Anda di halaman 1dari 18

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“Konsep Dasar K3 dalam Keperawatan”

Di Susun Oleh:

1. Demo Prasetyo U 1440120011


2. Dewi Maysari 1440120012

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Konsep Dasar K3 dalam Keperawatan” ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan kerendahan
hati kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca maupun penulis itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang dikenal
sangat populer. Di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yaitu Keselamatan, dan Kesehatan Kerja. Menurut ilyandra (2009) istilah K3 dapat
mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain
mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai
tujan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja digolongkan sebagai suatu
ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu
program didasari pendkatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan,
maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi. (Rijanto, 2010). Sedangkan
menurut UUD 1945 pasal 27, Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara keilmuan
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Adapun di Negara kita,
Undangundang Dasar 1945 yang mengisyaratkan bahwa setiap warga Negara Republik
Indonesia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusian. Dan pekerjaan
baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila keselamatan tenaga kerja dalam
menjalankan pekerjaan terjamin.
Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar setiap
tenaga kerja berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja
sangat dibutuhkan sehingga pekerja merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan
pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja,
untuk dapat bekerja sebaik mungkin dan juga dapat mendukung keberhasilan serta
target dalam pekerjaan dapat tercapai (Saputra, 2012).
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat
harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus
dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat
berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku perawat. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian K3 dalam Keperawatan
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan, manfaat, dan etika dalam K3
3. Mahasiswa mampu mengetahui ruang lingkup K3 dalam keperawatan
4. Mahasiswa mampu mengetahui kebijakan K3 yang berkaitan dengan
keperawatan di Indonesia
5. Mahasiswa mampu mengetahu peran perawat dalam meningkatkan K3
6. Mahasiswa mampu mengetahui risiko & hazard yang berkaitan dalam
pemberian asuhan keperawatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian K3 dalam Keperawatan


Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari
luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja
menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode
waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan
fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara
lain:
a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja .
d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera
yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sedangkan, menurut IOM,


Keselamatan Pasien (Patien Safety) didefinisikan sebagai bebas dari cidera (freedom
from accidental injury), cidera disebabkan karena error yang meliputi kegagalan
suatu perencnaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang
berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai
tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Istilah
Hiperkes menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga
Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan
dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,dilakukan dengan mengatur
pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yangsakit, mengatur persediaan
tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah
penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan
syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

2.2 Objek Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Ruang lingkup atau bisa dikatakan dengan Objek sasaran yang biasa digunakan
dalam penerapanSistem Manajemen K3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja ), Sasaran
dari objek Kesehatan dan Keselamatan kerja itu sendiri dapat diartikan dengan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsusr
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Notoatmodjo, 2011, p.
106:9).Objek Sasaran K3 Menurut UU
Lalu objek sasaran K3 yang dicanangkan Undang – Undang No.1 tahun 1970 yang
dapat diartikan sebagai berikut :
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi
serta produktivitas Nasional.
b. Bahwa setiap orang tainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja.
e. Bahwa pembinaan nama-nama itu periu diwujudkan dalarn Undang-undang
yang, memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan tehnologi.
1. Objek Sasaran K3 Dengan Adanya Sistem K3
Bagi tenaga kerja maupun perusahaan pasti memiliki sasaran untuk
menerapkan sistem K3 ini pada perusahaan atau dirinya sendiri , sasaran
tersebut ialah : ( Dikutip dari E-Book Iosi Pratama tentang Keselamatan ,
Kesehatan Kerja Lingkungan hidup )
a. Bagi Tenaga Kerja
Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi
khususnya, dapat memahami arti pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja dalam keseharian kerjanya untuk kepentingannya sendiri atau
memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut agar mampu
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
b. Bagi Perusahaan
Untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja.

2.3 Tujuan K3
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim
yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan
dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh
pihak- pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut
Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan
kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja. Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut
(Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut.


a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.4 Manfaat K3
Manfaat prosedur Kerja K3 sebagai berikut :
a) Pekerjaan medis merasa aman melakukan pekerjaannya dan rumah sakit juga
diuntungkan
b) Hemat waktu, artinya perawat tidak harus berfikir panjang dan hanya
mengikuti prosedur yang telah diterapkan
Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada rumah sakit saja, tapi perawat rumah
sakit dan pasien serta pengunjung.
1. Manfaat bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit.
c. Meningkatkan citras rumah sakit
2. Manfaat bagi perawat
a. Melindungi perawat dan penyakit akibat kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK)
3. Manfaat bagi pasien dan pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
2.5 Etika K3
Kode etik profesi kesehatan dan keselamatan kerja etika ahli kesehatan kerja
merupakan seperangkat perilaku anggota profesi ahli kesehatan kerja dalam
hubungannya dengan klien atau pasien, teman sejawat, dan masyarakat pekerja serta
merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma
dan nilai norma. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-
keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absens
menurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian
penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied
ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana di dalamnya membicarakan
tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada
masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan Kode Etik
Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri
masing- masing Tenaga Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan,menghayati,
memahami, kode etik profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka
kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang
diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga
kerja), sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu
Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.
Fungsi kode etik profesi k3, yaitu etika tenaga kesehatan kerja yang di
dalamnya diikuti adanya kesadaran akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga
kerja, dan dari masyarakat sekitar perusahaan. Peranan ahli kesehatan kerja pada
etika kesehatan dan keselamatan kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat
tugas fungsional tenaga kesehatan dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus
utama etika profesi kesehatan kerja adalah semua tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan kerja yang lebih mengutamakan pihak yang lebih menderita dalam hal ini
adalah (tenaga kerja) dengan penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan
cedera.

2.6 Ruang Lingkup


Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a) Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja
dan usaha yang dikerjakan.
b) Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja
c) Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d) Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup
pekerjaan perawat hiperkes adalah :
1. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan
paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku
yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya .
3. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan
pengawasan terhadap bahaya.
4. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan
pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan
perawatan emergensi
5. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan
membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
6. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada
progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
7. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali
faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.
8. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan
kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga
kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
9. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja.
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan
tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan
atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip
perawatan dan prosedur untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan
adalah merupakan pegangan yang utama dalam proses perawatan yang
berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis, nursing intervention dan
nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian
perawatan selanjutnya.

2.7 Kebijakan K3 yang Berkaitan dengan Keperawatan di Indonesia


Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan Tugas Perawat:
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
6. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga
kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja,
pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang
dalam rangka peningkatan kinerja K3. Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah:
a. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
b. Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja
(PAK).
c. Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100
orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus
orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki
resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
pencemaran radioaktif.

2.8 Peran Perawat dalam Meningkatkan K3


Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Nasrul Effendi,
1998
a) Fungsi
1. Mengkaji masalah kesehatan
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan keperawatan terhadap pekerja
4. Penilaian
b) Tugas
1. Pengawasan terhadap lingkungan pekerja
2. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
4. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
5. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
6. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
7. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja
dan keluarga pekerja.
8. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
9. Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

Fungsi seorang perawat sangat tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan


dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga
kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-satunya
tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes
di perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi
kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas
kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah
disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta
7. berusaha menindak lanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
8. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan
faktor pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
9. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
10. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan
11. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah
sebagai salah satu dari segi kegiatannya
12. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
13. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

2.9 Undang-Undang Kesehatan Kerja


Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para
Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja.
Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :
1. Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban
pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
b. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya
para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan
tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.  Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23
Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri
sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja
yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
c. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak
maternal, cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai
penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya
adalah :
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
Gas Bumi
2) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
4) Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja
2. Undang-Undang K3 :
a. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
terdiri dari 32 pasal
b. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal
c. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang
Ketenagakerjaan.
terdiri dari 18 Bab dan 193 pasal
3. Peraturan Pemerintah terkait K3 :
1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran, Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
3. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
4. Peraturan Menteri terkait K3 :
a. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
b. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
c. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang
Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Ahli Keselamatan Kerja.
d. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan
Hygienen Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga
Paramedis Perusahaan.
e. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
f. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
g. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
h. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
i. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
j. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
k. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja.
l. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatis.
m. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pemakaian Asbes.
n. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
o. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
p. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
q. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
r. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
s. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi
Penyalur Petir.
t. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
u. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
v. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang


dikenal sangat populer. K3 dapat mengandung arti sebagai suatu
pendekatan ilmiah dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu
terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Perawat
adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang
perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja
yang setinggi- tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko
pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologinya serta disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. Bahaya (hazard)
adalah berupa sumber, tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan
kerugian bagi manusia, baik yang bisa menyebabkan luka-luka, gangguan
kesehatan ataupun kombinasi dari keduanya. Pada kondisi tertentu hazard
kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cedera atau gangguan
kesehatan

3.2 Saran.

Makalah ini dapat dijadikan gambaran akan sistem K3 dalam


keperawatan, sehingga cara pandang keprofesian nanti tidak sempit, dan
para petugas kesehatan mampu mengetahui cara pengendalian dari bahaya
(hazard) serta lebih memperhatikan keselamata diri maupun pasien dalam
bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Anita, D. (2012). Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jember : UPT


Penerbit UNEJ.
Hanifa, N.D. (2017). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Penerapan K3 pada
Perawat. Bandung : Bandung Meeting on Global Medicine & Health
(BaMGMH)
Jakarta, I.L. (2013) Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : ILO Katalog
dalam Data Publikasi.
Nazirah,R. (2017). Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) di Aceh : Idea Nursing Journal.

Anda mungkin juga menyukai