Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN K3

MAKALAH TENTANG MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO


DAN HAZARD PADA TAHAP PENGKAJIAN
Dosen Pembimbing : Pak Tri Ismanto

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. Citra Dwiyanasari (108218003)


2. Danang Aji P (108218004)
3. Cecep Ade P (108218008)
4. Annisa Dian P (108218012)
5. Rahma Nailul A (108218018)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
“Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard Pada Tahap Pengkajian”
dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika,
maupun cara penyajiannya. Makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Kesehatan Pasien & Keselamatan Kerja Dalam Keperawatan bagi semester
II Program Studi Ilmu Keperawatan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari materi tentang “Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard
Pada Tahap Pengkajian”. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
bagi kami sendiri sebagai penyusun.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................ 4
A. Pengertian ........................................................................................... 4
B. Jenis-jenis hazard ................................................................................ 4
C. Pengendalian bahaya ........................................................................... 5
D. Prinsip manajemen risiko .................................................................... 6
E. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko
dan hazard pada tahap pengkajian asuhan keperawatan ..................... 9
F. Hazard dan risiko bagi perawat saat melakukan pengkajian .............. 9
G. Upaya pencegahan ............................................................................ 12
H. Upaya meminimalkan resiko dan hazard pada perawat
dalam tahap pengkajian berdasarkan kasus penyakit akibat kerja .... 12
BAB III. PENUTUP ...................................................................................... 13
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat
populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan
singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut
Milyandra (2009) istilah “keselamatan dan kesehatan kerja”, dapat
dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama
mengandung arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau
suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied
science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (Hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan,
maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan
ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan
keselamatan yang mungkin terjadi (Rijanto, 2010).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya
korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia
ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-
satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Setiap tahun didunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja
menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial
sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT.
Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu
kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari

1
2

Rp 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan
7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek.
Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari
Rp 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha (DK3N,
2007).
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja
dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada
waktu melakukan pekerjaan ditempat kerja. Dengan dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3
sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian
untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada
peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan
dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hazard dan risiko?
2. Apa saja jenis-jenis Hazard?
3. Bagaimana cara mengendalikan bahaya?
4. Apa saja prinsip manajemen risiko?
5. Apa saja upaya pencegahan risiko dan Hazard pada tahap pengkajian
asuhan keperawatan?
6. Apa saja Hazard dan risiko pada tahap pengkajian asuhan keperawatan?
7. Bagaimana upaya pencegahan?
8. Bagaimana upaya meminimalkan risiko akibat kerja?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hazard dan risiko.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Hazard.
3. Untuk mengetahui cara mengendalikan bahaya.
3

4. Untuk mengetahui prinsip manajemen risiko.


5. Untuk mengetahui upaya pencegahan risiko dan Hazard pada tahap
proses keperawatan.
6. Untuk mengetahui Hazard dan risiko pada tahap pengkajian asuhan
keperawatan.
7. Untuk mengetahui upaya pencegahan.
8. Untuk mengetahui upaya meminimalkan risiko akibat kerja
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja
(OHSAS 18001:2007).
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan
terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat
kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya (OHSAS
18001:2007).
B. Jenis-jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya
kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat
berupa bahaya fisik, kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi,
berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit
akibat kerja. Sedangkan, bahaya keselamatan (safety Hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi.
Dampak safety Hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas
untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety Hazard) dapat menimbulkan dampak
cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di
tempat kerja. Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat
pada saat terjadi. Jenis-jenis safety Hazard, antara lain :
1. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong,
terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
2. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
3. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan

4
5

korosif. Bahaya kesehatan (health Hazard) fokus pada kesehatan


manusia. Bahaya keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia,
bahaya berkaitan dengan ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada
keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan
terjadi pada waktu singkat.
a. Hazard Fisik ialah bentuk dari hazard fisik adalah radiasi, kebisingan,
temperature ekstrim, pencahayaan, getaran.
b. Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia. Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut,
simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol,
insektisida, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut berbahaya dan
perlu diambil langkah-langkah keselamatan apabila mengendalinya.
c. Hazard Biologis. hazard ini seluruhnya berasal dari makhluk hidup
dan berdampak pada kesehatan, berupa jamur, bakteri, virus.
d. Hazard Ergonomi yang termasuk di dalam kategori ini antara lain
desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat
melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan
yang berulang-ulang.
e. Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda
bergerak atau bersifat mekanis. Contoh: mesin-mesin pemotong,
bahaya getaran.
f. Hazard Listrik. Hazard listrik adalah hazard yang ditimbulkan dari
arus listrik pendek, listrik statis.
g. Hazard Psikososial. Stress, kekerasan ditempat kerja, waktu kerja
yang padat, kurangnya waktu istirahat.
C. Pengendalian Bahaya
1. Eliminasi/penghilangan
2. Substansi/mengganti material yang lebih aman
3. Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
4. Enginering/design/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu,
pemisahan lokasi pekerja dengan pekerjaan.
6

5. Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja


6. Pelatihan
7. Pemberian Alat Pelindung Diri (APD).
D. Prinsip Manajemen Risiko
Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident
model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan.
Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori
accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata
rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi.
Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun ‘accident’.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/organisasi. Proses manajemen
risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses
manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan
sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi,
analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat
diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun
asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan
sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan. Terdapat
empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu :
1. Kebijakan Manajemen Risiko
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan
kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya
untuk apa, dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan
7

dengan konteks strategi dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan
sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan
bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di
setiap tingkatan organisasi.
2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
a. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan bahwa:
sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai
dengan standar dan hasil/performa dari sistem manajemen risiko
dilaporkan ke manajemen organisasi, agar dapat digunakan dalam
meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan
keputusan.
b. Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab, kekuasaan dan
hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan
fungsi kerja didalam manajemen risiko harus terdokumentasikan
khususnya untuk hal-hal sebagai berikut : tindakan pencegahan atau
pengurangan efek dari risiko. Pengendalian yang akan dilakukan agar
faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima, pencatatan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko,
rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan, memeriksa
validitas implementasi solusi yang ada dan komunikasi dan
konsultasi secara internal dan eksternal.
c. Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat mengidentifikasikan
persyaratan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang
diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM
perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan
pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.
3. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen
risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-
langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi, budaya dan
struktur dari organisasi tersebut.
8

4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat
memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang
dilakukan dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap
berikutnya.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 :
2004):
a. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
b. Mencari kesempatan atau peluang
c. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
d. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
e. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses
pengambilan keputusan
f. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
g. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
h. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabi litas,
kepercayaan, dan governance.
i. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.
Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :
1) Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau
cara pelaksanaan manajemen risiko, serta pencapaian yang
ditargetkan oleh perusahaan.
2) Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola,
mencari tahu jenis Hazard apa saja yang mungkin
menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa risiko tersebut
muncul.
3) Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor
probabilita atau likelihood dan konsekuensi, dengan
9

mempertimbangkan upaya pengendalian risiko yang telah


dilakukan.
4) Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses
analisis risiko dengan kriteria evaluasi yang digunakan,
menentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.
5) Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko,
terutama risiko dengan tingkat tinggi dengan
mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi.
6) Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat
risiko, serta efektifitas program, penanganan risiko yang telah
dilakukan agar selanjutnya dapat ditentukan tindakan koreksi
dan perbaikan yang perlu dilakukan.
7) Komunikasi dan konsultasi
Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan
pekerja untuk mendapatkan masukan mengenai implementasi
pengelolaan risiko ditempat kerja guna perbaikan sistem
pengelolaan risiko tersebut.
E. Upaya Mencegah dan Meminimalkan Risiko dan Hazard pada Tahap
Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian
yang sistematis (effendi,1996).
F. Hazard dan Risiko Bagi Perawat Saat Melakukan Pengkajian
Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada pasien,
perawat harus memperhatikan Hazard dan risiko yang kemungkinan terjadi,
seperti :
10

1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.


2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan
perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat
pemeriksaan fisik.
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.
Contoh Kasus
Kasus I
Seorang perawat disalah satu RS mengalami kekerasan fisik dan verbal pada
saat perawat tersebut sedang melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip
dalam suatu artikel di media online:
“Ketika perawat T, 28 tahun melakukan pendekatan untuk mengumpulkan
data, salah satu pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul
kepalanya ke dinding. Dia mencoba menghentikan dan menenangkannya tapi
pasiennya secara emosional malah menendang dadanya, membuat dia terluka,
dan membuat mentalnya tergoncang seharian.”
Analisis Kasus
Hazard : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal pada saat
melakukan pengkajian kepada pasien.
Resiko : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.
Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak disebut
berasal dari kesalahan perawat sendiri ataukah karena memang sang pasien
memiliki emosional yang tidak dapat dikontrol. Dalam proses pengkajian
sendiri, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat. Mulai
dari pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahapan pengkajian,
hingga metode yang digunakan melakukan pengkajian.
Dalam proses pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh perawat. Mulai dari pemahaman akan pengertian
pengkajian, tahap-tahapan pengkajian, sehingga metode yang digunakan
11

melakukan pengkajian. Dalam pengkajian pasien, perawat pun harus


menyadari akan adanya hazard dan resiko yang mungkin mereka dapatkan.
Beberapa macam upaya perlu di lakukan sebagai tindakan pencegahan
upaya-upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien, perawat itu
sendiri maupun dari pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya
yang perlu di lakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan
verbalpada perawat saat melakukan pengkajian:
1. Perawat harus melakukan setiap adanya tindakan kekerasan dalam
bentuk apapun kepada pihak rumah sakit.
2. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama
manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.
3. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi
pendengar yang baiksalah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian
adalah wawancarta. Saat melakukan wawancaraperawat harus mampu
menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin.
4. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara
menghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik.
5. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
pasien terlebih dahulu.
6. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang
menyingung pasien dan keluarga.
7. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari pasien terlebih dahulu.
8. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri
untuk menghadapi hazard dan resiko.
9. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap
laporan-laporan kekerasan fisikmaupun verbal terhadap perawat.
10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman dirumah sakit mulai dari poli,
ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif
untuk menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.
12

G. Upaya Pencegahan
1. Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/tempat kerja :
a. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker, handscoon, scout
dll.
b. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk
perawat.
c. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
d. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.
2. Upaya pencegahan pada Perawat:
a. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik
seperti mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan steril.
b. Perawat mematuhi Standar Operational Prosedur (SOP) yang sudah
ada RS dan berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan
tindakan.
H. Upaya Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap
Pengkajian Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja.
1. Batasi akses ketempat isolasi.
2. Menggunakan APD dengan benar.
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup APD.
4. Petugas tidak boleh menyembunyikan wajahnya sendiri.
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien.
6. Cuci tangan dengan air dan sabun.
7. Bersihkan kaki dengan disemprot ketika meninggalkan ruangan tempat
melepas APD.
8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (Hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan,
maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi. Hazard adalah
sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan
kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada properti, area
atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi
ataupun kerusakan-kerusakan lainnnya. Berdasarkan karakteristik dampak
yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka jenis bahaya dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja.
Sedangkan Risiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari
sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5
macam tipe risiko, yaitu: risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko
lingkungan dan ekologi, risiko finansial, dan risiko terhadap masyarakat.
B. Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini
bertujuan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja,
seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan kekerasan fisik/verbal saat mengkaji
pasien, dan mendapatkan informasi yang tidak sesuai dari pasien. Salah satu
cara untuk menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka
disarankan untuk menggunakan APD yang sesuai.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37749605/k3_Hazard.doc
https://www.academia.edu/8779943/MAKALAH_Konsep_Dasar_K3_Hazard_da
n_Pengendaliannya

Anda mungkin juga menyukai