A. Airway (pemeliharaan jalan napas dengan pembatasan gerak tulang belakang leher)
Penilaian jalan napas untuk memastikan ada tidaknya tanda-tanda obstruksi
jalan napas meliputi pemeriksaan benda asing, mengidentifikasi fraktur fasial,
mandibula, trakea/laring, dan cedera lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi jalan
napas. Pada pasien dengan penurunan kesadaran, lidah dapat jatuh kebelakang dan
menyumbat hipofaring sehingga jalan napas tertutup. Langkah-langkah pemeliharaan
jalan napas dilakukan sambil membatasi gerak tulang belakang leher menggunakan
cervical collar atau neck brace untuk menghindari terjadi progresi defisit. Pada pasien
cedera kepala berat dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 atau lebih rendah biasanya
memerlukan pemeliharaan jalan napas definitif yaitu menggunakan selang yang
dimasukkan ke trakea yang sudah dilubangi.
d. Supraglottic airway
Setiap perdarahan harus dikontrol oleh pemberian tekanan secara langsung jika
memungkinkan, dan jika diperlukan dapat menggunakan turniket ke ekstremitas, namun
meningkatkan risiko cedera iskemik pada ekstremitas tersebut. Gunakan turniket hanya jika
tekanan langsung tidak efektif dan mengancam nyawa pasien. Dapat juga digunakan blind
clamping namun meningkatkan risiko kerusakan pada saraf dan vena.
Syok terkait cedera paling sering karena hipovolemik. Penanganannya dapat dimulai
dengan pemberian cairan IV kristaloid yang dihangatkan 37-40 derajat selsius. Serta bolus 1
liter cairan isotonik, tetapi kemudian harus diikuti dengan produk darah.
D. Disability (disabilitas dan penilaian status neurologis)
Evaluasi neurologis yang cepat diperlukan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien serta reaksi pupil. Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan metode yang cepat,
sederhana, dan objektif untuk menentukan tingkat kesadaran. Penurunan tingkat
kesadaran dapat mengindikasikan penurunan oksigenasi dan/atau perfusi serebral
langsung. Alkohol, nakotika, dan obat lain juga dapat mengubah tingkat kesadaran
pasien.
E. Exporsure (kontrol lingkungan)
Selama survei primer, buka pakaian pasien sepenuhnya untuk memfasilitasi
pemeriksaan dan penilaian menyeluruh. Setelah menyelesaikan pemeriksaan, tutupi
pasien dengan selimut hangat atau alat penghangat eksternal untuk mencegah
mengalami hipotermia. Hangatkan cairan infus sebelum memasukkannya, dan
pertahankan linkgungan tetap hangat. Hipotermia meripakan komplikasi yang
berpotensi menyebabkan kematian pada pasien cedera, oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan agresif untuk mencegah hilangnya panas tubuh dan
mengembalikan suhu normal.
Referensi:
1. American College of Surgeons. ATLS Advanced Trauma Life Support Tenth Edition. The
Committee on Trauma; 2018.