Anda di halaman 1dari 16

STANDART ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN 8 : GANGGUAN POLA TIDUR

I. Pengertian
Gangguan pola tidur adalah suatu gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal (SDKI, 2017)

II. Penyebab
1. Hambatan lingkungan (misalnya kelembapan lingkungan sekitar, suhu,
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur

III. Tanda dan Gejala


Menurut PPNI (2017), data mayor untuk masalah gangguan pola
tidur yaitu :
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istirahat tidak cukup

Gangguan tidur yang umum terjadi menurut Kemenkes RI (2016)


antara lain :
1. Insomia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau
gelisah.
Ada tiga jenis insomnia:
a. Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia
antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif
melalui olahraga rutin, menghindari rangsangan tidur di sore hari,
melakukan relaksasi sebelum tidur (misalnya: membaca,
mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar mengantuk).
2. Parasomia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada
anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering
terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi
bangun-tidur(misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya
(misalnya: bruksisme).
3. Hipersomia merupakan untuk menghindari tanggung jawab pada
siang hari. kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada
hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya:
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping
4. Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak tertahankan
yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut
juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya
belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf
pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti:
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang
mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari,
iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi
atau aritmia jantung. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya
rintangn dalam pengairan udara di hudung dan mulut pada waktu
tidur, biasanya disebabkan oleh adenoid, amandel atau
mengendurnya otot di belakang mulut.
6. Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu
tidur, atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi
dua jenis: enuresa noktural: merupakan amengompol di waktu tidur,
dan enuresa diurnal, mengompol saat bangun tidur. Enuresa
noktural umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM.

Menurut PPNI (2017), data minor untuk masalah gangguan pola


tidur yaitu : mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.
IV. Kondisi Klinis Terkait

V. Tujuan Asuhan Keperawatan


Menurut NANDA tujuan asuhan keperawatan gangguan pola tidur sebagai
berikut ini:
a. Kognitiif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam pasien
diharapkan mengetahui dan memahami tentang:
NOC:
 Tingkat kelelahan
 Tingkat depresi
b. Afektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam pasien
diharapkan mampu mengambil keputusan tentang
NOC: status kenyamanan: lingkungan
c. Psikomotor
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam pasien
diharapkan mampu melakukan
NOC:
 Tidur
 Penampilan peran

Menurut standar luaran keperawatan Indonesia tujuan asuhan


keperawatan gangguan pola tidur sebagai berikut ini:
a. Kognitiif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam pasien
diharapkan mengetahui dan memahami tentang:
SLKI:
 Tingkat depresi
 Tingkat keletihan
b. Afektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam pasien
diharapkan mampu mengambil keputusan tentang
SLKI: status kenyamanan
c. Psikomotor
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam pasien
diharapkan mampu melakukan
SLKI:
 Pola tidur
 Penampilan peran
VI. Tindakan Keperawatan
A. Tindakan Keperawatan pada Klien
SIKI (intervensi utama):
1. Dukungan tidur (1.05174)
1) Observasi
 Identifikasi pola aktifitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu tidur (misalnya: fisik dan
atau psikologis)
 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (misalnya: kopi, teh, alkohol,makan mendekati waktu
tidur, minum banyak air sebelum tidur).
 Identifikaasi obat tidur yang di konsumsi
2) Terapeutik
 Modifikasi lingkungan (misalnya: pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur). Batas waktu
tidur siang jika perlu.
 Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(misalnya: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur terjaga.
3) Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (misalnya: psikologis, gaya
hidup,sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmokologi
lainnya.
2. Edukasi Aktivitas/ istirahat (1.12362 )
1) Observasi
 Identifkasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2) Terapeutik
 Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
 Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
3) Edukasi
 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/ olahraga
secara rutin
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
(misalnya: kelelahan, sesak nafas saat beraktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan

SIKI (intervensi pendukung):


1. Terapi Aktivitas ( 1.05186 )
1) Observasi
 Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (misalnya: bekerja) dan
waktu luang
 Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas.
2) Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang di
alami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekunsi dan
rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis dan
sosial
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang di pilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghindari aktivitas, jika
perlu
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (misalnya: ambulasi,
mobilisasi dan perawatan diri sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energi atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan,
jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk meralaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan
emosional ( misalnya: kegiatan keagamaan khusus) untk
pasien dimensia, jika sesuai
 Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (misalnya :
vocal group, bola voli, tenis meja, joging, berenang,
tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri dan teka-teki dan
kartu)
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktifitas
3) Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melaakukan aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam aktvitas kelompok atau terapi,
jika perlu
 Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas.
3. Fototerapi gangguan mood/tidur ( 1.05175 )
1) Observasi
 Periksa program medis untuk fototerapi ( frekuensi, jarak,
intensitas dan durasi fototerapi)
 Monitor efek samping terapi (misalnya: sakit kepala
kelelahan mata, mual, insomia, hiperaktif)
2) Terapeutik
 Sediakan sumber cahaya yang sesuai untuk terapi
 Fasilitasi menyesuaikan sumber cahaya dlam persiapan
terapi, sesuai indikasi hentikan terapi jika mengalami
efek samping
 Modifikasi terapi untuk menurunkan efek samping,
sesuai indikasi
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur fototerapi
B. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
 Intervensi utama (Edukasi Aktivitas/Istirahat)
Trapeutik
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
 Intervensi pendukung (Terapi Aktivitas)
Terapeutik
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas.

VII. Tindakan Kolaborasi


Terapi Aktivitas
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakn dan
memonitor program aktivitas, jika perlu
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jka perlu.

VIII. Perencanaan Pulang


1. Edukasi pasien dan keluarga penyebab dan gejala gangguan pola
tidur
2. Obat – obatan yang diminum, aturan minum, dosis, manfaat dan efek
samping obat
3. Aktivitas dan istirahat untuk mengurangi kebutuhan metabolik,
keletihan dan kecemasan, meningkatkan pola tidur terganggu
4. Memotivasi untuk membuat jadwal rutin untuk olahraga
5. Ajarkan relaksasi otot untuk meningkatkan kualitas tidur
6. Istirahat yang cukup serta rutin berolahraga
IX. Evaluasi
Evaluasi terhadap kebutuhan istirahat dan tidur dapat dinilai dari :
1. Terpenuhinya kebutuhan tidur dan istirahat dinilai berdasarkan
lama dan kulitas tidur
2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tidur ditunjukkan dengan
penampilan fisik yang segar dan tidak lesu.

Evaluasi Pola Tidur: Luaran Utama ( L.05045 )


 Ekspektasi : Membaik
Standar Luaran Indikator capaian
Keterangan
Keseluruhan Awal Target Akhir
- Keluhan sulit tidur 1 5 1: Menurun
- Keluhan sering terjaga 1 5 2: Cukup Menurun
- Keluhan tidak puas tidur 1 5 3: Sedang
- Keluhan pola tidur 1 5 4: Cukup Meningkat
berubah 5: Meningkat
- Keluhan istirahat tidak 1 5
cukup
-Kemampuan beraktivitas 1 5 1: Meningkat
2: Cukup Meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun

Evaluasi Status Kenyamanan: Luaran Tambahan ( L.08064 )


 Ekspektasi : Meningkat
Standar Luaran Indikator capaian
Keterangan
Keseluruhan Awal Target Akhir
- Kesejahteraan fisik 1 5 1: Menurun
- Kesejahteraan 1 5 2: Cukup Menurun
psikologis 1 5 3: Sedang
- Dukungan sosial dari 4: Cukup meningkat
keluarga 1 5 5: Meningkat
- Dukungan sosial dari
teman 1 5
- Perawatan sesuai
keyakinan budaya 1 5
- Perawatan sesuai
kebutuhan 1 5
- Kebebasan melakukan
ibadah 1 5
- Rileks

- Keluhan tidak nyaman 1 5 1: Meningkat


- Gelisah 1 5 2: Cukup meningkat
- Kebisingan 1 5 3: Sedang
- Keluhan sulit tidur 1 5 4: Cukup menurun
- Keluhan kedinginan 1 5 5: Menurun
- Keluhan kepanasan 1 5
- Gatal 1 5
- Mual 1 5
- lelah 1 5
- Merintih 1 5
- Menangis 1 5
- Iritabilitas 1 5
- Menyalahkan diri sendiri 1 5
- Konfusi 1 5
- Konsumsi alkohol 1 5
- Penggunaan zat 1 5
- Pencobaan bunuh diri 1 5

- Memori masa lalu 1 5 1: Memburuk


- Suhu ruangan 1 5 2: Cukup memburuk
- Pola eliminasi 1 5 3: Sedang
- Postur tubuh 1 5 4: Cukup membaik
- kewaspadaan 1 5 5: Membaik
- pola hidup 1 5
1 5
- pola tidur

Evaluasi Tingkat Keletihan: Luaran Tambahan ( L. 05046 )


 Ekspektaisi : Menurun
Standar Luaran Indikator capaian
Keterangan
Keseluruhan Awal Target Akhir
- Verbalisasi kepulihan 1 5 1: Menurun
energi 2: Cukup Menurun
- tenaga 1 5 3: Sedang
- kemampuan melakukan 1 5 4: Cukup meningkat
aktivitas rutin 5: Meningkat
- motivasi 1 5

- verbalisasi lelah 1 5 1: Meningkat


- lesu 1 5 2: Cukup meningkat
- Ganggun konsentrasi 1 5 3: Sedang
- Sakit kepala 1 5 4: Cukup menurun
- Sakit tenggorokan 1 5 5: Menurun
- Mengi 1 5
- Sianosis 1 5
- Gelisah 1 5
- Frekuensi nafas 1 5
- Perasaan bersalah 1 5

- Selera makan 1 5 1: Memburuk


- Pola nafas 1 5 2: Cukup memburuk
- Libido 1 5 3: Sedang
- Pola istirahat 1 5 4: Cukup membaik
5: Membaik

Evaluasi Tingkat Depresi: Luaran Tambahan ( L.09097 )


 Ekspektasi : Menurun
Standar Luaran Indikator capaian Keterangan
Keseluruhan Awal Target Akhir
- Minat beraktifitas 1 5 1: Menurun
- Aktifitas sehari-hari 1 5 2: Cukup Menurun
- konsentrasi 1 5 3: Sedang
- Harga diri 1 5 4: Cukup Meningkat
- Kebersihan diri 1 5 5: Meningkat

-Perasaan tidak berharga 1 5 1: Meningkat


-Sedih 1 5 2: Cukup Meningkat
-Putus asa 1 5 3: Sedang
-Peristiwa negatif 1 5 4: Cukup menurun
-Perasaan bersalah 1 5 5: Menurun
-Keletihan 1 5
-Pikiran mencederai diri 1 5
-Pikiran bunuh diri 1 5
-Bimbang 1 5
-Menangis 1 5
-Marah 1 5
-Penyalahgunaan zat 1 5
-Penyalahgunaan alkohol 1 5

-Berat badan 1 5 1: Memburuk


-Nafsu makan 1 5 2: Cukup Memburuk
-Pola tidur 1 5 3: Sedang
-Libido 1 5 4: Cukup membaik
5: Membaik

X. Rencana Tindak Lanjut


1. Menerapkan sleep hygene
a. Pertahankan bioritme
 Kebiasaan tidur
 Dukung rutinitas sebelum tidur
Betime snack (susu atau teh herbal hangat), membaca dan
mendengarkan musik untuk merangsang tidur, personal hygene
sebelum tidur, berdoa, berdzikir atau meditasi sebelum tidur
b. Minimalkan makanan dan minuman yang dapat menganggu tidur
misalnya alkohol, kopi sebelum tidur
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Batasi suara berisik
 Jaga suhu ruangan agar nyaman
 Selimut yang hangat jika terlalu dingin
 Gunakan lampu seperlunya
 Gunakan musik yang lembut
2. Manajemen sleep hygene
a. Atur posisi kepala tempat tidur sesuai kebutuhan
b. Tambahkan ekstra bantal sesuai kebutuhan
c. Obat untuk mengurangi nyeri (jika diindikasikan)
d. Gunakan kompres hangat/ dingin untuk mengurangi nyeri
e. Massage punggung atau kaki untuk relaksasi otot
f. Lakukan relaksasi otot progresif atau guided imagery
g. BAK sebelum tidur
h. Tempatkan pispot disamping tempat tidur atau pertahankan
lingkungan ke kamar mandi yang aman
3. Obat- obatan
(jika ada dijelaskan fungsi dan aturan penggunaan sesuai resep dari
dokter)
4. Penggunaan herbal
Contoh melatonin (cherry, pisang, outmeal, susu hangat, roti tawar), teh
camomile, snack (susu, keju, yoghurt).

XI. Daftar Pustaka


Amin H.N, Hardhi Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC,NOC Dalam
Berbagai Kasus. Mediaction Jogja

Bulleck, G.M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classifications.United


Kingdom. Elsevier

Moorhoed, dkk, Nursing Outcomes Classifications, United Kingdom.


Elsevier

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1: Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1: Cetakan II. Jakarta: DPP
PPNI

Priscilla LeMone.(2011). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In


Patient Care Vol 4, 2011. Keperawatan Medikal Bedah Vol 4, Wuri
Pratiani (penerjemah), 2016, EGC, Jakarta, Indonesia, 2016

Wilkinson M Judith, Pearson nursing diagnosis handbook with NIC


intervention and NOC outcomes. 2014. EGC

Anda mungkin juga menyukai