Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

Nama : Sahruni Anugrah Prihatin

NIM : 202020461011053

Kelompok :5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GEA, VOMITING DAN BIHA DI RUANG EMPU TANTULAR

RS KANJURUHAN

Oleh:

Nama : Sahruni Anugrah Prihatin

NIM : 202020461011053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R DENGAN


DIAGNOSA MEDIS GEA, VOMITING DAN BIHA DI RUANG EMPU TANTULAR
RS KANJURUHAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 5

NAMA : SAHRUNI ANUGRAH PRIHATIN

NIM : 202020461011053

TANGGAL PRAKTEK : 05 April 2021-09 April 2021

Malang, 09 April 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

( ) ( )
A. DEFINISI
Penyakit gastroenteritis didefinisikan sebagai radang selaput lendir
saluran pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah. Di Indonesia penyakit
gastroenteritis ini masih menjadi masalah besar, khususnya gastroenteritis yang
disebabkan oleh infeksi dan non infeksi. Penyakit gastroenteritis berhubungan erat
dengan kebersihan dan keamanan pangan yang dikonsumsi, khususnya pada
kelompok anak-anak. Salah satu kunci keberhasilan dalam menciptakan anak
yang sehat, kuat dan cerdas adalah melalui pemberian pangan yang bergizi
seimbang. Asupan gizi dapat diperoleh melalui pangan yang disajikan dirumah
tangga, pangan kemasan, atau pangan jajanan [CITATION dia18 \l 1033 ].
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair.

B. ETIOLOGI
Etiologi / Faktor Predisposisi. Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai
berikut:
- Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia
aoromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
- Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis,protozoa,
jamur).
2) Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis,
bronkopneumonia, dan lainnya.
b. Faktor malabsorbsi:
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar)
[ CITATION Kur17 \l 1033 ]

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare disertai mual dan muntah
2. Frekuensi defekasi semakin sering
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Membrane mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan menurun
8. Malaise

[ CITATION Kur17 \l 1033 ]

D. KLASIFIKASI
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan diare
kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare Akut Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung kurang
dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare dapat
dibedakan dala empat kategori, yaitu:
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari berat
badan
c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari
berat badan
d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% dari
berat badan.
2. Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3. Diare Kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau
gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare
kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2
minggu lebih.
[ CITATION dia18 \l 1033 ]
E. PATOFISIOLOGI

Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kumas masuk dan Tekanan osmotic Toksin tidak


berkembang dalam meningkat dapat diabsorbsi
usus

Hiperperistaltik
Pergeseran air
Toksin dalam dan elektrolit ke
dinding usus halus rongga usus

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


dan elektrolit usus meningkat absorbsi menurun
meningkat

Gastroenteritis

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit sekitar Cairan yang Frekuensi Agen Mual dan


anus lecet dan keluar banyak defekasi Pirogenic muntah
iritasi meningkat

Suhu Anoreksia
Kemerahan Dehidrasi BAB encer tubuh
dan gatal dengan atau meningka
tanpa darah t MK : Defisit
nutrisi
MK : Resiko MK :
MK : Resiko Hipertermi
Hipovolemia
Gangguan MK : Diare
integritas kulit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
- Darah perifer lengkap
- Serum elektrolit: Na+ , K+ , Cl-
- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa (pernafasan Kusmaull)
- Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen
protozoa (Giardia, E. histolytica).
2. Feses
- Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur)
- Biakan dan resistensi feses (colok dubur) Pemeriksaan penunjang diperlukan
dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karena dengan tata cara
pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.
3. Endoskopi (EGD – Esophagus Gastro Duodenoscopy)
[CITATION dia18 \l 1033 ]

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis adalah pengobatan dengan cara pengaturan diet dan
pemberian cairan :
1. GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula,
sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI.
2. GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran
gula dan garam yang disebut larutan rehidrasi oral (LRO). LRO ini dibuat dengan
mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
3. GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intra vena disamping LRO
4. Penatalaksanaan keperawatan antara lain :
- Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita
- Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero patogen dan
cara mengurangi penularan.
5. Jenis-jenis cairan yang diberikan yaitu:
- Cairan rehidrasi oral (CRO) : tiap 1 liter mengandung osmolalitas 333mOsm/L,
karbohidrat 20g/dl, kalori 85cal/L. elektorlit yang dikandung meliputi sodium
mEq/L, potassium 20mEq/L, chloride 80mEq/L, bikarbonat 30mEq/L, contoh
cairannya : cairan rehidrasi oral mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit dan cairan yang tidakmengandung komponen-
komponen tersebut misalnya larutan gula, air tajin, cairan yang tersedia di rumah,
disebut CRO tidak lengkap
- Cairan rehidrasi parenteral (CRP) : caira ringer laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dievaluasi yaitu jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah, perubahan
tanda-tanda dehidrasi.
6. Pemberian antibiotic diindikasikan pada pasien dengan gejala infeksi seperti demam,
fases berdarah, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, pasien
immunocompromised.
7. Obat anti diare :
- Kelompok opiat :
Dalam kelompokini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl, serta kombinasi
difenoksilat dan atropine sulfat. . efek obat ini yaitu penghambat propulsi,
peningkatan absorbs cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi fass dan
mengurangi frekuensi diare.
[ CITATION dia18 \l 1033 ]

H. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Gastroenteritis :
1. Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
- Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
- Dehidrasi sedang Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
- Dehidrasi berat Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik
seperti tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot kaku sampai sianosis.
2. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi perubahan
elektrokardiogram).
3. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi
4. Hiponatermi
5. Syok Hipovolemik
[ CITATION Kur17 \l 1033 ]

I. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis dapat
dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah dengan meningkatkan kebersihan
diri dengan menggunakan air bersih ataupun melaksanakan kebiasaan mencuci tangan
dan juga memperhatikan kebersihan makanan karena makanan merupakan salah satu
sumber penularan virus yang menyebabkan gastroenteritis [ CITATION dia18 \l 1033 ].

J. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien/biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan
nomor telepon.
2. Keluhan utama : Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan
cair (GE tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE
tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih
adalah GE persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang
- Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menuru
atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
- Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
- Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
- Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
- Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi f)
Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan
- Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada
pasien.
- Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena factor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
- Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE. Informasi
diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
- Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan yang tidak
biasa dimakannya.
- Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin minum
banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas minum atau tidak mau
minum.
6. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : baik, sadar (tanpa dehidrasi), gelisah, (dehidrasi ringan atau
sedang), lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
- Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor,
yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua ujung
jari (buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang dari 2
detik), berarti GE tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan
lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi
ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari
2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
- Kepala Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak berusia
di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun cekung
kedalam.
- Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
- Mulut dan lidah : mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan lidah
kering (dehidrasi ringan/sedang), mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
- Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu inspeksi
: melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain, auskultasi :
terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit, perkusi : biasanya Terdengar
bunyi tympani / kembung, palasi : Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang
juga terjadi distensi perut
- Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
7. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
meningkatkan diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat
pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE, yaitu:
- Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi dengan kultur
- Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare
2. Defisit Nutrisi
3. Resiko Hipovolemia
4. Hipertermi
5. Resiko Gangguan integritas kulit
L. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare
tindakan keperawatan Observasi :
selama 1x24 jam, 1. Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
diharapkan masalah gastrointestinal, iritasi gastrointestinal,
pasien dapat teratasi proses infeksi, malabsorbsi, ansietas,
dengan kriteria hasil : stress, efek obat-obatan, pemberian botol
Eliminasi Fekal susu)
1. Konsistensi fases 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
membaik 3. Identifikasi gejala ivaginasi (mis. Tangisan
2. Frekuensi BAB keras, kepucatan pada bayi)
membaik 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
3. Peristaltic usus konsistensi tinja
membaik 5. Monitor tanda dan gejala hypovolemia
(mis. Takikardi, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun,
mykosa mulut kering, CRT melambat, BB
menurun).
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perineal
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik :
9. Berikan asupan cairan oral (mis. Larutan
garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)
10.Pasang jalur intravena
11.Berikan cairan intravena (mis. Ringer
asetat, ringer laktat), jka perlu
12.Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
13.Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap, dan elektrolit
14.Ambil sampel fases untuk kultur, jika
perlu
Edukasi :
15.Anjurkan makanan porsi kecil tapi sering
secara bertahap
16.Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
17.Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
18.Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
(mis. Loperamide, difenoksilat)
19.Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik (mis.
Papaverin, ekstak belladonna, mebeverine)
20.Kolaborasi pemberian obat pengeras fases
(mis. Atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan Observasi :
selama 1x24 jam, 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan masalah 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
pasien dapat teratasi 3. Identifikasi makanan yang disukai
dengan kriteria hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Fungsi gastrointestinal: nutrien
1. Mual menurun 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
2. Muntah menurun nasogastric
3. Frekuensi BAB 6. Monitor asupan makanan
membaik 7. Monitor BB
4. Konstistensi fases 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
membaik Terapeutik :
5. Peristaltic usus 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
membaik perlu
6. Nafsu makan 10.Fasilitasi penentuan pedoman diet (mis.
membaik Piramida makanan)
11.Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
12.Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13.Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
14.Berikan suplemen makanan, jika perlu
15.Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
16.Anjurkan posisi duduk, jika perlu
17.Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
18.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika
perlu
19.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
3 Resiko Setelah dilakukan Pemantauan cairan
tindakan keperawatan Observasi :
Hipovolemia
selama 2 x 24 jam 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
diharapkan masalah
3. Monitor tekanan darah
pasien dapat teratasi 4. Monitor BB
dengan kriteria hasil : 5. Monitor waktu pengisian kapiler
1. Kekuatan nadi 6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
meningkat 7. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
2. Intake cairan 8. Monitor albumin dan protein total
membaik 9. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
3. Suhu tubuh kalium, BUN)
membaik 10. Minitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
4. Perasaan lemah
(mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
menurun teraba lemah, TD menurun, TD
5. Turgor kulit menyempit, turgor kulit menurun,
membaik membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, BB
menurun dalam waktu singkat)
12. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
(mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, reflex hepatojugular positif,
BB menurun dalam waktu singkat)
13. Identifikasi faktor
resikoketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal.
Terapeutik :
14. Aur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
15. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
16. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
17. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Diah, H., Zahra, & A, A. (2018). Gastroenteritis Incident and Determinant Factors Among
Elementary Students in BejiTimur Village, Depok City. Jurnal Kesehatan, 96-104.

Kurniati, A., Theresia, S., & Trisyani, Y. (2017). Sheehy's Emergency and Disaster Nursing -
1st Indonesian Edition. Percetakan Indonesia: Elsevier Health Sciences.

POKJA DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat

POKJA DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat

POKJA DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan. Jakarta. Dewan Pengurus Pusa

Anda mungkin juga menyukai