Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO: Tn.

A, umur 35 tahun, dibawa ke UGD RS Dustira oleh warga sekitar tempat kecelakaan setelah mengalami kecelakaan lalulintas saat mengendarai motornya. Penderita mengalami tabrakan dengan mobil dan penderita diketahui mengendarai motor tanpa memakai helm. Pada saat kecelakaan, penderita terlempar dan ditemukan sekitar 10 meter dari motornya. Lokasi kejadian berjarak sekitar 30 menit dari UGD RS Dustira. Penderita bergumam dengan kata-kata tidak jelas setelah kecelakaan sampai dibawa ke rumah sakit. Saat diperiksa, didapatkan keterangan bahwa mata penderita bereaksi dengan rangsang nyeri, kata-kata penderita bergumam tidak jelas, gerakan tangan menghidar dengan rangsang nyeri, dan penderita mengorok. Pada pemeriksaan fisik kepala penderita ditemukan luka di daerah frontal kanan, raccoon eyes (+), dan epistaksis.

Pada tanda vital didapatkan: Tekanan darah : 80/60 mmHg Nadi Respirasi Suhu : 130 kali/menit : 30 kali/menit : 36,50C

Pada pemeriksaan thoraks didapatkan: Inspeksi : Gerakan hemithoraks kanan tertinggal, memar pada hemithoraks kanan, dan JVP meningkat.

Palpasi Perkusi Auskultasi

: Trakhea terdorong ke kiri, gerakan hemithoraks kiri tertinggal. : Hipersonor pada thoraks kanan, thoraks kiri sonor. : VBS kanan menghilang, VBS kiri normal, bunyi jantung murni, regular, bunyi jantung tambahan tidak ada.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan: Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Terdapat jejas di daerah perut bawah bagian tengah : Defans muscular tidak ada : Dull pada perut bawah bagian tengah : Bising usus menurun

Pada ekstremitas terdapat 1/3 fraktur femur tebuka dextra.

Diagnosis Banding : 1. Tension Pneumothoraks Dextra + Trauma Kepala + Fraktur Femur Dextra 2. Flail Chest + Trauma Kepala + Fraktur Femur Dextra 3. Tamponade Jantung + Trauma Kepala + Fraktur Femur Dextra

Diagnosis Kerja: Tension Pneumothoraks Dextra + Trauma Kepala + Fraktur Femur Dextra

PENANGANAN PASIEN di UNIT GAWAT DARURAT (UGD) Pengelolaan pada pasien terluka parah perlu penilaian dan penanganan yang cepat dan tepat untuk keselamatan hidup pasien. Pada pasien dengan trauma, penatalaksanaan yang cepat dan tepat dengan penilaian awal sangat diperlukan yang meliputi persiapan, triage, primary survey, dan secondary survey. Pada primary survey dan secondary survey dilakukan berulang agar mengetahui keadaan pasien dan dapat memberikan terapi yang tepat. Penolong harus dapat memproteksi diri sebelum menolong pasien.

1) Triase Pada pasien ini termasuk triase merah karena pasien mengalami gangguan pada Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE). Pasien harus segera mendapatkan tindakan advance trauma life support untuk kelangsungan hidupnya.

2) Primary Survey A. Airway Dilakukan pembebasan jalan nafas dengan control servikal pada trauma yang mengancam jiwa, trauma multiple, trauma kepala, dan trauma dengan GCS kurang dari 8. Jaw thrust saja yang dilakukan pada kondisi ini karena curiga fraktur cervical. Dilakukan pemasangan collar neck dan airway definitif.

B. Breathing Hubungkan selang oksigen yang sudah diberikan sebanyak 12 liter/menit demgam bag valve mask karena airway yang baik tidak selalu menjamin ventilasi yang baik. C. Circulation Dapat dipasang 2 kateter IV berukuran besar, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia, tes kehamilan golongan darah dan cross-match dan analisis gas darah, memberikan cairan dengan cairan RL yang dihangatkan dan pemberian darah,dan cegah hipotermi. D. Disability Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat dan tepat dengan GCS. E. Exposure Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya, sering dengan cara menggunting, untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Setelah pakaian dibuka, penderita diselimuti agar tidak kedinginan. Harus dipakaikan selimut hangat dan ruangan yang cukup hangat.

3) Pada pasien terdapat 1/3 fraktur terbuka dextra. Terapi pada fraktur tersebut adalah debridement, pemberian tetanus toksoid, pemberian rawat luka dengan kompres terbuka, pemberian antibiotik, pemantauan gejala infeksi, menutup luka dengan memastikan tidak adanya infeksi, dan imobilisasi pada ekstrimitas yang patah.

4) Foto thoraks dan CT-Scan digunakan untuk menegakkan diagnosis. 5) Persiapan untuk tindakan pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai