Anda di halaman 1dari 6

Manasemalo's Blog

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

manasemalo

5 tahun yang lalu

Iklan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI INDONESIA

Tenaga perawat mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari
mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik.

Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka
sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang
lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Kecenderungan dan Isu dalam Bidang Sistem Informasi Manajemen Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen pengumpulan data yang
satu sama lain berkaitan dalam mengolah data kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan yang akurat, cepat dan bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem informasi
merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan
proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem informasi mempunyai komponen-komponen yaitu
proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier dan rekanan
(Eko, 2001).

Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study Group (1982) di USA menghasilkan
konsep Sistem Informasi Keperawatan : “ Suatu sistem komputer yang digunakan untuk membantu
dalam administrasi pelayanan keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan
penelitian keperawatan”. Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan
komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang mampu menunjang
aktivitas/fungsi perawat.

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari
segi efisien dan produktivitas. Beberapa keuntungan menggunakan sistem informasi manajemen
keperawatan adalah meningkatkan kualitas dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan
produktifitas kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam mengakses
informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki waktu lebih banyak untuk melayani
pasien, menurunkan Hospital Cost, menurunkan Lost of data and information, mencegah Redundancy
(Kerangkapan Informasi).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil
kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support system dan Executive information system (Eko,
2001). Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur, BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan
budget keperawatan . Data yang akurat pada keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim
kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam
pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada umumnya.

Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di Indonesia adalah :

Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu sistem teknologi
informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan
hanya menggunakan cara manual tulisan tangan selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan
semakin mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM keperawatan bisa
diaplikaskan.
Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih dengan memanfaatkan sistem
teknologi informatika, sehingga perawat di luar negeri mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas
tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.

Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen keperawatan dalam


melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif dan
efisien.

Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien dengan menggunakan SIM.

Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat lebih banyak sehingga tujuan
asuhan keperawatan lebih cepat tercapai

Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan kesetaraan antara profesi perawat
dengan medis akan lebih baik.

Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.

Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai tahun 2001 telah mengembangkan suatu
sistem asuhan keperawatan yang berbasis dengan komputer. Sampai saat ini sistem ini baru digunakan
untuk proses akademik pembelajaran komputer keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan masih dalam tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan (Haryati,
2001). Diharapkan sistem informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa datang dapat mempercepat
perkembangan sistem informasi yang dapat diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan keperawatan
yang lain.

Sedangkan isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :

Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki program SIM keperawatan

Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indoneisa berdampak terhadap semakin tingginya beban
kerja perawat. Sehingga perawat berharap pihak manajemen RS segera mengaplikasikan program SIM
keperawatan.

Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang berkembang adalah Sistem Informasi Rumah
Sakit yang baru berupa billing system.

Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan pendokumentasian keperawatan secara manual .

Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru beberapa rumah sakit saja yang
sudah menerapkan dan itu pun masih terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit
Charitas Palembang. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai mengembangkan sistem
pendokumentasian keperawatan berupa SIM keperawatan. Sistem pendokumentasian keperawatan yang
terkomputerisasi sudah mulai diimplementasikan sejak tahun 2004. Sistem Informasi Manajemen
keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana keperawatan. Di RS Charitas Palembang, sistem
dokumentasi keperawatan terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Di RSUD Banyumas
sistem pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem NIC-NOC. Di RSUD Cengkareng Jakarta
baru sebatas pelaksanaan Clinical pathway.

Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM keperawatan belum menjadi suatu prioritas
utama untuk diaplikasikan karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup besar,
masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak apabila program ini diberlakukan terhadap
kualitas pelayanan keperawatan dan rumah sakit secara umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan
perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir
tentang kemampuan SDM keperawatan dalam pemanfaatan tekonolgi ini.

Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang
berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.

Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
dalam Pelaksanaan SIM Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pelaksanan SIM di
Indonesia masih banyak mengalami kendala. Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM
keperawatan di Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah
sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung
pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk membeli
produk tersebut.

Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah
sakit dalam memilih SIM yang tepat. Selain itu faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun
1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-
undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan
kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung
karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-
orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.

Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia.

1. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem
praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus
memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali keputusan tentang
pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai
dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang
mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.

2. Sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem
komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap
sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat SIM
menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.

3. Sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi manajemen
keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar, tidak
setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan
gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup.

4. Kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan


tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan
program tersebut.

Alternatif Pemecahan Masalah dalam Penerapan SIM Keperawatan di Indonesia

Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM keperawatan di Indonesia
diantaranya;
Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen rumah sakit dengan tim keperawatan
tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk
pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi
perawat tentang pelaksanaan SIM keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai.

Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan keperawatan.

Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memiliki pemahaman yang tepat tentang
teknologi informasi dalam keperawatan.

Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan

Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
aplikasi SIM di Indonesia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa terhadap perkembangan Sistem Informasi Manajemen keperawatan di


Indonesia, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:

Perkembangan SIM keperawatan di Indonesia masih sangat minim dan tampaknya belum menjadi suatu
kebutuhan dan prioritas utama bagi pihak manajemen rumah sakit.

Beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia adalah pengambil
kebijakan bukan dari profesi keperawatan, SDM keperawatan yang belum siap dengan sistem
komputerisasi, Sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya kemudahan dalam mengakses informasi
tentang SIM keperawatan.

Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan SIM keperawatan di Indonesia
diantaranya adalah; peningkatan alokasi dana, peningkatan kualitas SDM keperawatan, pengadaan
fasilitas teknologi informasi yang lebih memadai dan terintegrasinya program SIM keperawatan dalam
kurikulum pendidikan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai