Anda di halaman 1dari 15

5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.

com

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DI RUMAH SAKIT 

DISUSUN OLEH : 

AHMAD NAQI NU’MAN  D11.2010.01069 


HERI TOMI FERLANDO D11.2010.01088 
SIGIT YOGA SARA D11.2010.01116 
OTY RISMASARI D11.2010.01092 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 


UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO 
SEMARANG
2013 
BAB I 
PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang 


Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi
yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing rumah sakit Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan rumah sakit sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu
disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada rumah
sakit. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan yang akan semakin
meningkatkan kepercayaan pasien/masyarakat. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja di rumah
sakit.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 dan visi
indonesia mencapai MDGS 2014 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan rumah sakit, tetapi juga dapat mengganggu proses penyembuhan dan
pengobatan secara menyeluruh, yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika
kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. 
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam
kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.  

B.  Permasalahan 
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan di rumah
sakit dalam menangani korban dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja. 

C.  Tujuan 
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan
dan peran dari sisi rumah sakit tersebut dalam menangani pasien/orang yang sakit dan
mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

BAB II 
PEMBAHASAN 

A.  Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja 


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat

pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23


tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja
harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.  
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja
dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003
tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
 jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-
upaya K3 di RS. 
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan
sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas,
 jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun
para pengunjung yang ada di lingkungan RS. 
B. Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik

maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah
sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :  
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
(obat – obatan). 
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik . 
3. Bahaya radiasi . 
4. Luka bakar . 
5. Syok akibat aliran listrik . 
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam . 
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. 
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja.

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
di rumah sakit / instansi kesehatan.  
Hasil laporan National Safety Council (NSC)   tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka
bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan
kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains  : 52%;contussion, crushing,
bruising   : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries:
2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis:
1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium
Statistics, 1983). 

Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi


pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara
813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal   4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data
penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas,
namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan

dengan bahaya-bahaya yang ada di RS. 


Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita
petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan
saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang
belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. 

Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita
petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan
parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit
kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat
kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi
bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila
mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman


manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.  

C. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,
dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat
mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan ( malprektek) serta mengurangi
penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi manajemen

tesebut menjadi : 
 A. /Planning /(perencanaan) 

B. /Organizing/ (organisasi) 

C. /Actuating /(pelaksanaan) 

D. /Controlling /(pengawasan) 

a) Planning/ (Perencanaan) 

Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan


dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal
ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi
kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan pacsa
perawatan dan merawat ( hubungan timbal balik pasien  –  perawat / dokter, serta
masyarakat umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan
meliputi: 

a. Hal apa yang dikerjakan 


b. Bagaiman cara mengerjakannya 

c. Mengapa mengerjakan 

d. Siapa yang mengerjakan 

e. Kapan harus dikerjakan 

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan  

g. hubungan timbal balik ( sebab akibat)  

Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan ) sekarang tidak lagi

hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang


pendidikan dan penelitian, juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya.
Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam ( rumah sakit /
instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di
rumah sakit / instansi kesehatan harus ditangani secara serius oleh organisasi
keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan.  

b) Organizing/ (Organisasi) 

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan


dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi
kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan
pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat
diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di
tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan
Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat
(nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan
wewenangnya dapat berupa : 

1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .  

2. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja rumah


sakit / instansi kesehatan .  

3. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .  

4. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin rumah sakit /

instansi kesehatan. 
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit /
instansi kesehatan. 

6. Dan lain-lain. 

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran
No. 154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-
Patklin) ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan ini. Anggota
organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan rumah sakit / instansi
kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun
tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminar tersebut
dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga penasehat
atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit / Instansi
Kesehatan. 

c) Actuating/ (Pelaksanaan) 

Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat


kerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi
aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat.
Untuk itu setiap individu yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi
kesehatan wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat
menjadi sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai
peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat.
Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan
atau pertentangan, maka menjadi tugas semua untuk mengambil keputusan
penyelesaiannya. 
d) Controlling/ (Pengawasan) 

Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-


pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok,


yaitu : 

a. Adanya rencana 

b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.  


Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang
perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di
rumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena
usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan
diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah
sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara lain :  

1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah sakit / instansi
kesehatan yang baik, benar dan aman. 

2. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami cara- cara
menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi kesehatan.  

3. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan. 

4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja rumah


sakit / instansi kesehatan .  

5. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah


meluasnya bahaya tersebut. 

6. Dan lain-lain. 

D. Penegakan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit (K3RS)


dan Peran Dinas Kesehatan 

1.  Peraturan Kesehatan Kerja 

UU Kesehatan Nomor 23 tahun 2002 pasal 23 tentang kesehatan kerja menyatakan


bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men. 2006 juga mengatur bahwa

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajemen K3 (Bab III Pasal
3). 

Rumahsakit tidak terlepas dari peraturan-peraturan ini karena teknologi dan sarana
kesehatan, kondisi fisik rumah sakit dapat membahayakan pasien, keluarga, serta
pekerja. Jika tidak dikelola, rumahsakit tidak terhindar dari kebakaran, bencana, atau
dampak buruk pada kesehatan. 

Ringkasan studi tentang penerapan K3RS di bawah ini bisa dijadikan kasus bagaimana
lemahnya komitmen rumahsakit dalam hal ini.  

K3RS di Indonesia telah memiliki 22 peraturan. Di antara seluruh peraturan itu, paling

banyak adalah peraturan menteri (9 buah) dan belum ada sama sekali peraturan
daerah. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat sendiri tidak memiliki semua
dokumen peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dinas kesehatan bahkan
tidak memiliki satu staf yang mengurusi bidang ini. Tidak ada tim khusus K3RS.
Penjabaran dari regulasi tersebut oleh pemerintah daerah dalam bentuk peraturan
daerah belum ada sama sekali. Padahal mengacu pada PP No. 25 tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan propinsi sebagai otonom maka pemerintah daerah
mempunyai legalitas dalam mengatur regulasi K3RS. Kenyataan ini barang kali bisa
mencerminkan keadaan sebelum desentralisasi. Daerah melaksanakan apa yang
menjadi keputusan pusat dan barang kali karena keputusan pusat itu pula, regulasi
K3RS ini lemah. 

2.  Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai Pilihan Rasional Rumahsakit  

Penelitian Bambang mengukur sembilan aspek yang bisa dijadikan tolok ukur
bahwa rumahsakit itu memberikan komitmen pelaksanaan K3RS. Seluruh rumahsakit
menyediakan sejumlah dana untuk keperluan K3RS. Seperti terlihat dalam tabel di
bawah ini, 6 dari 7 rumahsakit belum memiliki sistem keamanan dan tenaga khusus
bidang K3RS. Lima rumahsakit belum memiliki sarana IPAL dan sistem pengawasan
yang memadai. Selain itu, observasi di lapangan, rumahsakit-rumahsakit ini tidak
memiliki sistem pelaporan tentang kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.  

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

Tabel 1. Komitmen rumahsakit dengan kebijakan Regulasi K3RS  

Jenis komitmen yang


No  RS1  RS2  RS3 RS4 RS5  RS6  RS7 Jumlah % 
ditunjukkan 

1  Dana  P  P  P  P  P  P  P  7  100.0 
2  Kebijakan  P  P  P  .  .  .  .  3  42.9 
3  Pengawasan  P  P  .  .  .  .  .  2  28.6 
4  Penghargaan dan Sanksi  P  .  .  .  .  .  .  1  14.3 
5  Organisasi  P  P  P  .  P  .  .  4  57.1 
6  Ketenagaan  P  .  .  .  .  .  .  1  14.3 
7  Pengadaan APD  P  P  P  P  P  P  P  7  100.0 

8  Pengadan IPAL  P  P  .  .  .  .  .  2  28.6 


Membangun sistim
9  P  .  .  .  .  .  .  1  14.3 
keamanan 
.  JUMLAH  9  6  4  2  3  2  2  .  . 
.  PERSENTASE (%)  100  67  44  22  33  22  22  44,4  . 

Tabel 2. Tahun Penerbitan, Isi Regulasi dan Bentuk Regulasi K3RS  

TAHUN  REGULASI  Jenis 


1970  Keselamatan Kerja  Undang-undang 
1975  Keselamatan kerja terhadap radiasi  Peraturan Pemerintah 
1975  Izin pemakaian zat radioaktif   Peraturan Pemerintah 

1980  Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam Peraturan Menteri 


penyelenggaraan K3 
1980  Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat Peraturan Menteri 
pemadam api ringan 
1981  Kewajiban melapor penyakit akibat kerja   Peraturan Menteri 

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

1983  Pelayanan kesehatan tenaga kerja   Peraturan Menteri 


1989  Ketentuan KK terhadap radiasi  Keputusan Dirjen 
1992  Kesehatan  Undang-undang 
     
1992 Persyaratan Kesling RS Peraturan Menteri
1993  Penyakit yang timbul karena hubungan kerja  Keputusan Presiden 
1993  Komite K3  Keputusan Menteri 
1993    Persyaratan kesehatan lingkungan ruang & Keputusan Dirjen 
Bangunan serta fasilitas sanitasi rumah sakit  
  Persyaratan kesehatan konstruksi ruang di rumah
sakit. 
  Persyaratan & petunjuk teknis tata cara penye
hatan lingkungan RS 

1996  Sistem Manajemen K3 (SMK3)  Peraturan Menteri 


1996  Pengamanan bahan berbahaya bagi Kesehatan   Peraturan Menteri 
1997  Pelaksanaan Audit system manajemen K3   Peraturan Menteri 
1997  Penyelenggaraan pelayanan radiology  Peraturan Menteri 
1997  Pembentukan Panitia K3 Rumah Sakit  Surat Edaran 
1997  Inspeksi K3  Keputusan Menteri 
1998  Persyaratan kesling kerja  Keputusan Menteri 
1999  Perubahan PP18 /1999 terhadap pemgelolaan limbah B3   PP 
2003  Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja   Keputusan Menteri 
Tekait dengan peran regulasi dinas kesehatan, standar K3RS bisa dijadikan sebagai
 persyaratan pendirian atau operasi rumahsakit.  

Pelaksanaan K3RS pada masa yang lalu ditekankan dengan pola pembinaan
dinas kesehatan. Kebijakan kita selama ini dalam bidang kesehatan dan keselamatan
kerja adalah berupa sosialisasi program, pelatihan tentang K3RS, menyediakan tenaga
khusus, dan membuat pedoman pelaksanaan. 

Cara-cara pembinaan seperti itu memperlihatkan hasil yang minimal. Satu


rumahsakit dalam penelitian ini, kebetulan swasta, bisa menjadi contoh karena mereka

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

telah secara sadar menerapkan standar lebih internasional. Rumahsakit swasta yang
berorientasi internasional menganggap K3RS adalah strategis bagi pelanggan yang
sudah makin kritis. Sifat kesukarelaan seperti ini bagi rumahsakit pemerintah dan
swasta lokal bisa berakibat buruk. Pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan mau tidak
mau perlu membuat tekanan dari luar agar kesehatan dan keselamatan kerja betul-
betul terjaga. 

Pemerintah daerah hendaknya lebih peduli dengan K3RS, dengan membuat


peraturan daerah khusus yang diberlakukan di daerahnya. Dinas kesehatan bisa
mengawasi pelaksanaan K3RS, diikuti dengan tindakan sanksi bagi yang tidak
menerapkannya. Lebih tegas, perlindungan publik dan pekerja seperti ini harus menjadi
persyaratan mutlak dalam pemberian izin pendirian suatu rumahsakit. 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja  
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan dari
zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat – obatan), Bahan beracun, korosif

dan kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok akibat aliran listrik ,Luka sayat akibat
alat gelas yang pecah dan benda tajam & Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.  

B. Saran
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit
5/26/2018 MakalahKesehatan Dan Keselamatan KerjaDiRumahSakit-slidepdf.com

yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi
persaingan global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan pelayanan tersebut sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian instansi itu
sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus lebih bersifat manusiawi dan
bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.  

DAFTAR PUSTAKA 

 Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan , alih
bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC  
Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit, Jakarta.:Depkes
RI 
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan , (Bandung : Rosdakarya, 1996 

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-rumah-sakit

Anda mungkin juga menyukai