Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Dasar
Disusun oleh :
Dwi Kristianti
(P27905121008)
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
Chronic Failure Disease (CKD)
2. Etiologi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu keadaan klinis
kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai penyebab.
Sebab-sebab Chronic Kidney Disease (CKD) yang sering ditemukan
dapat dibagi menjadi enam, yaitu :
a. Infeksi Peradangan.
b. Penyakit vascular/hipertensi: Nefroskerosis Benigna/Maligna dan
Stenosis Arteri Renalis.
c. Gangguan jaringan penyambung: Lupus Eritenatosus Sistemik,
Poliarteritis Nodusa dan Skerosis Sistemik Progresif.
d. Penyakit metabolic : Diabetes Mellitus, Gout, Hiperparatiroidisme
dan Amiloidosis.
e. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgetik dan Nefropati tumbal.
f. Nefropati obstruktif :
1) Saluran kemih bagian atas (kalkuli, neoplasma dan fibrosis
retriberitonial).
2) Saluran kemih bagian bawah (hipertropi prostas, striktur uretra
anomaly congenital pada leher kandung kemih dan uretra).
Menurut Haryono (2013 dalam Eko & Andi 2014) gagal ginjal
kronis sering kali menjadi penyaki komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab
yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu, ada
beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu :
a. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis).
b. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis).
c. Kelainan kongenital (polikistik ginjal).
d. Penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis).
e. Obtruksi saluan kemih (nephrolithiasis).
f. Penyakit kolagen (systemis lupus erythematosus).
g. Obat–obatan nefrotoksik (aminoglikosida).
3. Patofisiologi
Penyakit ginjal kronik (PGK) sering berlangsung secara progresif
melalui empat derajat. Penurunan cadangan ginjal menggambarkan LFG
sebesar 35% sampai 50% laju filtrasi normal. Insufisiensi renal memiliki
LFG sebesar 35% sampai 50% laju filtrasi normal. Gagal ginjal
mempunyai LFG 20% sampai 35% laju filtrasi normal. Gagal ginjal
mempunyai LFG 20% hingga 25% laju filtrasi normal, sementara
penyakit ginjal stadium terinal atau akhir (end stage renal disease)
memiliki LFG < 20% laju filtrasi normal (Kowalak, Weish & Mayer,
2011).
Proses terjadinya penyakit kroik pada awalnya tergantung pada
penyakityang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang
terjadi kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan eletrolit. Penurunan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefrin
yang masih bertahan (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi
ginjal untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai
oleh molekuler vasoaktif seperti sitokinin dan growth factors. Hal ini
menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi, yang disertai oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Mekanisme
adaptasu ini cukup berhasil untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi yang
sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75% massa nefron sudah hancur,
maka LFG dan beban zat rerlalurt bagi setiap nefron semakin tinggi,
sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus (keseimbangan antara
peningkatan filtrasi dan reabsorrpsi oleh tubulus) tidak dapat lagi
dipertahankan (Sudoyo dkk, 2007 dalam Price & Wilson, 2013).
Glomerulus yang masih sehat pada akhirnya harus menanggung
beban kerja yang terlalu berlebihan. Keadaan ini dapat mengakibatkan
terjadinya sklerosis, menjadi kaku dan nekrosis. Zat-zat toksis
menumpuk dan perubahan yang potensial menyebabkan kematian terjadi
pada semua organ-organ penting (Kowalak, Weish & Mayer, 2011).
4. Pathway
Anemia
Nyeri
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dapat muncul di berbagai sistem tubuh
akibat penyakit ginjal kronik (PGK) menurut Baradero, Dayrit & Siswadi
(2009 dalam Price & Wilson, 2013) sebagai berikut :
a. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital Friction rub
pericardial, pembesaran vena leher
b. Sistem Dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik pruritus,
ekimosis, lecet, pucat, pigmentasi, pruritus, perubahan rambut dan
kuku (kuku mudah patah, tipis, bergerigi, dan garis-garis merah biru
yang berkiatan dnegan kehilangan protein), kulit kring, memar.
c. Sistem Respirasi
Sputum kental dan Pernafasan kusmaul, dipsnea, suhu tubuh
meningkat, pleural friction rub, takipnea, batuk disertai nyeri, edema
paru serta halitosis uremuk atau fetor.
d. Sistem Gastrointestinal
Distensi abdomen, anoreksia menyebabkan penurunan berat badan,
mual, muntah, nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut
konstipasi, diare, perdarahan saluran cerna, stomatitis, parotitis, dan
gastritis.
e. Sistem Neurologi
Tidak mampu konsentrasi kelemahan dan keletihan konfusi/
perubahan tingkat kesadaran, letargi/ gelisah, disorientasi kejang,
koma, asteriksis dan stupor.
f. Sisten Muskuloskeletal
Nyeru sendi, Kram otot, kekuatan otot hilang Kelemahan pada
tungkai, foot drop yang berlanjut menjadi paraplegia, pertumbuhan
pada anak terlampabt, dan rikers ginjal.
g. Sistem Reproduktif
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem reproduksi
adalah libido menurun, disfungsi ereksi, infertilitas, amenorea,
lambat pubertas.
6. Komplikasi
Komplikasi menurut Baughman (2000 dalan Eko & Andi, 2014)
yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:
a. Penyakit tulang Penurunan kadar kalsium (hipokalasemia) secara
langsung akan mengakibatkan dekaldifikasi matriks tulang, sehingga
tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama
akan menyebabkan fraktur pathologis.
b. Penyakit kardiovaskuler Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik
akan berdampak secara sistemik berupa hipotensi, kelainan lipid,
intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi
hipertrofi ventrikel kiri).
c. Anemia karena selain fungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi
dalam rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang
mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan
hemoglobin.
d. Disfungsi seksual dengan gangguan sisrkulasi pada ginjal, maka
libido sering mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria.
Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia
Menurut (Haryono, 2013) tambahan komplikasi yang dapat di
timbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis yaitu :
a. Hiperkalemia, akibat penurunan ekresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diit berlebih
c. Perikharditis, efusi perikardial dan tenponade jantung, akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang di butuhkan untuk menegakkan
diagnosa menurut Baughman (2000) dalam Eko & Andi (2014), yaitu :
a. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan
kreatinin plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui
fungsi ginjal adalah analisa creatinine clearance (renal function
test). Pemeriksaan kadar fungsi elektrolit juga harus dilakukan untuk
mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh sebagai
bentuk kinerja ginjal.
b. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/ tidaknya infeksi pada ginjal
atau ada/ tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan
parenkim ginjal.
c. Ultrasonografi ginjal
Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi
yang mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada
klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya obtruksi atau
jaringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan
terlihat.
Menurut Padila (2012) adapun tambahan pemeriksaan penunjang
pada penderita gagal ginjal kronik, yaitu :
a. Pemeriksaan urine atau pemeriksaan lengkap
Pemeriksaan urine atau pemeriksaan lengkap seperti volume, warna,
berat jenis, klirens kreatinin, natrium, protein, darah atau blood
ureum nitrogen (BUN) atau pemeriksaan kreatinin, Hemoglobin,
Natrium Serum, Kalium, Magnesium, Kalsium, Protein.
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
d. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,
Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen.
Edukasi
1. Pembatasan cairan
Kolaborasi membutuhkan
1. Kolaborasi pemberian kerjasama dari
diuretik berbagai pihak
termasuk keluarga
dan pasien.
Kolaborasi
1. Diuretik dapat
meningkatkan laju
aliran urine sehingga
produksi urine
meningkat guna
mengurangi kelebihan
volume cairan dalam
tubuh.
Kode : D.0009 Perfusi perifer : Perawatan Sirkulasi :
Perfusi perifer L.02011 I.02079
tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen sensasi
berhubungan tindakan keperawatan perifer : I.06195
dengan selama ... x ... jam Observasi Observasi
penurunan diharapkan 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Sirkulasi perifer dapat
konsentrasi keadekuatan aliran (mis.edema, warna, menunjukkan tingkat
hemoglobin darah pembuluh suhu, pengisian kapiler) keparahan penyakit
darah distal untuk 2. Identifikasi faktor risiko 2. Unruk mengetahui
mempertahankan gangguan sirkulasi perubahan perifer
jaringan meningkat. 3. Monitor perubahan kulit 3. Untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil: perubahan perifer
- Warna kulit pucat 4. Monitor adanya 4. Mencegah terjadinya
menurun (5) tromboplebitis gumpalan di
- Akral membaik Terapeutik pembuluh darah yang
(5) 1. Hindari pemasangan menyebabkan
- Turgor kulit infus atau pengambilan peradangan dan nyeri
membaik (5) darah di area Terapeutik
- Edema perifer keterbatasan perfusi 1. Untuk mencegah
menurun (5) 2. Hindari penguluran adanya infeksi
- Tekanan darah tekanan darah pada
sistolik membaik ekstermitas dengan
(5) keterbatasan perfusi
- Tekanan darah 3. Lakukan pencegahan 2. Untuk mengurangi
diastolik membaik infeksi adanya infeksi
(5)
Edukasi
1. Anjurkan berolahraga 3. Untuk mengurangi
rutin adanya tanda tanda
Kolaborasi infeksi
1. Kolaborasi pemberian Edukasi
analgesik, jika perlu 1. Untuk menjaga imun
tubuh
2. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
kortikosteroid, jika perlu 1. Pemberian analgesik
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Pemberian
kortikosteroid untuk
menambah hormon
steroid yang
diperlukan tubuh dan
meredakan gejala
peradangan
Kode :D.0077 Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri :
Nyeri akut L.08066 I.08238
berhubungan Setelah dilakukan Observasi Observasi
dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
penekanan pada selama ... x ... karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
saraf diginjal diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas
yang dirasakan bisa intensitas nyeri nyeri yang dirasakan
berkurang yang pasien
ditandai dengan 2. Identifikasi skala nyei 2. Mengetahui skala
kriteria hasil : nyeri yang dirasakan
1. Keluhan nyeri pasien
menurun (5)
2. Meringis Terapeutik Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Pasien merasa lebih
menurun (5)
nonfarmakologis untuk rileks
3. Frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
membaik (5) (relaksasi nafas dalam)
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, 1. Agar pasien
periode, dan pemicu mengetahui dari mana
nyeri sumber nyeri
2. Ajarkan teknik non 2. pasien dapat
farmakologis untuk menerapkan saat nyeri
mengurangi rasa nyeri muncul
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. nyeri dapat berkurang
analgetik
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencan tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan
dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2012).
Adhiatma, dkk. 2014. Analisis Faktor – Faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Gagal Ginjal Kronik pada pasien Hemodialisis Di RSUD Tugurejo
Semarang. Fakultas Kedokteran : Universitas Muhammadiyah Semarang.
Andi Eka Pranata & Eko Prabowo. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar. Nuha Medika : Yogyakarta.
Batticaca, F.B., & Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika, Jakarta.