Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH:

NAMA: SISCA NINSY PATTY

NPM: 12114201190246

KELAS: F/KEPERAWATAN

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan jiwa 1. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Model Konseptua Keperawatan
bagi pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Pak Fandro Tasijawa, selaku dosen


Keperawatan Jiwa I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

Latar belakang……………………………………………………………………

Tujuan………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

Model konseptual keperawatan Betty Neuman……………………………………

Model konseptual keperawatan Madeleine Leininger…………………………….

Model konseptual keperawatan Roy……………………………………………..

Model konseptual keperawatan Watson……………………………………………...

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..

Kesimpulan………………………………………………………………….

Saran………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum teori dan konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam pelayanan keperawatan, teori-teori yang
digunakan dalam praktik keperawatan berasal dari konseptual model keperawatan.
Teori atau konsep sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena.
Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam.
Teori keperawatan merupakan salah satu komponen dari hirarki struktur
pengembangan pengetahuan keperawatan yang meliputi paradigma, filsafat, model
konseptual, teori keperawatan dan indikator empiris. Tingkat-tingkat konseptual
pengembangan pengetahuan dalam keperawatan saling bergantung, masing-masing
tingkat perkembangan dipengaruhi oleh pekerjaan di tingkat lainnya (Fawcett, 1993).
Secara umum, teori keperawatan menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang
menarik untuk keperawatan secara sistematis dalam rangka memberikan pemahaman
untuk digunakan dalam keperawatan praktik dan penelitian. Teori kurang abstrak
dibanding model konseptual atau sistem, meskipun mereka berbeda dalam lingkup
dan tingkat abstraksi (Alligood, 2010).Teori ilmu keperawatan sangat penting untuk
merawat seseorang, oleh karena itu para ahli teori menyediakan suatu peranan
penting bagi perawat.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan
harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami
konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktik
keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan
yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan
yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual
keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan
berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan
riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktik keperawatan.
Sangat penting bagi para tenaga kesehatan untuk memahami sejarah teori
keperawatan, banyak dari teori ini dilatih atau dipraktikkan sekarang ini, kadang-
kadang seseorang tidak mengetahui bahwa mereka menggunakan teori dalam praktik.

B. Tujuan

 tujuan umum

1. untuk menerapkan model konseptual keperawatan dalam berbagai situasi

 tujuan khusus

1. Untuk mengetahui model konseptual keperawatan Betty Neuman

2. Untuk mengetahui model konseptual keperawatan Leininger

3. Untuk mengetahui model konseptual keperawatan Roy

4. Untuk mengetahui model keperawatan Wadson


1. Model Konseptual Keperawatan Betty Neuman

Neuman mengajarkan dan mempraktekkan model yang kemudian dibuat


dalam bentuk buku yang berjudul Consultation and Community Organization in
Community Mental Health Nursing. (Neuman, Deloughery & Gebbie, 1971).
Neuman menjabarkan modelnya secara komprehensif (menyeluruh) dan dinamis.
Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap individu,
kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan ketegangan-
ketegangan lingkungan. Pada prinsipnya, model tersebut memfokuskan pada reaksi
klien terhadap ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung rekonstitusi
(mengembalikan keadaan jasmani) dan adaptasi. Model Yang sesuai adalah model
yang berlaku untuk semua profesi yang ada hubungannya dengan perawatan
kesehatan. Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas
kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah
pasien'. Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific
Western University. Ta KKhun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini
salah satu dari Grand Valley State University, Allendale, Michigan.Model sistem
Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap manusia sebagai
makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi aspek (variabel)
fisiologis, psikologis sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan
dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal
maupun eksternal.Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi
terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus
input, proses output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis.
Dengan Menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi
individu,kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat
diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan.Tujuan dari model ini adalah untuk
mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan
terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien akan selalu berupaya untuk
memperoleh,meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan antara berbagai
faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya.
Neuman Menyebutkan gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki
dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual
melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi.
Evaluasi terbaru dari modelnya adalah komponen yang perlu untuk
lebihdikembangkan adalah variabel spiritual dan lingkungan yang
diciptakan,selanjutnya adalah pandangan Neuman tentang konsep kesehatan dan
hubungan antara klien dan lingkungan merupakan dua area yang perlu diidentifikasi
dan diklasifikasi untuk perkembangan selanjutnya. Fawcett menyarankan bahwa
klarifikasi dari konsep kesehatan melalui identifikasi sehat dan sakit sebagai batas
akhir dari satu rangkaian daripada melihatnya sebagai sesuatu yang terpisah. Ia juga
menambahkan bahwa interaksi antara klien dan lingkungan dipandang sebagai suatu
keseimbangan yang dinamis, tetap dan homeostasis sebagai bentuk logik yang tidak
tepat.

2. Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan


Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan Model konsep
yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep Health Care System
yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan
kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara
fleksibel atau normal maupun resistant dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan fleksibel,
yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis
pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status
nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resisten yang meliputi
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat,
transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada.
Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas
klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Sehingga Betty Neuman
menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan
(interdependensi). Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki
dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu
kesatuan dari variabel yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan
sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbanganyang dinamis dari menghindari
stressor. Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses
adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan
menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stress. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat meliputi
berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang
potensial dan aktual yang terjadi akibat stressor tertentu seperti mengidentifikasi
adanya stressor, mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung
koping pada pasien secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada
penguatan pertahan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana
pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, menurut Neuman Meliputi berbagai
tindakan perawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta
reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor dan pencegahan tersier untuk
memberikan penguatan pertahan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan
dan pemeliharaan kesehatan untuk membantu dalam mencegah terjadinya masalah
yang sama dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahan
terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu penyakit. Neuman
meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari
keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan
mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat Mengkaji mengatur dan
mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang
mempengaruhi respon klien terhadap stresor. Betty neuman (1972) mendefinisikan
manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem
terbuka. Bagi Neuman,manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks
yang dinamis darifisiologi, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi
sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi
dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stressor.
Lingkungan Internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (interpersonal)
yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh
yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembentukan lingkungan yang
aman,yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang disadari maupun yang tidak
disadari. Setiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stressor yang
dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stressor intrapersonal, interpersonal,
dan ekspersonal. Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik,
sistem terbuka (meliputi fungsi, input dan output, feedback, negentropy, negentropy
dan stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien
(meliputi lima variabel klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan
normal, garis pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan
intervensi dan rekonstruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebut
adalah: Pendekatan Holistik klien sebagai suatu sistem dapat didefinisikan sebagai
orang, keluarga,kelompok, masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai
sesuatu yang utuh bagian dari interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan
semua variabel yang secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Sistem Terbuka Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi
dan energi dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress
adalah komponen dasar pada suatu sistem terbuka.
Fungsi atau Proses Klien sebagai sistem bertukar energi, informasi, berbagai
hal dengan lingkungannya dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk
bergerak ke arah stabilitas yang utuh. Input dan Output Klien sebagai suatu sistem,
input dan output adalah zat-zat, energy, informasi yang saling bertukar antara klien
dan lingkungan.
Feedback: Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan
sebagai feedback untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan untuk
merubah, meningkatkan, atau menstabilkan system.

 Negentropy
suatu proses pemanfaatan energi konservasi yang membantu kemajuan system
kearah stabilitas atau baik.
 Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan sistem
kearah sakit atau kemungkinan kematian.
 Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan
stressor untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
 Environment :
Kekuatan internal atau eksternal di sekitarnya dan mempengaruhi klien setiap
saat sebagai bagian dari lingkungan
 Created Environment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikan
system secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah
menyediakan suatu arena aman untuk system fungsi klien. Dan untuk
membatasi klien dari stressor.
 Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual)klien dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai
system.
 Basic Clien Structure :
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran
terpusat. Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasar
atau sumber energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar
yang umum untuk seluruh anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan
atau genetik.
 Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut garis
pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klien
mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon
sistem imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun
sistem kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah
pertahanan stressor ditentukan oleh interrelationship kelima variabel sistem
klien.
 Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model di luar lingkaran padat. Hal itu
menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipelihara
dari waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji
penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system
dan perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap
perkembangan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan
keadaan sehat, pengecilan, suatu penyusutan keadaan kesehatan.
 Garis Pertahanan Fleksibel :
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal
ini dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal
ini dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor dari
pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang direpresentasikan
sebagai garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi,
psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi
tingkat kemampuan individu untuk menggunakan pertahanan garis fleksibel
untuk melawan kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur.
Neumann Menggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas, hal ini akan
memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang singkat terhadap
invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit
pertahanan.

 Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien
berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem
terpenuhi.

 Sakit (Illness) :
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaan
tidak seimbang dan penurunan energi.

 Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem yang stabil.

Stressor dapat berupa:


1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon
kondisional seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, seperti
harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluar individu, seperti keadaan
finansial.

 Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien untuk
menyesuaikan terhadap stressor.
 Pencegahan sebagai intervensi :
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien
menahan,mencapai, atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat
terjadi sebelum dan sesudah garis perlindungan dan perlawanan yang
dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada
kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil
antisipasi. Neuman Mengidentifikasi tiga level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai
atau diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui.
Neuman menyatakan sebagai berikut : Pelaku atau pengintervensi akan
berusaha untuk mengurangi kemungkinan pertemuan individu dengan
stressor, atau dengan kata lain usaha untuk memperkuat seseorang bertemu
dengan stressor, atau menguatkan garis pertahanan fleksibel untuk
menurunkan kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment
awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal dan
eksternal digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal
resistensi, mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian ke arah
kestabilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan
resistensi terhadap stressor untuk membantu mencegah terjadinya kembali
reaksi atau regresi. Proses ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke
pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya suatu stressor yang
telah diketahui akan membahayakan klien.

 Rekonstitusi :
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini
menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya
lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya untuk melawan stressor.
Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal, dan
lingkungan yang berhubungan dengan variabel sistem klien (fisiologi,
psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).

3. Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut Teori


Betty Neuman

1. Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman menyatakan
konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu, keluarga,kelompok,
komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien adalah gabungan
hubungan yang dinamik antara faktor fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan
atau pergerakan konstan yang hidup sebagai sistem terbuka dalam hubungan
timbal balik dengan lingkungan.
2. Kesehatan Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera.
Dia Memandang kesehatan sebagai kondisi yang terus menerus dari sehat
menuju sakit yang secara alamiah dinamis dan secara konstan seseorang
berubah untuk mencapai kondisi sehat yang optimal atau stabil yang
diindikasikan seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat
merupakan akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam
kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang diberikan
pada waktu itu.
3. Keperawatan Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah
memperhatikan semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan bahwa
keperawatan adalah profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel
yang mempengaruhi respon individu terhadap stress. Persepsi perawat
mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan sehingga Neuman
menyatakan bahwa persepsi antara pemberi pelayanan dan pasien harus dikaji.
Dia mengembangkan instrument pengkajian dan intervensi untuk membantu
melakukan tugas tersebut.
4. Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model
sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah
hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor
internal dan eksternal yang berada di sekeliling manusia dan berinteraksi
dengan manusia dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal,
danekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan dan
digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan dan
secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.

Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :


a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang
terjadi pada klien
b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua
interaksinya yang terjadi di luar klien.
c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan
klien untuk membantu mekanisme pertahanan.Hal ini merupakan komponen
utama pada intrapersonal. Lingkungan Yang diciptakan adalah kondisi
dinamis yang diatur atau memobilisasi variabel-variabel sistem untuk
menciptakan efek yang ditentukan sehingga dapat membantu klien mengatasi
stressor lingkungan yang mengancam dengan melakukan perubahan pada diri
sendiri atau situasi. Contohnya Respon menolak (variabel fisiologi), dan
semangat untuk survive pada siklus kehidupan (variabel perkembangan).
Lingkungan yang diciptakan secara terus menerus mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perubahan oleh keadaan sehat yang dipersepsikan klien.

4. Proses Keperawatan Betty Neuman


A. Diagnosa Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi, klasifikasi dan evaluasi 5 variabel klien menurut Betty Neuman
b. Identifikasi stressor dan faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal
pada pasien. Identifikasi dan bedakan persepsi antara klien dan caregiver.
Mencoba untuk menyelesaikan perbedaan perceptual. Buatlah diagnosa
keperawatan yang mencakup diagnosa aktual atau potensial

B. Tujuan Keperawatan
1. Hasil yang diharapkan, perilaku yang diharapkan untuk menangani masalah
aktual atau potensial pada klien (diputuskan bersama oleh klien dan
caregiver).
2. Rencana keperawatan, tindakan yang dilakukan oleh klien, caregiver atau
orang lain dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan.

a. Evaluasi
a. Intervensi actual
b. Evaluasi
c. Analisis respon pasien
d. Penentuan pencapaian hasil yang diharapkan
e. Jika tujuan tidak tercapaikan, tentukan penyebabnya.
Rumuskan lagi tujuan keperawatan sesuai kebutuhan pasien

5. Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman Penerapan teori Betty Neuman
Dalam pengkajian lansia dengan diabetes mellitus di desa margalaksana
kecamatan cilawu kabupaten garut Dengan menerapkan teori Betty Neuman dalam
pengkajian lansia dengan DM, meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan,
fisiologis, psikologis, sosial-kultural dan spiritual.
2. Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality)
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya,
Leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun
kemudian dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula
disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya yang
berbeda. Transcultural nursing merupakan sub bidang dari praktik keperawatan yang
telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya.
Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :
1. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan,
norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya
untuk berpikir, membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan
nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu,
memfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk
mempertahankan kesejahteraannya,
memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.
3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat
kesehatan, serta asuhan keperawatan.
4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep
sehat dan asuhan keperawatan.
5. Worldview
Cara seseorang memandang dunianya
6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,
terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.

Untuk membantu perawat dalam memvisualisasikan Teori Leininger, maka


Leininger menjelaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta
kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam
menyajikan faktor penting teorinya secara holistik. Sunrise model dikembangkan
untuk memvisualisasikan dimensi tentang pemahaman perawat mengenai budaya
yang berbeda-beda. Perawat dapat menggunakan model ini saat melakukan
pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar
belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori, namun setidaknya
model ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk memahami aspek holistik, yakni
biopsikososiospiritual dalam proses perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini
juga dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care
pasien (individu, kelompok, khususnya keluarga) untuk mendapatkan pemahaman
budaya klien secara menyeluruh. Sampai pada akhirnya, klien akan merasa bahwa
perawat tidak hanya melihat penyakit serta kondisi emosional yang dimiliki pasien.
Namun, merawat pasien secara lebih menyeluruh. Adapun, sebelum melakukan
pengkajian terhadap kebutuhan berbasis budaya kepada klien, perawat harus
menyadari dan memahami terlebih dahulu budaya yang dimiliki oleh dirinya sendiri.
Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural imposition.

 Tujuan Teori Madeleine Leininger


Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains
dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009). Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan
yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak
Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah
kebudayaan yang umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku yang baik, untuk
meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan
mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka
praktik keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.

 Kelebihan Teori Madeleine Leininger

a. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena


tidak kaku memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien
juga sangat patut diperhatikan dalam memberikan asuhan.
b. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti
Orem, Virginia Henderson, dan Neuman.
c. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu
klien dalam mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas
kesehatannya.
d. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering
ditemukan saat melakukan asuhan keperawatan.

 Kelemahan Teori Madeleine Leininger


Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan
keperawatan.

 Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan


1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam berbagai
budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari dipelajari.
Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural
nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara spesifik
tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya. Kajian
yang telah dilakukan mengenai etnografi dilakukan pada keluarga yang salah-satu
anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut. Hal yang dilihat
disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga anggota keluarga yang
mengalami gangguan neurologis, tersebut.
Akhirnya, anggota keluarga yang sehat di wawancara dan observasi guna
memperoleh data. Ternyata mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga
yang sakit, selama kurang lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut
berpartisipasi untuk merawat anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa faktor
yang memengaruhi kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota
yang sakit. Faktor tersebut, diantaranya adalah komitmen dalam kepedulian,
pergolakan emosional, hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan ketabahan.
Penemuan ini menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap
pasien merupakan salah ekspresi dari sifat caring dan memberikan sumbangsih pada
pengetahuan tentang perawatan peka budaya.
Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
ekspresi dari pelaksanaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika
dalam sift caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethnonursing
kualitatif. Data dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya adalah
para penduduk Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan, serta penyedia
pelayanan. pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan yang profesional dan
memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara apartemen dengan rumah
para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang mencerminkan motif dan
pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi masyarakat dan para staf
profesional untuk mengembangkan teori culture care diversity and universality.
2. Edukasi (Education)
Dimasukkannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau dalam
dunia keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan pada tahun
1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu sosial
yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite NLN
mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui reaksi
seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.
Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan
antara tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat bersama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada tahun
1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali pengaruh
dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan kurang
maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses
pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leininger merasa khawatir
beberapa program menggunakannya sebagai fokus utama. Karena saat ini pengaruh
globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan konsultasi di
setiap belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural
nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan
langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai
budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien
yang berasal dari luar negara Indonesia.

3. Kolaborasi (Collaboration)
Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman terhadap
budaya klien akan diimplementasikan ke dalam strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi perawatan peka
budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :

a. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan, misalnya budaya berolahraga setiap
pagi.
b. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang
nilai gizinya setara dengan ikan.
c. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien.
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.

4. Pemberi Perawatan (Caregiver)


Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat),
baik secara diam maupun terang-terangan memaksakan nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dan
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya
kelompok lain.
Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan selalu
makan dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau
makan. Ini merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini terkait
dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.
Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar budaya atau
kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus mengkaji efek
samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah memberikan dampak
yang negatif atau tidak memberikan pengaruh apapun. Jika memberikan dampak
negatif tentunya sebagai care giver perawat harus merestrukturisasi kebiasaan pasien
dengan mengubah pola hidup pasien dengan hal yang membantu penyembuhan
pasien tetapi tidak membuat pasien merasa tidak nyaman sehingga dalam pemberian
asuhan keperawatan. Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi
efektivitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.
5. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing
bisa ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah
sakit yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang
digunakan oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih
dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai budaya
yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.

6. Sehat dan Sakit


Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya. Apresiasi terhadap sakit yang
ditampilkan dari berbagai wilayah di Indonesia juga beragam. Contohnya, Si A, yang
berasal dari suku Batak mengalami influenza disertai dengan batuk. Namun, dia
masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya secara normal. Maka dia dikatakan
tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak, seseorang dikatakan sakit bila dia sudah
tidak mampu untuk menjalankan aktivitasnya secara normal.
3. Model Konseptual Keperawatan Roy
Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak digunakan
sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Roy
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan
yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan berbagai
persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk melakukan adaptasi. Penggunaan
koping atau mekanisme pertahanan diri, adalah berespon melakukan peran dan fungsi
secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari
keadaan lingkungan sekitarnya.

Jadi ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan dan
keperawatan yang saling terkait, yaitu sbb:

1. MANUSIA
Sistem adaptasi dengan proses koping Menggambarkan secara keseluruhan
bagian – bagian Terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga,
organisasi, masyarakat, bangsa dan masyarakat secara keseluruhan) Sistem
adaptasi dengan kognator dan regulator, subsistem bertindak untuk
memelihara adaptasi dalam 4 model adaptasi: fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan saling ketergantungan.

2. LINGKUNGAN
Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh
perkembangan dan tingkah laku individu dalam kelompok dengan beberapa
pertimbangan saling menguntungkan individu dan sumber daya alam.
Tiga jenis stimulasi: fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan residual
stimulasi. Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk
perkembangan keluarga dan budaya.
3. SEHAT-SAKIT
Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan keseluruhan
refleks individu dan lingkungan yang saling menguntungkan.
Adaptasi: proses dan hasil dimana dengan berpikir dan merasakan seperti
individu dan kelompok, menggunakan kesadaran dengan memilih untuk
membuat kesatuan individu dan lingkungan. Respon adaptif: respon yang
meningkatkan integritas dalam masa antara tujuan dan sistem individu, yang
bertahan, tumbuh, reproduksi, penguasaan, personal dan perubahan
lingkungan. Inefektif respon: respon tidak berkontribusi untuk keutuhan
pencapaian tujuan. Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan
yang menggambarkan tiga perbedaan level yaitu: integrasi, kompensasi dan
kompromi.

4. KEPERAWATAN
Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan adaptasi
dan mempertinggi perubahan individu dan lingkungan.
Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan kelompok dalam
empat adaptasi model yang berkontribusi untuk kesehatan, kualitas hidup dan
kematian dengan bermartabat. Ini adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku
dan faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi dan intervensi untuk
mempertinggi kemampuan dan memperluas interaksi lingkungan.

 Asumsi Dasar Teori


Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan
asumsi dasar model teori ini adalah :
1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif.
Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu penyebab
utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman beradaptasi.
2. Individu selalu berada dalam rentang sehat–sakit, yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas


tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut
berespon melalui upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha
menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus merespon untuk
membantu manusia beradaptasi terhadap perubahan ini.

Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;


a. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang
individu.
b. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

 Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:


a. Mekanisme koping
Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme koping bawaan
yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut, yang ditentukan secara genetik
atau secara umum dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu
mekanisme koping yang didapat dimana coping tersebut diperoleh melalui
pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya

b. Regulator subsistem
Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu saraf, proses
kimiawi, dan sistem endokrin.

c. Kognator subsistem
Proses koping seseorang yang menyertakan empat sistem pengetahuan dan emosi:
pengolahan persepsi dan informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi.

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak


terhadap respon adaptasi diantaranya, sbb:
a. Fungsi Fisiologis
Sistem adaptasi fisiologis diantaranya adalah oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas
dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan
endokrin.
b. Konsep diri
Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain.
c. Fungsi peran
Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam
mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Interdependen
Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang
dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu
maupun kelompok.

 Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:


a. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan
atau keseimbangan sistem tubuh manusia.
b. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari
terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan
yang akan diraih. Respon tersebut selain menjadi hasil dari proses adaptasi
selanjutnya akan juga menjadi umpan balik terhadap stimulus adaptasi.
4. Model Keperawatan Konseptual Watson

 KONSEP CARING
Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan
terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti
juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui
kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring
yang konsentrik dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada
planet Bumi, pada alam semesta (Watson, 2004).Watson (1988) dalam George (1990)
mendefinisikan caring lebih dari sebuah exisestensial philosophy, ia memandang
sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal moral dalam keperawatan.
Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan
penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif.
Caring Sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggung jawaban hubungan
antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipasi klien, membantu
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Teori human caring yang
dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya berkisar pada sepuluh
carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan focus
terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu
stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu
konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep
tersebut adalah “clinical caritas”dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih
cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya (Watson, 2004).

 ASUMSI DASAR SCIENCE OF CARING


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari
transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi
oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring.
Asumsi dasar tersebut yaitu:
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor carative yang
menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana
mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti.
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan
kemungkinan perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang
untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah
ditentukan.
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” (menyehatkan) daripada curing
(pengobatan). Praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan
biofisik dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan
kesehatan dan membantu individu yang sakit. Ilmu caring melengkapi curing
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan. Dalam penilaian Watson,
penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan. Akan tetapi, tanpa
perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan tercapai.
Caring Merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti responsive
antara perawat dan klien. Caring dapat membantu seseorang lebih terkontrol,
lebih berpengetahuan, dan dapat meningkatkan kesehatan.

 FAKTOR CARATIVE TEORI WATSON


Struktur ilmu caring dibangun dari 10 faktor carative, yaitu:
1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik. Watson mengemukakan bahwa
asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan (humanistik) dan
perilaku mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi
(altruistik).
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope). Menekankan pentingnya
obat-obatan untuk carative, perawat juga perlu memberi tahu individu
alternatif pengobatan lain yang tersedia (mis: meditasi, relaksasi atau
kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spiritual)
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain. Perawat
dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan
orang lain serta bersikap lebih otentik.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust). Ciri
hubungan helping-trust adalah harmonis (hubungan yang harus dilakukan
secara jujur dan terbuka), empati (perawat harus menunjukkan sikap dengan
berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh klien) dan hangat (menerima
orang lain secara positif).
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Perawat
harus menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
pengambilan keputusan. Metode ini merupakan metode yang memberikan
control dan prediksi serta memungkinkankoreksi diri sendiri.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal. Perawat harus mampu
memahami persepsi klien dan meredakan situasi yang menegangkan agar
proses belajar-mengajar ini berjalan lebih efektif.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau
memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual. Perawat dapat memberi
dukungan situasional, membantu individu mengembangkan persepsi yang
lebih akurat serta memberi informasi sehingga klien dapat menanggulangi
masalahnya. Perawat juga harus menyalurkan perasaan nyaman, aman, dan
keleluasaan pribadi kepada klien.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut hirarki
kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fungsional, kebutuhan
integrative,kebutuhan untuk tumbuh dan kebutuhan untuk mencari bantuan
(seeking) ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis. Kedua faktor
ini membantu seseorang untuk mengerti kehidupan dan kematian serta
membantu seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk
menghadapi kehidupan dan kematian.

 KONSEP UTAMA TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
di antaranya:
a. Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi.
b. Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual.
c. Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan organisasi.
d. Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa


manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan
keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan
tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan status kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan
kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.Tolak
ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori
Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar
manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan
yang lain. Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dan memiliki berbagai ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.

 PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT WATSON


KEPERAWATAN
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian,
yaitu:
1. Kemanusiaan (Human Being)
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara,
menghargai, mengasuh, mau mengerti dan membantu orang yang sedang
sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyai fungsi yang
kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai
sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna;
tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus selalu beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi
konflik (terutama konflik psikososial), yang berdampak pada terjadinya krisis
di sepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar
dapat ditanggulangi.
2. Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang
baik.
Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan
untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
1. Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi.
2. Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya.
3. Tidak adanya penyakit.

Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :
1. Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
2. Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang
dirasakan dengan apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini
adalah lingkungan sosial. Masyarakat memberikan nilai yang menentukan
terhadap bagaimana seharusnya berkelakuan, dan tujuan apa yang harus
dicapai. Nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan
spiritual.Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap
masyarakat biasanya mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain.
Watson menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat
dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang
yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap perawat tidak diturunkan dari
generasi ke generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi
sebagai suatu koping yang unik terhadap lingkungan.
4. Keperawatan Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan
fisik. Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati
penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area,
yaitu:masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat
menunjang tersedianya perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai
dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson
mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat
berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga
perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal
melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.

Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:


1. Membentuk sistem nilai humanistik altruistik.
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif,
maupun negative.
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan.
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi
mental,fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

 PROSES KEPERAWATAN DALAM TEORI CARING


Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang
lebih dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan
kebutuhan manusia. Agar Hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda
pemecahan masalah secara ilmiah.Watson juga menyatakan proses keperawatan
terdiri atas langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson kemudian
mengkolaborasikannya dalam dokumentasi (tulisan yang dicetak miring
mengindikasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian dalam proses
keperawatan).

1. Pengkajian
Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaah
masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literatur. Untuk dapat
menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik sesuai kerangka kerja yang
telah dibuat, maka perlu menggali lebih dalam pengetahuan yang terkait secara
konseptual. Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai
hubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah. Selain itu juga dalam
menilai situasi perlu mencantumkan definisi dari variabel-variabel yang akan
diperiksa dalam pemecahan masalah ini.

2. Perencanaan
Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan
bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur. Dalam merancang suatu
pemecahan masalah yang mengacu pada rencana asuhan keperawatan tetap melalui
pendekatan konseptual. Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang
telah dikumpulkan & sesuai Intervensi Merencanakan tindakan sesuai dengan
masalah yang ditemukan.

3. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah metode dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan intervensi dari setiap masalah yang ada. Disamping itu menurut Watson,
evaluasi juga harus mampu memberikan generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa
tambahan atau kejadian yang mungkin akan terjadi untuk mendorong teori
keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan model-model konsep dalam keperawatan, perawat harus
mengembangkaninteraksi antara perawat dan klien untuk membantu individu dalam
mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan sehingga dapat membantu
memenuhi tekanan atau memenuhi kebutuhan yang dihasilkan dari suatu kondisi,
lingkungan, situasi atau waktu yang bertujuan untuk melakukan konservasi kegiatan
yang ditujukan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki klien secara optimal.

B. SARAN
Diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu menerapkan model konsep
keperawatan dan marilah kita sebagai perawat berusaha untuk meringankan
penderitaan pasien yang kita rawat.Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang
paling kita sayang. Agar pasien merasa nyaman pada saat di sakit bukan menderita
lagi. jangan pantang menyerah dan berputus asa dalam merawat pasien. Menjadi
perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak mencoba kita tidak
akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mempunyai
tekad untuk melakukannya dengan gigih dan rajin.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika. Potter, Patricia A. 2005.

Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.Potter, Patricia A. 2009.

Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai