DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
dr. INDRA WIRA PRATAMA dr. RADITYA AVIANDHAKA
dr. IQBAL DONARIKA WIDAGDO dr. RENDRA EKA MUSTAFA
dr. IRENE ANGGRAINI VALEN dr. REZHA INDRAWAN
dr. IRHAMUL ULA RIYANI dr. RICHARDO ARDY PUTRA
dr. KEVIN PRAYOGO POERNOMO dr. RINALDI WIBAWA S
dr. LIBRA HENDRA PRANATA dr. RIZQI YUNI ARDHANI
dr. LILIA INTAN dr. STEPHANIE PEREIRA
dr. LYNDIA VERONICA dr. SYULFIYA AYNY
dr. MARIA AYU KRISTINA SARI dr. TOTOK SUBIYANTO
dr. MIRZANIA MAHYA FATHIA. dr. UBAIDILLAH HAFIDZ
dr. MOCHAMAD SYAHRIZAL A. dr. VIRDO NOVIAN FIRNAKO
dr. MUHAMMAD DIMAS AFID W. dr. WAHYU FEBRIANTO
dr. NURUL AZMI ROSMALA PUTRI dr. YUDHISTIRA PERMANA
dr. NURUL UMMI ROFIAH, MH dr. ZULFA FAIQOH
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME atas segala rahmaT dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan perusahaan
dengan aspek keselamatan kerja dan penanggulangan bahaya kebakaran pada
kunjungan ke PT Adi Satria Abadi di Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta.
Kunjungan yang kami lakukan ini merupakan salah satu rangkaian acara
dalam pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi dokter perusahaan yang
diselenggarakan oleh Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi D.I.
Yogyakarta. Kunjungan ini sekaligus sebagai evaluasi peserta terhadap pelatihan
yang telah diberikan pada hari-hari sebelumnya sehingga dapat dijadikan sebagai
tolok ukur untuk menjadi dokter perusahaan.
Kami ucapkan terima kasih kepada para pengajar dan pembimbing dari Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi D.I. Yogyakarta dan jajaran direksi,
manajemen, dan para pekerja PT Adi Satria Abadi serta rekan-rekan sejawat
pelatihan Hiperkes yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Demikian
laporan ini dibuat sehingga bisa menjadi acuan dan referensi dalam penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja.
Efek panas pada tubuh manusia, panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan memberikan efek negatif yang akan berdampak pada tingkat kemampuan fisik
dan mental. Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis dibagi atas:
a. Millaria rubra (heat rash), sering dijumpai dikalangan militer atau pekeria fisik
lainnya yang tinggal didaerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal
kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini teriadi akibat
sumbatan kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan.
b. Kejang panas (heat cramps), terjadi sebagai kelainan tersendiri atau bersama
dengan kelelahan panas. Kejang otot timbul mendadak, terjadi setempat atau
menyeluruh, terutama pada otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya
adalah karena defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas
menyebabkan keringat diproduksi banyak.
c. Kelelahan panas (heat exhaustion), timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah
perifer karena dehidrasi dan defisiensi garam, Dalam usaha menurunkan panas,
aliran darah perifer bertambah yang mengakibatkan produksi keringat bertambah.
Penimbunan darah perifer manyebabkan darah yang dipompa dari jantung ke
organ-organ lain cukup sehingga timbul gangguan. Kelelahan panas terjadi pada
keadaan dehidrasi atau defisiensi garam tanpa dehidrasi. Kelainan ini dipercepat
pada orang yang kurang minum, berkeringat banyak, muntah, diare atau penyebab
lain yang mengakibatkan pengeluaran air berlebihan.
d. Sengatan panas (heat stroke)adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka
kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja
berlebihan tetapi masih berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme
pengatur suhu tubuh sudah tidak berfungsi lagi disertai terhambatnya proses
evaporasi secara total. Suhu tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit
seperti pukulan panas, kejang panas, kegagalan dalam penyelesaian terhadap panas,
dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari. Oleh karena itu, untuk menghindari
terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar panas yang tinggi, maka lamanya
keria ditempat yang panas harus disesuaikan dengan tingkat pekerjaan dan tekanan
panas yang dihadapi tenaga keria (Depkes RI 2003)
C. Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik
adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia.
Dalam kesehatan keria, getaran terbagi atas getaran seluruh badan dan getaran
tangan-lengan. Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat
percepatan dalam satuan meter per detik (m/detik2 ms). Frekuensi getaran
dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam
rentang 0,5-4Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz (Harrington dan Gill, 2005).
Vibrasi atau getaran dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis, misalnya mesin atau alat mekanis lainnya, yang dibedakan dalam dua
bentuk yakni vibrasi karena getaran udara (pengaruh utamanya pada akustik) dan
vibrasi karena getaran mekanis (mengakibatkan resonansi dan berpengaruh pada
alat-alat tubuh melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak).
Sentuhan ini melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh
(whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang
terlazim dalam pekerjaan. Efek dari gangguan ini berupa kelainan peredaran darah
dan persarafan (vibration white finger) beserta kerusakan pada persendian dan
tulang.
Sindroma getaran tangan lengan (Hand Vibration Arm syndrome HvAS)
merupakan gangguan yang sering terjadi, terdiri atas efek vaskuler pemucatan
episodik yang bertambah parah pada suhu dingin (fenomena raynaud) dan efek
neurologik yang mengalami kesemutan total dan baal. Frekuensinya biasanya
antara 20.500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz. Para
pekeria yang tangannya terpajan alat-alat yang bergetar dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah sehingga mengurangi suplai darah ke saraf. Hal ini
menyebabkan kehilangan sensoris yang permanen. Kerusakan pada tulang dan otot
menjadi lemah seperti yang terjadi pada arthritis. Keluhan-keluhan yang mungkin
dirasakan adalah:
a. Rasa nyeri pada tangan, biasanya timbul malam hari
b. Rasa kebas, baalkesemutan pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah
c. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan bawah, siku dan leher
serta di daerah bahu. Tetapi biasanya hanya terbatas di distal pergelangan tangan
d. Rasa nyeri dapat mengakibatkan sulit untuk menggenggam dan mengepal.
Perubahan anatomi vaskuler terjadi dengan hipertrofi dinding pembuluh darah
disertai kerusakan sel endotel. Spasme vaskuler yang disebabkan rasa dingin
dimediasi oleh dinding jaringan HAVS terjadi pada pekeria yang menggunakan alat
bergetar. Getaran yang bersumber dari alat akan ditransmisikan ke tangan dan lengan
dari pekeria yang memegang alat tersebut. Efek getaran yang ditimbulkan tergantung
dari besar getaran, lama penggunaan dan frekuensi. Faktor yang mempengaruhi
HAVS antara lain umur, masa keria, lama keja, jenis kelamin dan penggunaan APD,
Klasifikasi HAvs terbagi menjadi:
a. Gejala vaskular yang lebih dikenal dengan gejala Raynaud. Kondisi ini ditandai
dengan pemucatan jari Pertama ujung jari memucat, tapi satu atau lebih jari bisa
terkena dengan pemaparan getaran yang secara terus menerus. Pemucatan jari
dipicu oleh dingin, kondisi yang dingin, atau menangani objek dingin. Pemucatan
berlangsung sampai jari menjadi hangat dan vasodilatasi memungkinkan
kembalinya sirkulasi darah.
Tabel 2. Klasifikasi Stockholm untuk gejala vascular yang diinduksi rasa dingin
pada jari HAVS
Stadium Derajat Gambaran
0 Tidak ada Tidak ada serangan
1 Ringan Kadang-kadang hanya menyerang satu atau lebih ujung jari
2 Sedang Kadang-kadang menyerang ujung dan tengah jari dan jarang
menyerang bagian proksimal jari
3 Berat Sering kali menyerang hampir semua jari
4 Sangat Gejala sama seperti stadium 3 ditambah dengan perubahan
berat degenerasi kulit pada ujung jari
b. Gejala sensorineural merupakan efek neurologis seperti mati rasa, kesemutan, nyeri,
ambang sensorik tinggi untuk sentuhan dan mengurangi kecepatan konduksi saraf.
Klasifikasi Stockholm untuk perubahan sensorineural pada jari HAVS
Stadium Gejala
0 SN Terpapar getaran tetapi tidak ada gejala
1 SN Baal intermitten, dengan atau tanpa kesemutan
2 SN Baal intermitten atau menetap, terjadi penurunan persepsi sensoris
3 SN Baal intermitten atau tetap, terjadi penurunan diskriminasi taktil
dan/atau penurunan ketangkasan
KESREK
Proses menghilangkan sisa daging pada kulit
TANNING
Proses pencampuran bahan kimia untuk melemaskan kulit.
selama 3 hari
SHAVING
Proses untuk mengatur ketebalan kulit berdasarkan
permintaan konsumen.
Selama ± 1-2 hari
TRIMMING
Proses merapikan sisi kulit dengan gunting
DYEING
Proses pewarnaan sesuai permintaan konsumen
Selama 2 hari
ENZYN SETTER
Proses pemerasan dan mengoptimalkan luas kulit
HUNGING
Proses pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari
atau blower (jika cuaca buruk)
Selama ± 1 hari
MILLING
Proses pelemasan kulit dengan memukul kulit dengan
bola.
Selama 20 menit
TRIMMING
Proses merapikan sisi kulit dengan gunting
STACKING
POLISH
BUFFING Proses meratakan, menghaluskan dan
Proses meratakan bagian luar kulit. mengkilapkan bagian dalam kulit.
TOGGLING
Proses merentankan mengoven kulit dengan suhu 50-
60C selama 5 menit untuk mendapatkan luas optimal
dan mencegah kerutan pada kulit.
SPRAY
Proses untuk meningkatkan kualitas kulit dan dilakukan
hanya sesuai permintaan konsumen.
GUDANG FINISHING
Pengukuran
Proses pengukuran lembar kulit dengan mesin otomatis.
Packing
Proses mengemas kulit berdasarkan kualitas kulit.
4. Barang yang dihasilkan :
a. Produk Utama : Kulit kambing dan domba untuk bahan baku
pembuatan sarung tangan golf.
b. Bahan Sampingan : Kulit kambing dan domba untuk bahan baku
pembuatan sarung tangan kerja.
Chamois untuk bahan baku pembuatan kanebo.
5. Limbah :
a. Cair : Sisa limbah cair yang dihasilkan selama proses produksi akan
di alirkan dan di proses di Instalasi Produksi Air dan Limbah (IPAL).
Proses ini dilakukan penyaringan zat dan bahan padat yang terkandung,
sehingga terbentuk endapan yang nantinya masuk ke limbah padat dan
limbah cair yang yang lebih bersih. Setelah terurai, air akan dialirkan
ke sungai sebagai tempat pembuangan akhir.
b. Padat : Sisa bahan setelah penyamakan (serbuk bekas kulit), endapan
dari limbah cair, dan sampah rumah tangga tersimpan di TPS. Sebulan
sekali limbah tersebut akan diambil dan dibuang ke daerah Cileungsi,
Bogor.
BAHAYA LISTRIK
Potensi Bahaya Jenis Potensi Bahaya Sumber Bahaya Pengendalian yang sudah
dilakukan
Bahaya sentuh
- Sentuh Kesetrum Posisi kabel yang Kabel terlapisi bahan
langsung kurang rapi isolator
(hanging)
Percikan api Mesin shaving,
Masin Gerinda
- Sentuh tidak Kesetrum dan Rol kabel yang Merapikan kabel
langsung meledak terlalu banyak stop
kontak T untuk
charge
Bahaya hubungan Kebakaran Kabel rusak Di bungkus dengan
pendek perekat warna hitam
Keetrum dan Panel listrik di tempt Pemberian penutup pada
Kebakaran umum (tanning) panel listrik
Alat pemadam api ringan (fire extinguisher) yang biasa disingkat dengan
APAR adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan
kebakaran kecil. Pada umumnya APAR berentuk tabung yang diisikan dengan bahan
pemadam api yang bertekanan tinggi. Dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja
(K3), APAR merupakan peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh setiap
perusahaan dalam mencegah terjadinya kebarakan yang dapat mengancam
keselamatan kerja dan aset perusahaan.
Dalam hal penggunaan APAR, PT Adi Satria Abadi mengunakan APAR jenis
serbuk kimia (dry chemical powder) terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan
kombinasi dari mono-ammonium dan ammonium sulfta. APAR jenis ini tidak
disarankan untuk digunakan dalam industri karena akan mengotori dan merusak
peralatan. APAR yang tercatat dalam perusahaan ini berjumlah 22 tetapi yang dapat
terlihat hanya 8 buah.
ORGANISASI K3
Organisasi Program Keterangan
P2K3 Job Safety Analysis Tidak Ada,
Tim P2K3 telah terbentuk ± 1 tahun yang lalu,
berjumlah 8 orang yang terdiri atas:
1. Ketua, direktur perusahaan
2. Sekretaris, ahli K3
3. Seksi kecelakaan kerja
4. Seksi kesehatan
5. Seksi kesehatan lingkungan
6. Seksi pemadam kebakaran
7. Seksi kelistrikan
8. Seksi mekanik dan bangunan.
Evaluasi SOP Pernah dilakukan evaluasi awal, tetapi selanjutnya
tidak dilakukan evaluasi ualng.
Organisasi Program Keterangan
Identifikasi Potensi Bahaya kebakaran dilakukan melalui bantuan
Bahaya Dinas Pemadam Kebakaran saat pelatihan
pemadam kebakaran.
Pengujian Lingkungan Pengujian dilakukan dengan bantuan dari Dinas
Kerja Ketenagakerjaan setiap 6 bulan sekali.
Pengujian Keselamatan Pernah dilakukan dengan balai hiperkes.
Kerja
Unit Penanggulangan Setiap unit memiliki anggota yang telah dilatih,
Tanggap Kebakaran : tetapi belum dibentuk regu khusus.
Darurat Identifikasi Potensi Ada, dibantu oleh Dinas Pemadam Kebakaran
Bahaya Kebakaran
Regu Pemadam Tidak ada, namun telah dilatih 2 orang di setiap
Kebakaran unit produksi.
APAR Terdapat total 22 Unit APAR, tersebar pada unit-
unit dengan potensi kebakaran yang lebih tinggi.
Kadaluarsa APAR tercatat pada Februari-Maret
2018. Sebagian besar dilakukan pengecekan 1
tahun sekali, tetapi terdapat beberapa APAR yang
tidak dilakukan pengecekan berkala. Terdapat
APAR yang overcharge dan undercharge (jarum
kuning penunjuk tekanan berada di luar area hijau
pada manometer APAR), diperiksa oleh
perusahaan pihak ketiga (CV Wahana Tunggal)
setahun sekali.
Alat Pemadam APAR dengan isi dry chemical
Kebakaran Tidak Ada
-Hydrant System Tidak Ada, tetapi perusahaan bekerja sama dengan
-Sprinkler CV. Wahana Tunggal dengan jarak tempuh ± 30
menit.
Sistem Alarm Tidak ada
Kebakaran : Tidak ada
-Alarm Otomatis Tidak ada
-Alat Deteksi Api Dini
-Ruang Panel
Kebakaran
Jalur Evakuasi Ada, terdapat tanda penunjuk arah evakuasi namun
jumlahnya masih kurang dan belum menggunakan
tanda yang bersifat fluorescent.
Tanda evakuasi mengarah menuju Lorong utama
(2 lorong) menuju Assembly Point (Titik
Berkumpul)
Assembly Point Area lapangan yang terletak di Depan masjid dan
depan gedung pabrik dengan luas + 500m2
DATA KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan kerja yang dapat terjadi di PT.ASA adalah terjepitnya jari pekerja
di mesin shaving. Mesin shaving tersebut sudah memiliki sensor otomatis, yaitu
apabila jari pekerja masuk ke dalam mesin, mesin secara otomatis akan mati. Adanya
sensor otomatis ini menghindarkan pekerja dari kecelakaan kerja yang fatal. Selama
ini kecelakaan kerja yang terjadi berupa memar-memar dan satu kejadian terjepitnya
jari pekerja di unit teknisi ketika sedang memperbaiki mesin. Kecelakaan ini
menyebabkan jari pekerja haru diamputasi satu ruas jari telunjuk.
Sepanjang tahun 2017 (Januari s.d September) dinyatakan terdapat tiga kasus
kecelakaan kerja yang bersifat minor berupa tergoresnya punggung tangan pekerja
oleh mesin pada proses shaving.
PT. ASA belum menerapkan sistem laporan kecelakaan kerja. Tugas ini
seharusnya dilakukan oleh oraganisasi P2K3, tetapi sumber daya manusia yang
bekum memadai menjadi kendala yang sangat bermakna bagi perusahaan ini.
Perusahaan ini memiliki klinik dengan dokter umum yang bertugas hanya pada hari
Selasa dan Jumat dari 08.00-14.00 WIB.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat potensi bahaya kecelakaan kerja pada aspek bahaya Fisika, Kima,
Biologis, dan Ergonomis yang tidak dilakukan identifikasi secara berkala dan
komprehensif.
2. Peusahaan telah menggunkan penggunaan APD tetapi belum maksimal.
3. Pelaksanaan K3 di perusahaan ASA masih kurang tergambar dari penggunaan
APD, safety bangunan, dan infrastruktur
4. Tim P2K3 belum terbentuk
5. Unit tanggap darurat bahaya kebakaran belum ada secara khusus
B. Saran
1. Melakukan identifikasi secara berkala dan komprehensif terhadap potensi
bahaya kecelakaan kerja pada aspek bahaya Fisika, Kima, Biologis, dan
Ergonomis
2. Meningkatkan jenis dan kesesuaian APD dengan bahaya potensial yang
terdapat di Perusahaan dan meningkatkan kesadaran masing – masing
individu pekerja terhadap penggunaan APD terutama pada unit dengan bahaya
potensial tinggi
3. Memberikan tanda peringatan bagi mesin permukaan panas
4. Menutup rapat semua bahan kimia berpotensi meledak