Anda di halaman 1dari 23

UPAYA PENCEGAHAN DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD

PADA TAHAP PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Oleh :
I NYOMAN SUKIMAN SUKAWAN (029)
NI MADE SEKARADHI (015)
I PUTU DARPANA (038)
I KETUT WIDIARTA YASA (017)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
DENPASAR
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang upaya
pencegahan dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap pengkajian asuhan
keperawatan

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai upaya pencegahan penyakit akibat kerja
dalam keperawatan dan menerapkan pada asuhan keperawatan terutama pada saat
pengkajian. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Badung, Juli 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar belakang....................................................................................................4
B. Rumusan masalah...............................................................................................5
C. Tujuan penulisan.................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian penyakit akibat kerja.........................................................................6
B. Penyakit akibat kerja pada perawat: penyakit menular dan tidak menular:.......7
C. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat..............................9
D. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat...................................14
E. Risiko dan Hazard dalam setiap tahap Asuhan Keperawatan.............................17
BAB III........................................................................................................................24
SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................24
A. Simpulan.............................................................................................................24
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia


secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati
posisi yang buruk jatuh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya
karena perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan
atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Faktor Keselamatan
Kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawam dan ada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas
medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan
dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik
terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis,
penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di
fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam
program patient safety.

4
 

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat?

2. Bagaimana upaya pencegahan dan meminimalkan risk dan hazard pada tahap

pengkajian keperawatan?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat?

2. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan meminimalkan risk dan hazard pada

tahap pengkajian keperawatan?

D.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit akibat kerja

Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang

dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang memiliki asosiasi hubungan cukup

kuat dengan linkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian

penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan

gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Oleh

karena itu, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh  pekerjaan,alat

kerja , bahan , proses maupun lingkungan kerja. Pada simposium internasional

mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO

(International Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut

PAK sebagai berikut:

1. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang

mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,

yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.

2. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease

adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor

6
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam

berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.

3. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working

Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya

agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan

yang buruk bagi kesehatan.

B. Penyakit akibat kerja pada perawat: penyakit menular dan tidak menular:

1. Penyakit Menular Akibat Kerja Pada Perawat

Penyakit menular terbagi :

a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti : TBC,

Influenza, Flu burung, SARS.

b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti : Kudis

Kurap, Herpes.

c. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti : AIDS,

Hepatitis B.

Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya penyakit menular:

1) TBC:

a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC

b. Memakai masker

c. Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan bergizi,

lingkungan yang sehat, dan berolahraga.

d. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat)

7
2) Influenza:

a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza

b. Memakai masker

c. Vaksinasi influenza

3) Flu Burung :

a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza

b. Mengonsumsi obat antivirus

c. Memakai masker

d. Mengonsumsi makanan sehat

4) SARS :

a. Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang terserang SARS

b. Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung tangan untuk

mengurangi penularan melalui cairan dan udara (debu)

c. Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan setelah berada

ditempat umum

5) AIDS :

a. Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien

b. Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh yang sedang

luka

c. Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita

8
2. Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada Perawat

Penyakit tidak menular terbagi :

a. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak sempurna,

seperti : penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.

b. Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi (hypertension)

dan tekanan darah rendah (hypotension).

c. Penyakit alergi, seperti : astma gidu / kaligata.

d. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunan

makanan atau minuman.

e. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo, patah

tulang, luka tersayat, geger otak, dll.

C. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat

Beberapa faktor yang merupakan salah satu penyebab penyakit atau

cedera pada perawat di tempat kerjanya sebagai berikut:

1. Akibat kelalaian perawat seperti tertusuk jarum atau tergores jarum, jika

perawat terkena tusukan atau goresan jarum dari pasien yang menderita HIV

dan Hepatitis B maka risiko perawat akan tertular penyakitnya.

2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau menggunakan

sarung tangan serta masker jika berada pada ruang paru.

3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat – obatan

kontak kerja tersebut yang pada umumnya dapat menyebabkan iritasi

9
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan

toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau

terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan

kematian. Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien,

memindahkan pasien, memandikan pasien dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan fisik dapat mengakibatkan risiko seperti keluhan yang

paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

4. Pada perawat berhubungan langsung dengan radiasi karena pada pemeriksaan

– pemeriksaan tertentu memerlukan radiasi jika perawat terkena radiasi dapat

membahayakan tenaga kesehatan yang menangangani seperti gangguan

reproduksi dan jika terpapar terlalu sering dapat mengakibatkan kanker.

Penyakit atau cedera akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya

berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari

pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti

antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati;, faktor

ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam

dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.);

faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat,

karantina dll.)

1. Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang

biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,

10
bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang

terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah

dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat

kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang

terkontaminasi virus.

Pencegahan :

a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,

epidemilogi dan desinfeksi.

b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam

keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan

bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.

d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius

dan spesimen secara benar

e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar

f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.

g. Kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia

Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia

dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak

digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang

paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak

negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering

11
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi

(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan

toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap

melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.

Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang

irreversible pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :

a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada

untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan

laboratorium.

b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah

tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga

kesehatan laboratorium.

c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek,

jas laboratorium) dengan benar.

d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan

lensa.

e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,

proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan

manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,

nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. 

12
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,

bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator

peralatan, Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah

lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat

menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling

sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

4. Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan kerja meliputi:

a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan

stress dan ketulian

b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan

dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan

kecelakaan kerja.

c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi

e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,

penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat

membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.

b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

13
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

e. Pelindung mata untuk sinar laser

f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah 

5. Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat

menyebabkan stress :

a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut

hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di

tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan

kewibawaan dan keramahan-tamahan

b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.Hubungan kerja

yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman

kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor

formal ataupun informal.

D. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat

1. Pemeriksaan Kesehatan Pra kerja, dilakukan:

a. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja = saat seleksi calon pekerja

Jenis pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja yang dilakukan:

1) Anamnesa

a) Riwayat Penyakit Umum: TB, DM, Jantung, Asthma, Kulit, Perut

b) Riwayat Penyakit di RS: pernah/ belum dirawat di RS, alasan

dirawat

c) Riwayat Kecelakaan Kerja di tempat kerja yang lama

14
d) Riwayat Operasi: pernah/belum di operasi?, operasi di RS mana,

berapa lama perawatan

e) Riwayat Pekerjaan: apakah sebelumnya pernah bekerja, di

perusahaan apa, bekerja di bagian apa

2) Pemeriksaan Mental

3) Pemeriksaan Fisik

4) Pemeriksaan Kesegaran Jasmani

5) Pemeriksaan Radiologi

Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan

rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah

sakit sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety

officer) atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi

petugasnya. Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini

masih diperdebatkan.

6) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB dan

virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan kebersihan

pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai sarung

tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan memulai

dan setelah bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu

ditinggal di dalam laboratorium.

7) Pemeriksaan lainnya

2. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan)

15
Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism dari bahan

mentah ikan, daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di bagian ini adalah

tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan bahan makanan

mentah yang sudah dibersihkan diatur suhunya dan kebersihannya agar bakteri

atau jamur tidak sempat berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang

akan membunuh salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan

gastrointestinal diliburkan dan diobati sampai sembuh.

3. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja

4. Membuat SOP dan Instruksi Kerja

5. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, poster, leaflet, pemasangan rambu-2

K3): seperti memberi penyuluhan kesehatan

6. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja

7. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)

8. Penggunaan APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh perawat

agar tidak terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit. Macam-macam APD

yang dapat digunakan oleh perawat adalah :

1) Sarung Tangan Steril

2) Gaun (Celemek) Pelindung

3) Masker

4) Alat pelindung mata

5) Topi

6) Pelindung kaki

16
7) Kepatuhan pada aturan RS

8) Mencuci Tangan

17
E. Risiko dan Hazard dalam setiap tahap Pengkajian Asuhan Keperawatan
1. PengkajianHazard dan Risk dalam Asuhan Keperawatan

Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dariproses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi ataudata tentang klien,

agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah – masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental,sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 dalam

Fitriyanti, 2012).

a. Contoh Risiko dan Hazard bagi Perawat saat Melakukan Pengkajian

1) Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.

2) Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.

3) Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat.

4) Risiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.

5) Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Dalam mengkaji pasien, perawat harus menyadari akan adanya risiko dan

hazard yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perlu dilakukan

sebagai tindakan pencegahan. Upaya – upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak

manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan

pengkajian :

a) Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk

apapun kepada pihak rumah sakit.

b) Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama manusia

dengan dasar martabat dan rasa hormat.

18
c) Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar

yang baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah

wawancara. Saat melakukan wawancara, perawat harus mampu menempatkan diri

sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin.

d) Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari

tindakan kekerasan verbal dan fisik.

e) Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk

didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih

dahulu.

f) Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata – kata yang menyinggung

pasien dan keluarganya.

g) Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan

dari pasien terlebih dahulu.

h) Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk

menghadapi risiko dan hazard.

i) Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan –

laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.

j) Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli, ruangan

rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk menentramkan

suasana hati pasien dan keluarga.

b. Upaya mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat

dalam Tahap Pengkajian Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja

1) Batasi akses ke tempat isolasi.

19
2) Menggunakan APD dengan benar.

3) SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup

APD.

4) Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri.

5) Membatasi sentuhan langsung ke pasien.

6) Cuci tangan dengan air dan sabun.

7) Bersihkan kaki dengan di semprot ketika meninggalkan ruangan tempat melepas

APD.

8) Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja.

9) Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

c. Penilaian Hasil Evaluasi Bahaya Kerja

Penilaian hasil evauasi bahaya kerja merupakan hasil rangkuman

peninjauan semua faktor yang mengakibatkan bahaya kerja pada manusia.

Penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan yang relevan

sehingga, memudahakan penetapan langkah berikutnya dalam pengendalian

risiko bahaya kerja.Denganmempertimbangan criteria risiko masing-masing

bahaya kerja, dapat ditetapkan prioritas risiko bahaya kerja sebagai berikut:

1) Risiko ringan: kemungkinannya kecil untuk terjadi serta akibat yang

ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat diabaikan.

2) Risiko sedang: kemungkinannya kecil untuk terjadi akan tetapi akibat yang

ditimbulkannya cukp berat, atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan manajemen

risiko khusus.

20
3) Risiko berat: sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus

dilaksanakan penganggulangan sesegara mungkin.

21
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

yang dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang memiliki asosiasi hubungan cukup

kuat dengan linkungan kerja.

Penyakit atau cedera akibat kerja di tempat kerja kesehatan umumnya berkaitan

dengan : faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor

kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit,

zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati;, faktor ergonomi (cara duduk

salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus

(panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar

penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.). Untuk menghindari hal tersebut

terdapat upaya meminimalizir risiko dan hazard dari pengkajian dalam melakukan

asuhan keperawatan.

B. Saran
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para pembaca
khususnya kepada perawat agar lebih mendalami materi yang telah dipaparkan dalam
makalah ini agar dapat berguna dalam kehidupan sehari – hari dan di lapangan sehingga
dapat memahami upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan dan
pengkajian pada asuhan keperawatan

22
DAFTAR PUSTAKA

Adzim, HI. (2013). Penyakit Akibat Kerja. http://sistemmanajemenkeselamatankerja.

com/2013/10/penyakit-akibat-kerja-pak.html(online) diakses tanggal 10 Juli

2020

Fabre, June. 2009. Smart Nursing: Nurse Retention & Patient Safety Improvement

Startegies. New York: Springer Pulishing Company. (online) diakses 10 Juli

2020

Gill, J.B Herington F.S. 2005. Buku Saku Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: EGC. Reese,

C.D. 2003. Occupational Health and Safety Management.USA: Lowes

Publisher. (online) diakses tanggal 10 Juli 2020

Maria, Silvia., dkk. 2015. Jurnal Care Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat

Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Poltekkes Kemenkes Malang: Jurnal Care

Vol. 3, No. 2

Week, J. Gregory R. Wagner, Kathleen M. Rest, Barry S. Levy. (2005). A public

Health Approach to Preventing Occupational Disesase and Injuries in

Preventing Occupational Disease and Injuries. Edisi ke-2, APHA, Washington

23

Anda mungkin juga menyukai