Dosen Pembimbing:
Riandi Alvin, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Afdhalun Nisa’ 302017002
2. Klasifikasi Osteomyelitis
Klasifikasi osteomielitis yang paling banyak digunakan dalam literatur medis
dan dalam praktek klinis disajikan oleh Waldvogel dkk dan Cierny dkk. menurut
sumber infeksinya, osteomielitis diklasifikasikan sebagai hematogen jika infeksi
berasal dari bakteremia dan bersebelahan jika berasal dari infeksi jaringan
terdekat. Terdapat juga klasifikasi osteomielitis lain terkait adanya insufisiensi
vaskuler bukan disebutkan oleh Waldvogel et al tetapi cukup relevan, yaitu
infeksi yang terjadi dari penetrasi langsung mikroorganisme ke dalam tulang
baik dari cedera atau prosedur pembedahan. Tibia adalah tempat yang paling
sering terinfeksi pada osteomielitis pasca trauma dan dikaitkan dengan
morbiditas yang cukup besar (Rawung et al., 2019).
Klasifikasi lain yang umum digunakan adalah klasifikasi Cierny-Mader dari
Cierny dkk. Klasifikasi ini mencakup empat tahap anatomis: Tahap 1, meduler,
osteomielitis terbatas pada rongga meduler tulang; Stadium 2, superfisial,
osteomielitis hanya melibatkan tulang kortikal dan biasanya berasal dari
inokulasi langsung atau infeksi fokus yang menular; Stadium 3 dan 4,
osteomielitis terlokalisasi dan difus biasanya melibatkan tulang kortikal dan
meduler. Padahal, jika proses infeksi tidak melibatkan seluruh diameter tulang,
tulang tersebut tetap stabil. Pada osteomielitis difus, seluruh ketebalan tulang
terlibat yang menyebabkan hilangnya stabilitas. Selain itu, sistem ini
mengklasifikasikan pasien osteomielitis sebagai host A, B, atau C. Sebuah host
A tidak memiliki faktor kompromi sistemik atau lokal; host B dipengaruhi oleh
satu atau lebih faktor yang membahayakan; dan host C sangat terancam
(Rawung et al., 2019).
Berdasarkan lamanya infeksi, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3 antara lain:
a. Osteomielitis akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini
biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).
b. Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
c. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau
lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan
biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
3. Etiologi Osteomyelitis
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis. Organisme
patogenik lainnya yang sering di jumpai yaitu proteus, pseudomonas, dan
escherichia coli. Infeksi dapat terjadi melalui (Suratun dkk, 2008):
a. Penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tempat lain: tonsil yang
terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau
ulkus vaskular.
c. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik (luka
tembak, pembedahan tulang).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk,
2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan
mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
4. Manifestasi Klinik Osteomyelitis
Tanda-tanda infeksi akut seperti demam, lekas marah, lesu, dan tanda
peradangan lokal dapat terjadi pada anak-anak. Jaringan lunak yang menyelimuti
tulang yang terinfeksi biasanya tidak terjadi pada anak-anak dengan
osteomielitis hematogen karena efektivitas respons terhadap infeksi. Secara
umum, pasien mungkin datang dengan rasa sakit di tempat yang terkena,
pembengkakan, eritema, dan drainase. Osteomielitis hematogen primer atau
rekuren pada orang dewasa biasanya menimbulkan keluhan samar nyeri
nonspesifik dan demam ringan dan kadang-kadang manifestasi klinis akut
seperti pada anak-anak (Rawung et al., 2019).
Pada osteomielitis yang berdekatan, pasien mungkin datang dengan tanda
bakteremia seperti demam, menggigil, dan keringat malam terutama pada fase
akut. Nyeri tulang dan sendi yang terlokalisasi, dan tanda peradangan di sekitar
area yang terinfeksi juga dapat muncul pada fase akut tetapi tidak pada fase
kronis. Fase kronis dapat berkembang baik dari osteomielitis hematogen atau
menular. Keropos tulang lokal, pembentukan sequestrum, dan sklerosis tulang
sering terjadi pada osteomielitis kronis. Abses lokal dan atau infeksi jaringan
lunak akut dapat muncul sebagai tanda obstruksi saluran sinus (Rawung et al.,
2019).
5. Patofisiologi Osteomyelitis
Osteomielitis mencakup spektrum yang luas dari mekanisme penyakit dengan
tiga kategori yang diterima secara umum: penyebaran hematogen (melalui
darah), kontaminasi yang berdekatan, dan infeksi terkait insufisiensi vaskular
atau neurologis. Karakteristik dari setiap kategori dapat diringkas sebagai
berikut:
a. Utama
Penyebaran bakteri hematogen terutama mempengaruhi metafisis pasien
skeletal imatur atau badan vertebral pada segala usia, meskipun infeksi di
lokasi lain mungkin terjadi.
b. Berdekatan
Infeksi biasanya menyebar dari tempat yang terkontaminasi sering
terlihat dengan kontaminasi langsung bakteri pada fraktur terbuka atau
operasi penggantian sendi dengan implan ortopedi.
c. Insufisiensi vaskular atau neurologis terkait osteomielitis
Hasil dari suplai darah yang buruk, luka diabetes, kehilangan pelindung
sensasi dan pertahanan kekebalan yang berubah, biasanya mempengaruhi
ekstremitas bawah.
Birt, M. C., Anderson, D. W., Toby, E. B., & Wang, J. (2017). Osteomyelitis : Recent
advances in pathophysiology and therapeutic strategies. Journal of Orthopaedics,
14(1), 45–52. https://doi.org/10.1016/j.jor.2016.10.004
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku saku. Jakarta: EGC.
Jakarta: EGC
Ratini, M. (2020). What Is a Bone Biopsy? WebMD.
https://www.webmd.com/cancer/what-is-bone-biopsy#2
Rawung, R., Moningkey, C., Ratulangi, S., Surgery, G., & Program, R. (2019).
Osteomyelitis: A Literature Review. Jurnal Biomedik (JBM, 11(2), 69–79.
Suratun., dkk. 2008. Klien Dengan Sistem Muskoloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Suryadi, M. (2016). LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS DI RSUD DR
MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN.
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D USIA 24 TAHUN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOMYELITIS DI RUANG
KEMUNING RSUD DR. HASAN SADIKIN KOTA BANDUNG
Dosen Pembimbing:
Riandi Alvin, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Afdhalun Nisa’ 302017002
Pasien laki-laki, 24 tahun dibawa ke UGD RSHS dengan keluhan demam, tidak
bisa berjalan, tampak eritema, pembengkakan dan nyeri dikaki kiri selama 10 hari,
Sebelumnya pasien berobat dj klinik dan mendapatkan terapi paracetamol 500
mg :4 3 dan Cefazolin l x 3 gr.
Hasil pemeriksaan flsik menunjukkan nyeri skala 8 (0-10) dan demam 37,9C.
Pemeriksaaan sistem tubuh lain normal .kecuali area ekstremitas bawah, terdapat
pembengkakan lokal, eritema, saat dipalpasi tampak lembut dan panas di sekitar
area bengkak, gerakan kaki terbatas, fungsi neurovaskuler masih baik.
Hasil pemeriksaan laboratorium kadar hemoglobin 11,9 gr/dl, leukosit 25400
lmm3, trombosit 254.000 /mm3. Laju endap darah (LED) 140 mm/jam dengan
protein C-reaktif (CRP) berukuran 60 mg/dl.
Pasien terdiagnosa Osteomielitis, maka dokter melakukan biospi tulang dan hasil
pemeriksaan menunjukkan bakteri gram coccus positif. Terapi Tefazolin masih
dilanjutkan tetapi pasien tidak ada perbaikan. Setelah 3 hari hasil kultur
menunjukkan MRSA sensitif. Terapi diganti dengan Teicoplanin 400 mg/hari
melalui intra vena selama 2 minggu, Trimetoprim-sulfamethoxazole 480 mg x
2/hari per oral sclama l bulan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D USIA 24 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS OSTEOMYELITIS DI RUANG KEMUNING
RSUD DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. D
Tanggal Lahir : 11 April 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cicalengka
Pekerjaan : Reporter
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Status : Menikah
Nomor RM : 334098
Diagnosa Medis : Osteomyelitis
Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2020
Tanggal Masuk RS : 25 Desember 2020
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh demam, tidak bisa berjalan, tampak eritema, pembengkakan dan
nyeri dikaki kiri selama 10 hari.
2. Riwayat Penyakit :
□ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV Tidak ada,
3. Riwayat Operasi/anestesi : □ Ada Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan.................. Tidak ada
5. Jenis Operasi : Biopsi Tulang
6. Pemeriksaan TTV : Suhu : 37,9 °C
Nadi : 98 x/mnt
Respirasi : 22 x/mnt
TD :120/80 mmHg
Riwayat Psikososial/Spiritual
9. Status Emosional
□ Tenang □ Bingung Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis
□ Menarik diri
10. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas Cemas
11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
□ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik
C. POST OPERASI
Pasien pindah ke :
- Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam …WIB
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7 √8-9 □ 10
B. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
1. Pre Operasi Invasi Bakteri Nyeri Akut
DS: Pasien mengeluh nyeri Staphylococcus Aureus
dikaki kiri selama 10 hari. ↓
Invasi Ke Tulang
DO: ↓
Pasien tampak gelisah, Osteomyelitis
meringis dan fokus pada ↓
area nyeri Fagositosis
Skala nyeri 8 (0-10) ↓
Nyeri yang dirasakan Proses Inflamasi:
berdenyut-denyut Hiperemia Dan
Nyeri dirasakan Pembengkakan
walaupun pasien sedang ↓
istirahat Peningkatan Jaringan
Ikat Pada Tulang
↓
Iskemia Tulang
↓
Ketidakseimbangan
Kebutuhan Oksigen
↓
Metabolisme anaerob
↓
Asam Laktat Meningkat
↓
Akumulasi K+
ekstraseluler dan H+
↓
Mengaktifkan
nosiseptor
↓
Persepsi Nyeri
(<3bulan)
↓
Nyeri Akut
2 Pre Operasi Invasi Bakteri Hipertermia
DS: Pasien mengeluh Staphylococcus Aureus
demam.. ↓
DO: Invasi Ke Tulang
Pasien tampak lemas dan ↓
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
berkeringat Osteomyelitis
Terdapat pembengkakan ↓
dan tampak eritema pada Fagositosis
kaki kiri. Saat dipalpasi ↓
lembut dan panas pada Akumulasi Monosit
area bengkak. Makrofag, Sel T Helper
Nadi: 22x/ mnt Dan Fibrolas
Respirasi: 98x/mnt ↓
Pelepasan Pirogen
Endogen (Sitokin)
↓
Interleukin-1
Interleukin-6
↓
Menembus Sawar Otak
↓
Pembentukan
Prostaglandin Otak
↓
Merangsang
Hipotalamus
Meningkatkan Titik
Patokan Suhu
↓
Meningkatkan Suhu
Basal
↓
Hipertermia
3 Pre Operasi Invasi Bakteri Gangguan
DS: Staphylococcus Aureus Mobilitas Fisik
- Pasien mengeluh nyeri ↓
dikaki kiri selama 10 Invasi Ke Tulang
hari. ↓
- Pasien mengeluh tidak Osteomyelitis
bisa berjalan ↓
DO: Fagositosis
Terdapat eritema dan ↓
pembengkakan pada kaki Proses Inflamasi:
Gerakan kaki terbatas Hiperemia Dan
Kekuatan otot Pembengkakan
↓
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
ekstremitas bawah 4/5 Peningkatan Jaringan
Fisik pasien tampak Ikat Pada Tulang
lemah ↓
Terdapat kekakuan sendi Iskemia Dan Nekrosis
Tulang
↓
Pembentukan Abses
↓
Pergerakan Kaki
Terbatas
↓
Gangguan Mobilitas
Fisik
4 Pre Operasi Invasi Bakteri Ansietas
DS: Staphylococcus Aureus
- Pasien mengeluh takut ↓
dilakukan operasi Invasi Ke Tulang
- Pasien menanyakan ↓
berapa lama waktu Osteomyelitis
operasi berlangsung ↓
DO: Fagositosis
Pasien tampak cemas dan ↓
pucat Proses Inflamasi:
Pasien tampak tidak Hiperemia Dan
fokus Pembengkakan
Skala cemas pasien 3 (0- ↓
5) Operasi Biopsi Tulang
Respirasi pasien ↓
meningkat (22x/mnt) Pasien tampak cemas
dan gelisah akan
dioperasi
↓
Ansietas
5 Intra Operasi Invasi Bakteri Resiko Infeksi
DS: -. Kaji keluhan yang Staphylococcus Aureus
dirasakan pasien. ↓
DO: Invasi Ke Tulang
Terdapat luka terbuka ↓
pada kaki kiri pasien Osteomyelitis
karena sedang dilakukan ↓
biopsi tulang Fagositosis
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
↓
Proses Inflamasi:
Hiperemia Dan
Pembengkakan
↓
Operasi Biopsi Tulang
↓
Kerusakan Jaringan dan
vaskuler
↓
Port de entry
↓
Beresiko invasi bakteri
↓
Resiko Infeksi
6 Post Operasi Invasi Bakteri Nyeri Akut
DS: Pasien mengeluh nyeri Staphylococcus Aureus
dikaki kiri. ↓
Invasi Ke Tulang
DO: ↓
Pasien tampak gelisah, Osteomyelitis
meringis dan fokus pada ↓
area nyeri Fagositosis
Pasien post-op biopsi ↓
tulang Proses Inflamasi:
Skala 7 (0-10) Hiperemia Dan
Nyeri yang dirasakan Pembengkakan
berdenyut-denyut ↓
Nyeri dirasakan Operasi Biopsi Tulang
terutama pada area luka ↓
Saat istirahat nyeri tetap Kerusakan Jaringan dan
dirasakan Sel
↓
Pelepasan Mediator
Nyeri (Histamin,
Bradikinin,
Prostaglandin,
Serotonin, Ion Kalium,
Dll)
↓
Merangsang Nosiseptor
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
↓
Dihantarkan Serabut
Tipe A Gamma Dan
Serabut Tipe C
↓
Medulla Spinalis
↓
Otak (Korteks
Somatosensorik)
↓
Persepsi Nyeri
↓
Nyeri Akut
7 Post Operasi Invasi Bakteri Resiko Infeksi
Staphylococcus Aureus
DS: -. Kaji keluhan yang
↓
dirasakan pasien.
Invasi Ke Tulang
DO: ↓
Osteomyelitis
Pasien post op biopsi
↓
tulang
Fagositosis
Terdapat luka post op bipsi
↓
tulang pada kaki kiri pasien
Proses Inflamasi:
Hiperemia Dan
Pembengkakan
↓
Operasi Biopsi Tulang
↓
Kerusakan Jaringan dan
Sel
↓
Port de entry
↓
Perwatan luka post op
tidak dilaksanakan
dengan steril
↓
Resiko Infeksi
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis - Agar pasien mengtahui ikmu atau
relaksasi aroma terapi lavender metode prosedur dari terapi relaksasi yang
inhalasi secara rinci diberikan
- Anjurkan sering mengulangi terapi - Agar pasien mampu mengatasi
relaksasi dengan aromaterapi lavender cemasnya dengan efektif
metode inhalasi
Kolaborasi:
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian
analgetik - Agar dapat mengatasi nyeri yang
dirasakan pasien dengan lebih akurat
dan cepat
Perawatan Kenyaman
Observasi:
- Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan seperti nyeri yang - Untuk mengetahui keluhan seperti
dirasakaan tidur pada pasien saat merasakan nyeri
ketika tidur sehingga dapat
memntukan intervensi selanjutnya
Terapeutik:
- Berikan posisi yang nyaman
- Agar pasien dapat menjalankan
- Dukung keluarga terlibat dalam terapi
istirahatnya dengan baik dan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan nyaman
terapi yang diinginkan - Agar perawat dapat memberikan
kondisi atau kenyaman lingkungan
sesuai yang diingankan pasien
POST-OPERATIF
Shift Pagi Diagnosa Keperawatan I, VI
08.15 - Pasien dibawa ke ruang rawat inap kemuning S : Pasien sudah mampu istirahat dengan baik
08.30 - Membicarakan bersama anggota keluarga dapat namun nyerinya masih dirasakan walupun nyeri
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
mendampingi pasien yang dirasakan kini tidak terlalu terasa
VII - Menjelaskan tanda dan gejala infeksipada keluarga denyutnya. Pasien mengatakan teknik relaksasi
- Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar nafas dalam sangat mudah untuk dilakukan
I, VI 08.45 - Pemberian terapi dengan Teicoplanin 400 mg/hari sebagai terapi. Pasien juga sudah bisa makan
melalui intra vena, dan Trimetoprim- dengan baik.
sulfamethoxazole 480 mg serta obat analgesik O : Pasien tidak tampak meringisi, skala nyeri 3
Tramadol dari 10
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, TTV:
I, VI 09.00 pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi, TD 121/ 77 mmHg N 85 x/ menit,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas R 20 x/ menit S 37,3 oC
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang A : Nyeri Akut belum teratasi
meperberat dan memperingan nyeri, keluhan P : Intervensi dilanjutkan
penyerta nyeri serta pengaruh nyeri terhadap kualitas - Aromaterapi sampai besok dihentikan
tidur pasien. Pasien mengeluh nyeri pada tibia kiri dulu
dan nyeri yang dirasakan berdenyut. Skala nyeri - Monitor durasi, frekuensi, kualitas,
pasien dari 0-10 adalah 7 (0-10). Nyeri dirasakan intensitas nyeri dan respons nyeri non
terutama pada area luka saat istirahat berbaring verbal.
pun nyeri masih terasa. Selain itu pasien tampak - Berikan terapi non-farmakologis
pucat, mengeluh mual, mual dirasakan sejak subuh, aromaterapi lavender etode inhalasi
tidak ada muntah. - Kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
TD 121/ 77 mmHg N 85 x/ menit, kamar pasien
R 20 x/ menit S 37,3 oC
- Membatasi jumlah pengunjung Diagnosa Keperawatan II
VII - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan S : Pasien mengatakan lukanya sudah lama tak
kunjung sembuh, maka dari itu saran dari perawat
pasien dan lingkungan pasien
terkait rekomendasi konsumsi makanan tinggi
- Memberikan perawatan luka dengan prinsip steril
VII kalori dan protein akan diterapkan.
- Membantu melonggarkan baju dan mengatur cahaya
II,I O : S= 37,3oC.
serta suhu ruangan seusai kebutuhan pasien
A : Hipertermia belum teratasi.
- Memberikan kompres hangat pada pasien
II 09.45 P : Intervensi dilanjutkan
- Sosialisasikan apakah pasien ingin diberikan
I -Asupan minum pasien min. 8 gelas/hari
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
tambahan terapi nonfarmakologi teknik nafas dalam -Pasien dianjurkan untuk tirah baring
dan buat kontrak dilakukan terapi. -Berikan kompres hangat pada pasien
I - Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
I tempat tidurnya dengan kepala head up. Diagnosa Keperawatan III
- Menjelaskan 2 strategi meredakan nyeri (Terapi S : Pasien mengeluh sulit berjalan, pergerakan
Musik dan Teknik Relaksasi Nafas Dalam). Pasien kaki yang terbatas.
memilih Teknik Relaksasi Nafas Dalam. O:
- Libatkan keluarga terlibat dalam terapi dan - TD 120/ 78 mmHg
diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi yang - N 77 x/ menit
diinginkan - Didapatkan hasil kajian: kekuatan otot
- Mengajarkan teknik non faramkologis untuk ekstremitas bawah 4/1
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi nafas A : Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi
dalam. P : Intervensi dihentikan
- Memberikan terapi non-farmakologis teknik Pasien diresepkan terapi untuk latihan
relaksasi nafas dalam dengan 3 kali tarikan nafas. ambulasi dan ROM Aktif esok hari.
Terapi lakukan 5 kali dalam sehari artinya dapat
dilakukan setiap 4-6 jam. Setelah diberikan terapi Diagnosa Keperawatan VII
pasien sudah mampu istirahat dengan baik namun S:
nyerinya masih dirasakan walupun nyeri yang O : Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
dirasakan kini tidak terlalu terasa denyutnya. gejala infeksi.
Pasien mengatakan teknik relaksasi nafas dalam - TTV:
sangat mudah untuk dilakukan sebagai terapi. Skala TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
nyeri 3 dari (0-10). Terapi teknik napas dalam R 18 x/ menit S 37,0 oC
menjadi lebih efektif karena dibantu obat analgesik A : Resiko Infeksi belum teratasi
yang dikonsumsi pasien.. P : Intervensi dilanjutkan
I, VI, - Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV Observasi terus tanda gejala infeksi
VII untuk observasi peningkatan atau penurunan kondisi
pasien serta monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik. Pasien tidak ada tanda dan gejala
yang menunjukkan pasien iinfeksi.
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
TD 121/78 mmHg N 87 x/ menit
R 19 x/ menit S 36 oC
14.00
Shift Siang
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
14.15 kesembuhan pasien.
- Sediakan ruangan yang dingin, atur suhu ruangan
sesuai kebuthan pasien dan matikan lampu buka tirai
I, VI, jendela kamar pasien
VII,II - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fokus nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan respons nyeri non verbal, faktor yang
meperberat dan memperingan nyeri, keluhan
penyerta nyeri serta pengaruh nyeri terhadap kualitas
tidur pasien. Pasien mengeluh nyeri pada tibia kiri
dan nyeri yang dirasakan berdenyut. Skala nyeri
pasien dari 0-10 adalah 3 (0-10).
TD 112/ 80 mmHg N 75 x/ menit,
R 18 x/ menit S 37,3 oC
15.00 - Membatasi jumlah pengunjung
- Memberikan posisi yang nyaman. Pasien diatur
tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
sedikitmenggunakan bantal.
II - Pemberian terapi kompres hangat pada pasien.
- Menyarankanistirahat yang cukup dan untuk sering
membersihkan mulut, kecuali jika meragsang mual
15.45
- Memberikan terapi non-farmakologis teknik
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
relaksasi nafas dalam dengan 3 kali tarikan nafas.
Terapi lakukan 5 kali dalam sehari artinya dapat
dilakukan setiap 4-6 jam. Setelah diberikan terapi
pasien sudah mampu istirahat dengan baik namun
nyerinya masih dirasakan walupun nyeri yang
I, II, 19.00 dirasakan kini tidak terlalu terasa denyutnya. Skala
VI nyeri 3 dari (0-10).
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan kondisi
pasien serta monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik. Pasien tidak ada tanda dan gejala
yang menunjukkan pasien iinfeksi.
TD 110/80 mmHg N 87 x/ menit
R 19 x/ menit S 36,8 oC
VII 20.14
Shift Malam
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Mengucapkan salam, sapa dan berdoa untuk
kesembuhan pasien.
20.30 - Mengatur suhu ruangan dan hidupkan lampu tutup
I, II, tirai jendela kamar pasien
VI - Pemberian obat Trimetoprim-Sulfamethoxazole 480
mg per oral
- Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
TD 121/ 77 mmHg, N 87 x/ menit, R 20 x/ menit, S
37,3 oC
- Memantau tanda dan gejala infeksi lokal dan
I, VI 20.40
sistemik. Pasien tidak ada menunjukkan tanda dan
gejala infeksi.
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
Jumat, III 06.20 - Memberikan posisi yang nyaman Pasien diatur
1/1/2021 tempat tidurnya dengan kepala yang ditinggikan
I sedikitmenggunakan bantal.
- Membuat kontrak untuk dilakukan ROM aktif pada
pukul 10.00
- Lakukan keadaan umum dan pemeriksaan TTV
untuk observasi peningkatan atau penurunan kondisi
pasien.
TD 120/ 78 mmHg N 77 x/ menit
R 18 x/ menit S 37,0 oC
VIII. RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWAT-
AN MEDIKAL BEDAH
Rasionalisasi Prosedur
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
1. Persiapan: Aromaterapi adalah terapi
- Menyiapkan Klien komplementer dalam praktek
- Menyiapkan Lingkungan keperawatan dan menggunakan
- Alat: Kertas Strip atau Tisu, minyak esensial dari bau harum
Referensi
Azizah, N., & Kusumawardani, P. A. (2020). Intensitas Nyeri Dismenorea Pada
Remaja. 39–41.
Manalu, T. A. (2019). Pengaruh Aromaterapi Inhalasi Terhadap Penurunan Nilai
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 1(2), 13–19. https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.149
Putri, M. E. (2020). Terapi Komplementer Sensory Therapies Movement Untuk
Mengurangi Nyeri: Literature Review. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah
Surabaya, 15(1), 17–27. www.journal.stikeshangtuah-sby.ac.id
Resume Analisis Tindakan Keperawatan II
Nama Prosedur : Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan Tindakan : - Menurunkan Intensitas Nyeri
- Membuat Pasien Rileks dan Nyaman
Indikasi Pasien yang : Pasien dengan Keluhan Nyeri Sedang
Membutuhkan
Tindakan
Rasionalisasi Prosedur
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
1. Persiapan: Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri
- Membaca Bismillah dengan merilekskan ketegangan otot yang
sebelum mulai menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
- Membaca Hamdalah nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
setelah selasi berirama. Pasien dapat memejamkan matanya
2. Langkah Kerja: dan bernafas dengan perlahan dan nyaman
Pelaksanaannya dilaku- (Smeltzer et al., 2010 dikutip dalam Lela &
kan dengan 3 kali tarikan Reza, 2018)).
nafas selama 5 kali sehari Terapi nyeri non farmakologi seperti teknik
dalam 2 hari. Lalu relaksasi nafas dalam mempunyai resiko yang
intensitas nyeri diukur sangat rendah. Penanganan nyeri dengan
menggunakan skala nyeri melakukan teknik relaksasi merupakan
numerik dengan skor tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
terndah 0 dan skor mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah
tertinggi 10 (Amita, D., menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam
Fernalia, Yulendasari, sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca
2018). operasi (Sehono, 2010 dikutip dalam Lela &
Reza, 2018).
Hasil penelitian Agung (2013) menyatakan
bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat
dilakukan oleh semua responden. Teknik
relaksasi nafas dalam mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
Referensi
Amita, D., Fernalia, Yulendasari, R. (2018). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT BENGKULU. Jurnal Kesehatan
Holistik, 12(1), 26–28.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/124/69
Lela, A., & Reza, R. (2018). Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2).
.
Resume Analisis Tindakan Keperawatan III
Nama Prosedur : Kompres Hangat
Tujuan Tindakan : - Menurunkan demam
- Memberikan rasa nyaman.
Indikasi Pasien yang : Pasien dengan kondisi hipertermia, pasien dengan
Membutuhkan Tindakan keluhan panas pada bagian permukaan tubuh.
Rasionalisasi Prosedur
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
1. Persiapan Alat dan Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat
Bahan: untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
- Handuk kecil mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
- Wadah sedang 600 atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa
ml hangat pada daerah tertentu (Uliyah & Hidayat,
- Air Hangat 2008 dikutip dalam Della et al., 2020). Air
2. Langkah Kerja merupakan sarana yang baik bagi suhu panas, dan
Kompres dengan air lebih baik daripada udara. Dengan air, kita tidak
hangat menggunakan terlalu banyak terpengaruh oleh panas maupun
suhu 26-34°C.. dinginnya suhu udara, seperti saat kita
mencelupkan (merendam) tubuh kita ke dalam air
panas maupun dingin. (Mahmud, 2007 dikutip
dalam Della et al., 2020).
Kompres air hangat akan membuat suhu hangat
dan suhu diluar cukup panas. Sehingga tubuh akan
menurunkan pengatur suhu agar tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh (Barbara R
Hegher 2013 dikutip dalam Sholihah et al., 2019).
Silvia (2010) dikutip dalam Sholihah et al., 2019
upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
demam dengan kompres pada daerah tertentu.
Lanjut Setiawan (2011) pada saat demam
dianjurkan untuk menggunakan pakaian tipis,
banyak minum, memberikan kompres dan
N
KEGIATAN RASIONAL (Integrasi Jurnal)
O
memberikan obat.
Kompres hangat di daerah pembuluh darah besar
merupakan tindakan memberikan rangsangan
pada area preoptik hypothalamus untuk
menurunkan demam. Sinyal hangat merangsang
preoptik dan menyebabkan pengeluaran sinyal
oleh system efektor. Sinyal tersebut
mengakibatkan pengeluaran panas lebih banyak
melalui dilatasi pembuluh darah perifer dan
berkeringat (Potter & Perry,2010).
Penulis berpendapat bahwa kompres hangat dapat
menjadi intervensi tambahan yang terbukti dalam
Referensi
Della, P. C. O., Sari, R. M., & Verawati, M. (2020). STUDI LITERATUR : KOMPRES
HANGAT UNTUK MENGATASI HIPERTERMIA PADA PENDERITA TB PARU.
HEALTH SCIENCES JOURNAL, 4(2).
Sholihah, H. R., Prabowo, A., & Hafiduddin, M. (2019). EFFORTS TO IMPROVE
FAMLY HEALTH MANAGEMENT BY PROVIDING WARM COMPRESS N
NURSING FAMILIES WITH FEVER (Vol. 53, Issue 9).
Resume Analisis Tindakan Keperawatan IV
Nama Prosedur : Terapi Akupresur
Tujuan Tindakan : - Menurunkan Intensitas Mual
- Memberikan rasa nyaman.
Indikasi Pasien yang : Pasien dengan kondisi Post operative Nausea and
Membutuhkan Tindakan Vomiting (PONV).
Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL (Integrasi
KEGIATAN
O Jurnal)
1. Persiapan Alat dan Bahan: Terapi komplementer yang
- Minyak zaitun dapat digunakan untuk
- Tisue Basah dan kering mencegah dan mengurangi
2. Langkah-langkah terapi mual dan muntah pasca operasi
a) Jaga privasi pasien dengan menutup salah satunya dengan
tirai akupresur(Supatmi, 2014).
b) Siapkan alat dan bahan seperti minyak Akupresur merupakan terapi
zaitun, tissue basah & kering yang sederhana, mudah
c) Atur posisi klien dengan dilakukan, tidak memiliki efek
memposisikan pada posisi terlentang samping karena tidak
(supinasi melakukan tindakan invasif
d) Pastikan klien dalam keadaan rileks (Fengge, 2012 dalam Majid,
dan nyaman 2014). Akupresur merupakan
e) Bantu melepaskan pakaian klien atau salah satu terapi yang umum
aksesoris yang dapat menghambat digunakan dalam keperawatan.
tindakan akupresur yang akan dilakukan, Prinsip healing touch pada
jika perlu akupresur menunjukkan
f) Cuci tangan prilaku caring yang dapat
g) Kaji keluhan pasien memberikan ketenangan,
h) Tuangkan minyak zaitun ke tangan kenyamanan, rasa dicintai dan
secukupnya diperhatikan bagi klien
k) Massage ringan tangan klien untuk sehingga lebih mendekatkan
melemaskan otot-otot tangan agar tidak hubungan terapeutik perawat
kaku dan klien (Kushariyadi, 2011).
l) Cari titik-titik rangsangan yang ada di
N RASIONAL (Integrasi
KEGIATAN
O Jurnal)
tubuh, menekannya hingga masuk ke Efektivitas terapi non
sistem saraf. Akupresur hanya memakai farmakologi ini sebanding
gerakan tangan dan jari, yaitu teknis dengan obat antiemetik dalam
tekan putar, tekan titik, dan tekan lurus . pencegahan mual muntah dan
m) Mulai melakukan akupresur pada titik titik PC-6 (Neiguan) juga telah
ST 25 lakukan tekanan selama 2 menit diakui oleh WHO (Saputra &
Agustin, 2005 dalam Indrawati
2010). Selain itu terdapat titik
lain yang juga bermanfaat
mengatasi gangguan
pencernaan seperti mual dan
muntah yaitu titik ST-25
(Tianshu) (WHO, 2008 dalam
Indrawati, 2010 dikutip lagi
dalam Rahmyati et al., 2017).
m) Mulai melalukan akupresur pada titik
Pada hasil penelitian yang
PC 6 lakukan tekanan selamat 2 menit.
dilakukan oleh Tarcin dkk
(2004) dalam Syarif (2011),
yang juga mengungkapkan
informasi lain bahwa stimulasi
pada titik P6 mempunyai
manfaat dalam peningkatan
pengeluaran beta endorpin di
hipofisis di sekitar CTZ. Beta
endorpin merupakan salah satu
antiemetik endogen yang dapat
menghambat impuls mual
n) Setelah titik ditemukan, oleskan muntah di pusat muntah dan
minyak secukupnya pada titik tersebut CTZ (Samad, dkk , 2003
untuk memudahkan melakukan pemijatan dalam Wijaya, dkk, 2014
atau penekanan dan mengurangi nyeri dikutip dalam Rahmyati et al.,
N RASIONAL (Integrasi
KEGIATAN
O Jurnal)
lecet ketika penekanan dilakukan.
o) Lakukan pemijatan atau penekanan
menggunakan jempol tangan atau jari
lain dengan 30 kali pemijatan atau
pemutaran searah jarum jam untuk
menguatkan dan 40-60 kali pemijatan
2017).
atau putaran ke kiri untuk melemahkan.
Pemijatan dilakukan pada masing-masing
bagian tubuh (kiri dan kanan) kecuali
pada titik yang terletak dibagian tengah.
(Yuyun, 2020)
Referensi
Yuyun, Ni Kadek. GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR UNTUK MENGATASI ANSIETAS
PADA PASIEN GOUT ARTRITHIS DI WILAYAH UPT KESMAS
SUKAWATI 1 GIANYAR TAHUN 2020. Diss. Poltekkes Denpasar Jurusan
Keperawatan, 2020.
Rahmyati, E., Irawan, A., & Sormin, T. (2017). Pengaruh Terapi Komplementer
Akupresur terhadap Mual Muntah. 384 Jurnal Kesehatan, VIII, 382–388.