Psikoneuroimunologi merupakan ilmu yang menjelaskan kaitan, interaksi, integrasi antara
perilaku, sistem syaraf, fungsi endokrin dan sistem/fungsi imun. Telah dibuktikan bahwa perilaku mampu mempengaruhi reaksi kekebalan dan sebaliknya status kekebalan suatu organisme mempunyai konsekuensi perilaku. (Prawitasari 1997) HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem imun sehingga terjadi penurunan kekebalan tubuh yang apa bila menyebabkan gangguan pada hampir semua sistem tubuh dengan kumpulan sekumpulan gejala penyakit yang disebut AIDS (Acquired ImunoDeficiency Syndrome). (InfoDatin HIV 2020) Masalah psikologis pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat terjadi sejak terdiagnosis HIV. Pada tahap awal, ODHA akan dihinggapi perasaan bersalah akan perilaku yang membuatnya terinfeksi dan menghadapi penyakit yang belum ada obatnya. Pada tahap lanjut, gangguan psikologis pada ODHA terjadi karena menghadapi diskriminasi dari lingkungan sekitar, kehilangan pendapatan sehingga mengakibatkan stress, kecemasan hingga depresi. (kebijakanaidsindonesia 2014) Masalah psikologi yang dialami oleh ODHA dapat semakin menurunkan system imun yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan fisik yang lebih luas. Modulasi respon imun akan menurun secara signifikan. Stress psikis berdampak terhadap peningkatan system endokrin yaitu akitivitas hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) melalui corticotropin releasing factor (CRF). CRF menginstruksikan saluran-saluran pituitary pada otak untuk mengeluarkan ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) yang mengaktifkan korteks adrenal untuk mengeluarkan hormone corticoid. Corticoid berupa glucocorticoid mengeluarkan kortisol dan mineralocorticoid yang mengeluarkan aldosterone. Aldosterone dapat meningkatkan system homeostatis sedangkan kortisol menurunkan pelepasan limphosit dari saluran timus dan lymphonodes. Sehingga berdampak pada penurunan efektifitas respon system imun. Pada system saraf otonom, stress psikis memberikan respon yaitu terjadi pengeluaran epinephrine dan norepinephrine dan mempengaruhi ekspresi sel T helper, Th1 dan Th2 yang akan menghambat imunitas seluer dan humoral. (Nurdin 2010) Aplikasi Medis Psikoneuroimunolgi yang menjadi dasar Model PAKAR (Pendekatan Asuhan Keperawatan) dibuktikan oleh Nursalam 2011 mempunyai efek terhadap perbaikan mekanisme koping pada pasien HIV yaitu meningkatkan motivasi pasien untuk tetap hidup sehingga memperbaiki respons biologis (imunitas) yang dicerminkan oleh kadar CD4 yang mencegah progresivitas HIV ke AIDS. Tetapi tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperjelas peran PAKAR sebagai model terapi kognisi. Referensi: 1. Kebijakanaidsindonesia.net, “Kebutuhan Layanan Psikologis dan Kesehatan Jiwa dalam Penanggulangan HIV dan AIDS”, 2014 2. Kementrian Kesehatan RI, “InfoDatin HIV”, 2020 3. Nurdin, Adnil Edwin, “Pendekatan Psikoneuroimunologi”, Majalah Kedokteran Andalas, Vol. 34, No. 2, Juli-Desember 2010 4. Nursalam, “Model Asuhan Keperawatan Terhadap Peningkatan Adaptasi Kognisi dan Biologis Pada Pasien Terinfeksi HIV”, Jurnal Ners, Vol. 6, No. 2, Oktober 2011 5. Prawitasari, Johana E., “Psikoneuroimunologi: Penelitian Antar Disiplin Psikologi, Neurologi dan Imunologi”, Buletin Psikologi, Tahun V, No. 2 Desember 1997