Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


ILEUS OBSTRUKSI

OLEH :

SHILDA SURESCI HARSEL

KELOMPOK: V

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi
Ileus merupakan suatu kondisi hipomotilitas (kelimpuhan) saluran
gastrointestinal tanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada
kondisi klinik sering disebut ileus paralitik [ CITATION Ari01 \l 1057 ]. Obstruksi
usus merupakan suatu sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal
melalui saluran pencernaan [ CITATION Bur02 \l 1057 ]. Ileus obstruksi adalah
hambat pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan di dalam lumen usus
[ CITATION Sja05 \l 1057 ].
2. Etiologi
a. Hernia inkarserata
Usus masuk dan terjepit didalam hernia.
b. Non hernia inkarserata:
1) Adhesi atau perlekatan usus dimana pita fibrosis dari jaringan ikat
menjepit usus. Bisa terjadi perlengketan tunggal atau multiple, bisa
setempat atau luas. Umumnya berasal dari ransangan peritonium akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus kerena adhesi biasanya tidak disertai
strangulasi.
2) Invaginasi / intususepsi, sering ditemukan pada anak dan jarang pada
orang dewasa.
3) Askariasis: cacing hidup diusus halus bagian yeyunum, dalam jumlah
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus
halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan
cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan
perforasi.
4) Volvulus: pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus sepanjang
aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
radimesenteri sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus jarang
ditemukan kasusnya bisanya terjadi pada bagian ileum dan mudah
mengalami stangulasi. Gambaran klinis nya berupa ileus obstruksi tinggi
dengan atau tanpa gejala dan tanda stangulasi.
5) Tumor: tumor pada usus halus jarang terjadi kevuali jika menimbulkan
invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan karsinoma
kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini disebakan oleh
kumpulan metastasis di peritoneum / dimesenterium yang menekan usus.
6) Batu empedu yang masuk ke ileus: inflamasi yang berat dari kanting
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu keduodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, ter utama
pada daerahrektosigmoid dan kolon kiri distal [ CITATION Mar12 \l 1057 ].
3. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala
Menurut Masjoer (2001), tanda dan gejala ileus obstruksi:
a. Muntah fekal.
b. Dehidrasi: haus terus-menerus, malaise umu, mengantuk serta membrane
mukosa mejadi pecah-pecah.
c. Konstipasi.
d. Distensi abdomen.
e. BAB berdarah dan berlendir tapi tidak ada feses dan flatus.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen thoraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
b. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia).
c. Pemeriksaan sinar X: untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau
cairan dalam usus.
d. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah
lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume
plasma dan kemungkinan infeksi.
e. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa
obstruksi usus [ CITATION Doe00 \l 1057 ].

5. Penatalaksanaan medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki
peritonitis dan syok bila ada, serta menhilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal [ CITATION Sja05 \l 1057 ].
a. Perawatan
Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangaan dan
muntah dengan kompresi, memperbiki peritonitis dan syok bila ada,serta
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelansungan dan fungsi usus
kembali normal.
b. Farmakologi
Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau mencegah
infeksi dalam perut, obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Tindakan bedah
1) Kolostomi: untuk membuat stoma (pembukaan) antara usus dan dinding
perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk menghapus
usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan
udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dpat membantu memeriksa
kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan adanya kolostomi feses keluar
dari stoma ke dalam kantong tertutup. Feses mungkin berair tergantung
pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut.
Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
2) Stent: suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang
tersumbat. Denga meyisipkan stent ke dalam usus menggunakan ruang
lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk
membiarkan uadara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk
membantu mengurangi gejala sebelum operasi.
d. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah memonitor tanda-tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi bisa dilihat dengan
memantau tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
dipakai untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.
6. Komplikasi
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ
intra abdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma
[ CITATION Bur02 \l 1057 ].
7. Patofisiologi
Secara normal cairan di sekresi oleh usus dan kebanyakan di reabsorbsi,
bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian di
eliminasi melalui muntah yang akan mneyebakan terjadinya pengurangan volume
secara besar pada volume darah sirkulasi. Mengakibatkan terjadinya hipotensi,
syok hipovolemik, penurunan darah ginjal dan serebral. Pada obstruksi, cairan,
dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan
terjadinya distensi. Manisfestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada usus
halus Karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar
sekresi dari usus halus menambaha distensi, sekresi satu-satunya yang bermakna
dari usus besar adalah mucus. Distensi yang terjadinya menyebabkan terjadinya
peningkatan sementara pada peristaltic saat usus berusaha untuk mendiorong
material melalui daerah yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan
peristaltic dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh onstruksi.
Peningkatan tekana dalam usus dapat mengurangi absorbsinya, peningkatan
retensi cairan masih tetap berlanjut, tekanan ilumen aliran balik vena yang
meningkatkan permeabelitas kapiler dan memungkin plasma ekstra akteri yang
menyebabkan terjadi nekrosis dan peritonitis [ CITATION Est02 \l 1057 ].
7. WOC
Perlengketan, intususepsi, volvulus, hernia dan tumor

Refluks inhibisi Akumulasi gas dan cairan dalam lumen Klien rawat inap
spingter terganggu bagian proksimal letak obstruksi
Reaksi hospitalisasi
Spingter ani eksterna Distensi abdomen
tidak relaksasi
Cemas
Tekanan intra lumen meningkat
Refluks lama dalam
kolon dan rectum
Iskemia dinding usus Poliferasi bakteri yang
berlangsung cepat
Konstipasi
Metabolisme anaerob glukosa
Pelepasan bakteri dan
Kontraksi anuler pylorus toksin dari usus
Merangsang pengeluaran mediator
kimia (histamine. Bradikin dan
Ekspalasi isi lambung prostaglandin)
Bakteri melepaskan endoktoksin dan meransang
ke usofagus tubh melepaskan zat pyrogen oleh leukosit
Merangsang reseptor nyeri
Gerakan isi lambung inpark Impuls disampaikan ke bagian
kemulut Nyeri termogulator melalui ductus
toracicus
Nutrisi kurang dari
Mual/ muntah Merangsang syaraf otonom
kebutuhan tubh
aktivitas norepineprin Hipertemi
Intake kurang
Syaraf simpati teransang mengaktikan RAS
Kontraksi otot-otot abdomen ke
mengatifkan kerja organ tubuh
Hipotalamus difragma

Rapid eye movement menurun


Kehilangan H2O dan elektrolit Relaksasi otot-otot diafragma terganggu

Klien terjaga Pola nafas tidak


Volume ektracelluler Resiko kurang Ekspansi paru menurun efektif
fluid menurun volume cairan
Gangguan pola tidur
B. Landasan teoritis asuhan keperawatan ileus obstruksi
1. Pengkajian atau identifikasi
a. Identitas
Terdiri darinma pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
nmaibu kandung, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal dan jam masuk
RS, ruangan rawat.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan yang dialami pasien saat ini, kemungkinan ditemui gangguan
tidur/istirahat, pusing-pusing /sakit kepala.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit saat ini adalah pengalaman pasien saat ini yang membentuk
suatu kronologi dari terjadinya penyebab sampai pasien mengalami keluhan yang
dirasakan.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Terdapat riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit–penyakit lain.
Terdapat riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di terima maupun obat-obatan yang biasa dipakai oleh
penderita.
-Alergi
-Imunisasi
-Life style atau kebiasaan dan Pola hidup
-Obat yang pernah dimunum atau dikonsumsi
e. Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat keluarga adalah penyekit yang pernah diderita atau sedang diderita
keluarga, baik penyakit yang saa dengan keluhan pasien atau pun penyakit lain.
Dari genogram keluarga umumnya terdapat salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sma.
2. Pengkajian pendekatan pola fungsional Gordon
a. Persepsi dan penanganan kesehatan
Perawat perlu mengkaji persepsi pasien mengenai kesehatannya, pentingnya
sehat bagi pasien atau cara yang dilakuakan untuk tetap sehat.
1) kaji penangana pertama pasien saat sakit
2) observasi persepsi pasien mengenai penyebab penyakitnya
3) tanyakan apakah apsien alergi obat, sudah dites atau belum
4) tanyakan apakah pasien perokok atau suka mengkonsum si obat
5) tanyakan apaha pasien sedang atau terbaisa mengkonsum steroid
b. Pola nutrisi dan metabolic
1) Perawat perlu mengkaji tipe kualitas frekuensi makan dan minum.
2) Tanyakan apakah pasien diet.
3) Tanyakan selera makan pasien, mual, muntah, sejak kapan saja dan cara
mengatasi.
4) Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat penambah nafsu amkan atau
tidak
5) Tanyakan apakah keluarga apsien ada yanga menderita DM kaji BB pasien 6
bulan belakangan
6) Tanyakan apakah pasien pernah luka dan sejak kapan
c. Pola eliminasi
1) Kaji karakter, frekuensi, konsistensi BAK dan BAB
2) Tanyakan apakah pasien memakai bantuan eliminasi
3) Tanyakan apaka psien pernah mengkonsumsi laksativ/ diuretik.
4) Kaji cara eliminasi dan kesulitan eliminasi
5) Tanyakan apakah pasien mengeluargakan darah atau mucus dalam eliminasi
d. Aktivitas dan latihan
1) Tanyakan aktivitas psien
2) Tanyakan apakah pasien mengalami sesak nafas saat latihan
3) Berikan rentang aktivitas
0-Mandiri
1-Dengan alat banntu
2-Dengan bantuan orang lain
3-Dibantu orang lain dan alat bntu
4- Bergantung pada orang lain
4) kaji TD, RR, N, T saat aktivitas, kedalaman dan frekuensi
e. Tidur dan istirahat
1) Observasi pola tidur, lama, hal-hal yang mengganggu tidur pasien
2) Tanyakan apakah terbiasa minum obat tidur
3) Kaji posisi tidur pasien
4) Kaji waktu tidur malam dan siang
f. Kognitif–perseptual
1) Kaji gangguan pengliahtan, pendengaran, indera perabaan
2) Kaji nyeri secara komprehensif, dan yang memperberat
3) Kaji status kesadaran pasien
g. Persepsi diri-konsep diri
1) Kaji bagaimana pasien memandang dirinya
2) Kaji tingkat kecemasan , ketakutan pasien
3) Minta pasien menggambarkan dirinya
h. Pola peran-hubungan
1) Kaji struktur keluarga pasien
2) Cara hidup, teman dekat
3) Tanyakan peran apsien didalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
4) Kaji kesulitan pasien terhadap peran
i. Seksual-reproduksi
1) Kaji bagaimana pola seksual pasien
j. Koping-toleransi
1) Kaji sumber stress
2) Tanyakan krisis saat ini
3) Metode koping stress
k. Agama dan kepercayaan
1) Tanyakan sejauh apa peran agama bagi pasien
2) Bagaimana agama merefleksikan kedalam dirinya
3. Diagnosa yang mungkin muncul
a. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
b. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya
mual, muntah, demam dan diaforesis.
c. Konstipasi

4. Penentuan kriteria hasil (NOC ) dan perumusan intervensi (NIC)

No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri akut Pengendalian nyeri Manajemen nyeri


a. Kenali timbul nyeri 1. Melakukan pengkajian
Batasan karakteristik: b. Jelaskan faktor penyebab nyeri komprehensif
1. Mengungkapkan c. Gunakan catatan dalam 2. Menggnakan strategi
secara verbal atau monitor gejala dari waktu teurapetikuntuk
melaporkan nyeri ke waktu mengetahui pengalamn
dengan isyarat d. Gunakan tindakan nyeri, dan respon nyeri
2. Posisi untuk pencegahan pasien.
menghindari nyeri e. Gunakan bantuan 3. Memberikan informasi
3. Respon autonomik pengukuran tanpa analgesic tentang nyeri
4. Perunbahan selera 4. Mengajarkan prinsip
makan Tingkat nyeri manajemem nyeri
5. Wajah nyeri a. Laporkan nyeri 5. Memberikan psien
6. Perilaku distraksi b. Lamanya episode yeri penurunan nyeri secara
7. Perilaku ekspresif c. Memijat area nyeri optimal dengan anlgesic
d. Merintih dan menagis yang ditentukan
e. Ekspresi wajah nyeri
f. Gelisah, agitasi, mual, Pemberian anlagesik
intoleransi amkanan, tekana 1. Menentuakn lokasi,
darah, berkeringat, karakteristik, kualitas dan
frekuaensi nafas derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Memeriksa instruksi
dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Memeriksa riwayat alergi
obat
4. Menentkan pilihan
anlgetik
5. Memilih cara IV daripada
IM.

2 Kekurangan volume Keseimbangan cairan dan Manajeman asam-basa


cairan dan elektrolit asam basa 1. Mempertahankan
a. Denyut dan irama kepatenan jalan nafas
Batasan karakteristik: jantung apikal 2. Posisi untuk memfasilitasi
1. Haus, kelemahan b. Tingkat dan irama ventilasi yang memadai
2. Ht meningkat pernafasan 3. Menjaga kepatenan acces
3. TD menungkat dan c. Natrium serum, natrium iv
nadi menurun serum, serum klorida, 4. Menjaga pemeriksaan
4. Suhu tubuh kalsium serum, serum bersama
meningkat PH, albumin serum, 5. Memantau asupan dan
kreatinin serum, keluarana
bikarbonat serum, karbn 6. Memantau tren ph di
dioksida serum, arteri, pa co2 dan hco3
osmolaritas serum, untuk menentukan
glukosa serum, khususnya jenis ketidak
hematokrit serum, seimbangan misalnya
d. PH urine, urine sodium, pernafan dan metabilik
urine kreatinin, urine
cloride, berat jenis urine. Manajemen cairan
1. Imbang setiap hari dan
Keseimbangan cairan memantau tren
a. Tekanan darah, 2. Menjaga asupan yang
b. Denyut nadi akurat dan catatan
radial,tekana arteri rata- keluaran
rata, tekanan vena 3. Pantaun ttv
sentral, tekana vulmonal, 4. Memantau status gizi
c. Asupan 24 jam dan 5. Berikan cairan yang sesuai
keseimbangan keluaran 6. Memantau makanan /
d. Berat badan stabil cairan yang ditelan dan
menghitung asupan kalori
Hidrasi harian yang sesuai
a. Turgor kulit
b. Membran mukosa
lembab
c. Asupan cairan
d. Output urine
3 Konstipasi Keseimbangan cairan Manajeman defekasi
a. Tekanan darah, 1. Catat hasil akhir
Batasan karakteristik: b. Denyut nadi pergerakan usus
1. Darah segar radial,tekana arteri rata- 2. Perhatiakan gerakan,
menyertai rata, tekanan vena frekuensi, gerakan usus
pengeluaran feses sentral, tekana vulmonal, 3. Perhatiakan suara usus
2. Distensi abdomen c. Asupan 24 jam dan 4. Laporkan penurunan
3. Muntah keseimbangan keluaran bising usus
4. Massa abdomen d. Berat badan stabil 5. Perhatiakan tanda dan
teraba palpasi gejala konstipasi, dan
5. Massa rektal teraba dampak
palpasi
Manajeman cairan
1. Monitor BB/hari
2. Pertahankan pemasukan
dan pengeluaran yang
akurat
3. Gunakan catetaer urine
4. Monitor statsu hidrasi
5. Kelola terapi IV

Manajemen konstipasi
1. Memantau tanda dan
gejala sembelit
2. Memantau suara usus
3. Mendorong peningkatan
asupan cairan kecuali
kontra indikasi

5. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap ini dimulai setelah rencana intervensi disusun dan untuk itu rencan
intervensi yang spesifik dilakukan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan masalah kesehatan klien [ CITATION Nur131 \l 1057 ].
6. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapain
klien dan menentukan keputusan dengan membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan [ CITATION Nur131 \l 1057 ].
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek. G, dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Singapura:
Mocomedia.
Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Ester, M. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Indrayani, M. N. (2012). DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA ILEUS OBSTRUKTIF. Ilmu


Bedah Fakultas kedokteran Universitas Udayana: Denpasar.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Morhead. S, dkk. (2016). Nursing Outcome Calssifikasi (NOC) Edisi Kelima. Singapura:
Mocomedia
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi tahun 2018-2020.
Jakarta: EGC
Nursalam. (2013). Buku Ajar Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. . Jakarta: Salemba
Medika.

Sjamsuhidayat R, W. d. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai