KONSEP KEPERAWATAN
TAHAP KELUARGA SEJAHTERA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Ns. Dhia Diana Fitriani, M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 4
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
TAHUN AJARAN 2022/2023
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
Gangguan Orientasi Realitas: Harga Diri Rendah dan Defisit Perawatan Diri.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
yang diampu oleh Ns. Dhia Diana Fitriani, M.Kep . Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini selesai sesuai dengan waktunya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa sangat
penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang ingin
menambah wawasan ilmu pengetahuan. Penyusun juga mengharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi individu baik yang
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial.
Individu yang sehat jiwa ini meliputi menyadari kemampuan dirinya secara penuh.
Mampu menghadapi problem maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan
orang lain (Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa sekitar
450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga
diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh peneliti di Harvard
University dan University College London,mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun
2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan diseluruh dunia. Angka tersebut
meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa
berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia
15-24 tahun mengalami gangguan jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia padaurutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan
gangguan jiwa yang terjadi saat iniakan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri
menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal
hygienenya sendiri. Cara perawatan dirimenjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien. Selainitu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan
kontak yang dekatdengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi
untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosionalklien.
Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit
perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan jiwa pada klien Harga Diri
Rendah dan Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa mampu :
a. Mampu menjelaskan pengertian dan penyebab dari Gangguan orientasi realitas:
HDR dan DPD
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan orientasi realitas:
HDR dan DPD
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan
orientasi realitas: HDR dan DPD
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan Gangguan orientasi
realitas: HDR dan DPD
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan orientasi
realitas: HDR dan DPD
f. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Gangguan orientasi realitas: HDR
dan DPD
g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus
BAB II
PEMBAHASAN
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, kehilangan orang yang di cintai perubahan penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan atau produktivitas yang menurun (Yosep, 2011).
Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi pada
situsional atau kronik, secara situsional atau kronik, secara situsional misalkan trauma
muncul secara tiba tiba misalkan kecelakaan, dioperasi, pemerkosaan, atau di penjara
termasuk dirawat dirumah sakit, biasa menyebabkan harga diri rendah karena
penyakit fisik ataupun pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lain adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga (Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
Secara kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negative, kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini dapat
menyebabkan respon yang maladaptif, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik kronis (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
e. Rentang Respon
Prabowo, (2014 hal 104) menjelaskan rentang respon adaptif dan maladaptif klien
dengan harga diri rendah adalah :
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihdapainya.
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
posistif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negative dari dirinya.
2) Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1. Harga diri adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya negative
dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
2. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.
3. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian secara
intim.
Respon adaptif Respon maladaptive
f. Mekanisme Koping
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping jangka pendek
dan jangka Panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil
yang telah diharapkan individu, maka individu dapat mengembangkan mekanis
koping jangka Panjang (Direja, 2011). Mekanisme tersebut mencakup sebagai berikut
:
1. Jangka Pendek
a. Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton tv secara terus menerus.
b. Aktivitas yang memberikan penggantian indesitas bersifat sementara,
misalnya ikut kelompok social, agama, dan politik.
c. Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya
perlombaan.
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi identias yang disukai
dari orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan atau potensi
diri sendiri.
b. Identitas negative : asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-nilai dan
harapan masyarakat.
g. Tanda dan Gejala
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai
C. Pohon Masalah
Effect Isolasi sosial
Gambar Pohon masalah Harga Diri Rendah menurut Ade Herman 2011.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan mekanisme koping
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
F. Penatalaksanaan
Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat di berikan pada penderita Harga Diri
Rendah yaitu :
1. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi dengan orang lain.
Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien menarik diri, klien dapat
membentuk kebiasaan yang buruk lagi.
2. Therapy aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilkukan paa klien harga diri rendah.
Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan menggunakan stimulasi atau diskusi
untuk mengetahui pengalaman atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk
membentuk kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Gangguan Konsep TUM : Klien mampu TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
Diri : Harga Diri meningkatkan harga dirinya dan Klien:
Rendah mempunyai sistem pendukung SP 1
yang dapat membentu a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
mengekspresikan perasaan dan dimiliki pasien.
pikirannya secara optimal. b. Bantu klien menilai kemampuan klien yang masih
TUK : dapat digunakan.
a. Klien dapat membina c. Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih
hubungan saling percaya. sesuai kemampuan klien.
b. Klien dapat d. Latih klien sesuai kemampuan yang dipilih
mengidentifikasi aspek e. Berikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan
positif dan kemampuan klien
yang dimiliki. f. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
c. Klien dapat menilai harian
kemampuan yang dimiliki SP 2
untuk dilaksanakan.
d. Klien dapat merencanakan a. Evaluasi kegiatan harian klien
kegiatan sesuai dengan b. Latih kemampuan kedua
kemampuan yang dimiliki. c. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
e. Klien dapat melakukan harian
kegiatan sesuai rencana Keluarga
yang dibuat. SP 1
f. Klien dapat memanfaatkan a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
sistem pendukung yang merawat klien
ada. b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah yang dialami klien dan proses terjadinya
c. Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah
SP 2
a. Latih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah
b. Latih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada klien harga diri rendah
SP 3
a. Bantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat (discharge planning).
b. Jelaskan follow up klien setelah pulang.
H. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan standar dari standard asuhan yang
berhubungan dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan oleh perawat,
dimana implementasi dilakukan kepada pasien, keluarga dan kominitas berdasarkan
rencana keperawatan yang dibuat (Damaiyanti, 2012).
I. Evaluasi
Merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai perkembangan klien dalam
mencapai hasil yang di harapkan, asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang
melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan
terhadap data baru, berbagai diagnosa keperawatan dan modivikasi rencana keperawatan
asuhan sesuai kondisi klien (Damaiyanti, 2012).
A. Masalah Utama
1) Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri (Depkes,
2000).
Menurut Dermawan & Rusdi (2013) Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi, berhias, makan,
toileting. Deficit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Deficit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negative dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyrakat (Yusuf, Rizky & Hanik,
2015).
B. Proses terjadinya DPD
a. Faktor Predisposisi
a) Biologis , dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik
dan mental yang disebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri dan
dikarenakan adanya faktor herediter dimana terdapat anggota keluarga yang
mengallami gangguan jiwa.
b) Psikologis, adanya faktor perkembangan yang memegang peranan yang tidak
kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi terganggu. Klien
yang mengalami deficit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang yang menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya
termasuk perawatan diri.
c) Sosial, kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan
motivasi, kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan
individu kurang mampu melalukan perawatan diri.
Menurut Rochmawati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Ersonal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien penderita DM, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, shampoo, dan lain-lain.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
a) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b) Dampak Psikolososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri
dan gangguan interaksi sosial.
c. Rentang Respon
Menurut Keliat (2014), rentang respon perawatan diri pada klien adalah sebagai
berikut :
Adaptif Maladaptif
d. Mekanisme Koping
Menurut (sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integritas pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghabat fungsi integritas, memecahkan
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak ingin merawat diri.
2. Pengkajian
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014) pengkajian Defisit
Perawatan Diri yaitu:
1) Komponen yang harus di perhatikan oleh seorang perawat dalam mengkaji Defisit
Perawatan Diri:
a. Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari
b. Kaji kondisi kulit saat mandi
c. Bantu perawatan diri: mandi/hygiene (Nic): pantau kebersihan kuku sesuai
kemampuan perawatan diri pasien
d. Kaji tingkat energi dan toleransi terhadap aktivitas
e. Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
f. Kaji asupan terhadap keadekuatan asupan nutrisi
2) Data yang bisa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri:
a. Data Primer (Subjektif) :
a) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS
tidak tersedia alat mandi
b) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
c) Klien mengatakan ingin disuapin makan
d) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB
b. Data Sekunder (Objektif):
a) Ketidak mampuan mandi / membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
b) Ketidak mampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur
(laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan).
c) Ketidak mampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya
d) Ketidak mampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Heather (2015)
1) Defisit perawatan diri: mandi.
2) Defisit perawatan diri: berpakaian.
3) Defisit perawatan diri: makan.
4) Defisit perawatan diri: eliminasi.
Klien Keluarga
SP1P SP1K
1 Menjelaskan pentingnya kebersihan 1 Mendiskusikan masalah yang
diri. dirasakan keluarga dalam merawat
2 Menjelaskan cara menjaga kebersihan klien.
diri. 2 Menjelaskan pengertian, tanda dan
3 Membantu klien mempraktikkan cara gejala defisit perawatan diri, dan jenis
menjaga kebersihan diri. deficit perawatan diri yang dialami
4 Menganjurkan klien memasukkan klien beserta proses terjadinya.
dalam jadwal kegiatan harian. 3 Menjelaskan cara-cara merawat klien
deficit perawatan diri.
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1 Melatih keluarga mempraktikkan cara
klien. merawat klien dengan defisit
2 Menjelaskan cara makan yang baik. perawatan diri.
3 Membantu klien mempraktikkan cara 2 Melatih keluarga mempraktikkan cara
makan yang baik. merawat langsung kepada klien deficit
4 Menganjurkan klien memasukkan perawatan diri.
dalam jadwal kegiatan harian.
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1 Membantu keluarga membuat jadwal
klien. aktivitas di rumah termasuk minum
2 Menjelaskan cara eliminasi yang baik. obat (discharge planning).
3 Membantu klien mempraktikkan cara 2 Menjelaskan follow up pasien setelah
eliminasi yang baik. pulang.
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan klien.
SP4P
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2 Menjelaskan cara berdandan.
3 Membantu klien mempraktikkan cara
berdandan.
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan harga diri rendah diambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka
disfungsional adalah merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan
respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui prosess modifikasi konsep
diri berdasarkan persepsi kehilangan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien dapat
lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi
isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk
membina saling percaya sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatkan
dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.Identifikasi diri mengenai
penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian pemberian
pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri
membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.
B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan
oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien.
Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk
mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :Buku
Kedokteran EGC.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.