KRONIK
Dosen Pembimbing:
Ns. Riandi Alfin S. Kep., Ners., M. Kep
Oleh
ELIZA AYUNDA PUTRI
302017030
GGK
Anemia
Aliran darahh
Bendungan atrium kiri
ginjal ↓
Gangguan
Tekanan vena pertukaran gas
RAA ↓
pulmonal
6 Celsius.
1) Indikasi tranfusi PRC
Sel darah merah pekat ini digunakan untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah pada klien yang menunjukkan gejala
anemia, yang hanya memerlukan massa sel darah merah pembawa
oksigen saja misalnya pada klien dengan gagal ginjal atau anemia
karena keganasan. Pemberian unit ini disesuaikan dengan kondisi
klinis klien bukan pada nilai Hb atau hematokrit. Keuntungannya
adalah perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah
beban volume seperti klien anemia dengan gagal jantung.
2) Kontraindikasi tranfusi PRC
Dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan dalam
jumlah banyak dalam waktu singkat.
3) Dosis dan cara pemberian
Pada orang dewasa, 1 unit sel darah merah pekat akan
meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl atau hematokrit 3-4%.
Pemberian sel darah ini harus melalui filter darah standar (170
μ). Hematokrit yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya
hiperviskositas dan menyebabkan kecepatan transfusi menurun
sehingga untuk mengatasinya maka diberikan salin normal 50-
100 ml sebagai pencampur sediaan sel darah merah dalam
CPD atau CPDA-1 tetapi harus hati-hati karena dapat terjadi
kelebihan beban.
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan
100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan
dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis.
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus
hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik
maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
7. Pemberian terapi farmakologi
a. Obat-obat anti hipertensi untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
b. Obat-obatan golongan loop diuretics untuk mempertahankan
keseimbangan cairan.
c. Obat-obatan golongan glikosid kardiak seperti digoksin untuk
memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
d. Obat-obatan antiemetic untuk mengendalikan mual dan muntah.
e. Obat natrium bicarbonate untuk mencegah keadaan hiperkalemia.
8. Penatalaksanaan supportif (Diet)
a. Pemberian suplemen vitamin, khususnya vitamin B dan D
b. Suplemen zat besi dan folat untuk mengatasi anemia
c. Membatasi asupan cairan serta natrium dan kalium
J. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis
Pengkajian
1. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur. Kelemahan otot dan
tonus, penurunan ROM
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada. Peningkatan
JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
3. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan. Menolak, cemas,
takut, marah, irritable
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin,
urin pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen
kembung
5. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan.
Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
koma
7. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki. Distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal
Dyspnea (+). Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema
pulmonal
9. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi),
petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM
terbatas
10. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
11. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia
2. Defisit Nutrisi
3. Risiko gangguan integritas kulit
4. Gangguan pertukaran gas
5. Intoleransi aktivitas
6. Risio penurunan curah jantung
7. Nyeri akut
DAFTAR PUSTAKA
Seorang laki-laki, Tn. S, (42 tahun) dirawat di Ruang Bedah Umum baru saja dilakukan
hemodialisis pertama kali dan ditransfusi PRC 4. Sebelumnya pasien dibawa kerumah
sakit karena mengeluh sesak dan nyeri pinggang. Sesak yang dirasakan seperti tertimpa
benda berat dan nafas pendek. Nyeri pada pinggang menyebar ke punggung dengan rasa
terbakar dan skala nyeri 7. Hasil pemeriksaan laboratorium sebelum hemodialisis: Hb 7
gr/dl, Ureum 214 mg/dL, Kreatinin 6,6 mg/dL. Hasil pemeriksaan Hemodinamik TD
160/100 mmHg, frekuensi nadi 100 kali/menit, frekuensi pernafasan 30 kali/menit,
Suhu 37 oC. Hasil laboratorium sesudah hemodialisis: Hb 10 gr/dl, Ureum 67 mg/dL,
Kreatinin 2,7 mg/dL. Saat pengkajian, klien baru datang dari OK post pemasangan
Simino di tangan sebelah kiri . Terpasang infus Tramadol drip 2 ampul dalam NaCL
0,9% 20 gtt/menit. Terdapat luka jahitan 4 cm, terpasang folley kateter dengan produksi
urine 150 cc warna kuning keruh.Klien dalam keadaan compos mentis dan tampak
kesakitan pada area luka post op sehingga tampak ketakutan bila bergerak, skala nyeri 6
(0 – 10). Klien sudah dianjurkan untuk membatasi minum hanya 800 cc/24 jam. Tanda-
tanda vital TD 150/100 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit,
Suhu 36 oC, BB pasien 75 TB 165. Riwayat pekerjaan pasien adalah masinis . Selama
ini klien memang sering mengeluh panas di pinggang, mual, tidak nafsu makan, dan
mengeluh mudah lelah, tetapi klien selalu tidak mengindahkannya. Hal ini sudah
dirasakan kurang lebih 5 bulan terakhir, tetapi kemudian 1 minggu yg lalu kondisinya
drop dan langsung dibawa ke RS
Format laporan ASKEP RUANG OPERASI
I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Tn. S
b. Tgl lahir/Umur : 29 Desember 1978 (42 thn )
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : D3
e. Pekerjaan : Masinis
f. Alamat : Kp. Kiaracondong Rt 02/03
g. No CM : 0003412
h. Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronik
IDENTITAS ORANG TUA/PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny.S
b. Umur : 40 thn
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Hubungan dengan pasien : Istri
Asal pasien : □ Rawat Jalan ■ Rawat Inap □ Rujukan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelumnya pasien dibawa kerumah sakit karena mengeluh nyeri
pinggang. Nyeri pada pinggang menyebar ke punggung dengan rasa terbakar
dan skala nyeri 7. Pasien juga mengeluh sesak. Sesak yang dirasakan seperti
tertimpa benda berat dan nafas pendek.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ada riwayat kesehatan dahulu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga (tampilkan genogram jika ada)
3. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis (konsep diri, emosional)
Pasien seorang masinis, pasien tidak megetahui terkait kondisi paien
sebelumnya sampei pasien mengalami drop dan dibawa ke rumah sakit.
b. Data Sosial
Pasien mempunyai seorang istri, dan dua orang anak.
c. Data Spiritual
Pasien beragama islam, selama sakit masih menjalankan shalat lima
waktu, jarang mengikuti acara kegiatan keagamaan, pasien merasa bahwa sakit
yang dialami adalah ujian.
4. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi Makan
o Jenis Nasi, sayur, ayam ikan Nasi, sayur. Ayam
o Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
o Porsi 1 porsi habis Hanya makan 3 suap
o Ketergantungan
o Keluhan
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : Mengeluh sesak dan nyeri pinggang
2. Riwayat Penyakit : □DM □Asma □Hepatitis □Jantung □Hipertensi
□HIV ■ Tida kada
3. Riwayat Operasi/anestesi : □Ada ■ Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □Ada, sebutkan.................. ■ Tidak ada
5. Jenis Operasi : Pemasangan cimino
6. TTV : Suhu : 37 C Nadi : 100 x/mnt Respirasi : 30 x/mnt
TD : 160/100 mmHg
7. TB/BB : BB : 75 Kg TB : 165 Cm
8. Golongan Darah :o Rhesus : +
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
9. Status Emosional : □ Tenang □ Bingung ■ Kooperatif □Tidak Kooperatif
□ Menangis □ Menarik diri
10. Tingkat Kecemasan :□ Tidak Cemas ■ Cemas
11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
■ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 4=Responsimpate-adrenal
□ 5=Panik
Tidaknyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□0-1 □2-3 □4-5 ■ 6-7 □ 8-9 □ 10
13. Survey Sekunder ,lakukan secara head to toe secara prioritas :
NORMAL
KETERANGAN
YA TIDAK
Kepala Kulit kepala bersih, rambut bersih serta tidak rontok,
tidak ada nyeri tekan dan edema. Mata : konjungtiva
√
anemis, sclera putih, pupil isokor, penglihatan: dalam
batas normal.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis. Telinga: Bersih tidak ada
√
cairan, tidak ada serumen, pendengaran dalam batas
normal.
Dada Toraks dan paru-paru: frekuensi pernapasan 30
x/mnt, takipneu, hiperventilasi, penggunaan otot
bantu pernafasan (+), pergerakkan dada simetris
kanan dan kiri, bunyi napas vesikuler, traktil fremitus
√ melemah pada bagian apeks, perkusi: pekak di apeks,
bentuk dada simetris. Kardiovaskular: nadi 100x/
mnt, TD 160/100 MmHg, dada simetris, CRT >3
detik, akral dingin, bunyi jantung normal Lup (S1)
dan dup (S2), tidak ada bising jantung,
Abdomen √ Abdomen: abdomen simetris, bising usus 10x/menit,
abdomen supel, ada nyeri tekan, mual (+), tidak
nafsu makan
Genitalia Genitalia bersih dan terdapat lubang anus. Eliminasi:
√ BAB 1 kali konsistensi lunak, berwarna kuning,
BAK spontan, produksi urine: 500ml.
Integumen Turgor kulit lembab, tidak ada lesi. Kuku bersih dan
√
sudah di potong
Ekstremitas Muskuloskeletal dan Ekstremitas: kemampuan
pergerakan sendi bebas, tidak ada parese, tidak ada
kelainan bentuk tulang dan otot, postur tubuh tegap,
√ edema ekstremitas bawah sebelah kanan (pitting
edema +1) Refleks Patella positif kiri dan kanan,
diaphoresis (+), tidak edema ekstremitas atas, tidak
ada tanda Homan’s.
B. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke ;:
-Pindah ke ICU/PICU/NICU :jam Wib
- RECOVERY ROOM : Jam 10.00 Wib
2. Keluhan saat di RR : □Mual □Muntah □ pusing ■ Nyeri luka operasi
□Kaki terasa baal □ Menggigil □ lainnya…..
3. Keadaan Umum : □ Baik ■Sedang □ Sakit berat
4. TTV : Suhu 36 oC , Nadi 92 x/mnt, Rr 24 x/mnt,
TD 150/100 mmHg, SatO2 %
5. Kesadaran : ■ CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo
□Coma
6. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas :
NORMAL
KETERANGAN
YA TIDAK
Kepala Kulit kepala bersih, rambut bersih serta tidak rontok,
tidak ada nyeri tekan dan edema. Mata : konjungtiva
√
anemis, sclera putih, pupil isokor, penglihatan:
dalam batas normal.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis. Telinga: Bersih tidak ada
√
cairan, tidak ada serumen, pendengaran dalam batas
normal.
Dada Toraks dan paru-paru: frekuensi pernapasan 24
x/mnt, takipneu, hiperventilasi, penggunaan otot
bantu pernafasan (+), pergerakkan dada simetris
kanan dan kiri, bunyi napas vesikuler, traktil
√ fremitus melemah pada bagian apeks, perkusi: pekak
di apeks, bentuk dada simetris. Kardiovaskular: nadi
92x/ mnt, TD 150/100 MmHg, dada simetris, CRT >
3 detik, akral dingin, bunyi jantung normal Lup (S1)
dan dup (S2), tidak ada bising jantung,
Abdomen Abdomen: abdomen simetris, bising usus 10x/menit,
√ abdomen supel, ada nyeri tekan, mual (+), tidak
nafsu makan
Genitalia Tepasang folley kateter. Eliminasi: BAB 1 kali
√ konsistensi lunak, berwarna kuning, BAK produksi
urine: 150 cc, warna urin tampak kuning keruh
Integumen Terdapat luka jahitan sebesar 4 cm post op cimino
√
sebelah kiri.
Ekstremitas √ Muskuloskeletal dan Ekstremitas: kemampuan
pergerakan sendi bebas, tidak ada parese, tidak ada
kelainan bentuk tulang dan otot, postur tubuh tegap,
edema ekstremitas bawah sebelah kanan (pitting
NORMAL
KETERANGAN
YA TIDAK
edema +1) Refleks Patella positif kiri dan kanan,
diaphoresis (+), tidak edema ekstremitas atas, tidak
ada tanda Homan’s.
7. SKALA NYERI
Tidaknyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□0-1 □2-3 □4-5 ■ 6-7 □ 8-9 □ 10
5. Program Terapi
Nama obat Cara pemberian Dosis Keterangan
Merupakan cairan kristaloid
yang mengandung natrium dan
Nacl 0,9 % IV 20 gtt/mnt clorida. Digunakan untuk ketidak
seimbangan elektrolit dan
menjaga tubuh agar terhidrasi
Merupakan jenis obat analgesik
golongan opioid yang digunakan
Tramadol drip IV 2 ampul
untuk penghilang rasa sakit
setelah pembedahan.
Transfusi PRC IV 4 Sel darah merah pekat ini
digunakan untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah pada
klien yang menunjukkan gejala
anemia, yang hanya memerlukan
massa sel darah merah pembawa
oksigen saja misalnya pada klien
dengan gagal ginjal atau anemia
karena keganasan.
II. ANALISIS DATA
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1 Hipervolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Cairan Manajement Cairan
gagal ginjal tindakan keperawatan 2 x Observasi Observasi
kronik 24 jam nyeri teratasi 1. Monitor status hemodinamika 1. Untuk memantau ada atau
dengan krteria hasil : 2. Periksa tanda dan gejala tidaknya peningkatan tekanan
1. Balance cairan hipervolemmia darah, freuensi jantung,
normal 3. Monitor intake dan output cairan MAP,CVP,PAP,PCWP, CO dan
2. Tidak terdapat Terapeutik CI.
edema 1. Batasi asupan cairan dan garam 2. Untuk memantau ada atau
3. Kreatinin dan 2. Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40o tidaknya edema, peningktan
ureum dalam batas Edukasi frekuensi napas, suara napas
normal 1. Ajarka cara membatasi cairan tambahan, dan refleks
2. Ajarkan cara mencatat asupan dan hepatojugular
haluan cairan 3. Untuk melihat balance cairan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
Kolaborasi pasien dan menentukan jenis
1. Kolaborasikan pemberian diuretik pemberian terapi.
Terapeutik
Manajement Hemodialisis 1. Agar pasien mampu untuk
Observasi membatasi asupan cairannya
1. Identifikasi tanda dan gejala kebutuhan serta mengetahui dari efek
hemodialisa pembatasan cairan.
2. Identifikasi kesiapan hemodialisa (mis, 2. Posisi 30 – 400 dapat membantu
TTV, BB, volume cairan dan pernapasan pasien serta pada
kontraindikasi pemberian heparin) pasien dengan GGK posisi
3. Monitor tanda - tinda vital pasca tersebut akan menghindari
hemodialisa terjadinya penumpukan cairan
Terapeutik atau edema pada paru - paru
1. Lakukan prosedure dialisis dengan Kolaborasi
prinsip aseptik 1. Cairan diuretik diberikan kepada
2. Hentikan hemodialisi ketika terjadi hal pasien GGK hanya untuk
yang membahayakan (mis, syok) membantu pemberian obat dalam
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
3. Ambil sampel darah untuk akses vena
mengevaluasi keefektifan hemodialisa
Edukasi Manajement Hemodialisis
1. Jelaskan tentang prosedure Observasi
hemodialisa 1. Sebelum dilakukan hemodialisa
2. Ajarkan cara membatasi cairan perlu dilakukan pengecekan
Kolaborasi terhadap GFR pada pasien gagal
1. Berikan heparin pada blood line,sesuai ginjal kronik karena untuk
indikasi menentukan apakah pasien perlu
dilakukan hemodialisa atau tidak.
2. Sebelum dilakukan hemodialisa
pastikan pasien siap untuk
dilakukan hemodialisa karena
jika TTV tinggi dan kondisi
tubuh dalam keadaan drop maka
tidak dapat dilakukan
hemodialisa karena akan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
memperburuk keadaan pasien.
3. Memonitor TTV setelah
dilakukan hemodialisa untuk
mengetahui keefetivitasan
dilakukannya hemodialisa.
Terapeutik
1. Melakukan proses dialisis paada
pasien GGK dapat mengurangi
kelebihan volume cairan.
2. Jika pada saat hmodialisa terjadi
hal yang membahayakan maka
hentikan proses hemodialisa agar
tidak memperburuk kondisi
pasien.
3. Mengambil sampel darah setelah
dilakukan hemodialisa untuk
mengetahui kadar ureum,
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
kreatinin dan parameter
pemeriksaan ginjal lainnya
apakah hemodialisa bekerja
secara efektif atau tidak pada
pasien.
Edukasi
1. Sebelum dilakukan hemodialisa
sebaiknya berikan edukasi
kepada keluarga dan pasien
terkait tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien untuk
memberikan informasi terkait
tujuan dan manfaat dari
dilakukannya prosedure.
2. Pada pasien GGK dengan
keleihan volume cairan perlu
memperhatikan asupan cairannya
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
karenaa akan berpengaruh
terhadap balance cairan dan jika
tidak dibatasi maka akan
menyebabkan edema.
Kolaborasi
1. Pemeberian heparin bertujuan
untuk mencegah dan mengobati
penggumpalan darah pada saat
hemodialisa.
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajement Nyeri Manajement Nyeri
agen pencedera tindakan keperawatan 1 x Observasi : Observasi
fisik : pinggang 24 jam nyeri teratasi 1. Identifikasi lokasi , karakteristik, 1. Untuk memberikan jenis terapi
dan pembedahan dengan krteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intesitas yang sesuai jika lokasi frekuensi,
1. Skala nyeri 0 (0- nyeri. skala dan kulitas nyeri diketahui.
10) 2. Indtifikasi skala nyeri. 2. Untuk menetukan berapa skala
2. Tidak meringis 3. Identifikasi faktor yang memperberat yang dirasakan pasien sebagai
kesakitan dan memperingan nyeri. acuan untuk implementasi.
3. HR 90 x/mnt Terapeutik: 3. Mengetahui penyebab nyeri dapat
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
4. TD 120/80 MmHg 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mempermudah dalam pemberian
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, terapi yang digunakan.
hipnosis, akupresur, terapi musik, Terapeutik
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, 1. Memberikan terapi
teknik imajinasi terbimbing, kompres nonfarmakologi (ZAH) dapat
hamgat/dingin, terapi bermain) mengurangi itensitas nyeri karena
2. Kontrol lingkungan yang memperberat zikir dapat menenangkan
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, sehingga saraf – saraf yang
pencahayaan, kebisingan) menegang akan rileks ketika
3. Fasilitas istirahat dan tidur dipendengarka zikir sehingga
Edukasi : merangsang sistem fisiologis
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk tubuh.
mengurangi rasa nyeri 2. Mengontrol lingkungan seperti
suhu, pencahayaan dan
kebisingan dapat menurunkan
Pemberian Analgesik intensitas nyeri yang dirsakan
Observasi pasien karena kualitas kenyaman
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik pasien meningkat.
sesuai tingkat keparahan nyeri 3. Istrirahat dan tidur yang cukup
2. Monitor efektifitas analgesik akan mengurangi intensitas nyeri
3. Monitor TTV sebelum dan sesudah serta ketika tidur maka saraf –
pemberian analgesik saraf dan otot akan rileksasi atau
Terapeutik beristirahat.
1. Dokumentasikan respon terhadap efek Edukasi
analgesik dan efek yang tidak di 1. Untuk menambah wawasan
ingginkan pasien serta kemampuan pasien
Edukasi dalam mengurangi nyerinya
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping secara mandiri.
obat Kolaborasi
Kolaborasi 1. Pemberian obat analgesik yang
1. Kolaborasika pemberian dan jenis disesuaikan dpat mengurangi
analgesik, sesuai indikasi intensitas nyeri pasien termasuk
pemberian analgesik setelah
pembedahan akan mengurangi
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
nyeri pasien setelah masa
pembedahan selesai.
Pemberian Analgesik
Observasi
1. Mengidentifikasi jenis pemberian
analgesik bertujuan untuk
mengefektivitaskan pengurangan
terhadap nyeri.
2. Untuk mengetahui apakah
analgesik yang diberikan bekerja
secara efektif mengurang rasa
nyeri.
3. Observasi TTV dilakukan untuk
mengetahui apakah ada
penurunan terhadap TTV
sebelum dan sesudah diberikan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
analgesik, karena ketika nyeri
dapat meningkatkan TD dan HR.
Terapeutik
1. Dokumentasi bertujuan untuk
apakah pasien alergi terhadap
jenis obat golongan analgesik
tertentu.
Edukasi
1. Untuk memberikan informasi
kepada pasien dan keluarga
terkait indikasi dan
kontraindikasi pada obat yang
diberikan sehingga menambah
wawasan pada pasien dan
keluarga.
Kolaborasi
1. Untuk menentukan jenis
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
analgesik yang cocok sesuai
indikasi nyeri pada pasien dan
dosis penting diberikan kepada
pasien agar tidak terjadi
overdosis dan agar obat yang
diberikan bekerja secara efektif.
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi Observasi
efetif b.d tindakan keperawatan 2 x Observasi : 1. Untuk mengetahui seberapa
keletihan 24 jam nyeri teratasi 1. Monitor frakuensi , irama , kedalaman beratnya pernapasan pasien
dengan krteria hasil : dan upaya napas sehingga mempermudah dalam
1. RR 18 (16-20) 2. Auskultasi bunyi napas pemberian terapi
2. Tidak ada otot 3. Monitor saturasi oksigen 2. Bunyi napas menentukan
bantu nafas 4. Monitor nilai AGD karakteristik atau penyebab dari
3. Irama reguler 5. Monitor hasil x-ray toraks sesak napasnya pasien.
4. Tidak ada PCH Terapeutik : 3. Saturasi oksigen
5. Tidak takipneu 1. Atur interval pemantauan respirasi 4. Untuk mengetahui nilai AGD dan
sesuai kondisi pasien status pernapasan pasien
Edukasi : 5. Untuk mengetahui apakah ada
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur penumpukan caira atau edema
pemantauan paru
Kolaborasi Terapeutik
1. Kolaborasikan pemberian oksigen, jika 1. Untuk membuat pola napas
diperlukan pasien lebih mudah
Edukasi
1. Menjelaskan prosedur kepada
pasien sangatlah penting untuk
menginformasikan tujuan dari
dilakukannya suatu tindakan
keperawatan.
Kolaborasi
1. Pemberian oksigen untuk
membantu pernapasan pasien
agar frekuensi, irama serta bunyi
napas pasien dalam batas normal
karena pemberian oksigen
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
membuat pertukaran O2 dan CO2
dalam paru – paru berjalan
lancar.
4 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Pemberian Produk Darah Observasi
tidak efektif b.d tindakan keperawatan 1 x Observasi 1. Untuk mengetahui golongan
penurunan 24 jam perfusi jaringan 1. Identifikasi golongan darah pasien darah pasien agar tidak terjadi
kosentrasi perifer teratasi dengan Terapeutik perbedaan kandungan protein
hemoglobin krteria hasil : 1. Transfusi PRC 4 yang disebut antigen, jika
1. Tidak mudah lelah golongan darah berbeda di
2. HB dalam rentan transfusikan maka akan terjadi
normal 13 – 17 reaksi penolakan terhadap
mg/dl antigent dan akan dianggap
sebagai penyusup.
Terapeutik
1. Sel darah merah pekat ini
digunakan untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah pada
klien yang menunjukkan gejala
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
anemia, yang hanya memerlukan
massa sel darah merah pembawa
oksigen saja misalnya pada klien
dengan gagal ginjal atau anemia
karena keganasan
5 Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan 2 x Observasi Observasi
24 jam risiko teratasi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local 1) Untuk menjadi acuan dari adanya
dengan krteria hasil : dan sistemik tanda dan gejala infeksi pada luka
1. Tidak terdapat Terapeutik Terapeutik
tanda – tanda 1. Berikan perawatan kulit pada area luka 1) Untuk mempertahankan turgor
infeksi 2. Pertahankan mengenai Teknik aseptic kulit
2. Luka post op pada pasien yang berisiko tinggi 2) Teknik aseptic sangat penting
mengering Edukasi pada risiko infeksi, agar tidak
1. Jelaskan mengenai tanda dan gejala bertambahnya atau menyebabkan
infeksi infeksi yang lain karena
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi masuknya mikroorganisme yang
baru
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
Edukasi
1) Dengan mengetahui tanda dan
gejala dari infeksi pasien dapat
mengenali lukanya sendiri
2) Untuk mengembalikan fungsi
fisiologis normal,
mempertahankan massa otot,
mencegah malnutrisi dan infeksi,
menunjang proses penyembuhan
luka, mengurangi morbiditas, dan
mortalitas.
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : Tn. S Ruangan : Bedah Umum
No. Medrek : 0003412 Diagnosa Medis : Gagal ginjal kronik
Selasa Pre 07.00 Tuliskan tindakan keperawatan dan hasilnya Diagnosa Keperawatan 1
29 Desember Op Monitor tanda – tanda vital, di dapatkan hasil : S : pasien telah dilakukan HD
2020 O : ureum 67, kreatinin 2,7
TD = 160/100 mmHg
II, III
HR = 100 kali/menit A : hipervolemia belum teratasi
RR = 30 kali/menit P : lanjutkan intervensi
S = 37 OC
Diagnosa Keperawatan 2
08.00
III Memonitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya S : pasien mengeluh nyeri pinggang
napas. Pasien terlihat sesak O : Skala Nyeri 7 menjadi 2, TD 160/100
Memposisikan pasien dalam posisi 30 – 40o . Pasien MmHg, HR 100x/mnt
mulai bisa mengatur napasnya dan tidak terlalu
A : nyeri akut teratasi
sesak
09.00 P : hentikan intervensi
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
Rabu 30 Post 13.00 Melakukan pengkajian nyeri pada pasien post op. Diagnosa Keperawatan 1
Desember op Skala pasien 6 (0-10) S : pasien mengeluh nyeri pada luka post op
2020 I O : Skala Nyeri 6 menjadi 2, TD 150/100
III Memeriksa luka pasien. Tidak terdapat tanda – MmHg, HR 92x/mnt
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
I,IV 17.00 Memonitor tanda – tanda vital pasien, dengan hasil: A : risiko infeksi teratasi sebagian
TD : 150/100 MmHg P : lanjutkan intervensi
RR : 24x/ mnt
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
HR ; 92x / mnt
Suhu : 36oC Diagnosa Keperawatan 4
S : pasien mengeluh sesak
I 18.00 Memberikan terapi pada pasien : O : RR 24 x/mnt
Tramadol 2 amp drip dalam NaCl 0,9 % 20 gtt/mnt. A : pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
Skala nyeri berkurang menjadi 2
P : lanjut intervensi
Kamis 31 post 07.00 Memonitor tanda – tanda vital. Dengan hasil : Diagnosa Keperawatan 2
Desember op TD : 130/80 MmHg S : pasien telah dilakukan HD
2020 IV RR : 20x / mnt O : balance cairan 900 cc/24 jam
HR : 86 x/nt
A : hipervolemia belum teratasi
Suhu : 37,50 C
P : lanjutkan intervensi
III 11.00 Memeriksa luka post op. Luka tetap kering dan tanda – tanda infeksi
tidak ada tanda infeksi A : risiko infeksi teratasi
P : hentikan intervensi
III 12.00 Memberikan edukasi kepada keluarga dan pasien
agar tetap mempertahankan kebersihan luka dan
Diagnosa Keperawatan 4
memberitahukan tanda – tanda infeksi pada luka.
S : pasien tidak mengeluh sesak
Pasien dan keluarga menjadi tahu tanda – tanda
O : RR 20 x/mnt
infeksi.
A : pola nafas tidak efektif teratasi
P : hentikan intervensi
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Resume AnalisisTindakanKeperawatan
Nama Prosedur : Zikir Asmaul Husna (ZAH) Terhadap nyeri pada
pasien post op dan Mengurangi Ketidak Nyamanan
Tujuan Tindakan : Untuk memberikan relaksasi dan ketenangan yang
akan membawa pengaruh terhadap saraf otonom
yang berdampak pada respon fisiologi.
Indikasi Pasien yang : Terapi ZAH ini juga bisa digunakan pada pasien
Membutuhkan Tindakan yang mengalam rasa ketidak nyamanan akibat nyeri
yang dirasakan
Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL
KEGIATAN
O (IntegrasiJurnal)
1. Persiapan:
Pra Interaksi
a. Validasi nama pasien
b. Keadaan umum dan TTV
c. Pastikan tidak ada kontraindikasi
Alat :
a. Al – Qur’an
b. Mp3 berisi zikir asmaul husna
c. Handphone berisi zikir asmaul husna
d. Speaker wireless
2. Langkah kerja: Stimulasi suara dapat
Orientasi mempengaruhi sistem
a. Mengucapkan salam. fisiologis yang meliputi:
b. Memperkenalkan diri. denyut nadi, respirasi, EEG,
c. Menjelaskan prosedur tindakan. EKG dan lainnya. Sehingga
d. Menanyakan kesiapan pasien. dzikir dapat menimbulkan
respon relaksasi dan
Fase Kerja ketenangan yang akan
a. Membaca basmalah. membawa pengaruh
b. Mencuci tangan. terhadap rangsangan pada
c. Pasang pengaman pada tempat tidur pasien. system saraf otonom yang
d. Simpan speaker wireless sekitar pasien atau berdampak pada respon
dekat dengan telinga pasien fisiologi tubuh sehingga
e. Lalu nyalakan zikir asmaul husna pada terjadi penurunan tekanan
handphone/ Mp3 yang sudah tersambung darah, denyut nadi dan
dengan speaker pernapasan.
f. Dengarkan zikir asmaul husna selama 20 – Kelebihan dari terapi zikir
30 menit/ hari yaitu mengandung kekuatan
g. Membaca hamdallah spiritual kerohanian yang
h. Mencuci tangan membangkitkan rasa
percaya diri dan rasa
Fase Terminasi optimisme (harapan
a. Mengevaluasi tindakan. kesembuhan), dimana dua
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut. rasa ini merupakan dua hal
c. Berpamitan kepada pasien. yang sangat esensial bagi
d. Mengucapkan salam. penyembuhan suatu
penyakit di samping obat-
obatan dan tindakan medis
yang diberikan.
Referensi
Adi, P.S., Lukman., Aguscik. 2020. Dampak Zikir Asmaul Husna Terhadap Tingkat
Kesadaran Pasien Stroke Impact Of Asmaul Husna Dhikr Therapy To Levels Of
Consciousness Patient Stroke. Jurnal Keperawatan. Hal : 155-160