trakeostomi
B ( BREATHING ) Bantuan napas
Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien dengan cara melihat
(look) naik dan turunnya dinding dada, mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan
merasakan (feel) aliran udara yang menghembus dipipi penolong (Mansjoer, 2009).
Gambar 2.5. Look, listen, and feel (sumber: European Resuscitation Council Guidelines for
Resuscitation 2010).
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas
agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan
hanya 16–17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien
setelah diberikan bantuan napas.
Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat ditentukan dengan meraba
arteri karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari tangan (jari
telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira–kira 1–2 cm,
raba dengan lembut selama 5–10 detik.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60–
80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac
output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari
menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan
bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
D (DEFRIBILATION)
tersebut dapat mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan defibrilasi atau
tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda kepada
penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan
sirkulasi saja
During the primary survey a basic neurological assessment is made, known by the
mnenomic AVPU (alert, verbal stimuli response, painful stimuli response, or
unresponsive). A more detailed and rapid neurological evaluation is performed at the end
of the primary survey. This establishes the patient's level of consciousness, pupil size and
reaction, lateralizing signs, and spinal cord injury level.
The Glasgow Coma Scale is a quick method to determine the level of consciousness, and
is predictive of patient outcome. If not done in the primary survey, it should be performed
as part of the more detailed neurologic examination in the secondary survey. An altered
level of consciousness indicates the need for immediate reevaluation of the patient's
oxygenation, ventilation, and perfusion status. Hypoglycemia and drugs, including
alcohol, may influence the level of consciousness. If these are excluded, changes in the
level of consciousness should be considered to be due to traumatic brain injury until
proven otherwise.
The patient should be completely undressed, usually by cutting off the garments. It is
imperative to cover the patient with warm blankets to prevent hypothermia in the
emergency department. Intravenous fluids should be warmed and a warm environment
maintained. Patient privacy should be maintained.
RR : 18-24x/menit
32x.menit takipnea
Penyebab sumbatan jalan nafas yangsering dijumpai adalah dasar lidah, palatum mole,
darah atau benda asing yang lain.
Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma
otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding
belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau
dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Penderita yang
mendapat anestesi atau atidak. Dapat terjadi laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh
karena rangsangan jalan nafas pada penderita stupor atau koma yang dangkal.
Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi
sebagai bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda
asing ke dalam paru
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT.
PROF.DR.DR.I.RIWANTO,SPBD.FKUI
Sebab Terjadinya obstruksi
1. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus percobaan
pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya
aritenoid, pita suara dll.
2. Benda Asing
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut,
yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan
dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda-
benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-
bijian dan tulang ikan tg tidak teratur bentuknya.
b.Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran nafas maka dibagi atas :
Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam bronkhus, karena
dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak dapat dikeluarkan,
karena tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut dilaring dan
menimbulkan gejala obstruksi laring
Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar
dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
Jackson
1. Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal ; KU masih baik
2. Gejala stadium I + retraksi epigastrium ; penderita mulai gelisah
3. Gejala stadium II+retraksi supra/infraklavikular; penderita sangat gelisah dan sianotik
4. Gejala umum stadium III+retraksi interkostal; penderita berusaha sekuat tenaga untuk
menghirup udara; lama-kelamaan terjadi paralisis pusat pernapasan, penderita menjadi
apatik dan ahirnya meninggal.
KEDARURATAN MEDIK. AGUS PURWADIANTO. EDISI REVISI TAHUN 2000
Klasifikasi
a. Sumbatan totaltidak dikoreksi dalam 5-10 menit dapat mengakibatkan asfiksi
(kombinasi hipoksemi dan hipokarbia), henti nafas dan henti jantung, tidak terdengar
suara nafas dan tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung dan mulut, retrak si pada
supraklavikula, sela iga jika masih dapat bernafas secara spontan dan dada tidak
mengembang saat inspirasi atau inflasi paru gagal walaupun cara sudah benar. Bisa terjadi
atelektasis
b. Parsialkerusakan otak, sembab otak, sembab paru, terdengar aliran udara berisik dan
kadang2 disertai retraksi, bunyi melengking (stridor)menandakan laringospasme, bunyi
kumur menandakan sumbatan benda asing
c. Obstruksi yang hanya mengganggu ventilasiwheezing tanpa gangguan parenkim paru
a. Eksogen : padat, cair & gas, seperti kacang, rambutan, jarum, dsb
Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otot-otot tambahan, dapat
pula terjadi sianosis
Benda Asing di Trakhea
Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat menimbulkan asfiksia. terdengar
stridor dan akhirnya trjdi sianosis yang disertai dgn edema
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
Pasien mengalami batuk yang hebat dan bersin-bersin selama beberapa menit. Batuk ini
diikuti wheezing (mengi) dan ila tidak terdapat riwayat asma, maka hal ini harus dicurigai
sbg benda asing, terutama bila wheezing (mengi) terdapat di unilateral.
Berdasarkan tingkat obstruksi yang trjdi pda saluran nafas dibagi mnjdi 3 bagian, yaitu :
a. Dimana obstruksi yang tjd dapat menganggu ventilasi, maka hanya ditemukan wheezing
tanpa ditemukan gangguan pada parenkim paru
b. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve phenomen atau empisema
paru
c. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB
Akibat
BAGIAN ATAS
Dasar lidah
Sering menyumbat jalan nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot lidah dan
leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings.
Hal ni sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jalan nafas bagian atas yang tidak dapat ditelan atau
dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Benda-benda
tersebut bisa tersangkut pada :
a. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot bantu
nafas, sianois
b. Saluran nafas
1. Trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan
akhirnya tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi larink
2. Bronkus Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini kemudian
dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
Edema jalan nafas : dapat disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat
instrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan terjadi
perlahan-lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila bilateral.
Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan
laringotrakeomalasia.
BUKU KEDARURATAN MEDIK, PEDOMAN PENATALAKSANAAN PRAKTIS
EDISI REVISI
BAGIAN BAWAH
Bronkospasne
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
DR. SOENARJO SP.AN,KIC., BUKU PENANGANAN PENDERITA GAWAT
DARURAT
2) BAGIAN BAWAH
Bronkospasne
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
Dr. Soenarjo Sp.An,KIC., Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat
PATOFISIOLOGI
Pathophysiology
Respiratory
CNS efferens Peripheral nerves muscles, chest wall Airways
Afferens Alveoli
integration in
CNS
Alveolar Minute
ventilation ventilation
Chemoreceptors PaO2, PaCO2
(VA) (VE)
Abnormalities in any of the effector components can result in respiratory failure. The central and
peripheral nervous systems, respiratory muscles and chest wall, and airways constitute the
respiratory pump.
Hypercapnia is the hallmark of respiratory pump failure, while hypoxemia constitutes the
primary disturbance in alveolar disorders producing respiratory failure.
Perlu 2 hal
a. Glukosa
Bisa dibuat sendiri dalam tubuh
b. Oksigen
Tidak bisa disimpan dan disintesis sendiri
Sumbatan nafas 02 tidak bisa masuk ke mitokondria metabolisme aerob terhambat
kerusakan organ
Tidak dapat 02 respirasi anaerob asidosis respiratorik kerusakan organ lain
Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik
cross finger
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Caranya : gunakan jari
tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada
pasien dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan
tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan
lidahpun terangkat ke depan.
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan
head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas
Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini adalah sekitar 1–6 liter/menit dengan
konsentrasi 24% - 44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke
dalam hidung sampai naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai
kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak atau pada pasien
yang bernafas melalui mulut.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi:
Diberikan pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka pendek dengan
konsentrasi rendah sampai sedang.
Kontraindikasi:
Fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1) Pengukuran panjangnya kateter yang akan dimasukkan harus tepat yaitu dalamnya kateter dari
hidung sampai faring diukur dengan cara jarak dari telinga ke hidung
2) Kateter harus diganti setiap 8 jam dengan bergantian lubang hidungnya untuk mencegah iritasi
dan infeksi
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
1) Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
2) Oksigen yang diberikan lebih stabil
3) Klien mudah bergerak, makan dan minum, berbicara dan membersihkan mulut
4) Teknik ini lebih murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap
Kerugian:
1) Teknik memasukan kateter nasal ini lebih sulit dari pada kanula nasal
2) Pasien merasakan nyeri saat kateter melewati nasofaring dan mukosa nasal sehingga bisa
mengalami trauma
3) Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%
4) Kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain
5) Dapat terjadi distensi lambung
6) Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring
7) Aliran > 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung
8) Kateter mudah tersumbat dan tertekuk
Sedangkan teknik oksigenasi dengan low flow high concentration ini memberikan oksigen
dengan konsentrasi yang tinggi tapi dengan aliran yang rendah. Adapun teknik yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Sungkup Muka (Masker) Sederhana/Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling serta konsentrasi
oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran oksigen yang diberikan sekitar
5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 40-60%. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang
dihasilkan masker sederhana:
• 5-6 Liter/menit : 40 %
• 6-7 Liter/ menit : 50 %
• 7-8 Liter/ menit : 60 %
Indikasi dan Kontraindikasi (Ni Luh Suciati, 2010)
Indikasi:
Pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau penyebab
lain) dan pasien dengan sakit kepala
Kontraindikasi :
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
Hal-hal yang harus diperhatikan (Ignatavicius, 2006 & Suzanne, 2008):
1) Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit karena untuk mendorong CO2 keluar dari
masker
2) Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan terlalu ketat pemasangan karena dapat
menyebabkan penekanan kulit yang bisa menimbulkan rasa phobia ruang tertutup
3) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit
Keuntungan dan Kerugian (Suparmi, 2008)
Keuntungan:
1) Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang berlubang besar
2) Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal ataupun kateter nasal
3) Dapat diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol
Kerugian :
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%
2) Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah
3) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
4) Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
5) Umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
6) Menimbulkan rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut dan pipi
Gambar :
Sungkup Muka (Masker) dengan kantong rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12
liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat inspirasi maupun ekspirasi.
Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung
reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask (Ni Luh Suciati, 2010)
Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010 )
Indikasi:
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah
Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
Hal-hal yang harus diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
2) Memasang kapas kering di daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit
3) Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena apabila ini terjadi, aliran yang
rendah dapat menyebabkan pasien menghirup sejumlah besar karbondioksida.
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka sederhana
2) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian:
1) Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3) Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
4) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
5) Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
Gambar :
Indikasi Intubasi
Intubasi Orotrakeal
Intubasi orotrakeal dilakukan pada pasien-pasien:
1. Ancaman atau risiko terjadinya aspirasi yang lebih besar
2. Pemberian bantuan napas dengan menggunakan sungkup sulit dilakukan
3. Ventilasi direncanakan dalam waktu yang lama
4. Intubasi orotrakeal juga dilakukan sebagai prosedur tindakan bedah, seperti bedah kepala-
leher, intratorak, dan lainnya.
Intubasi Nasotrakeal
Intubasi nasotrakeal dapat dilakukan pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi maupun
tindakan intraoral. Dibandingkan dengan pipa orotrakeal, diameter maksimal dari pipa yang
digunakan pada intubasi nasotrakeal biasanya lebih kecil oleh karenanya tahanan jalan napas
menjadi cenderung meningkat. Intubasi nasotrakeal pada saat ini sudah jarang dilakukan untuk
intubasi jangka panjang karena peningkatan tahanan jalan napas serta risiko terjadinya sinusitis.
Kontraindikasi dari pemasangan pipa nasotrakeal antara lain fraktur basis cranii, khususnya pada
tulang ethmoid, epistaksis, polip nasal, koagulopati, dan trombolisis.
Indikasi
a.Ada obstruksi jalan napas bagian atas
b.Pasien memerlukan bantuan napas dengan respirator.
c.Menjaga jalan napas tetap bebas
d.Pemberian anestesi seperti pada operasi kepala, leher, mulut, hidung, tenggorokan, operasi
abdominal dengan relaksasi penuh dan operasi thoracotomy
e.Terdapat banyak sputum (pasien tidak mengeluarkan sendiri)
1. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus percobaan
pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya
aritenoid, pita suara dll.
2. Benda Asing
Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut,
yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis,
pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis.
Gangguan oleh benda-benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yg disebabkan
oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tdk teratur bentuknya.
Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam saluran nafas maka dibagi atas :
1. Pada Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam bronkhus,
karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak dapat
dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya
tersangkut dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring
2. Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih
besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
1. Macam
a. Sumbatan Jalan Nafas Total
Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 – 10 menit dapat mengakibatkan asfiksi (
kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas dan henti jantung.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK
UNDIP)
a. Obstruksi total
Terjadi perubahan yg akut berupa hipoksemia yg menyebabkan terjadinya kegagalan
pernafasan secara cepat. Sementara kegagalan pernafasan sendiri menyebabkan
terjadinya kegagalan fungsi kardiovaskuler dan menyebabkan pula terjadinya
kegagalan SSP dimana penderita kehilangan kesadaran secara cepat diikuti dengan
kelemahan motorik bahkan mungkin pula terdapat renjatan (seizure0. Kegagalan
fungsi ginjal mengikuti kegagalan fungsi darah dimana terdapat hipoksemia, hiperkapnia,
dan lambat laun terjadi asidosis respiratorik dan metabolik
Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan saluran nafas dari 3 bentuk keadaan ini,
Obstruksi total adalah keadaan yg terberat dan memerlukan tindakan yg cepat. dalam keadaan
PCO2 tinggi dgn kecepatan pernafasan 30/menit dlm usaha kompensasi maksimal. Di atas
keadaan ini, pasien tidak dapat mentoleransi. Bila terjadi hipoksemia, menandakan fase
permulaan terjadinya kegagalan pernafasan.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan kriteria Jackson.
Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa
sianosis.
Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi supra
dan infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai gelisah.
Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai retraksi interkostal,
epigastrium, dan sianosis lebih jelas.
Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai wajah yang tampak tegang, dan
terkadang gagal napas.
Stridor, dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dengan otot-otot tambahan, dapat
pula terjadi sianosis
Lebih berbahaya daripada didalam bronkhus karena dapat menimbulkan asfiksia. terdengar
stridor dan akhirnya trjdi sianosis yg disertai dgn edema
Benda Asing di Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya lebih besar dan
formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
Pasien mengalami batuk yg hebat dan bersin-bersin selama beberapa menit. Batuk ini diikuti
wheezing (mengi) dan ila tdk terdapat riwayat asma, maka hal ini harus dicurigai sbg benda
asing, terutama bila wheezing (mengi) terdapat di unilateral.
Berdasarkan tingkat obstruksi yg trjdi pda saluran nafas dibagi mnjdi 3 bagian, yaitu :
d. Dimana obstruksi yg tjd dpt menganggu ventilasi, maka hanya ditemukan wheezing tanpa
ditemukan gangguan pada parenkim paru
e. Bila terjadi obstruksi parsial, maka dapat terjadi check valve phenomen atau empisema
paru
f. Bila terjadi obstuksi total, maka akan terjadi atelektasis
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
3. PP
a. Radiologi
Berdasarkan pemeriksaan ini bayangan radiologi yg trjdi dpt disebabkan oleh :
Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yg trjdi adalah
disebabkan oleh benda asing itu sendiri
Bila bayangan yg terjadi disebabkan oleh karena komplikasi, misalnya atelektasis
dan empisema maka akan tergantung kepada tipe obstruksi yg terjadi.
b. Pemeriksaan faal paru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru, dan ini bergantung
kepada lokasi obstruksi yg terjadi. Bila obstrkusi terjadi didaerah laringotrakheal, maka
akan terjadi penggunaan dari kecepatan aliran ( flow rate). Bila obstruksi terjadi di
suprasternal notch, sedangkan bila trjdi dibawah suprasternal notch, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran ekspresi. berapa jauh obstruksi terjadi, ditentukan pula
oleh hasil penilaian FEVt. Makin distal obstruksi, makin besar pula pengaruh nilai FEVt.
Sedangkan FEV1 akan lebih kecil pengaruhnya pada obstruksi yg bersifat proksimal.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H. Tabrani Rab)
4. Penatalaksanaan
Bila dicurigai ada benda asing dijalan nafas atas, mulut harus dibuka dgn paksa dan
mengeluarkan benda asing tersebut.
Jari telunjuk penolong dimasukkan kedalam sudut mulut penderita dan tekankan jari
tersebut pada gigi geligi atasnya. Kemudian tekanlah gigi geligi bawah dengan ibu jari yg
menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa membuka.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK
UNDIP)
SHOCK
Adalah sindroma akibat menurunnya perfusi jaringan yang diikuti dengan hipoksia,
selular dan berbagai disfungsi dari organ vital.
Syok adalah suatu keadaan/ sindroma gangguan perfusi ke jaringan yang menyeluruh
sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
Macam2 syok :
1. syok hipovolemik
disebabkan karena berkurangnya cairan intra vascular, baik karena perdarahan (syok
hemorragik) ataupu bukan (non hemorragik)
2. syok kardiogenik
disebabkan karena adanya ganguan pada jantung shg fxnya untuk memompa cairan
didalam pembuluh darah tidak berjalan baik. Akibatnya jaringan organ akan
kekurangan oksigen.
3. syok distributive
syok akibat gangguan penyebaran cairan intravaskuler.
4. syok ostruktive
syok akibat terganggunya aliran darah yang balik atau kembali ke jantung akibat
obstruksi.
cardiac output
Hipovolemik ↓ ↑
Kardiogenik ↓ ↑
Distributive ↑ atau normal atau ↓ ↓
Obstructive
tamponade ↓ ↑
emboli paru
↓ ↑
14. Apa saja tanda-tanda yang harus diidentifikasi apabila mengarah pada obstruksi
pernafasan akut?
Pertolongan Pertama Gawat Darurat
Oleh Ika Setyo Rini, Tony Suharsono, Ikhda Ulya, Suryanto, Dewi Kartikawati N., Mukhamad
Fathoni
16. Apa saja komplikasi organ vital akibat sumbatan jalan nafas?
Pertolongan Pertama Gawat Darurat
Oleh Ika Setyo Rini, Tony Suharsono, Ikhda Ulya, Suryanto, Dewi Kartikawati N., Mukhamad
Fathoni