Disusun Oleh :
Wahyu Dwiaji Syahrowi(20183207032)
Budi santoso (20183207026)
Moch Andre Firdaus (20183207037)
Daftar Isi................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Penyakit Akibat Kerja (PAK).........................................................................................4
B. Jenis Penyakit Akibat Kerja (PAK)................................................................................4
BAB III PENUTUP...............................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum, status kesehatan dan keselamatan kerja (K3) perusahaan Indonesia
diperkirakan sangat rendah. Bahkan kemajuan perusahaan sangat bergantung pada kualitas
tenaga kerja. Oleh karena itu, selain kepedulian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi perlindungan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. Nuansanya harus
manusiawi atau bermartabat. Sejak lama, keselamatan kerja selalu menjadi perhatian
pemerintah dan perusahaan. Faktor keselamatan kerja sangat penting, karena sangat erat
kaitannya dengan kinerja karyawan yang pada akhirnya sangat erat hubungannya dengan
kinerja perusahaan. Semakin banyak fasilitas keselamatan kerja yang tersedia, semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Pencatatan penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) antara tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan di Indonesia tidak benar. Sebagai penyebab penyakit
biasanya terjadi karena kurangnya pengetahuan pekerja serta kualitas dan keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko di tempat kerja,
sehingga mereka tidak akan menggunakan peralatan keselamatan meskipun mereka memiliki
peralatan keselamatan.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan, karena orang yang mengalami penyakit atau kecelakaan di tempat kerja
akan berdampak pada diri sendiri, keluarganya dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan memiliki kemampuan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Begitu pula pada Pabrik Mi PT. Subur Pangan Sejahtera. Pabrik yang terletak di Jl.
Raya Ngantru, Desa Ngasinan, Bendosari, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung ini
merupakan produsen bahan pangan mi. Terlepas dari apa yang diproduksi oleh suatu pabrik
tetap saja dalam prosesnya akan menimbulkan potensi bahaya kecelakaan kerja. Lingkungan
kerjapun juga memperngaruhi kelangsungan hidup para pekerja. Hal ini berkaitan dengan
potensi adanya penyakit akibat kerja (PAK) yang timbul ketika pekerja menjalani aktifitas
sehari-harinya di pabrik tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini antara lain :
1. Bagaimana penggolongan penyakit akibat kerja (PAK)?
2. Bagaimanakan kiat-kiat mencegah dan menanggulangi penyakit akibat kerja (PAK) di
Pabrik Mi PT. Subur Pangan Sejahtera?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK) di Pabrik Mi PT.
Subur Pangan Sejahtera?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Memahami penggolongan penyakit akibat kerja (PAK).
2. Memahami kiat-kiat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit akibat kerja
(PAK) di Pabrik Mi PT. Subur Pangan Sejahtera.
3. Memahami faktor apa saja yang menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK) di Pabrik
Mi PT. Subur Pangan Sejahtera.
D. MANFAAT PENELITIAN
Melalui penulisan makalah ini akan didapatkan manfaat sebagai berikut :
1. Mengimplementasikan pengetahuan yang didapat pada mata kuliah K3 di semester 1.
2. Dapat memberikan edukasi terhadap para pekerja di Pabrik Mi PT. Subur Pangan
Sejahtera tentang kiat-kiat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit akibat kerja
(PAK).
3. Dapat memberikan edukasi terhadap pemilik/pengelola Pabrik Mi PT. Subur Pangan
Sejahtera tentang bahaya penyakit akibat kerja (PAK).
4. Dapat memberikan wawasan terhadap para pekerja dan pemilik /pengelola Pabrik Mi
PT. Subur Pangan Sejahtera tentang faktor apa saja yang mungkin dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang
terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silica bebas ini banyak
terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton , bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat
penampang besi, tima putih dan tambang batu bara. Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar
juga banyak menghasilkam debu silica bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silica akan keluar
dan terdispersi ke udara bersama-sama dengan partikel yang lainya, seperti debu alumunia,
oksida besi dan karbon dalam bentuk debu. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh
debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan longkungan
yamg ketat sebab penyakit silikosis belum ada obatnya yang tepat.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun
yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan
industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan
lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala
sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
besar/melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes
dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu
diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau
serat kapas di udara yang kemudian terhisap kedalam paru-paru. Pencemaran ini dapat
dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan atau pergudangan kapas.
Masa inkubasi penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisnosis ini berupa sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama peda hari senin
(yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis yang sudah lanjut atau berat,
penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga
disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batu bara, penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batuabara
pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja
boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Penyakit antrakosis ada tiga
macam, yaitu: penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantrakosis, dan penyakit
tuberkolosilkoantrakosis.
5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,
oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saliran
pernafasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis,
bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan
sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekreja-pekerja industry yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik
pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
2. Faktor Kimia
Faktor kimia yang dapat masuk ke tubuh manusi dan menyebabkan penyakit akibat
kerja ini dapat berkembang secara akut/ kronis. Berikut tabel pengelompokkannya :
Asal faktor kimia Bentuk Cara masuk Efek terhadap tubuh
Bahan baku Zat padat Saluran Iritasi
Bahan tambahan Zat cair pernafasan Alergi
Hasil sementara Zat gas Saluran Korosif
Hasil samping Uap pencerrnaan Asphyxia
(produk) Partikel Kulit Keracunan sistematik
Sisa produksi Mukosa Kanker
Bahan buangan Kerusakan kelainan
janin.
3. Faktor Biologi
Viral Desiases: rabies, hepatitis
Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
4. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Akibat cara kerja , posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi
yang salah
Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk,
dislokasi, dan kecelakaan
5. Faktor Psikologi
Akibat organisasi kerja (type kepemimpinan, hubungan kerja komunikasi, keqmanan),
type kwerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shif, dan
terpencil)
Manifestasinya berupa stress
F. BPJAMSOSTEK
Penyakit akibat kerja pun disebut dapat ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan atau
yang sekarang bernama BPJAMSOSTEK. Ada 88 jenis penyakit akibat kerja yang biaya
perawatannya mendapat jaminan. Meski begitu, sebelum ada syarat yang harus dipenuhi oleh
pekerja untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
Syaratnya antara lain adalah penyakit yang diderita, harus disebabkan langsung oleh
paparan yang didapatkan dari tempat kerja. Paparan tersebut pun harus bisa dibuktikan secara
ilmiah atau melalui diagnosis dokter, memang merupakan penyebab gangguan kesehatan
yang terjadi.
Jika dianggap sesuai dengan persyaratan, selain akan mendapatkan bantuan layanan
kesehatan, pekerja yang sakit juga bisa mendapat santunan berupa uang tunai. Sementara itu,
apabila penyakit akibat kerja tersebut hingga menyebabkan kematian, maka anak dari pekerja
bisa mendapatkan beasiswa pendidikan.
Penyakit akibat kerja bisa menyerang setiap pekerja. Tidak hanya pekerja lapangan,
tapi juga pekerja kantoran. Sehingga, Anda perlu lebih waspada dan salah satu caranya
adalah dengan mengetahui jenis-jenis penyakit yang bisa menyerang.
3. Pencegahan Tersier
Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Surveilans
Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada kerja
Pengendalian segera ditempat kerja
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai sistem prosedural bagi pekerja dan pengusaha, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja atau K3 diharapkan sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja di lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 harus terlebih
dahulu menentukan hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, dan mengambil tindakan yang diharapkan bila kejadian tersebut terjadi.
Tujuan dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan akibat kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani kecelakaan kerja adalah melalui
pencegahan sekunder, yang dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja, meliputi
pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit di tempat kerja dapat dilakukan konsultasi kesehatan dan
keselamatan kerja. Dari penelitian yang telah dilakukan pada Pabrik Mi PT. Subur Pangan
Sejahtera, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Penyakit akibat kerja (PAK) digolongkan menjadi beberapa bagian antara lain : golongan
fisik, kimiawi, biologik, fisiologik/ergonomik, dan psikososial.
2. Kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit aibat kerja antara lain
: menggunakan APD yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, mengidentifikasi
potensi bahaya pekerjaan untuk melakukan tindakan prevetif, apabila terluka segera
pergi ke tempat medis terdekat agar segera mendapat penanganan yang sesuai.
3. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja di Pabrik Mi PT.
Subur Pangan Sejahtera antara lain : faktor fisik, kimiawi, biologik,
fisiologik/ergonomik, dan psikososial
B. SARAN
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan, karena
kecelakaan dan kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan atau negara,
oleh karena itu tidak hanya tenaga medis, tetapi juga seluruh masyarakat harus melaksanakan
pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja yang setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA