UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keselamatan
dan Kesehatan Kerja” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen dan Kebijakan
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Makassar, April 2023
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB II
2
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
5. Lusianawaty, D., Sulistiyowati, T., 2009. Hubungan Lama dan Posisi Kerja dengan Keluhan Otot Rangka Leher
dan Ekstremitas Atas pada Pekerja Garmen Perempuan di Jakarta Utara. Buletin Penelitian Kesehatan, [e-Journal]
37(1): pp. 12-22.
6. Rabiei, M., Maryam, S., Habibolah, D-S., Mohamad, T., 2012. Musculoskeletal Disorders in Dentist. International
Journal Occupational Hygiene, [e-Journal] 4(1): pp. 36-40
7. Juliatri. Pengendalian Bahaya Fisik pada Pekerjaan Dokter Gigi. e-GiGi. 2020;8(1):34-43
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Definis dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah satu upaya
perlindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya.
Hal tersebut bertujuan agar tenaga dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta semua sumber produkesi dapat digunakan
secara aman dan efisien.8
Keselamatan dan Kesehatan kerja harus ditanmakan pada diri sendiri individu
pekerja, dengan adanya pelatihan dan pembinaan yang baik agar menyadari
pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak
terjadi kecelakaan, pegawai banyak yang menderita, absensi meningkat, produktivitas
menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Sehingga, akan menimbulkan
kerugian bagi pegawai maupun perusahaan tersebut.93
Tujuan pengadaan K3 untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan
bebas dari pencemaran lingkungan dengan memelihara dan melindungi Kesehatan,
keamanan dan keselamata tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, daan pada akhirnya dapat
meningkatkan system efisiensi dan produktivitas kerja.10
2. Ketetapan tentang Aturan K3
Pengaturan Keselamatan kerja sudah disebutkan dalam Undang-Undang N0.1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dalam pasal 3 ayat 1 dan pasal 9 ayat 3.
Undang-Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pemimpin
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. Tujuan K3 juga
bagaimana yang berhubungan dengan sumberdaya seperti mesin, peralatan, area
tempat kerja, dan lingkungan tempat kerja agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan
dan sakit akibat kerja, serta memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi
sehingga dapat meningkatkan aman, nyaman, efisiensi dan produktivitas.10
Menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk11,124:
3
Putra RI, Sri H. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap jumlah penyakit kerja dan jumlah
kecelakaan kerja karyawan PT Hanei Indonesia. Jurnal Visionida. 2017; 3(1); 42-53
9. Nugraha H, Linda Y. Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya
Menininalkan Kecelakaan Kerja pada Pegawai PT Kereta Api Indonesia Persero. Coopetittioj. 2019; 10(2): 93-102
10. Ramadhan am, Sukanta, Fitriani R. Analisis Kesehatan dan Kesehatan Kerja Menggunakan Failure Effect Analysis
di Perusahaan. Jurnal Sistem Teknik Industri 2021: 23(1); 46-58
4
Yuliandi CD, Eeng A. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja Balai Inseminasi Buatan
Lembang. Jurnal Sistem Manajerial. 2019; 18(2): 98-109,
12. Candrianto. (2020). Pengenalan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (I). Literasi Nusantara
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurangu bahaya ledakan
d) Memberi kesempatan datau jalan menyelamatkan diri pada waktu kecelakaan atau
keadaan berbahaya
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan’memberi alat-alat perlindungan pada
pekerja
f) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
penyakit psikis, infeksi, dan penularan
g) Memelihara kebersihan dan ketertiban
h) Memperoleh dan menyempurnakan pengamana para pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya bertambah tinggi
1
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
5
Rosento RS, Yulistri R, Handayani EP, Nursanty S. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan. JURNAL SWABUMI, Vol.9 No.2 September 2021, pp. 155-66
16. Jumanto, & Nasution, A. P. (2017). Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(K3), Kedisiplinan Dan
Pengawasan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Bagian Seksi Cutting Crimping Di PT. Sumitomo Wiring
System Batam Indonesia. Jurnal Bening, 4.
o Udara, maksudnya adalah kondisi udara di ruangan tempat bekerja harus membuat
karyawan tenang dan nyaman. Misalnya di dalam ruangan tertutup tentu perlu
diberikan pendingin ruangan yang cukup.
o Cahaya, kualitas cahaya di ruangan juga akan sangat memengaruhi kesehatan
karyawan. Pada ruangan yang terlalu gelap atau cahayanya kurang tentu akan
merusak kesehatan karyawan, terutama kesehatan mata.
o Kebisingan, artinya suara yang ada didalam suatu ruangan atau lokasi bekerja.
Ruangan yang terlalu berisik atau bising tentu akan memengaruhi kualitas
pendengaran.
o Aroma berbau, maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang
sedap maka kesehatan akan sangat terganggu. Aroma yang dikeluarkan dari zat-
zat tertentu yang membahayakan, misalnya zat kimia akan memengaruhi
kesehatan karyawan.
o Layout ruangan, tata letak ruangan sangat memengaruhi kesehatan karyawan,
misalnya tata letak kursi, meja serta peralatan lainnya
Menurut Soeharto dalam (Jumanto & Nasution, 2017) variabel-variabel yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi16:
Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
Supervisi, perencanaan dan koordinasi
Komposisi kelompok kerja
Kerja lembur
Ukuran besar proyek
Kurva pengalaman (learning curve)
Pekerja langsung versus subkontraktor
Kepadatan tenaga kerja
Menurut Sedarmayanti dalam (Arilaha et al., 2018) ada enam dimensi serta
indikator utama yang menentukan produktivitas dan mempengaruhi produktivitas
tenaga kerja, adalah17:
a) Sikap kerja, merupakan kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work)
dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
b) Tingkat keterampilan yang merupakan kemampuan melaksanakan
tugas/pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang
tersedia
c) Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi merupakan hubungan
yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga
kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu
dan panitia mengenai kerja unggul.
d) Manajemen produktivitas merupakan manajemen yang efisien mengenai
sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
e) Efisiensi tenaga kerja merupakan perencanaan tenaga kerja dan tambahan
tugas.
f) Kewiraswastaan merupakan suatu hal yang tercermin dalam pengambilan
resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam
berusaha
4. Sistem Manajemen K3
Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Adapun alasam
disusunnya SMK3 dengan beberapa hal yang menjadi latar belakang, yaitu16:
a) K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
b) Kecelakaan kerja yang terjadi relatif masih tinggi
c) Pelaksanaan pengawasan K3 masih dominan bersifat parsial dan belum
menyentuh aspek manajemen
d) Relatif rendahnya komitmen pimpinan perusahaan dalam hal K3
e) Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
f) Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh
komunitas perlindungan hak buruh internasional
g) Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan
perlindungan
h) Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program
i) Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi isu nasional baik secara
politis maupun sosial
j) Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah
dilihat dari pendekatan moral
k) Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan,
belum ditempatkan sebagai mitra usaha
l) Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
a) Eliminasi;
Hirarki pertama atau teratas dari piramida pengendalian risiko yaitu dengan
melakukan eliminasi/menghilangkan bahaya dengan melalkukan upaya pada saat
desain, tujuan dari dilakukan eliminasi untuk menghilangkan potensi kesalahan
manusia dalam pengoperasian sistem karena kesalahan dalam desainnya Penghapusan
bahaya atau eliminasi adalah teknik yang paling berhasil karena tidak hanya
mengandalkan perilaku pekerja untuk meminimalkan bahaya; namun demikian,
eliminasi bahaya total tidak selalu memungkinkan atau murah. Upaya modifikasi
desain untuk menghilangkan bahaya, seperti memperkenalkan alat pengangkat
mekanis untuk menghilangkan bahaya penanganan manual, dengan alat tersebut
diharapkan dapat mengurangi kejadian cedera pada proses pengangkatan karena
melebihi beban angkat manual yang diperbolehkan untuk tenaga kerja, sehingga dapat
mengurangi insiden cedera dalam proses pengangkatan.
7
Keppres RI No.22 Tahun 1993 ”Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
20. Occupational Safety and Health Administration (Revisi 2000). “Occupational Safety and Health Standards for the
Construction Industry” (29 CFR Part 1926) – U.S. Department of Labor.
8
20. Aprilia C, dkk. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi. 2022. p.60-2
b) Penggantian;
Metode selanjutnya dengan mengganti atau substirusi yaitu pengendalian yang
bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan
bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Mengganti
bahan yang kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem (misalnya menurunkan
gaya, arus listrik, tekanan, suhu, dan lain lain.) Teknik penggantian atau elinimasi
merupakan control berikutnya, yang mencoba mengubah bahan, proses, operasi, atau
peralatan berbahaya menjadi bahan, proses, operasi, atau peralatan yang kurang
berbahaya. Melalui desain atau modifikasi sistem, pengendalian ini mengurangi
bahaya dan meminimalkan risiko. Mengganti bahan yang kurang berbahaya atau
mengurangi konsumsi sistem energi (misalnya menurunkan gaya, arus listrik, tekanan,
suhu, dan lain lain)
c) Pengendalian teknik;
Hirarki kontrol teknik digunakan untuk memisahkan risiko dari karyawan dan
untuk mencegah kesalahan manusia. Kontrol ini diletakkan di dalam mesin atau unit
sistem peralatan. Memasang sistem ventilasi yang berfungsi untuk penyegaran udara
dengan mesukkan udara segar kedalam ruangan atau menarik udara kotor ke luar
ruangan, membuat ruangan menjadi bertekanan positif sehingga udara luar tidak bisa
masuk misalnya untuk ruangan isolasi, pelindung mesin, interlock, penutup suara
untuk mengurasi kebisingan pada sumber suara, dan lain sebagainya.
d) Signage/peringatan dan/atau pengawasan administratif;
Kontrol administratif digunakan untuk melacak personel yang akan melakukan
tugas. Diyakini bahwa dengan menggunakan teknik kerja yang terjadwal, karyawan
akan bekerja sama dan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas dengan aman. Rambu keselamatan, marka area berbahaya,
rambu photo-luminescent, marka jalur pejalan kaki, sirene/lampu peringatan, alarm,
prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem kerja aman, marka dan
izin kerja, dan sebagainya adalah contoh-contoh dari jenis-jenis control ini; dan
e) Alat pelindung diri (APD).
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri adalah metode pengurangan
bahaya yang paling tidak efektif. APD hanya digunakan oleh karyawan yang akan
bersentuhan langsung dengan risiko bahaya dengan memperhatikan jarak dan lama
kontak. Semakin jauh jarak dari risiko bahaya, semakin rendah risiko yang didapat;
demikian pula, semakin pendek kontak dengan risiko bahaya, semakin rendah risiko
yang diperoleh. Kacamata pengaman, pelindung pendengaran, pelindung wajah,
sabuk pengaman , respirator, dan sarung tangan adalah contoh APD. Saat
menggunakan hierarki, pertimbangkan biaya relatif, keuntungan pengurangan risiko,
dan ketergantungan pilihan yang tersedia merupakan hal yang urgent untuk
diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
Kejadian kecelakaan yang terjadi akan bisa ditanggungi dengan baik serta
kemungkinan akan terjadi lagi dalam masa yang akan datang bisa diminimalisir dengana
bearbagai usaha yang bisa dilakukan oleh seoarang tenaga ahli keselamatan kerja, pihak
perusahaan, serta tenaga ahli dengan brbagai metode yang ada yang disesuikan dengan
kondisi dan kemampuan ahli yang dimiliki sehingga keefektifan dari upaya analisa
kecelakaan bisa berjalan dengan baik.
Dengan serangkaian metode analisis yang ada diharapkan ada sumbangsih atau
konstribus yang bisa dilakukan dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dalam
tempat kerja sehingga harapan pemerintah untuk membuat tempat kerja yang aman, nyaman
bebas dari terjadinya kecelakaan atau zero accident bisa terwujud dengan segera dengan
Indonesia bebas kecelakaan kerja dengan terwujudnya Indonesia Berbidaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setyawan FE, Setijanto Vs, Zahara R. Modul Pelatihan Hiperkes & Keselamatan
Kerja Bagi Dokter Perusahaan. Malang; Continuing Development Medical Education.
2020. P. 13-25
2. Suryani, A. I., Ikhwansyah I., Eka L. M., 2013. Pengaruh Potensi Bahaya terhadap
Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh. Jurnal Precure,
[e-Journal] 1: pp. 34-42
3. Kurniawidjaja, L. M., 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Penyelenggaraan dan
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
5. Lusianawaty, D., Sulistiyowati, T., 2009. Hubungan Lama dan Posisi Kerja dengan
Keluhan Otot Rangka Leher dan Ekstremitas Atas pada Pekerja Garmen Perempuan
di Jakarta Utara. Buletin Penelitian Kesehatan, [e-Journal] 37(1): pp. 12-22.
6. Rabiei, M., Maryam, S., Habibolah, D-S., Mohamad, T., 2012. Musculoskeletal
Disorders in Dentist. International Journal Occupational Hygiene, [e-Journal] 4(1):
pp. 36-40
7. Juliatri. Pengendalian Bahaya Fisik pada Pekerjaan Dokter Gigi. e-GiGi.
2020;8(1):34-43
8. Putra RI, Sri H. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap jumlah
penyakit kerja dan jumlah kecelakaan kerja karyawan PT Hanei Indonesia. Jurnal
Visionida. 2017; 3(1); 42-53
9. Nugraha H, Linda Y. Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam Upaya Menininalkan Kecelakaan Kerja pada Pegawai PT Kereta Api
Indonesia Persero. Coopetittioj. 2019; 10(2): 93-102
10. Ramadhan am, Sukanta, Fitriani R. Analisis Kesehatan dan Kesehatan Kerja
Menggunakan Failure Effect Analysis di Perusahaan. Jurnal Sistem Teknik Industri
2021: 23(1); 46-58
11. Yuliandi CD, Eeng A. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan
Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Sistem Manajerial. 2019; 18(2): 98-
109,
12. Candrianto. (2020). Pengenalan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (I). Literasi
Nusantara
13. Widodo, D. S. (2021). Keselamatan & Kesehatan Kerja Manajemen & Implementasi
di Tempat Kerja (I). Jogjakarta: Penebar Media Pustaka.
14. Kasmir, D. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik) (4th ed.).
PT Rajagrafindo Persada; Depok
15. Rosento RS, Yulistri R, Handayani EP, Nursanty S. Pengaruh Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. JURNAL
SWABUMI, Vol.9 No.2 September 2021, pp. 155-66
16. Jumanto, & Nasution, A. P. (2017). Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(K3),
Kedisiplinan Dan Pengawasan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Bagian Seksi
Cutting Crimping Di PT. Sumitomo Wiring System Batam Indonesia. Jurnal Bening,
4.
17. Arilaha, M. A., Ruslan, A. K., & Tanti, E. P. (2018). Pengaruh Keselamatan Kerja dan
Lingkungan KerjaTerhadap Produktivitas Karyawan pada Sektor Pembangkitan
Maluku PLTD Kayu Merah PT. PLN (PERSERO) Cabang Ternate. Jurnal Manajemen
Sinergi, 5. https://ejournal.unkhair.ac.id/index.ph p/JMS/article/view/1296
18. Keppres RI No.22 Tahun 1993 ”Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan
Kerja
19. Occupational Safety and Health Administration (Revisi 2000). “Occupational Safety
and Health Standards for the Construction Industry” (29 CFR Part 1926) – U.S.
Department of Labor.
20. Aprilia C, dkk. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). Padang: PT. Global
Eksekutif Teknologi. 2022. p.60-2