Anda di halaman 1dari 14

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI


DI RUANG VK RS NUR HIDAYAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners Stase Keperawa
tan Dasar Profesi

Disusun oleh :

RISA FEBRIYANTI
203203063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN Ny. R DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RS NUR HID
AYAH

Telah disetujui pada dan oleh:

Hari :

Tanggal :

Pembimbng Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(.........................................) (.........................................) (RISA FEBRIYANTI )

ABORTUS INKOMPLIT
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram (Maryunani A Puspita 2013).
Abortus inkomplit adalah sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis,
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Batasan ini juga masih
terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram (Prawirohardjo, 2012).
Abortus inkomplit adalah pengeluara hasil konsepsi yang tidak lengkap
atau ekspulsi parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun
terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya didalam uterus (Nugroho, 2012).
B. Penyebab
Beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain:
1) Faktor Janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50% - 60% kasus keguguran, fakta kelainan yang paling sering dijumpai pada
abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta.
2) Faktor Ibu
(a) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid
(b) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus
(c) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes, kiamida
(d) Kelemahan otot leher rahim
(e) Kelainan bentuk rahim
3) Faktor Bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus
4) Faktor Genetik
Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya
kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering
menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin.
Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama
menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
5) Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15%
wanita dengan abortus spontan yang rekuren.Manifestasi
C. Manifestasi
Menurut Pudiastuti (2012), tanda dan gejala abortus inkomplit antara lain :
1) Perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
2) Uterus sesuai masa kehamilan
3) Kram atau nyeri perut dan terasa mules-mules
4) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung
terus
5) Servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
6) dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya
7) dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama,
8) servik akan menutup kembali.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti
nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil
konsepsi dapat keluar seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu
dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka
dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam
tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-
merahan (Ai Yeyeh, 2012).
E. Pathway

F. Penatalaksanaan
Menurut Marmi (2011), penanganan abortus inkomplit antara lain :
1) Jika perdarahan tidak terlalu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral (dapat
dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi dengan dokter ahli kandungan).
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual
(AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evakuasi
belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15
menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah 4
jam jika perlu) yang ini hanya dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini
bertugas menjadi asisten
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500 ml cairan IV (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi, Jika perlu berikan
misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil
konsepsi (maksimal 800 mcg), evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal
dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di rumah sakit dengan instruksi
dokter). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Menurut Saifuddin (2012), pada kasus abortus inkomplit penatalaksanaan


post curettage adalah :
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan
2. instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan
3. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik,
setelah cairan habis lepas infus
4. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
5. Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan
6. Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan yang
masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kepada petugas tersebut
bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan
7. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan
lanjutan ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam
catatan pasca tindakan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus inkomplit adalah
pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan
diagnosis secara klinis (Prawirohardjo, 2012).
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah kekeliruan
bila ada nama yang sama (Romauli, 2011).
2) Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam kehamilan yang beresiko atau tidak, usia
dibawah 16 tahun dan diatas 35 tahun (Astuti, 2012).
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati 2010 dan Wulandari, 2011).
4) Suku bangsa
Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang mempengaruhi perilaku
kesehatan (Romauli, 2011).
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2011).
b. Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan dan untuk mengetahui sejak kapan seorang klien
merasakan keluhan tersebut (Romauli, 2011). Keluhan utama pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit adalah mengeluarkan darah sedang hingga banyak,
kram atau nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
c. Riwayat menstruasi
Data yang kita peroleh akan mempunyai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari
riwayat menstruasi antara lain : menarche, siklus, volume dan keluhan
d. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak,
lama pernikahan
e. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak atau persalinan yang lalu
f. Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan itu saat ini terutama mengenai
keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilannya, karena dari
pemeriksaan ANC yang rutin dapat diketahui keluhan-keluhan yang
dirasakan (Prawirohardjo, 2012).
g. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan Kontrasepsi
h. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Asma, Hipertensi
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
3) penyakit yang diderita pada saat iniRiwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk memungkinkan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
i. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah
3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang
4) Aktivitas
Untuk memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang
biasa dilakukan pasien di rumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat
sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa
hamil, maka kita dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada
pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai pasien sehat dan
pulih kembali
5) Seksualitas
Untuk mengetahui keluhan, frekuensi dan kapan terakhir melakukan
hubungan seksual
6) Personal hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia
7) Psikososial budaya
Untuk mengetahui bagaimana prasaan tentang kehamilan ini, kehamilan
ini direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang diharapkan, dukungan
keluarga terhadap kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah,
pantangan makanan dan kebiasaan dalam kehamilan. Pada kasus
abortus inkomplit, ibu mengatakan cemas karena perdarahan banyak
hingga sedang dan disertai nyeri perut bagian bawah (Saifuddin, 2012).
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui respon pasien terhadap lingkungan dan orang lain. Pada
ibu dengan abortus inkomplit keadaan umumnya lemah
2)Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien. Pada ibu dengan
abortus inkomplit kesadarannya composmentis.
3)Vital sign
Untuk mengkaji tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
k. Pemeriksaan sistemik
1) Rambut

Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien, kebersihan rambut dan


rambut mudah rontok atau tidak.

2) Telinga

Dikaji kebersihan dan ada tidak gangguan pendengaran.

3) Mata

Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera, kebersihan


mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan.
4) Hidung

Dikaji untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau


tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak.

5) Mulut

Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien. Mengkaji warna
bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-pecah), mengkaji lidah klien
tentang warna dan kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan, caries atau
gangguan pada mulut (bau mulut).

6) Leher

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran


kelenjar tyroid dan bendungan vena atau tumor (Astuti, 2012).

7) Dada

Dikaji untuk menentukan bentuk dada, simetris/ tidak, payudara (bentuk, simetris/
tidak, hiperpigmentasi areola payudara, teraba massa, nyeri atau tidak, kolostrum,
keadaan puting (menonjol, datar, atau masuk kedalam), kebersihan, bentuk BH))
serta mengkaji denyut jantung dan gangguan pernafasan

8) Perut

Dikaji bentuk, ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra, strie livide dan
terdapat pembesaran abdomen (Romauli, 2011).

9) Ekstremitas

Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Atas dikaji ada atau tidak gangguan/kelainan
dan bentuk. Bawah dikaji bentuk, oedema dan varices

l. Pemeriksaan khusus Obstetri


1) Abdomen
i. Inspeks
Memeriksa dengan cara melihat atau memandang. Tujuannya untuk melihat
keadaan umum pasien meliputi, rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut, gigi,
leher, dada, abdomen, vagina, anus dan ekstremitas (Romauli, 2011).

ii. Palpasi
Pemeriksaan dengan dengan cara meraba
2) Pemeriksaan panggul
Menurut Astuti (2012), pemeriksaan panggul meliputi:
i. Distantia spinarum

Untuk memeriksa jarak antara spina iliaka anterior superior kanan


dan kiri, ukuran normal 23-26 cm.

ii. Distantia kristarum

Untuk memeriksa jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri,
ukuran sekitar 26-29 cm.

iii. Konjugata eksterna

Untuk memeriksa antara tepi atas simfisis dan prosesus spinosus


lumbal V, ukuran normal 18-20 cm.

iv. Lingkar panggul

Untuk memeriksa dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi


kebelakang melalui pertengahan SIAS dan trochanter mayor kanan,
ke ruas lumbal V dan kembali ke simfisis melalui pertengahan SIAS
dan trochanter mayor kiri dan berakhir di tepi atas simfisis, ukuran
normal 80-90 cm.

2. Diagnosa keperawatan
a) Resti kekurangan volume cairan b/d perdarahan.

b) Intoleransi aktivitas b/d respon tubuh terhadap aktivitas :


peradarahan, keletihan.

c) Resti infeksi b/d adanya jalan masuk organisme kedalam tubuh.


d) Kecemasan b/d masalah kesehatan : abortus.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. (2012). Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Cetakan Pert


ama. Jakarta: Trans Info Media

Astuti, H, P.( 2012). Asuhan Kebidanan Ibu I Kehamilan. Yogyakarta: Rohima

Hidayat, A, A. Wildan, M. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medi


ka.

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peurpurium Care”. Yogyakar
ta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, A. Puspita, E. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonata


l. Jakarta: TIM.

Norma D, N, dan M. Dwi S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuh


a Medika

Nugroho, M, dan Joseph HK. 2012. Catatan Kuliah Ginekologi & Obstetri (Obsgy
n). Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Press. Estiwidani, D, dkk. (2009). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Pudiastuti, R. D. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi.
Yogjakarta. Nuha Medika.

Romauli, S. (2011). Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin, A. B. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Krsehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai