Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH:

NENA AGUSTINA LIANTY


P.140.123

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH KLATEN

2014/2015
A. DEFINISI

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan

mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes merupakan suatu

kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

B. KLASIFIKASI

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee

on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes,

yaitu: (Corwin, 2009)

1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung insulin

(DMTI)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari

pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.

Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak

biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak

tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.Kondisi ini

diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat

penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat

hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol

hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan

pada mereka yang obesitas.

3. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi,

sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.

4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.

C. ETIOLOGI

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

a. Faktor genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu

presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.

Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen

HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon

abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil

penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung

insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan

kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.Pada awalnya tampak terdapat

resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang

meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat

kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya

jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa.

Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan

sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk

mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut

juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes

Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang

lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa

kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya

adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelompok etnik

D. PATOFISIOLOGI

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan

insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi

puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati.Di samping itu glukosa

yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah

dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin

(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis

osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan

(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan

kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa

yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan

substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan

dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping

pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa

tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan

tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton

dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan

cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan

latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang

penting.

Diabetes tipe II.Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan

resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi

glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa

akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-

sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa

akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang

merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat

untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian, diabetes tipe II yang

tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30

tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun)

dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.Jika gejalanya dialami

pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur

(jika kadra glukosanya sangat tinggi).

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Diabetes Tipe I

- hiperglikemia berpuasa
- glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
- keletihan dan kelemahan
- ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau

buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

2. Diabetes Tipe II

- lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif


- gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,

polidipsia,
- luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
- komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam setelah

pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu

selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.


6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan

respon terhadap stress atau infeksi.


8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.

G. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah

a) Akut

1) Hipoglikemia dan hiperglikemia


2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner

(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).


3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada

gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).

b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus

1) Neuropati diabetic
2) Retinopati diabetic
3) Nefropati diabetic
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
(a) Grade 0 : tidak ada luka
(b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(d) Grade III : terjadi abses
(e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
(f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
H. PENATALAKSANAAN

1. Medis

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan

kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta

neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah

normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada

lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :

a. Jumlah sesuai kebutuhan

b. Jadwal diet ketat

c. Jenis : boleh dimakan / tidak

2) Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

§ Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah

makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan


kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas

insulin dengan reseptornya.

§ Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

§ Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen

§ Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein

§ Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang

pembentukan glikogen baru.

§ Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran

asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita

DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset

video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4) Obat

 Suntikan insulin subkutan

Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah

suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada

beberapa faktor antara lain :

5) Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup

saudara kembar identik.


2. Keperawatan

Pengkajian

Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian

dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan

diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut

a. PENGKAJIAN PRIMER

Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :

§ Airway + cervical control

1) Airway

Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah

pada rongga mulut

2) Cervical Control : -

§ Breathing + Oxygenation

1) Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan

- KAD : Pernafasan kussmaul

- HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)

2) Oxygenation : Kanula, tube, mask

§ Circulation + Hemorrhage control

1) Circulation :

- Tanda dan gejala schok

- Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.

2) Hemorrhage control : -
§ Disability : pemeriksaan neurologis è GCS

A : Allert : sadar penuh, respon bagus

V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara

P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd

rangsangan nyeri

U :Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon

thd nyeri

b. PENGKAJIAN SEKUNDER

Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan

atau penenganan pada pemeriksaan primer.

Pemeriksaan sekunder meliputi :

1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event

2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe

3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang

Pemeriksaan Diagnostik

1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini

dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi

stress.

2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.

3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.

4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.


5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan

ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya

aterosklerosis.

Anamnese

a. Keluhan Utama

Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin

berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,

kelemahan dan sakit kepala

b. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK),

penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang

telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya

dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit

jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat

maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,

riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat

glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau

terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).

e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita

sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit

penderita.

f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,

penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka

rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan

terjadinya komplikasi aterosklerosis.

g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan

tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.

ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)

c. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake

nutrisi (tipe 2)

d. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan

mekanisme pengaturan

e. PK: Hipoglikemia

PK: Hiperglikemi

f. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 Nyeri akut berhubungan NOC: Manajemen nyeri :
dengan agen injuri biologisü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri secara

(penurunan perfusi jaringanü Nyeri terkontrol komprehensif termasuk lokasi,

perifer) ü Tingkat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

kenyamanan dan ontro presipitasi.

Setelah dilakuka2n. Observasi reaksi nonverbal dari

asuhan keperawatan ketidaknyamanan.

selama 3 x 24 Gunakan teknik komunikasi

jam3,. klien dapat : terapeutik untuk mengetahui pengalaman

1. Mengontrol nyeri, nyeri klien sebelumnya.

dengan indikator : 4. Kontrol ontro lingkungan yang

§ Mengenal faktor- mempengaruhi nyeri seperti suhu

faktor penyebab ruangan, pencahayaan, kebisingan.

§ Mengenal onset Kurangi ontro presipitasi nyeri.

§ nye5ri. Tindakan Pilih dan lakukan penanganan nyeri

6. (farmakologis/non farmakologis)..

pertolongan non Ajarkan teknik non farmakologis

§ farmakologi 7. (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi

Menggunakan nyeri..

§ analgetik Berikan analgetik untuk mengurangi

Melaporkan nyeri.

gejala8-. gejala nyeri Evaluasi tindakan pengurang

§ kepada tim nyeri/ontrol nyeri.

2 kesehatan. 9. Kolaborasi dengan dokter bila ada

Nyeri terkontrol

. Menunjukkan 10.
tingkat nyeri, dengan komplain tentang pemberian analgetik

indikator: tidak berhasil.

§ Melaporkan nyeri 11. Monitor penerimaan klien tentang

§ Frekuensi nyeri manajemen nyeri.

§ Lamanya episode

nyeri Administrasi analgetik :.

§ Ekspresi nyeri; waja1h. Cek program pemberian analogetik;

§ Perubahan respirasi jenis, dosis, dan frekuensi.

rate 2. Cek riwayat alergi..

§ Perubahan tekana3n. Tentukan analgetik pilihan, rute

darah pemberian dan dosis optimal.

§ Kehilangan nafs4u. Monitor TTV sebelum dan sesudah

makan pemberian analgetik.

. 5. Berikan analgetik tepat waktu

terutama saat nyeri muncul.

6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda

dan gejala efek samping.


2 Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : Nutrition Management

kurang dari kebutuhan tubuh Food and Monitor intake makanan dan minuman

b.d. ketidakmampuan Fluid1. yang dikonsumsi klien setiap hari

menggunakan glukose (tipe 1)§ Intake Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe

Intake makanan2. zat gizi yang dibutuhkan dengan

§ peroral yang adekuat berkolaborasi dengan ahli gizi

§ Intake NGT adekuat Dorong peningkatan intake kalori, zat

Intake cairan
perora3l .
adekuat besi, protein dan vitamin C

§ Intake cairan yang4. Beri makanan lewat oral, bila

adekuat memungkinkan

§ Intake TPN adekuat 5. Kaji kebutuhan klien akan pemasangan

NGT

6. Lepas NGT bila klien sudah bisa

makan lewat oral

3 Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : Weight Management

lebih dari kebutuhan tubuh Nutrient Intake 1. Diskusikan dengan pasien tentang

b.d. kelebihan intake Kalori kebiasaan dan budaya serta faktor

nutris§i (tipe 2) § Protein hereditas yang mempengaruhi berat

§ Lemak badan.

§ Karbohidrat 2. Diskusikan resiko kelebihan berat

§ Vitamin badan.

§ Mineral 3. Kaji berat badan ideal klien.

§ Zat besi 4. Kaji persentase normal lemak tubuh

§ Kalsium klien.

5. Beri motivasi kepada klien untuk

menurunkan berat badan.

6. Timbang berat badan setiap hari.

7. Buat rencana untuk menurunkan berat

badan klien.

8. Buat rencana olahraga untuk klien.


9. Ajari klien untuk diet sesuai dengan

kebutuhan nutrisinya.

4 Defisit Volume Cairan b.d NOC: NIC :

Kehilangan volume cairanü Fluid balance Fluid management

secara aktif, Kegagalanü Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika

mekanisme pengaturan ü Nutritional Status : diperlukan

Food and Pertahankan catatan intake dan output

Flu2id. Intake yang akurat

Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban

§ Mempertahankan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan

urine output sesuai darah ortostatik ), jika diperlukan

dengan usia dan Monitor vital sign

BB4., BJ urine Monitor masukan makanan / cairan

normal, H5T. normal dan hitung intake kalori harian

§ Tekanan darah, nad6i., Kolaborasikan pemberian cairan IV

suhu tubuh Monitor status nutrisi

dala7m. batas Berikan cairan IV pada suhu ruangan

§ normal 8. Dorong masukan oral

Tidak ada Berikan penggantian nesogatrik sesuai

tand9a. tanda output

dehidras1i0, Dorong keluarga untuk membantu

. Elastisitas turgor pasien makan

kulit baik, membra1n1. Tawarkan snack ( jus buah, buah

mukosa lembab,

tidak ada rasa


hau1s2.
yang berlebihan segar )

13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul meburuk

14. Atur kemungkinan tranfusi

15. Persiapan untuk tranfusi


5 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan Managemen Hipoglikemia:

PK: Hiperglikemi askep….x24 Monitor tingkat gula darah sesuai

jam1.
diharapkan perawat indikasi

akan menangani da2n. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ;

meminimalkan kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit

episode hipo/ dingin, lembab pucat, tachikardi, peka

hiperglikemia. rangsang, gelisah, tidak sadar , bingung,

ngantuk.

3. Jika klien dapat menelan berikan jus

jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit

sampai kadar gula darah > 69 mg/dl

4. Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai

protokol

5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk

dietnya.

Managemen Hiperglikemia

1. Monitor GDR sesuai indikasi

2. Monitor tanda dan gejala diabetik


ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,

pernafasan bau aseton, sakit kepala,

pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan

muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,

polidypsia,poliphagia, keletihan,

pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4

menurun.

3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai

indikasi

4. Berikan insulin sesuai order

5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7.
Konsultasi dengan dokter jika tanda

dan gejala Hiperglikemia menetap atau

memburuk
8.
Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi

hipotensi
9.
Batasi latihan ketika gula darah >250

mg/dl khususnya adanya keton pada

urine
10
. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi

& irama, warna kulit, waktu pengisian

kapiler, nadi perifer dan kalium


11. Anjurkan banyak minum

12. Monitor status cairan I/O sesuai

kebutuhan
6 Perfusi jaringan tidak efektif NOC : NIC :

b.d hipoksemia jaringan. ü Circulation status Peripheral Sensation Management

ü Tissue Prefusion : (Manajemen sensasi perifer)

cerebral § Monitor adanya daerah tertentu yang

Kriteria Hasil : hanya peka terhadap

a. mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul

status sirkulasi § Monitor adanya paretese

§ Tekanan systol§e Instruksikan keluarga untuk

dandiastole dalam mengobservasi kulit jika ada lsi atau

rentang yang laserasi

diharapkan § Gunakan sarun tangan untuk proteksi

§ Tidak ad§a Batasi gerakan pada kepala, leher dan

ortostatikhipertensi punggung

§ Tidak ada tand§a Monitor kemampuan BAB

tanda Kolaborasi pemberian analgetik

Monitor adanya tromboplebitis


peningkata§n
Diskusikan menganai penyebab
tekanan intrakrania§l
perubahan sensasi
(tidak lebih dari
b.
1§5 mmHg)

mendemonstrasika

n kemampuan

kognitif yang
ditandai dengan:

§ berkomunikasi

dengan jelas dan

sesuai dengan

kemampuan

§ menunjukkan

perhatian,

konsentrasi dan

orientasi

§ memproses informasi

§ membuat keputusan

dengan benar

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan Diabetes

Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai