Anda di halaman 1dari 15

MENGOPTIMALKAN KESELAMATAN KERJA DENGAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 UNTUK PEKERJA PADA INDUSTRI

Nama NIM Prodi

: Purwantoro : 041100120 : Elektronika Instrumentasi

JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR STTN BATAN YOGYAKARTA 2012/2013

PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga karena Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah MENGOPTIMALKAN KESELAMATAN KERJA DENGAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 UNTUK PEKERJA PADA INDUSTRI ini. Makalah ini berisi tentang pentingnya pelatihan K3 dalam mengoptimalkan keselamatan kerja pekerja pada industri. Mengapa perlu adanya pelatihan dan apa manfaat yang akan didapatkan. Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh darikesempurnaan. Olehkarena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Yogyakarta, Oktober 2012

Penulis

PURWANTORO04110012014OKT2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Pada kondisi kesehatan yang baik, kondisi lingkungan kerja yang sehat, proses kerja yang aman, dan hubungan kerja yang damai (Peaceful Industrial Relations), maka tenaga kerja dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan kemampuan terbaik mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan K3 ditempat-tempat kerja masih jauh dari harapan, hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan akan K3 dan umumnya manajemen masih menganggap K3 sebagai pemborosan (ferliest post). Sementara dengan kemajuan teknologi permesinan yang semakin canggih dan proses produksi yang semakin kompleks akan menghasilkan berbagai faktor polutan yang semakin beragam bentuknya, serta tingkat paparannya yang dapat berbahaya bagi tenaga kerja. Untuk penangan bahaya industri tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan personalia K3 di setiap tempat kerja industri atau perusahaan. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang K3 tersebut, perkembangan K3 di Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu selain melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas buku-buku, majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk, poster dan disebabarluaskan ke Seluruh Indonesia.

PURWANTORO04110012014OKT2012

Kegiatan lain adalah Diklat K3, seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3 diadakan secara berkala dan terus menerus. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah

mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

PURWANTORO04110012014OKT2012

BAB II TINJAUAN PUSTKA A. Pengertian K3 Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakitpenyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni : 1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan). 2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

PURWANTORO04110012014OKT2012

3. Pelayanan

kesehatan:

promotif,

perawatan,

pengobatan,

pencegahan

kecacatan, rehabilitasi, dan 4. genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health. Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia kerja. Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss atau near-accident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang

PURWANTORO04110012014OKT2012

sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses kerja. B. Kecelakaan Kerja Menurut Rika Ampuh Hadiguna (2009), kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total. Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua: 1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain. 2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman. Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada 4 (faktor) penyebabnya, yaitu: a. Faktor manusianya. b. Faktor material/ bahan/ peralatan. c. Faktor bahaya/ sumber bahaya d. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/ perawatan mesin-mesin) C. Penyakit Kerja Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2007). Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu: 1. Penyakit Umum

PURWANTORO04110012014OKT2012

Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja. 2. Penyakit Akibat Kerja Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan psikologis. D. Pelatihan K3 Menurut Notoatmodjo, 1989, Pelatihan adalah salah satu bentuk proses pendidikan. Dengan training, sasaran belajar atau sasaran pendidikan akan memperoleh pengalaman belajar yang pada akhirnya menimbulkan perilaku manusia. Pelatihan dipakai sebagai salah satu metode pendidikan dalam upaya meningkatkan atau menambah pengetahuan atau ketrampilan. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja (www.sucofindo.co.id). Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010). E. Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Muhammad Sabir (2009), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatanpekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

PURWANTORO04110012014OKT2012

BAB III PEMBAHASAN

A. Sebab sebab kecelakaan kerja H.W Heinrich Dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi dua, yaitu : 1. Unsafe Action (tindakan Tidak Aman) Unsafe Action adalah suatu tundakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja. Contohnya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan inibisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan. 2. Unsafe Condition (Kondisi Tidak Aman) Unsafe Condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe condition ini contohnya adalah lantai yang licin, tangga rusak, udara yang pengap,pencahayaan kurang, terlalu bising, dan lain-lain. Selanjutnya Frank Bird menggambarkan teori Heinrich tersebut. Frank Bird menggolongkan penyebab terjadinya kecelakaan adalah sebab langsung ( Immediate Cause ) dan factor dasar ( Basic Cause ). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut, misalkan terpeleset, kejatuhan suatu benda, dan lain-lain. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah merupakan factor yang memicu atau memberikan kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan tersebut. Misalnya tumpahan minyak yang menyebakan lantai licin, kondisi penerangan yang tidak baik, terburu-buru atau kurang nya pengawasan, dan lain-lain. Meskipun penyebab tidak langsung hanyalah sebagai penyebab atau pemicu yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, namun sebenarnya hal tersebutlah yang harus dianalisa secara detail mengapa faktor tersebut bisa dan dapat terjadi. Di samping faktor-faktor yang disebutkan di atas, teori-teori modern memasukan faktor sistem manajemen sebagai salah satu factor penyebab terjadinya kecelakaan. Ketimpangan dan kurangnya perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, pemantauan dan pembinaan menyebabkan terjadinya multiple cause sehingga kecelakaan kerja dapat terjadi.

PURWANTORO04110012014OKT2012

B. Pencegahan Kecelakaan Kecelakaan bisa disebabkan karena kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action). Dalam usaha penanggulangan terjadinya kecelakaan dapat menggunakan pendekatan 4E yaitu: 1. Education Tenaga Kerja harus mendapatkan bekal pendidikan & Pelatihan dalam usaha pencegahan Kecelakaan. Pelatihan K3 harus diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan sesuai tugas dan tanggung jawabnya Contoh : Pelatihan Dasar K3 untuk Karyawan baru,Pelatihan K3 Supervisor, Pelatihan Manajemen K3. 2. Engginering Rekayasa dan Riset dalam bidang Teknologi dan Keteknikan dapat dilakukan untuk mencegah suatu kecelakaan Contoh : Pemasangan Encinerator Pada Tanggki Bahan Kimia, Pemasangan Safety Valve pada bejana tekan,

Pemasangan Alat Pemadam otomatis , Memberdayakan Robot , Dll. 3. Enforcement Penegakan Peraturan K3 dan pembinaan berupa pemberian Sanksi harus dilaksanakan secara tegas terhadap pelanggar peraturan K3 . Penerapannya harus konsisten dan konsekwen. 4. Emergency Respons Setiap Karyawan atau orang lain yang memasuki tempat kerja yang memiliki potensi bahaya besar harus memahami langkah langkah penyelamatan bila terjadi keadaan darurat. Contoh : Kebocoran Tangki Bahan

Kimia, Kebakaran, Bencana alam Dll

C. Pentingnya Pelatihan K3 Dalam sistem manajemen K3 (SMK3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor PER.05/MEN/1996 pada lampiran I poin 3.1.5 tentang pelatihan (training) disebutkan bahwa penerapan dan pengembangan sistem manajemen K3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan

PURWANTORO04110012014OKT2012

untuk

mencapai

tujuan

keselamatan

dan

kesehatan

kerja. OHSAS

18001

(Occupational Health and Safety Management Systems) section 4.4.2 mensyaratkan bahwa setiap pekerja harus memiliki kompetensi untuk melakukan tugas-tugas yang berdampak pada K3. Kompetensi harus ditetapkan dalam hal pendidikan yang sesuai,pelatihan dan / atau pengalaman. Pelatihan K3 merupakan program yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja,dari berbagai studi yang dilakukan terhadap prilaku tidak aman dari pekerja diperoleh beberapa alasan (National Safety Council,1985): 1. 2. 3. 4. 5. Pekerja tidak memperoleh intruksi kerja secara spesifik dan detil. Kesalahpahaman terhadap intruksi kerja. Tidak mengetahui instruksi kerja. Menganggap instruksi kerja tersebut tidak penting atau tidak perlu. Mengabaikan instruksi kerja. Untuk mencegah hal tersebut diatas terjadi maka sangat diperlukan training bagi pekerja untuk memahami setiap instruksi kerja secara baik dan akibat yang dapat terjadi jika tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail.A (2010) menunjukkan bahwa training dapat meningkatkan kompetensi dan pengetahuan pekerja. Kemudian pengetahuan dan kompetensi pekerja tersebut dapat mengurangi kesalahan pencampuran dan parameter proses yang disebabkan oleh faktor pekerja,dimana kesalahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya bahaya reaktifitas kimia. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dingsdag (2008) yang menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan budaya dan prilaku K3 untuk mengurangi kecelakaan kerja maka diperlukan training K3 untuk meningkatkan kompetensi dan pemahaman K3 pada seluruh line management dan pekerja. Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan. Pelatihan keselamatan yang diadakan perusahaan

bertujuan untuk melatih karyawan dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan melindungi diri apabila terjadi kecelakaan kerja. Adanya pelatihan keselamatan

PURWANTORO04110012014OKT2012

membuat karyawan menjadi semakin terlatih dan terampil serta lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan K3 melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan kerja. Publikasi keselamatan tidak efektif dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatannya. Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Karena pada umumnya karyawan akan bekerja dengan baik atau dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi. Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Penerapan K3 dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap karyawan. Adanya rasa aman dan tenang dalam bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Menurut pendapat Bennett S, teknik pelaksanaan pencegahan kecelakaan harus didekati dari dua aspek di atas, yakni aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan sebagainya) dan perangkat lunak ( manusia dan segala unsur yang berkaitan). Untuk itu aspek manusia terlebih dahulu diperhatikan, kemudian aspek perangkat kerasnya. Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan (Ridley, 2008), antara lain : 1. Perkuliahan dan Percakapan 2. Video dan film 3. Studi kasus 4. Diskusi kelompok 5. Pelatihan diluar kelas 6. Pelatihan langsung ditempat kerja Pelatihan yang diberikan harus meliputi pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) untuk meningkat kompetensi pokok (core competency) dan kompetensi K3

PURWANTORO04110012014OKT2012

(safety competency). Kompetensi pokok adalah kompetensi minimum yang harus dimiliki pekerja untuk menjalankan tugas pokok yang dibebankan, misalnya operator produksi harus memahami dan mampu menjalankan mesin produksi, laboran harus mampu melakukan analisa dasar bahan kimia dan seterusnya. Namun kompetensi pokok saja tidak cukup untuk melakukan pekerjaan secara aman,maka diperlukan kompetensi K3. Pada umumnya training kompetensi pokok tidak dilengkapi dengan kompetensi K3 atau tidak mengandung aspek-sapek K3 (Dingsdag,2008). Secara garis besar training K3 yang diperlukan adalah sebagai berikut (National Safety Council,1985): 1. Training untuk karyawan baru, misalnya: peraturan umum perusahaan, profil perusahaan, peraturan K3 secara umum,kebijakan K3, program pencegahan kecelakaan, intruksi kerja yang dibutuhkan, bahaya ditempat kerja, alat pelindung diri, dst. 2. Job Safety Analysis (JSA); pemahaman terhadap JSA dan proses JSA. 3. Job instruction training (JIT); training yang secara spesifik menjelaskan prosedur kerja standar di area kerja masing-masing,misalnya; prosedur kalibrasi, prosedur pembuatan produk, prosedur pembersihan tangki,dst.
4. Other method instruction; training untuk trainer, bagaimana mempersiapkan dan

melakukan training secara baik. Optimaslisasi keselamatan kerja adalah menjadi tanggung jawab semua bagian pada suatu industri. Komitmen dari manajemen pada K3 sangat berpengaruh pada kinerja karyawannya dan tentu berimbas pada kinerja industry secara keseluruhan. Bagi pekerja aspek terpenting adalah perusahaan memberikan perlengkapan K3, dimana para pekerja akan merasa aman dan nyaman melakukan pekerjaan konstruksi ketika dirinya dilindungi dengan adanya perlengkapan K3.

PURWANTORO04110012014OKT2012

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh konsisi tidak aman dan tindakan tidak aman. Sebagian besar kecelakaan kerja di pabrik/industri disebabkan oleh kelalaian manusia, jarang sekali disebabkan oleh mesin. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan pelatihan, pekerja dapat memahami setiap instruksi kerja secara baik dan akibat yang dapat terjadi sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah. Pelatihan K3 adalah sebuah usaha bagaimana menumbuhkan budaya aman pada setiap kegiatan saat melakukan pekerjaan. Sehingga semua elemen pada sebuah industri akan selalu sadar tentang pentingnya sebuah prosedur, pentingnya mematuhi rambu, pentingnya memakai APD dll. Dengan pelatihan K3, kompetensi dari setiap pekerja akan meningkat, sehingga kesadaran akan keselamatan kerja juga meningkat. Pada akhirnya usaha untuk bisa mencapai zero accident bisa dicapai.

B. Saran Perlunya pengawasan yang ketat dan pemeberian sanksi dari pemerintah dalam penerapan manajemen K3, supaya K3 menjadi yang utama untuk diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim Jati Kusuma.2010.Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan PT. Bitratex Industries Semarang. Semarang: UNDIP Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, Armanu Thoyib. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja proyek kontruksi. Hal 83-95 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No. 1 2012 ISSN 1978 5658 95 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Industri. http://studilingkungan.blogspot.com/2011/01/keselamatan-dan-kesehatan-kerjak3.html. Diakses tanggal 6 Oktober 2012. K3 Tambang. http://pustakatambang.blogspot.com/2012/04/makalah-k3-tambang.html. Diakses tanggal 6 oktober 2012.

PURWANTORO04110012014OKT2012

Ismail A.2010.Pentingnya Training K3 Untuk Mengurangi Potensi Kecelakaan Bahan Kimia. http://healthsafetyprotection.com/pentingnya-training-k3-untuk-mengurangipotensi-kecelakaan-bahan-kimia/. Diakses tanggal 12 Oktober 2012. Motivasi dan Pendidikan K3. http://www.slideshare.net/aziralfanan/motivasi-dan-pendidikank3. Diakses tanggal 14 Oktober 2012.

PURWANTORO04110012014OKT2012

Anda mungkin juga menyukai