Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini,
pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health
Organization (WHO), 2016). Pelayanan perawatan paliatif memerlukan
keterampilan dalam mengelola komplikasi penyakit dan pengobatan,
mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan psikososial
bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo
& Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan
penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan
paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016). Perawatan
paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial,
emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan
perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai
pilihan pasien.
Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit,
bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim
multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka
(Canadian Cancer Society, 2016). Selain itu Matzo & Sherman (2015)
juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif tidak hanya
pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang

1
dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap
sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan
pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan
pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian penting
dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual
adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan. Kebutuhan
spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga
diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013).
Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi
pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati, 2015). Adanya
dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga
merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara
terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang
terjadi serta adanya dukungan keluarga akan berdampak pada
peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam menghadapi proses
penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Morris dkk (2015)
menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak mati di tempat
yang mereka inginkan. Selain itu terdapat 63% pasien paliatif
menyatakan ingin di rawat oleh keluarganya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa filosofi perawatan paliatif ?

2. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan asuhan


keperawatan paliatif ?

2
3. Bagaimana menilai performance status berdasarkan karnofsky rating
scale (skala status penilaian karnofsky) ?

4. Apa saja aspek asuhan keperawatan paliatif ?

5. Bagaimana manajemen nyeri kanker ?

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang


asuhan keperawatan dalam perawatan paliatif.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan makalah ini, antara lain :

1) Untuk mengetahui filosofi perawatan paliatif.

2) Untuk mengetahui tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam


penerapan asuhan keperawatan paliatif.

3) Untuk mengetahui tentang menilai performance status berdasarkan


karnofsky rating scale (skala status penilaian karnofsky).

4) Untuk mengetahui tentang aspek asuhan keperawatan paliatif.

5) Untuk mengetahui manajemen nyeri kanker.

3
D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah Askep Paliatif & Terapi Komplementer dengan judul


Asuhan Keperawatan dalam Perawatan Paliatif ini terdiri atas 3 bab
pembahasan. Pada awal makalah berisi bab pertama yang menjelaskan
tentang pendahuluan, berisi mengenai latar belakang. Lalu dilanjutkan
oleh rumusan masalah yang kemudian dijawab dalam tujuan penulisan.
Adapun sistematika penulisan yang memaparkan bagaimana tersusunnya
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan dalam Perawatan Paliatif.

Selanjutnya, pada bab kedua berisi mengenai tinjauan teori yang


membahas mengenai Asuhan Keperawatan dalam Perawatan Paliatif
secara mendetail dan jelas, sesuai dengan tujuan awal penulisan.
Kemudian diperjelas dalam Bab terakhir yang menjelaskan penutup
dengan memaparkan kesimpulan secara ringkas pembahasan dari makalah
ini.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. FILOSOFI PERAWATAN PALIATIF

Pada dasarnya pemikiran perawatan paliatif meliputi:

1. Peningkatan kualitas hidup

2. Menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal

3. Tidak mempercepat atau menunda kematian

4. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

5. Menjaga keseimbangan psikologik dan spiritual

6. Berusaha agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya

7. Berusaha membantu duka cita pada keluarga

Perawatan paliatif diberikan untuk meringankan keluhan pasien secara


holistik, sehingga memungkinkan peningkatan kualitas hidup pasien dan
keluarganya.

B. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENERAPAN


ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

Perawatan paliatif mempunyai tujuan membantu pasien dengan


mengubah perasaan tidak dapat sembuh dengan perasaan nyaman terhadap
gejala yang timbul sehingga pasien dapat mengotrol hidupnya semaksimal
mungkin terhadap penyakit melalui dukungan emosional dan motivasi
yang diberikan. Untuk mencapai maksud dan tujuan penerapan asuhan
5
keperawatan paliatif secara komprehensif perlu diperhatikan hal-hak
sebagai berikut:

1. Akuntabilitas

Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap


keputusan dan tindakan keperawatan serta mengenal batas peran dan
fungsi perawat dalam bertindak sehingga akan merujuk atau
mengkonsultasikan asuhan keperawatan kepada yang lebih berhak
atau tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan kode etik keperawatan dan
budaya:

a. Menghormati hak ”privacy” pasien untuk memperoleh informasi


tentang status kesehatan dan kerahasiaannya serta memilih atau
menentukan sendiri asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan
bagi dirinya.
b. Menghormati nilai, kebiasaan, keyakinan dan kepercayaan/ agama
pasien, dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memperhatikan budaya pasien.

2. Legal
Perawat melaksanakan askep secara legal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan keperawatan, kebijakan lokal dan nasional serta
mengenal tindakan yang tidak sesuai hukum yang berlaku dan terkait
dengan kode etik profesi/ keperawatan.

C. MENILAI PERFOMANCE STATUS BERDASARKAN


KARNOFSKY RATING SCALE (SKALA STATUS PENILAIAN
KARNOFSKY)

Skor Karnofsky dimulai dari 100 ke 0, dimana 100 adalah


kesehatan “Sempurna” dan 0 adalah kematian. Praktisi menetapkan skor
6
kinerja interval standar 10. Sistem penilaian ini dinamai Dr. David A.
Karnofsky, yang menggambarkan skala dengan Dr. Walter H. Abelmann,
Dr. Llyod F. Craver, dan Dr. Joseph H. Burchenal pada tahun 1948. Tujuan
utama adalah untuk memungkinkan mengevaluasi kemampuan pasien
yang dilakukan kemoterapi kanker untuk bertahan hidup.

Karnofsky performance scale (KPS) digunakan untuk memprediksi


prognosis pasien dengan penyakit kanker terminal. Dengan menggunakan
KPS, skore 50% atau kurang pada pasien dengan kanker yang progresif
diprediksi angka harapan hidupnya dua bulan.

Tabel Penilaian Status Berdasarkan Karnofsky Rating Scale (Skala


Status Penilaian Karnofsky)

PENILAIAN
Mampu melaksanakan 100
aktifitas normal, tidak Normal tanpa keluhan, tidak ada kelainan
perlu perawatan khusus 90 Mampu melaksanakan kegiatan normal,
keluhan dan gejala nimimal
80 Melaksanakan kegiatan normal dengan
bantuan, dijumpai beberapa gejala dan tanda-
tanda penyakit
Tidak mampu bekerja 70 Mampu merawat diri sendiri, tak mampu
tetapi dapat tinggal melaksanakan kegiatan normal/bekerja
dirumah, memerlukan
60 Memerlukan bantuan khusus, tapi masih
bebagai tingkat bantuan
sanggup memenuhi kebutuhan pokok untuk
dirinya sendiri
50 Memerlukan bantuan dan pengobatan medis

C Tidak mampu merawat 40 Memerlukan bantuan sosial dan medis


. diri sendiri, baik di
institusi maupun di 30 Memerlukan perawatan dirumah sakit,
rumah sakit, penyakit meskipun kematian belum mengancam
dapat menjadi progresif
20 Harus dirawat di rumah sakit, diperlukan
perawatan suportif
10 Manbund penyakit progresif dengan cepat dan
fatal
7
0 Meninggal dunia

D. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

Dalam penerapan asuhan keperawatan, seorang perawat harus


melakukan pendekatan secara holistik dengan memperhatikan kebutuhan-
kebutuhannya yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisik
Terbebasnya pasien dari berbagai macam keluhan atau penderitaan/
gejala fisik yang mengganggu. Perhatian dan pengamatan yang cermat
dan terinci terhadap setiap keluhan yang disampaikan pasien
merupakan hal yang penting untuk dapat membuat diagnosa yang tepat
dan selanjutnya untuk menentukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi keluhan tersebut.

2. Kebutuhan psikologik
Rasa aman dan nyaman karena keakinan bahwa dirinya berada dalam
perawatan oleh ahli yang kompeten dan keluarga/ care giver yang
peduli dengan keadaannya.
a. Kebutuhan untuk mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
serta gejala-gejala yang sedang/akan dialaminya sehingga pasien
tidak berada dalam ketidakpastian yang berkepanjangan.
b. Pasien juga ingin untuk tetap dihargai dan di anggap mampu,
dengan cara melibatkannya dala mengambil keputusan-keputusan
terkait dengan dirinya terutama bila secara fisik ia menjadi sangat
tergantung pada orang lain.

3. Kebutuhan sosial
8
a. Perasaan tetap diterima oleh keluarga/ care giver nya walaupun
penampilan/ perilakunya sering kali tidak menyenangkan.
b. Perasaan tetap dibutuhkan, dilibatkan dan diperhitungkan dalam
keluarganya sehingga pasien tidak merasa menjadi beban bagi
keluarganya.
c. Kesempatan bagi pasien untuk membebaskan diri dari
keterikatannya dengan orang lain dan dibebaskan dari berbagai
tanggung jawab dalam pekerjaan/ keluarga yang sebelumnya
dipikul pasien dengan menyerahkannya kepada orang lain.

4. Kebutuhan spiritual
a. Kasih sayang yang diekspresikan secara nyata dengan berjabat
tangan, sentuhan, strokes atau belaian.
b. Kesempatan untuk memperbaiki hubungan-hubungan interpersonal
yang terganggu di waktu yang lalu, serta mendapatkan
pengampunan atas kesalahan-kesalahannya di masa lalu.
c. Keyakinan bahwa dirinya tetap dicintai dan dihargai.
d. Perasaan bahwa hidupnya tetap mempunyai arah/ tujuan yang jelas
dan berarti bagi sesamanya.

E. MANAJEMEN NYERI KANKER

1. Definisi
Nyeri kanker merupakan nyeri kronik yang terjadi akibat pemprosesan
input sensorik yang abnormal oleh SSP atau perifer. Terdapat sejumlah
besar sindroma nyeri neuropatik yang seringkali sulit diatasi.
2. Penyebab
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab dari timbulnya nyeri
kanker pada umumnya adalah :
1) Nyeri yang disebabkan langsung oleh tumor yang menyebabkan
kompresi saraf sentral maupun perifer.

9
2) Nyeri akibat pengobatan kanker seperti kemoterapi menyebabkan
neuropati dan nekrosis jaringan menimbulkan nyeri.
3) Nyeri yang tidak berhubungan dengan tumor biasanya tergantung
kondisi pasien yang mengalami distensi lambung, infeksi, nyeri
musculoskeletal (Murtedjo, 2006).
3. Komponen Nyeri
Komponen Nyeri - Nyeri yang kita rasakan terdiri dari dua komponen
utama: somatik (sensorik) dan psikologik (emosional).
Komponen sensorik merupakan dasar dari nyeri namun persepsi selalu
dipengaruhi faktor psikologi. Intensitas perangsangan nosiseptor
mungkin sama, terapi intensitas nyeri yang dirasakan dapat berbeda
pada setiap individu. Perbedaan tersebut disebabkan adanya komponen
psikologik. Aspek psikologis dipengaruhi personalitas, sosial, budaya,
dan sebagainya.
4. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut < 3 bulan
b. Nyeri Kronis > 3 bulan (Adiwiyata, 2015)

2. Manifestasi Nyeri
Gejala nyeri dapat digambarkan seperti: tajam menusuk, pusing,
panas seperti terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa
nyeri yang hilang-timbul, dan berbeda tempat rasa nyeri. Setelah
beberapa lama, rangsangan nyeri yang sama dapat memunculkan
gejala yang sama sekali berbeda ( contoh: dari rasa nyeri menusuk
menjadi pusing, dan dari rasa nyeri. yang terasa nyata menjadi samar-
samar). Gejala yang tidak spesifik meliputi kecemasan, depresi,
kelelahan, insomnia, rasa marah dan ketakutan.
Nyeri akut dapat menyebabkan hipertensi, takikardia, diaforesis,
midriatik, dan pucat, tetapi gejala tersebut tidak memastikan diagnosis
nyeri. Nyeri selalu bersifat subyektif; jadi lebih baik diagnosa
didasarkan pada gambaran dan riwayat penyakit yang diceritakan oleh
pasien. Nyeri akut seringkali akut, terlokalisasi, dapat digambarkan
dengan jelas dan membaik dengan analgesik konvensional.

10
Nyeri neuropatik seringkali kronis, tidak dapat dijelaskan dengan
baik, dan tidak mudah diobati dengan analgesik konvensional. Pasien
umumnya merasakan nyeri yang seperti membakar , pedih, seperti
tersengat listrik dan menusuk; respon nyeri berlebihan terhadap
rangsangan yang membahayakan; atau respon nyeri terhadap
rangsangan yang secara normal tidak membahayakan. Pengobatan
nyeri yang tidak efektif dapat menyebabkan hipoksia, hypercapnea,
hipertensi, aktivitas jantung berlebihan dan gangguan emosional.
3. Terapi Nyeri
 Farmakologi

Jenis Analgesik

a. Non-Narkotik

1) Aspirin

2) Asetaminofen (Paracetamol)

3) Para Amino Fenol

4) Asam Mefenamat (Golongan Antranilat)

5) Propoksifen

6) Antagonis Opioid

b. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)


1) Ibuprofen : * Dismenore
2) Naproksen : * Nyeri kepala vaskular
3) Indometasin : * Artritis reumatoid
4) Tolmetin : *Cedera atletik jaringan
lunak
5) Piroksikam : * Gout
6) Ketorolak : *Nyeri pasca operasi dan
nyeri traumatik berat
11
b. Analgesik narkotik atau opiat
1) Morfin
2) Meperidin dan derivate fenilpiperidin lain
3) Metadon dan opioid lain.

c. Obat tambahan (Adjuvan)


Adjuvan, seperti sedatif, anticemas, dan relaksan otot
meningkatkan kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain
selain nyeri yang terkait dengan nyeri, seperti depresi dan
mual.
 Non-farmakologi
1) Distraksi
2) Kompres hangat/dingin.
3) Latihan nafas dalam.
4) Musik.
5) Aromatherapi.
6) Imajinasi terbimbing.
7) Hipnosis.
8) Relaksasi

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai