Disusun Oleh :
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Subang, 2024
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Kerja............................3
2.2 Faktor Penyebab Penyakit atau Cedera pada Perawat...............................4
2.3 Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat.........................................................7
2.4 Penyakit Atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat................9
2.5 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat.......................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kesehatan yang optimal pada pasien. Kemungkinan petugas rumah sakit
pada gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja biasanya dikarenakan
oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap mekanisme
pada kewaspadaan.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour
Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK
sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit
yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat
dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related
Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,
dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor
risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting
Working Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi
pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
(Belakang, 2017)
4
2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau
menggunakan sarung tangan serta masker jika berada pada ruang paru.
3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat –
obatan kontak kerja tersebut yang pada umumnya dapat menyebabkan
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi
(keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi
berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-
kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber
dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus
5
yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya
HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat
kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau
tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak
dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian
pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling
sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, Posisi kerja yang
salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan
yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
6
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat
menyebabkan stress dan ketulian
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan
gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan
sekitar.Terkena radiasi
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika
tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang
dapat menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat
kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat
monoton.Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan
dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal. (Ogasawara, 2008)
7
a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti :
TBC, Influenza, Flu burung, SARS.
b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti :
Kudis Kurap, Herpes.
c. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti :
AIDS, Hepatitis B.
1) TBC:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC
b) Memakai masker
c) Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan
bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
d) Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang
lebih berat)
2) Influenza:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Memakai masker
c) Vaksinasi influenza
3) Flu Burung :
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Mengonsumsi obat antivirus
c) Memakai masker
d) Mengonsumsi makanan sehat
4) SARS :
a) Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang
terserang SARS
8
b) Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung
tangan untuk mengurangi penularan melalui cairan dan
udara (debu)
c) Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan
setelah berada ditempat umum
5) AIDS :
a) Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien
b) Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh
yang sedang luka
c) Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita
1. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan
dengan cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan
urine, kotoran manusia, muntahan dan lainlain sehingga mendapat
penularan. Media penularan :
9
- Penularan melalui cairan darah
- Penularan melalui udara atau busa
- Penularan melalui kontak tubuh
- Penularan melalui mulut -(berkontak dengan cairan urine dan
kotoran manusia) Penyakit menular : Hepatitis B, hepatitis C,
AIDS, Flu menular, TBC, SARS, Penyakit kulit biasa, radang
infeksi kulitRadang infeksi perut, hepatitis A.
2. Sakit otot dan tulang
Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan menepuknepuk
punggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering
mengeluarkan tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau
berulang-ulang, mudah menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang,
apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka akan menambah resiko
dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.
3. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak
tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur
pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah
PAK adalah sebagai berikut:
- Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang
tidak berbahaya.
- Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan
APD.
10
2.5 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat
1. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja, dilakukan:
a. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja = saat seleksi calon pekerja
Jenis pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja yang dilakukan:
1) Anamnesa
a) Riwayat Penyakit Umum: TB, DM, Jantung, Asthma, Kulit,
Perut
b) Riwayat Penyakit di RS: pernah/ belum dirawat di RS, alasan
dirawat
c) Riwayat Kecelakaan Kerja di tempat kerja yang lama
d) Riwayat Operasi: pernah/belum di operasi?, operasi di RS
mana, berapa lama perawatan
e) Riwayat Pekerjaan: apakah sebelumnya pernah bekerja, di
perusahaan apa, bekerja di bagian apa
2) Pemeriksaan Mental
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan Kesegaran Jasmani
5) Pemeriksaan Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan rumah
sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit
sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety officer)
atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi petugasnya.
Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih
diperdebatkan.
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB dan
virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan kebersihan
11
pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai sarung
tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan memulai
dan setelah bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu
ditinggal di dalam laboratorium.
6. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan)
Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism dari
bahan mentah ikan, daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di
bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas
penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur
suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat
berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang akan membunuh
salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal
diliburkan dan diobati sampai sembuh.
7. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja
8. Membuat SOP dan Instruksi Kerja
9. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, poster, leaflet, pemasangan
rambu-2 K3): seperti memberi penyuluhan kesehatan
10. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja
11. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)
12. Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh
perawat agar tidak terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit.
Macam-macam APD yang dapat digunakan oleh perawat adalah :
1) Sarung Tangan Steril
2) Gaun (Celemek) Pelindung
3) Masker
4) Alat pelindung mata
5) Topi
6) Pelindung kaki
7) Kepatuhan pada aturan RS
8) Mencuci Tangan
12
2.6 Upaya mencegah dan meminimalkan Risiko dan Hazard pada asuhan
keperawatan
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejadian yang sering terjadinya kecelakaan akibat kerja bagi seorang perawat
adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang
memiliki tenaga kerja yang banyak dengan tingkat resiko yang tinggi terkena
penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan aktivitas kerja
dan keselamatan kerja bagi seorang perawat sangatlah penting untuk menjaga
dari terjadinya kecelakaan saat bekerja. Upaya yang dapat dilakukan dalam
menangani kejadian tersebut adalah memastikan lingkungan yang aman serta
perlengkapan APD yang sesuai dengan hal yang akan dihadapi dari suatu
penyakit ang berbahaya.
3.2 Saran
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dipertanggung jawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun.
16
DAFTAR PUSTAKA
Baringbing, J. O. (2020). Risiko Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat. pasal
17. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/tq7yf
Belakang, L. (2017). Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
dalam tindakan keperawatan Sri Raudatul Jannah.
Manullang, P. S. (2012). Risiko Cedera Akibat Kerja Pada Perawat. Osf.Io, 1998.
https://osf.io/preprints/rpqg6/
Napitu, J. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Prosedur Kerja Sebagai
Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit.
http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/mk4aj
Ogasawara, H. (2008). The calcium kinetics and inositol trisphosphate receptor
properties shape the asymmetric timing window of coincidence detection.
Journal of Neuroscience, 28(17), 4293–4294.
https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0644-
08.2008
17