PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap
sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan
pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan
pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian penting
dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual
adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan. Kebutuhan
spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga
diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013).
Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi
pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati, 2015). Adanya
dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga
merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara
terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang
terjadi serta adanya dukungan keluarga akan berdampak pada
peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam menghadapi proses
penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Morris dkk (2015)
menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak mati di tempat
yang mereka inginkan. Selain itu terdapat 63% pasien paliatif
menyatakan ingin di rawat oleh keluarganya.
B. RUMUSAN MASALAH
2
3. Bagaimana menilai performance status berdasarkan karnofsky rating
scale (skala status penilaian karnofsky) ?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
D. SISTEMATIKA PENULISAN
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Akuntabilitas
2. Legal
Perawat melaksanakan askep secara legal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan keperawatan, kebijakan lokal dan nasional serta
mengenal tindakan yang tidak sesuai hukum yang berlaku dan terkait
dengan kode etik profesi/ keperawatan.
PENILAIAN
Mampu melaksanakan 100
aktifitas normal, tidak Normal tanpa keluhan, tidak ada kelainan
perlu perawatan khusus 90 Mampu melaksanakan kegiatan normal,
keluhan dan gejala nimimal
80 Melaksanakan kegiatan normal dengan
bantuan, dijumpai beberapa gejala dan tanda-
tanda penyakit
Tidak mampu bekerja 70 Mampu merawat diri sendiri, tak mampu
tetapi dapat tinggal melaksanakan kegiatan normal/bekerja
dirumah, memerlukan
60 Memerlukan bantuan khusus, tapi masih
bebagai tingkat bantuan
sanggup memenuhi kebutuhan pokok untuk
dirinya sendiri
50 Memerlukan bantuan dan pengobatan medis
1. Kebutuhan fisik
Terbebasnya pasien dari berbagai macam keluhan atau penderitaan/
gejala fisik yang mengganggu. Perhatian dan pengamatan yang cermat
dan terinci terhadap setiap keluhan yang disampaikan pasien
merupakan hal yang penting untuk dapat membuat diagnosa yang tepat
dan selanjutnya untuk menentukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi keluhan tersebut.
2. Kebutuhan psikologik
Rasa aman dan nyaman karena keakinan bahwa dirinya berada dalam
perawatan oleh ahli yang kompeten dan keluarga/ care giver yang
peduli dengan keadaannya.
a. Kebutuhan untuk mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
serta gejala-gejala yang sedang/akan dialaminya sehingga pasien
tidak berada dalam ketidakpastian yang berkepanjangan.
b. Pasien juga ingin untuk tetap dihargai dan di anggap mampu,
dengan cara melibatkannya dala mengambil keputusan-keputusan
terkait dengan dirinya terutama bila secara fisik ia menjadi sangat
tergantung pada orang lain.
3. Kebutuhan sosial
8
a. Perasaan tetap diterima oleh keluarga/ care giver nya walaupun
penampilan/ perilakunya sering kali tidak menyenangkan.
b. Perasaan tetap dibutuhkan, dilibatkan dan diperhitungkan dalam
keluarganya sehingga pasien tidak merasa menjadi beban bagi
keluarganya.
c. Kesempatan bagi pasien untuk membebaskan diri dari
keterikatannya dengan orang lain dan dibebaskan dari berbagai
tanggung jawab dalam pekerjaan/ keluarga yang sebelumnya
dipikul pasien dengan menyerahkannya kepada orang lain.
4. Kebutuhan spiritual
a. Kasih sayang yang diekspresikan secara nyata dengan berjabat
tangan, sentuhan, strokes atau belaian.
b. Kesempatan untuk memperbaiki hubungan-hubungan interpersonal
yang terganggu di waktu yang lalu, serta mendapatkan
pengampunan atas kesalahan-kesalahannya di masa lalu.
c. Keyakinan bahwa dirinya tetap dicintai dan dihargai.
d. Perasaan bahwa hidupnya tetap mempunyai arah/ tujuan yang jelas
dan berarti bagi sesamanya.
1. Definisi
Nyeri kanker merupakan nyeri kronik yang terjadi akibat pemprosesan
input sensorik yang abnormal oleh SSP atau perifer. Terdapat sejumlah
besar sindroma nyeri neuropatik yang seringkali sulit diatasi.
2. Penyebab
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab dari timbulnya nyeri
kanker pada umumnya adalah :
1) Nyeri yang disebabkan langsung oleh tumor yang menyebabkan
kompresi saraf sentral maupun perifer.
9
2) Nyeri akibat pengobatan kanker seperti kemoterapi menyebabkan
neuropati dan nekrosis jaringan menimbulkan nyeri.
3) Nyeri yang tidak berhubungan dengan tumor biasanya tergantung
kondisi pasien yang mengalami distensi lambung, infeksi, nyeri
musculoskeletal (Murtedjo, 2006).
3. Komponen Nyeri
Komponen Nyeri - Nyeri yang kita rasakan terdiri dari dua komponen
utama: somatik (sensorik) dan psikologik (emosional).
Komponen sensorik merupakan dasar dari nyeri namun persepsi selalu
dipengaruhi faktor psikologi. Intensitas perangsangan nosiseptor
mungkin sama, terapi intensitas nyeri yang dirasakan dapat berbeda
pada setiap individu. Perbedaan tersebut disebabkan adanya komponen
psikologik. Aspek psikologis dipengaruhi personalitas, sosial, budaya,
dan sebagainya.
4. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut < 3 bulan
b. Nyeri Kronis > 3 bulan (Adiwiyata, 2015)
2. Manifestasi Nyeri
Gejala nyeri dapat digambarkan seperti: tajam menusuk, pusing,
panas seperti terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa
nyeri yang hilang-timbul, dan berbeda tempat rasa nyeri. Setelah
beberapa lama, rangsangan nyeri yang sama dapat memunculkan
gejala yang sama sekali berbeda ( contoh: dari rasa nyeri menusuk
menjadi pusing, dan dari rasa nyeri. yang terasa nyata menjadi samar-
samar). Gejala yang tidak spesifik meliputi kecemasan, depresi,
kelelahan, insomnia, rasa marah dan ketakutan.
Nyeri akut dapat menyebabkan hipertensi, takikardia, diaforesis,
midriatik, dan pucat, tetapi gejala tersebut tidak memastikan diagnosis
nyeri. Nyeri selalu bersifat subyektif; jadi lebih baik diagnosa
didasarkan pada gambaran dan riwayat penyakit yang diceritakan oleh
pasien. Nyeri akut seringkali akut, terlokalisasi, dapat digambarkan
dengan jelas dan membaik dengan analgesik konvensional.
10
Nyeri neuropatik seringkali kronis, tidak dapat dijelaskan dengan
baik, dan tidak mudah diobati dengan analgesik konvensional. Pasien
umumnya merasakan nyeri yang seperti membakar , pedih, seperti
tersengat listrik dan menusuk; respon nyeri berlebihan terhadap
rangsangan yang membahayakan; atau respon nyeri terhadap
rangsangan yang secara normal tidak membahayakan. Pengobatan
nyeri yang tidak efektif dapat menyebabkan hipoksia, hypercapnea,
hipertensi, aktivitas jantung berlebihan dan gangguan emosional.
3. Terapi Nyeri
Farmakologi
Jenis Analgesik
a. Non-Narkotik
1) Aspirin
2) Asetaminofen (Paracetamol)
5) Propoksifen
6) Antagonis Opioid
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14