiperemia Dan
 Nyeri yang dirasakan Pembengkakan
berdenyut-denyut ↓
 Nyeri dirasakan Operasi Biopsi Tulang
terutama pada area luka ↓
 Saat istirahat nyeri tetap Kerusakan Jaringan dan
dirasakan Sel


Pelepasan Mediator
Nyeri (Histamin,
Bradikinin,
Prostaglandin,
Serotonin, Ion Kalium,
Dll)

Merangsang Nosiseptor
No. Data Subjektif Etiologi Masalah

Dihantarkan Serabut
Tipe A Gamma Dan
Serabut Tipe C

Medulla Spinalis

Otak (Korteks
Somatosensorik)

Persepsi Nyeri

Nyeri Akut
7 Post Operasi Invasi Bakteri Resiko Infeksi
Staphylococcus Aureus
DS: -. Kaji keluhan yang

dirasakan pasien.
Invasi Ke Tulang
DO: ↓
Osteomyelitis
 Pasien post op biopsi

tulang
Fagositosis
Terdapat luka post op bipsi

tulang pada kaki kiri pasien
Proses Inflamasi:
Hiperemia Dan
Pembengkakan

Operasi Biopsi Tulang

Kerusakan Jaringan dan
Sel

Port de entry

Perwatan luka post op
tidak dilaksanakan
dengan steril

Resiko Infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PREOPERASI


Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia pada pasien ini adalah berikut.
1. Nyeri Akut b.d Agen cedera Biologis: Inflamasi akibat Proses penyakit
Osteomyelitis
2. Hipertermia b.d Proses penyakit Osteomyelitis akibat infeksi bakteri
Staphylococcus Aureus
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan Integritas Struktur Tulang akibat
Pembentukan Abses di Tulang pada Penyakit Osteomyelitis
4. Ansietas b.d Krisis Situasional Pre-Operasi Biopsi Tulang pada Penyakit
Osteomyelitis

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTRA OPERASI


Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia pada pasien ini adalah berikut.
5. Resiko Infeksi b.d Tindakan invasif Biopsi Tulang pada Pasien dengan Penyakit
Osteomyelitis
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN POSTOPERASI
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia pada pasien ini adalah berikut.
6. Nyeri Akut b.d Agen cedera Fisik: Prosedur Operasi Biopsi Tulang
7. Resiko Infeksi b.d Tindakan invasif Post Biopsi Tulang pada Pasien dengan
Penyakit Osteomyelitis
VI. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. D Ruangan : Kemuning
No. Medrek : 334098 Diagnosa Medis : Osteomyelitis
No Masalah Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
1 Nyeri Akut b.d Agen cedera Tujuan: Manajemen Nyeri
Biologis: Inflamasi akibat Proses Setelah dilakukan tindakan Observasi:
penyakit Osteomyelitis keperawatan selama 1 x - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Untuk mengetahui karateristik dan
24 jam Nyeri Akut b.d frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan lokasi nyeri sehingga mampu
Agen cedera Biologis: respons nyeri non verbal. menemukan pencetusnya dan
Inflamasi akibat Proses - Indentifikasi faktor yang meperberat dan melanjutkan intervensi sesuai
penyakit Osteomyelitis memperingan nyeri dengan yang dialami pasien
dengan kriteria hasil: - Indikasi pengeruh nyeri terhadap kualitas - Untuk mengetahui dampak keluhan
- Pasien tidak sering tidur pasien nyeri terhdap kesehariannya
mengeluh nyeri kaki
lagi
- Skala nyeri pasien Terapeutik:
- Terapi non farmakologi untuk
ringan dengan rentang - Berikan terapi non-farmakologis
mengurangi nyeri yang dirasakan
1-3 dari skala 0-10 aromaterapi lavender metode inhalasi
pasien
- Kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
- Untuk memberikan kenyaman pada
sesuai kebutuhan pasien.
pasien

Edukasi: - Agar pasien mengetahui hal-hal


- Jelaskan 2 strategi meredakan nyeri yang dapat dilakukan saat nyeri
(Terapi Musik dan Aromaterapi Lavender) mulai terasa lagi
- Ajarkan teknik non faramkologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan aromaterapi
lavender metode inhalasi

- Agar dapat mengatasi nyeri yang


Kolaborasi: dirasakan pasien dengan lebih akurat
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian dan cepat
analgetik

- Untuk mengetahui keluhan seperti


Perawatan Kenyaman
pada pasien saat merasakan nyeri
Observasi:
ketika tidur sehingga dapat
- Identifikasi gejala yang tidak
memntukan intervensi selanjutnya
menyenangkan seperti nyeri yang
dirasakaan tidur
- Agar pasien dapat menjalankan
istirahatnya dengan baik dan
Terapeutik: nyaman
- Berikan posisi yang nyaman - Agar perawat dapat meberikan
- Dukung keluarga terlibat dalam terapi kondisi atau kenyaman lingkungan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan sesuai yang diingankan pasien
terapi yang diinginkan

2 Hipertermia b.d Proses penyakit Tujuan: Manajemen Hipertermia


Osteomyelitis akibat infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi:
bakteri Staphylococcus Aureus keperawatan selama 1 x - Identifikasi penyebab hipertermia - Untuk mengetahui penyebab
24 jam Hipertermia b.d - Monitor suhu tubuh hipertemia sehingga bisa
Proses penyakit - Monitor komplikasi akibat hipertermia menentukan tindakan selanjutnya
Osteomyelitis akibat - Untuk mengetahu peubahan dan
infeksi bakteri perkembang an suhu pasien
Staphylococcus Aureus - Untuk mencegah terjadinya
dapat teratasi, dengan komplikasi lanjutan
kriteria hasil:
- Pasien tidak mengeluh Terapeutik: - Untuk mendukung upaya
demam - Sediakan lingkungan yang dingin
menurunkan suhu pasien
- Suhu Tubuh (36,5- - Longgarkan pakaian - Untuk meningkatkan proses
37,5) - Berikan kompres hangat pada bagian penguapan akibat panas tubuh
permukaan tubuh pasien
- Terapi nonfarmakologi untuk
membantu menurunkan panas tubuh
pasien
- Untuk mengurangi pemakaian energi
Edukasi:
pasien
- Anjurkan tirah baring

- Untuk mengantisipasi terjadinya


Kolaborasi
dehidrasi akibat demam pada pasien
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

3 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Tujuan: Dukungan Ambulasi


Kerusakan Integritas Struktur Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Tulang akibat Pembentukan keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan - Untuk mengetahui apakah ada
Abses di Tulang pada Penyakit jam Gangguan Mobilitas fisik lainnya keluhan yang dirasakan pasien yang
Osteomyelitis Fisik b.d Kerusakan - Identifikasi toleransi fisik melakukan perlu ditangani
Integritas Struktur Tulang ambulasi - Untuk mengetahui apakah keluhan
akibat Pembentukan Abses - Monitor frekuensi jantung dan tekanan pasien berpengaruh pada pergerak
di Tulang pada Penyakit darah sebelum memulai ambulasi danatau selama aktivitas pasien
Osteomyelitis dapat - Untuk mengcrgah terjadi
teratasi, dengan kriteria perburukan kondisi pasien setalah
hasil: ambulasi
- Pasien mampu
berjalan dengan
mudah
- Pssien mampu dari Terapeutik:
- Untuk mengurangi kemungkinan
tempat tidur ke kamar - Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika
terjadinya cedera selama pasien
mandi perlu
memulai ambulasi
- Pasien mampu - Fasilitasi ambulasi dengan alat bantu (mis.
- Untuk memudahkan pasien saat
menggerakan kaki pinggir tempat tidur, tiang infusan)
membutuhkan alat yang mendukung
dengan leluasa - Berikan terapi latihan ROM Aktif, serta
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien pasien selama ambulasi
dalam meningkatkanambulasi - Agar kemampuan ambulasi pada
pasien lebih cepat meningkat apabila
dilakukan dengan dukungan
Edukasi:
keluarga
- Ajarkan melalkukan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (duduk diempat - Untuk meningkatkan kemampuan
tidur, turun dari tempat tidur, duduk
ambulasi pasien secara mandiri
dikursi, jalan ke kamar mandi)
selama di ruang rawat
- Ajarkan teknik latihan ROM Aktif
- Untuk meningkatakan kemampuan
otot, pergerkan ekstermitas, serta
rentang gerak yang dapat dilakukan
pasien

4 Ansietas b.d Krisis Situasional Tujuan: Reduksi Ansietas


Pre-Operasi Biopsi Tulang pada Setelah dilakukan tindakan Obsevasi:
Penyakit Osteomyelitis keperawatan selama 2 x 24 - Identifikasi kemampuan mengambil - Untuk menyelesaikan masalah atau
jam Ansietas b.d Krisis keputusan memperkecil masalah
Situasional Pre-Operasi Terapeutik:
Biopsi Tulang pada - Temani pasien untuk mengurangi - Untuk mengurangi kecemasan
Penyakit Osteomyelitis kecemasan. Jika memungkinkan pasien
dapat teratasi, dengan - Gunakan pendekatan yang tenang dan - Untuk dapat menyiapkan dukungan
kriteria hasil: meyakinkan dan bantuan bagi pasien
- Pasien mampu - Pahami situasi yang membuat ansietas - Untuk memahami keadaan pasien
mengontrol cemas dengarkan dengan penuh perhatian - Untuk memberikan motivasi kepada
- Skala cema pasien - Motivasi mengidentifikasi situasi yang pasien dalam menghadapi situasi
menurun menjadi 0 memicu kecemasan disekitar
- Pasien mengetahui Edukasi:
operasi apa yang akan - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama - Untuk menunjang keberhasilan
dilakukan padanya menenangkan pasien
Terapi Relaksasi
Obsevasi:
- Identifikasi penurunan tingkat energi, - Untuk mengtahui kondisi pasien
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau agar bisa mentuka terapi relaksasi
gejala lain yang mengganggu kognitif yang cocok untuk pasien
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah - Agar bisa mengtasi cemas dengan
efektif digunakan cepat dan efektif
Terapeutik:
- Gunakan pakaian longgar - Untuk mengurani keteganan psien
- Gunakan relaksasi aromaterapi lavender dan meningkatkan kenyamanan
metode inhalasi pasien
- Untuk mngetasi cemas pasien
dengan non farmakologi

Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis - Agar pasien mengtahui ikmu atau
relaksasi aroma terapi lavender metode prosedur dari terapi relaksasi yang
inhalasi secara rinci diberikan
- Anjurkan sering mengulangi terapi - Agar pasien mampu mengatasi
relaksasi dengan aromaterapi lavender cemasnya dengan efektif
metode inhalasi

5 Resiko Infeksi b.d Tindakan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


invasih Biopsi Tulang pada keperawatan selama 1 x 24 Observasi
Pasien dengan Penyakit jam Resiko Infeksi b.d - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan - Untuk mengetahui apakah pasien
Osteomyelitis Ketidakadekuatan perta- sistemik menunjukan gejala infeksi
hanan tubuh sekunder
ditandai dengan penurunan Terapeutik
Hb; Pasien dengan - Berikan perawatan luka dengan prinsip - Untuk mencegah kemungkinan
Penyakit Osteomyelitis steril terjadinya infeksi akibat proses
dapat teratasi, dengan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak biopsi pasien
kriteria hasil: dengan pasien dan lingkungan pasien - Untuk mencegah terjadinya invasi
- Teknik steril dapat di
pertahankan selama bakteri dan kuman
pembedahan
- Tidak terjadi
penurunan Hb yang
signifikan sampai <8
mg/ dL

6 Nyeri Akut b.d Agen cedera Tujuan: Manajemen Nyeri


Fisik: Prosedur oOperasi Biopsi Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Tulang keperawatan selama 3 x - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Untuk mengetahui karateristik dan
24 jam Nyeri Akut b.d frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan lokasi nyeri sehingga mampu
Agen cedera Biologis: respons nyeri non verbal. menemukan pencetusnya dan
Inflamasi akibat Proses - Indentifikasi faktor yang meperberat dan melanjutkan intervensi sesuai
penyakit Osteomyelitis memperingan nyeri dengan yang dialami pasien
dengan kriteria hasil: - Indikasi pengeruh nyeri terhadap kualitas - Untuk mengetahui dampak keluhan
- Pasien tidak sering tidur pasien nyeri terhdap kesehariannya
mengeluh nyeri kaki
lagi
- Skala nyeri pasien Terapeutik:
- Terapi non farmakologi untuk
ringan dengan rentang - Kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
mengurangi nyeri yang dirasakan
1-3 dari skala 0-10 sesuai kebutuhan pasien.
pasien
- Untuk memberikan kenyaman pada
Edukasi: pasien
- Ajarkan teknik non faramkologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan terapi - Agar pasien mengetahui hal-hal
relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan saat nyeri
mulai terasa lagi

Kolaborasi:
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian
analgetik - Agar dapat mengatasi nyeri yang
dirasakan pasien dengan lebih akurat
dan cepat
Perawatan Kenyaman
Observasi:
- Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan seperti nyeri yang - Untuk mengetahui keluhan seperti
dirasakaan tidur pada pasien saat merasakan nyeri
ketika tidur sehingga dapat
memntukan intervensi selanjutnya

Terapeutik:
- Berikan posisi yang nyaman
- Agar pasien dapat menjalankan
- Dukung keluarga terlibat dalam terapi
istirahatnya dengan baik dan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan nyaman
terapi yang diinginkan - Agar perawat dapat memberikan
kondisi atau kenyaman lingkungan
sesuai yang diingankan pasien

7 Resiko Infeksi b.d Tindakan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


invasif Post Biopsi Tulang pada keperawatan selama 3 x 24 Observasi
Pasien dengan Penyakit jam Resiko Infeksi b.d - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan - Untuk mengetahui apakah pasien
Osteomyelitis Ketidakadekuatan perta- sistemik menunjukan gejala infeksi
hanan tubuh sekunder
ditandai dengan penurunan Terapeutik
- Untuk mencegah kemungkinan
Hb; Pasien dengan - Batasi jumlah pengunjung
terjadinya infeksi dari lingkungan
Penyakit Osteomyelitis - Berikan perawatan luka dengan prinsip dalam pasien maupun dari orang
dapat teratasi, dengan steril luar yang mengunjungi pasien
kriteria hasil: - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Untuk mencegah terjadinya invasi
- Teknik steril dapat di dengan pasien dan lingkungan pasien bakteri dan kuman
pertahankan selama
pembedahan Edukasi - Agar pasien bisa mengetahui tanda
- TTV Pasien dalam - Jelaskan tanda dan gejala infeksi dan gejala pasien terkena infeksi
Rentang Norma - Agar pasien mampu mencegah
- TD: 100-120/ 60- - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar infeksi dari dirinya sendiri
80 mmHg - Agar pasien mampu melihat tanda-
- RR: 16-20 x/mnt tanda infeksi pada lukanya
- N: 60-100 x/mnt
- S: 36,5-37,5 oC
VII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. D Ruangan : Kemuning
No. Medrek : 334098 Diagnosa Medis : Osteomyelitis

Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf


PRE-OPERATIF
Selasa Shift Pagi
29/12/2020 08.00 - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan Diagnosa Keperawatan I
pasien dan lingkungan pasien S : - Pasien sudah mampu istirahat dengan baik
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk namun nyerinya masih dirasakan walupun nyeri
kesembuhan pasien. yang dirasakan kini tidak berjam-jam lamanya.
- Sediakan ruangan yang dingin, atur suhu ruangan Pasien mengatakan menyukai aromaterapi yang
sesuai kebuthan pasien dan matikan lampu buka digunakan sebagai terapi.
tirai jendela kamar pasien O : skala nyeri 4 dari 10
I, II 08.15 - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, A : Nyeri Akut belum teratasi
pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi, P : Intervensi dilanjutkan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Monitor durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang intensitas nyeri dan respons nyeri non
meperberat dan memperingan nyeri serta pengaruh verbal.
nyeri terhadap kualitas tidur pasien. Pasien belum - Berikan terapi non-farmakologis
mampu tidur dan nyerinya masih ada. Skala nyeri aromaterapi lavender etode inhalasi
pasien dari 0-10 adalah 8. - Kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
TD 121/ 77 mmHg N 87 x/ menit, kamar pasien
R 20 x/ menit S 37,9 oC - Kolaborasi pemberian analgesik pasca
08.20 - Pemberian obat Cefazolin operasi
- Longgarkan pakaian pasien - Posisikan pasien head up pasca operasi
II 08.40
- Berikan kompres hangat pada bagian permukaan
Diagnosa Keperawatan II
tubuh pasien. Kompres hangat diberikan pada area
S : Pasien mengatakan lukanya sudah lama tak
leher, ketiak dan dahi pasien. Diberikan secara
kunjung sembuh, maka dari itu saran dari perawat
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
bergantian. terkait rekomendasi konsumsi makanan tinggi
- Lakukan perawatan kulit pada area edema dengan kalori dan protein akan diterapkan.
menggunakan kain kompres hangat. O : S= 37oC.
- Mengkaji penyebab demam dan apakah ada A : Hipertermia belum teratasi.
komplikasi demam. Setelah diperiksa didapatkan P : Intervensi dilanjutkan
hasil bahwa pasien demam dikarenakan proses Asupan minum pasien min. 8 gelas/hari
penyakitnya, pasien tidak terlalu memerlukan obat Pasien dianjurkan untuk tirah baring
pereda demam dan pemberian terapi cairan cukup
dengan menjaga cairan per oral. Diagnosa Keperawatan III
III 09.00 - Mengkaji apakah terdapat toleransi fisik saat S : Pasien mengeluh sulit berjalan, pergerakan
melakukan ambulasi. Pasien mengeluh sulit kaki yang terbatas.
berjalan dan terbatas melakukan pergerakkan. O:
I 09.30 - Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik. - TD 120/ 78 mmHg
Pasein cukup diberikan pemberian terapi non - N 77 x/ menit
farmakologi. - Didapatkan hasil kajian: kekuatan otot
09.35 - Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, ekstremitas bawah 4/1
edema, pengisian kapiler, warna, suhu) dan A : Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi
memantau apakah ada keluhan lain panas, P : Intervensi dihentikan
kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas. Pasien diresepkan terapi untuk latihan
Didapatkan hasil kajian: pembekakan lokal, ambulasi.
eritema dan pada saat dipalpasi teras lembut dan
panas disekitar area bengkak. Diagnosa Keperawatan IV
I 10.00 - Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur S : Pasien juga sudah merasa lebih tenang.
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan O : Skala cemas 1 (0-5).
sediki tmenggunakan bantal. A : Anseitas teratasi
- Menjelaskan 2 strategi meredakan nyeri (Terapi P : Intervensi dilanjutkan
Aromaterapi lavender dilanjutkan sampai
Musik dan Aromaterapi Lavender). Pasien memilih
sebelum biopsi pasien berlansgung
Aromaterapi Lavender.
- Libatkan keluarga terlibat dalam terapi dan
diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi yang
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
diinginkan
- Mengajarkan teknik non faramkologis untuk
11.00 mengurangi rasa nyeri dengan aromaterapi
lavender.
I, IV 11.10 - Memberikan terapi non-farmakologis aromaterapi
lavender 10 menit. Aromaterapi lavender dilakukan
selama10 menit dengan menggunakan kertas strip.
Setelah diberikan terapi pasien sudah mampu
istirahat dengan baik namun nyerinya masih
dirasakan walupun nyeri yang dirasakan kini tidak
berjam-jam lamanya. Pasien mengatakan menyukai
aromaterapi yang digunakan sebagai terapi. Skala
nyeri 4 dari (0-10) Setelah diberikan aromaterapi
pasien juga sudah merasa lebih tenang skala cemas
menurun menjadi 1. Menurut pasien walaupun
sedang tidak sakit aromterapi ini juga enak
digunakan terutama saat berkumpul dengan
keluarga.
III 13.00 - Anjurkan pasien untuk latihan ambulasi. Latihan
ambulasi yang dilakukan seperti duduk dari posisi
berbaring, duduk ke pinggir tempat tidur, dari
duduk kembali baring.
13.20 - Lakukan pemeriksaan TTV untuk observasi
peningkatan atau penurunan kondisi pasien.
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
R 18 x/ menit S 37 oC
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
14.10 Shift Siang
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
kesembuhan pasien.
- Sediakan ruangan yang dingin, atur suhu ruangan
sesuai kebuthan pasien dan matikan lapu buka tirai
I,II 14.30 jendela kamar pasien
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang
meperberat dan memperingan nyeri serta pengaruh
nyeri terhadap kualitas tidur pasien. Pasien sudah
mampu istirahat dengan baik namun nyerinya
masih dirasakan walupun nyeri yang dirasakan
kini tidak berjam-jam lamanya.
TD 121/ 77 mmHg N 87 x/ menit
I 14.45 R 20 x/ menit S 37,1 oC
- Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
15.00 sedikitmenggunakan bantal.
- Berikan kompres hangat pada bagian permukaan
tubuh pasien. Kompres hangat diberikan pada area
leher, ketiak dan dahi pasien. Diberikan secara
II 16.00 bergantian.
- Sosialisasikan untuk minum air yang cukup dan
I
meningkatkan asupan buah dan sayur
- Meberikan terapi non-farmakologis aromaterapi
lavender 10 menit. Aromaterapi lavender dilakukan
16.20
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
19.20 selama10 menit dengan menggunakan kertas strip.
Pasien sudah mampu istirahat dan nyerinya
dirasakan sangat ringan. Skala 4 dari (0-10)
- Pemberian obat Cefazolin
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan
kondisi pasien.
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
R 18 x/ menit S 37 oC
20.10
Shift Malam
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
kesembuhan pasien.
II 20.20 - Mengatur suhu ruangan dan hidupkan lampu tutup
tirai jendela kamar pasien
Rabu, - Pemberian obat Trimetoprim-Sulfamethoxazole
30/12/2020 480 mg per oral
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
TD 121/ 77 mmHg, N 87 x/ menit, R 20 x/ menit, S
II
37,3 oC
- Memantau tanda dan gejala infeksi lokal dan
I 20.30
sistemik. Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
gejala infeksi.
- Menyarankan untuk menggunakan kompres hangat
sebelum tidur..
- Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
II 00.20
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
sedikitmenggunakan bantal.
06.30
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
- Pemberian obat Cefazolin
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan
kondisi pasien.
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
R 18 x/ menit S 37,0 oC
Rabu, Shift Pagi
30/12/2020 08.00 - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan Diagnosa Keperawatan I
pasien dan lingkungan pasien S : - Pasien sudah mampu istirahat dengan baik
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk namun nyerinya masih dirasakan walupun nyeri
kesembuhan pasien. yang dirasakan kini tidak berjam-jam lamanya.
- Sediakan ruangan yang dingin, atur suhu ruangan Pasien mengatakan menyukai aromaterapi yang
sesuai kebuthan pasien dan matikan lampu buka digunakan sebagai terapi.
tirai jendela kamar pasien O : skala nyeri 3 dari 10
I, II 08.15 - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, A : Nyeri Akut belum teratasi
pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi, P : Intervensi dilanjutkan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Monitor durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang intensitas nyeri dan respons nyeri non
meperberat dan memperingan nyeri serta pengaruh verbal.
nyeri terhadap kualitas tidur pasien. Pasien belum - Berikan terapi non-farmakologis
mampu tidur dan nyerinya masih ada. Skala nyeri aromaterapi lavender etode inhalasi
pasien dari 0-10 adalah 3. - Kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
TD 111/ 72 mmHg N 80 x/ menit, kamar pasien
R 17 x/ menit S 37 oC - Kolaborasi pemberian analgesik pasca
II 08.20 - Pemberian obat Cefazolin operasi
- Longgarkan pakaian pasien - Posisikan pasien head up pasca operasi
08.40
- Berikan kompres hangat pada bagian permukaan
Diagnosa Keperawatan II
tubuh pasien. Kompres hangat diberikan pada area
S : Pasien mengatakan lukanya sudah lama tak
leher, ketiak dan dahi pasien. Diberikan secara
kunjung sembuh, maka dari itu saran dari perawat
bergantian.
terkait rekomendasi konsumsi makanan tinggi
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
- Lakukan perawatan kulit pada area edema dengan kalori dan protein akan diterapkan.
09.00 menggunakan kain kompres hangat. O : S= 37oC.
- Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur A : Hipertermia belum teratasi.
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan P : Intervensi dilanjutkan
sedikit menggunakan bantal. Asupan minum pasien min. 8 gelas/hari
09.30 - Memberikan terapi non-farmakologis aromaterapi Pasien dianjurkan untuk tirah baring
lavender 10 menit. Aromaterapi lavender dilakukan
selama10 menit dengan menggunakan kertas strip. Diagnosa Keperawatan III
09.35 Setelah diberikan terapi pasien sudah mampu S : Pasien mengeluh sulit berjalan, pergerakan
istirahat dengan baik dan nyeri terasa lebih ringan kaki yang terbatas.
dari sebelumnya. Skala nyeri 2 dari (0-10). Pasien O:
III 11.10 juga mengatakan perasannya menjadi tenang - TD 120/ 78 mmHg
13.15 setiap menghirup aroma lavender tersebut, skala 1 - N 77 x/ menit
(0-5). - Didapatkan hasil kajian: kekuatan otot
- Sosialisasikan latihan mobilisasi ekstremitas bawah 4/1
- Lakukan pemeriksaan TTV untuk observasi A : Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi
peningkatan atau penurunan kondisi pasien. P : Intervensi dilanjutkan
TD 120/ 70 mmHg N 72 x/ menit Pasien diresepkan terapi untuk ROM Aktif.
R 19 x/ menit S 36,8 oC
14.10 Diagnosa Keperawatan IV
S : Pasien mengatakan perasannya menjadi
Shift Siang tenang setiap menghirup aroma lavender tersebut.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan O : Skala cemas 1 (0-5).
pasien dan lingkungan pasien A : Anseitas teratasi
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk P : Intervensi dilanjutkan
Aromaterapi lavender dilanjutkan sampai
kesembuhan pasien.
sebelum biopsi pasien berlansgung
- Sediakan ruangan yang dingin, atur suhu ruangan
I 14.30
sesuai kebuthan pasien dan matikan lapu buka tirai
jendela kamar pasien
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang
meperberat dan memperingan nyeri serta pengaruh
nyeri terhadap kualitas tidur pasien. Pasien sudah
mampu istirahat dengan baik namun nyerinya
masih dirasakan walupun nyeri yang sudah terasa
14.45 ringan.
TD 121/ 77 mmHg N 87 x/ menit
R 20 x/ menit S 37,1 oC
- Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
II 15.00 sedikitmenggunakan bantal.
- Berikan kompres hangat pada bagian permukaan
16.00 tubuh pasien. Kompres hangat diberikan pada area
leher, ketiak dan dahi pasien. Diberikan secara
bergantian.
- Sosialisasikan untuk minum air yang cukup dan
meningkatkan asupan buah dan sayur
- Meberikan terapi non-farmakologis aromaterapi
16.20 lavender 10 menit. Aromaterapi lavender dilakukan
I,II 17.00 selama10 menit dengan menggunakan kertas strip.
Pasien mengatakan sudah mampu memulai tidur
19.20 dengan baik dan nyerinya dirasakan sangat ringan.
Skala 2 dari (0-10) Pasien mengatakan
perasannya menjadi tenang setiap menghirup
aroma lavender tersebut. Skala 1 (0-5).
- Pemberian obat Cefazolin
- Mengkonfirmasi jadwal dengan pasien untuk
dilakukan biopsi tulang pada malam hari.
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
20.10 untuk observasi peningkatan atau penurunan
kondisi pasien.
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
I R 18 x/ menit S 37 oC

20.20 Shift Malam


- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
II kesembuhan pasien.
- Mengatur suhu ruangan dan hidupkan lampu tutup
I tirai jendela kamar pasien
- Pemberian obat Trimetoprim-Sulfamethoxazole
20.30 480 mg per oral
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
TD 121/ 77 mmHg, N 87 x/ menit, R 20 x/ menit, S
37,3 oC
- Memantau tanda dan gejala infeksi lokal dan
20.45
sistemik. Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
gejala infeksi.
- Menyarankan untuk menggunakan kompres hangat
sebelum pasien dipindahkan keruangan OK.
- Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
sedikitmenggunakan bantal.
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan
kondisi pasien.
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
R 18 x/ menit S 37,0 oC
Rabu, INTRA-OPERATIF Diagnosa Keperawatan V
30/12/2020 Shift Malam S : Keluarga mampu memahami dan siap
V 20.50 - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan melaksanakan bahasan tentang tanda dan gejala
pasien dan lingkungan pasien infeksi dan cara mencuci tangan dengan benar.
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk Selain itu, Keluargamampu memahami dan siap
kesembuhan pasien. melaksanakan bahasan tentang tanda dan gejala
- Pasien dibawa ke ruang OK infeksi dan cara mencuci tangan dengan benar.
- Pasien masuk ruang dan perawat menyelesaikan O : Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
administrasi gejala infeksi. TTV rentang normal:
21.15 - Pasien diberikan anastesi TD 121/78 mmHg N 87 x/ menit
21.30-00.00 Proses Pembedahan Berlangsung R 19 x/ menit S 36,8 oC
- Memantau tanda dan gejala infeksi lokal dan
A : Resiko Infeksi belum teratasi
sistemik
Kamis, P : Intervensi dilanjutkan
- Sering melakukan observasi dan pengawasan
31/12/2020 Observasi terus tanda gejala infeksi
pasien
- Memberikan perawatan luka pasca op dengan
V
prinsip steril
00.12
- Membawa pasien ke recovery room
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan
kondisi pasien.
TD 121/78 mmHg N 87 x/ menit
R 19 x/ menit S 36,8 oC

POST-OPERATIF
Shift Pagi Diagnosa Keperawatan I, VI
08.15 - Pasien dibawa ke ruang rawat inap kemuning S : Pasien sudah mampu istirahat dengan baik
08.30 - Membicarakan bersama anggota keluarga dapat namun nyerinya masih dirasakan walupun nyeri
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
mendampingi pasien yang dirasakan kini tidak terlalu terasa
VII - Menjelaskan tanda dan gejala infeksipada keluarga denyutnya. Pasien mengatakan teknik relaksasi
- Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar nafas dalam sangat mudah untuk dilakukan
I, VI 08.45 - Pemberian terapi dengan Teicoplanin 400 mg/hari sebagai terapi. Pasien juga sudah bisa makan
melalui intra vena, dan Trimetoprim- dengan baik.
sulfamethoxazole 480 mg serta obat analgesik O : Pasien tidak tampak meringisi, skala nyeri 3
Tramadol dari 10
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, TTV:
I, VI 09.00 pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi, TD 121/ 77 mmHg N 85 x/ menit,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas R 20 x/ menit S 37,3 oC
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang A : Nyeri Akut belum teratasi
meperberat dan memperingan nyeri, keluhan P : Intervensi dilanjutkan
penyerta nyeri serta pengaruh nyeri terhadap kualitas - Aromaterapi sampai besok dihentikan
tidur pasien. Pasien mengeluh nyeri pada tibia kiri dulu
dan nyeri yang dirasakan berdenyut. Skala nyeri - Monitor durasi, frekuensi, kualitas,
pasien dari 0-10 adalah 7 (0-10). Nyeri dirasakan intensitas nyeri dan respons nyeri non
terutama pada area luka saat istirahat berbaring verbal.
pun nyeri masih terasa. Selain itu pasien tampak - Berikan terapi non-farmakologis
pucat, mengeluh mual, mual dirasakan sejak subuh, aromaterapi lavender etode inhalasi
tidak ada muntah. - Kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
TD 121/ 77 mmHg N 85 x/ menit, kamar pasien
R 20 x/ menit S 37,3 oC
- Membatasi jumlah pengunjung Diagnosa Keperawatan II
VII - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan S : Pasien mengatakan lukanya sudah lama tak
kunjung sembuh, maka dari itu saran dari perawat
pasien dan lingkungan pasien
terkait rekomendasi konsumsi makanan tinggi
- Memberikan perawatan luka dengan prinsip steril
VII kalori dan protein akan diterapkan.
- Membantu melonggarkan baju dan mengatur cahaya
II,I O : S= 37,3oC.
serta suhu ruangan seusai kebutuhan pasien
A : Hipertermia belum teratasi.
- Memberikan kompres hangat pada pasien
II 09.45 P : Intervensi dilanjutkan
- Sosialisasikan apakah pasien ingin diberikan
I -Asupan minum pasien min. 8 gelas/hari
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
tambahan terapi nonfarmakologi teknik nafas dalam -Pasien dianjurkan untuk tirah baring
dan buat kontrak dilakukan terapi. -Berikan kompres hangat pada pasien
I - Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
I tempat tidurnya dengan kepala head up. Diagnosa Keperawatan III
- Menjelaskan 2 strategi meredakan nyeri (Terapi S : Pasien mengeluh sulit berjalan, pergerakan
Musik dan Teknik Relaksasi Nafas Dalam). Pasien kaki yang terbatas.
memilih Teknik Relaksasi Nafas Dalam. O:
- Libatkan keluarga terlibat dalam terapi dan - TD 120/ 78 mmHg
diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi yang - N 77 x/ menit
diinginkan - Didapatkan hasil kajian: kekuatan otot
- Mengajarkan teknik non faramkologis untuk ekstremitas bawah 4/1
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas A : Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi
dalam. P : Intervensi dihentikan
- Memberikan terapi non-farmakologis teknik Pasien diresepkan terapi untuk latihan
relaksasi nafas dalam dengan 3 kali tarikan nafas. ambulasi dan ROM Aktif esok hari.
Terapi lakukan 5 kali dalam sehari artinya dapat
dilakukan setiap 4-6 jam. Setelah diberikan terapi Diagnosa Keperawatan VII
pasien sudah mampu istirahat dengan baik namun S:
nyerinya masih dirasakan walupun nyeri yang O : Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
dirasakan kini tidak terlalu terasa denyutnya. gejala infeksi.
Pasien mengatakan teknik relaksasi nafas dalam - TTV:
sangat mudah untuk dilakukan sebagai terapi. Skala TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
nyeri 3 dari (0-10). Terapi teknik napas dalam R 18 x/ menit S 37,0 oC
menjadi lebih efektif karena dibantu obat analgesik A : Resiko Infeksi belum teratasi
yang dikonsumsi pasien.. P : Intervensi dilanjutkan
I, VI, - Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV Observasi terus tanda gejala infeksi
VII untuk observasi peningkatan atau penurunan kondisi
pasien serta monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik. Pasien tidak ada tanda dan gejala
yang menunjukkan pasien iinfeksi.
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
TD 121/78 mmHg N 87 x/ menit
R 19 x/ menit S 36 oC
14.00
Shift Siang
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
14.15 kesembuhan pasien.
- Sediakan ruangan yang dingin, atur suhu ruangan
sesuai kebuthan pasien dan matikan lampu buka tirai
I, VI, jendela kamar pasien
VII,II - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang
meperberat dan memperingan nyeri, keluhan
penyerta nyeri serta pengaruh nyeri terhadap kualitas
tidur pasien. Pasien mengeluh nyeri pada tibia kiri
dan nyeri yang dirasakan berdenyut. Skala nyeri
pasien dari 0-10 adalah 3 (0-10).
TD 112/ 80 mmHg N 75 x/ menit,
R 18 x/ menit S 37,3 oC
15.00 - Membatasi jumlah pengunjung
- Memberikan posisi yang nyaman. Pasien diatur
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
sedikitmenggunakan bantal.
II - Pemberian terapi kompres hangat pada pasien.
- Menyarankanistirahat yang cukup dan untuk sering
membersihkan mulut, kecuali jika meragsang mual
15.45
- Memberikan terapi non-farmakologis teknik
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
relaksasi nafas dalam dengan 3 kali tarikan nafas.
Terapi lakukan 5 kali dalam sehari artinya dapat
dilakukan setiap 4-6 jam. Setelah diberikan terapi
pasien sudah mampu istirahat dengan baik namun
nyerinya masih dirasakan walupun nyeri yang
I, II, 19.00 dirasakan kini tidak terlalu terasa denyutnya. Skala
VI nyeri 3 dari (0-10).
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan kondisi
pasien serta monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik. Pasien tidak ada tanda dan gejala
yang menunjukkan pasien iinfeksi.
TD 110/80 mmHg N 87 x/ menit
R 19 x/ menit S 36,8 oC
VII 20.14
Shift Malam
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
kesembuhan pasien.
20.30 - Mengatur suhu ruangan dan hidupkan lampu tutup
I, II, tirai jendela kamar pasien
VI - Pemberian obat Trimetoprim-Sulfamethoxazole 480
mg per oral
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
TD 121/ 77 mmHg, N 87 x/ menit, R 20 x/ menit, S
37,3 oC
- Memantau tanda dan gejala infeksi lokal dan
I, VI 20.40
sistemik. Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
gejala infeksi.
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
Jumat, III 06.20 - Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
1/1/2021 tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
I sedikitmenggunakan bantal.
- Membuat kontrak untuk dilakukan ROM aktif pada
pukul 10.00
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan kondisi
pasien.
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
R 18 x/ menit S 37,0 oC
VIII. RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWAT-
AN MEDIKAL BEDAH

Resume Analisis Tindakan Keperawatan I


Nama Prosedur : Aromaterapi Lavender Metode Inhalasi
Tujuan Tindakan : - Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien
- Menurukan Tingkat Kecemasan Pasien
Indikasi Pasien yang : Pasien Dengan Keluhan Nyeri, Cemas, Sulit Tidur.
Membutuhkan Tindakan

Rasionalisasi Prosedur
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
1. Persiapan: Aromaterapi adalah terapi
- Menyiapkan Klien komplementer dalam praktek
- Menyiapkan Lingkungan keperawatan dan menggunakan
- Alat: Kertas Strip atau Tisu, minyak esensial dari bau harum

lavender oil tumbuhan untuk mengurangi

- Menjelaskan langkah-langkah masalah kesehatan dan

pelaksanaan memperbaiki kualitas hidup (Putri,

- Memberikan kesempatan 2020). Sharma (2009) dikutip


dalam Putri, 2020 mengatakan
bertanya
2. Langkah Kerja: bahwa bau berpengaruh secara
langsung terhadap otak seperti
Dilakukan edukasi dan observasi
obat analgesik. Misalnya,
terhadap pasien 10 menit sebelum
mencium lavender maka akan
dilakukan pemberian aromaterapi
meningkatkan gelombang-
inhalasi. Menggunakan selembar
gelombang alfa didalam otak dan
kertas tissue untuk diteteskan
membantu untuk merasa rileks.
essensial oil Lavender 0,6 ml, ajarkan
Pada aromaterapi lavender
pasien untuk bernafas rileks selama 5
(Lavendula Augustfolia) terdapat
menit. Setelah rileks kemudian
kandungan utamanya yaitu linalyl
selipkan di kerah blouse atau kemeja
asetat, dan linalool, dimana linalyl
pasien dengan mengintruksikan
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
relaksasi penghirupan aromaterapi
inhalasi selama 30 menit. Setelah
pemberian aromaterapi selama 30
menit, observasi kembali terhadap
asetat berfungsi dapat
penurunan nilai skala nyeri pasien
melonggarkan atau melemaskan
(Manalu, 2019).
sistem kerja saraf otot yang dalam
kondisi tegang, sedangkan linalool

Referensi
Azizah, N., & Kusumawardani, P. A. (2020). Intensitas Nyeri Dismenorea Pada
Remaja. 39–41.
Manalu, T. A. (2019). Pengaruh Aromaterapi Inhalasi Terhadap Penurunan Nilai
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 1(2), 13–19. https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.149
Putri, M. E. (2020). Terapi Komplementer Sensory Therapies Movement Untuk
Mengurangi Nyeri: Literature Review. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah
Surabaya, 15(1), 17–27. www.journal.stikeshangtuah-sby.ac.id
Resume Analisis Tindakan Keperawatan II
Nama Prosedur : Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan Tindakan : - Menurunkan Intensitas Nyeri
- Membuat Pasien Rileks dan Nyaman
Indikasi Pasien yang : Pasien dengan Keluhan Nyeri Sedang
Membutuhkan
Tindakan
Rasionalisasi Prosedur
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
1. Persiapan: Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri
- Membaca Bismillah dengan merilekskan ketegangan otot yang
sebelum mulai menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
- Membaca Hamdalah nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
setelah selasi berirama. Pasien dapat memejamkan matanya
2. Langkah Kerja: dan bernafas dengan perlahan dan nyaman
Pelaksanaannya dilaku- (Smeltzer et al., 2010 dikutip dalam Lela &
kan dengan 3 kali tarikan Reza, 2018)).
nafas selama 5 kali sehari Terapi nyeri non farmakologi seperti teknik
dalam 2 hari. Lalu relaksasi nafas dalam mempunyai resiko yang
intensitas nyeri diukur sangat rendah. Penanganan nyeri dengan
menggunakan skala nyeri melakukan teknik relaksasi merupakan
numerik dengan skor tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
terndah 0 dan skor mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah
tertinggi 10 (Amita, D., menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam
Fernalia, Yulendasari, sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca
2018). operasi (Sehono, 2010 dikutip dalam Lela &
Reza, 2018).
Hasil penelitian Agung (2013) menyatakan
bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat
dilakukan oleh semua responden. Teknik
relaksasi nafas dalam mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O

endorphin dan enkafalin. Hormon endorphin


merupakan substansi sejenis morfin yang
berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls
nyeri ke otak. Sehingga pada saat neuron nyeri
mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis
antara neuron perifer dan neuron yang menuju

Referensi
Amita, D., Fernalia, Yulendasari, R. (2018). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT BENGKULU. Jurnal Kesehatan
Holistik, 12(1), 26–28.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/124/69
Lela, A., & Reza, R. (2018). Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2).
.
Resume Analisis Tindakan Keperawatan III
Nama Prosedur : Kompres Hangat
Tujuan Tindakan : - Menurunkan demam
- Memberikan rasa nyaman.
Indikasi Pasien yang : Pasien dengan kondisi hipertermia, pasien dengan
Membutuhkan Tindakan keluhan panas pada bagian permukaan tubuh.
Rasionalisasi Prosedur
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
1. Persiapan Alat dan Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat
Bahan: untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
- Handuk kecil mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
- Wadah sedang 600 atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa
ml hangat pada daerah tertentu (Uliyah & Hidayat,
- Air Hangat 2008 dikutip dalam Della et al., 2020). Air
2. Langkah Kerja merupakan sarana yang baik bagi suhu panas, dan
Kompres dengan air lebih baik daripada udara. Dengan air, kita tidak
hangat menggunakan terlalu banyak terpengaruh oleh panas maupun
suhu 26-34°C.. dinginnya suhu udara, seperti saat kita
mencelupkan (merendam) tubuh kita ke dalam air
panas maupun dingin. (Mahmud, 2007 dikutip
dalam Della et al., 2020).
Kompres air hangat akan membuat suhu hangat
dan suhu diluar cukup panas. Sehingga tubuh akan
menurunkan pengatur suhu agar tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh (Barbara R
Hegher 2013 dikutip dalam Sholihah et al., 2019).
Silvia (2010) dikutip dalam Sholihah et al., 2019
upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
demam dengan kompres pada daerah tertentu.
Lanjut Setiawan (2011) pada saat demam
dianjurkan untuk menggunakan pakaian tipis,
banyak minum, memberikan kompres dan
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O

memberikan obat.
Kompres hangat di daerah pembuluh darah besar
merupakan tindakan memberikan rangsangan
pada area preoptik hypothalamus untuk
menurunkan demam. Sinyal hangat merangsang
preoptik dan menyebabkan pengeluaran sinyal
oleh system efektor. Sinyal tersebut
mengakibatkan pengeluaran panas lebih banyak
melalui dilatasi pembuluh darah perifer dan
berkeringat (Potter & Perry,2010).
Penulis berpendapat bahwa kompres hangat dapat
menjadi intervensi tambahan yang terbukti dalam

Referensi
Della, P. C. O., Sari, R. M., & Verawati, M. (2020). STUDI LITERATUR : KOMPRES
HANGAT UNTUK MENGATASI HIPERTERMIA PADA PENDERITA TB PARU.
HEALTH SCIENCES JOURNAL, 4(2).
Sholihah, H. R., Prabowo, A., & Hafiduddin, M. (2019). EFFORTS TO IMPROVE
FAMLY HEALTH MANAGEMENT BY PROVIDING WARM COMPRESS N
NURSING FAMILIES WITH FEVER (Vol. 53, Issue 9).
Resume Analisis Tindakan Keperawatan IV
Nama Prosedur : Terapi Akupresur
Tujuan Tindakan : - Menurunkan Intensitas Mual
- Memberikan rasa nyaman.
Indikasi Pasien yang : Pasien dengan kondisi Post operative Nausea and
Membutuhkan Tindakan Vomiting (PONV).
Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL (Integrasi
KEGIATAN
O Jurnal)
1. Persiapan Alat dan Bahan: Terapi komplementer yang
- Minyak zaitun dapat digunakan untuk
- Tisue Basah dan kering mencegah dan mengurangi
2. Langkah-langkah terapi mual dan muntah pasca operasi
a) Jaga privasi pasien dengan menutup salah satunya dengan
tirai akupresur(Supatmi, 2014).
b) Siapkan alat dan bahan seperti minyak Akupresur merupakan terapi
zaitun, tissue basah & kering yang sederhana, mudah
c) Atur posisi klien dengan dilakukan, tidak memiliki efek
memposisikan pada posisi terlentang samping karena tidak
(supinasi melakukan tindakan invasif
d) Pastikan klien dalam keadaan rileks (Fengge, 2012 dalam Majid,
dan nyaman 2014). Akupresur merupakan
e) Bantu melepaskan pakaian klien atau salah satu terapi yang umum
aksesoris yang dapat menghambat digunakan dalam keperawatan.
tindakan akupresur yang akan dilakukan, Prinsip healing touch pada
jika perlu akupresur menunjukkan
f) Cuci tangan prilaku caring yang dapat
g) Kaji keluhan pasien memberikan ketenangan,
h) Tuangkan minyak zaitun ke tangan kenyamanan, rasa dicintai dan
secukupnya diperhatikan bagi klien
k) Massage ringan tangan klien untuk sehingga lebih mendekatkan
melemaskan otot-otot tangan agar tidak hubungan terapeutik perawat
kaku dan klien (Kushariyadi, 2011).
l) Cari titik-titik rangsangan yang ada di
N RASIONAL (Integrasi
KEGIATAN
O Jurnal)
tubuh, menekannya hingga masuk ke Efektivitas terapi non
sistem saraf. Akupresur hanya memakai farmakologi ini sebanding
gerakan tangan dan jari, yaitu teknis dengan obat antiemetik dalam
tekan putar, tekan titik, dan tekan lurus . pencegahan mual muntah dan
m) Mulai melakukan akupresur pada titik titik PC-6 (Neiguan) juga telah
ST 25 lakukan tekanan selama 2 menit diakui oleh WHO (Saputra &
Agustin, 2005 dalam Indrawati
2010). Selain itu terdapat titik
lain yang juga bermanfaat
mengatasi gangguan
pencernaan seperti mual dan
muntah yaitu titik ST-25
(Tianshu) (WHO, 2008 dalam
Indrawati, 2010 dikutip lagi
dalam Rahmyati et al., 2017).
m) Mulai melalukan akupresur pada titik
Pada hasil penelitian yang
PC 6 lakukan tekanan selamat 2 menit.
dilakukan oleh Tarcin dkk
(2004) dalam Syarif (2011),
yang juga mengungkapkan
informasi lain bahwa stimulasi
pada titik P6 mempunyai
manfaat dalam peningkatan
pengeluaran beta endorpin di
hipofisis di sekitar CTZ. Beta
endorpin merupakan salah satu
antiemetik endogen yang dapat
menghambat impuls mual
n) Setelah titik ditemukan, oleskan muntah di pusat muntah dan
minyak secukupnya pada titik tersebut CTZ (Samad, dkk , 2003
untuk memudahkan melakukan pemijatan dalam Wijaya, dkk, 2014
atau penekanan dan mengurangi nyeri dikutip dalam Rahmyati et al.,
N RASIONAL (Integrasi
KEGIATAN
O Jurnal)
lecet ketika penekanan dilakukan.
o) Lakukan pemijatan atau penekanan
menggunakan jempol tangan atau jari
lain dengan 30 kali pemijatan atau
pemutaran searah jarum jam untuk
menguatkan dan 40-60 kali pemijatan
2017).
atau putaran ke kiri untuk melemahkan.
Pemijatan dilakukan pada masing-masing
bagian tubuh (kiri dan kanan) kecuali
pada titik yang terletak dibagian tengah.
(Yuyun, 2020)

Referensi
Yuyun, Ni Kadek. GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR UNTUK MENGATASI ANSIETAS
PADA PASIEN GOUT ARTRITHIS DI WILAYAH UPT KESMAS
SUKAWATI 1 GIANYAR TAHUN 2020. Diss. Poltekkes Denpasar Jurusan
Keperawatan, 2020.
Rahmyati, E., Irawan, A., & Sormin, T. (2017). Pengaruh Terapi Komplementer
Akupresur terhadap Mual Muntah. 384 Jurnal Kesehatan, VIII, 382–388.

Anda mungkin juga menyukai