Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.

Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap


faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan
hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan
oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3),
seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja
agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani.

Sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin


keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat
kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila
para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana
dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat
ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor
yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan


untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?

2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)
di Indonesia?

3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?

4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?

5. Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?

6. Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?

1
1.3 Tujuan Pembahasan

1. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar K3 dalam keperawatan

2. Memberikan wawasan tentang pengertian K3 dari berbagai tokoh dan sumber

3. Mengetahui tentang tujuan dan manfaat K3 dalam keperawatan

4. Mengetahui tentang Undang – Undang keperawatan tentang K3

5. Mengetahui tentang pentingnya K3 dalam keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian K3

Pengertian K3 adalah bidang yang berhubungan dengan keselamatan,


kesehatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja pada sebuah institusi ataupun
lokasi.

Arti K3 (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja) secara khusus dapat


dibagi menjadi dua, yaitu:

Pengertian K3 secara keilmuan; K3 merupakan ilmu pengetahuan dan


penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.

Pengertian K3 secara filosofis; suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan


keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarkat adil
dan makmur.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan


berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun
1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

Agar memudahkan kita dalam memahami apa arti K3, maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli. Berikut ini adalah pengertian K3 (Keamanan,
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja) menurut para ahli:

1. Mathis dan Jackson

Menurut Mathis dan Jackson pengertian K3 adalah kegiatan yang menjamin


terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental
melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas
dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari
lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.

2. Ardana

3
Menurut Ardana, pengertian K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan
agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat sehingga setiap sumber produksi bisa digunakan secara aman dan efisien.

3. Flippo

Menurut Flippo arti K3 adalah pendekatan yang menentukan standar yang


menyeluruh dan spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat kerja dan pelaksanaannya melalui surat panggilan, denda, dan
sanksi lain.

4. Hadiningrum

Menurut Hadiningrum pengertian K3 adalah pengawasan terhadap SDM,


mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak
mengalami kecelakaan.

5. Widodo

Menurut Widodo, definisi K3 adalah bidang yang berhubungan dengan


kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek.

6. World Health Organization (WHO)

Menurut WHO pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk


meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan.

Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalahsuatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha


untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan


yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja .

d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalahmerujuk


pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.

4
e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

f) Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan


Kerjamenunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga
kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena


kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara
material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman,
sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif

2.2 Pentingnya berdasarkan fungsinya K3

Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan bermanfaat,


baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah beberapa fungsi K3
secara umum:

1. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya


risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
2. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir, desain
tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
3. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para
pekerja di lingkungan kerja.
4. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode,
prosedur dan program.
6. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya
dan program pengendalian bahaya

2.3 Tujuan dan Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim


yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan
penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak
yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama
(2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk

5
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan

2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan

3. Menghemat biaya premi asuransi

4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada
karyawannya

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat


keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,


debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik


maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau


barang.

6
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan


penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang


bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh
berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

a) Keselamatan dan kesehatan kerja

b) Moral dan kesusilaan

c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal 87 juga dijelaskan bahwa
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan


berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun
1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja,
tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

3.2 Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena


sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi
(lost benefit ) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan
dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh
tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh


(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga

Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan


Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (jurnal
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-11.p

Tujuan

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Manfat

4. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam pekerajaaan


dapat digolongkan dalam:
5. 1.Bahaya terbentur benda
6. 2.Bahaya terjepit benda
7. 3.Bahay tertabrak benda atau alat penyimpan
8. 4.Bahaya tergilas kendaraaan
9. 5.Bahaya kerjatuh benda
10. 6.Bahaya tergores
11. 7.Bahaya senyawa bahan kimia
12. 8.Bahaya penafasan, dan sebagainya.
Tujuan
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja

1. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan ksehatan


akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya.

1. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan


pendidikan atau keterampilannya.

1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja

Etika dan legalisasi


-
Disiplin
-
Etis
-
Bertanggung jawab

9
Konsep Kebijakan K3

Organisasi buruh internasinal ILO mengeluarkan guidline untuk pelaksanaan OHS


managemen mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat perusahaan. Menurut
ILO-OSH guidline ini, kebijakan K3 tingkat nasional menekankan hal-hal berikut
[ILO-OSH 2001]:

1. Manajemen K3 harus merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen


organisasi.
2. Memfasiltasi kegiatan K3 baik tingkat nasional dan organisasi.
3. Keterlibatan pekerja atau perwakilan pekerja pada tingkat organisasi.
4. Melaksanakan perbaikan terus menerus terhadap biroksrasi, administrasi dan
biaya.
5. Kerjasama antar instansi terkait dalam kerangka manajemen K3
6. Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas kebijakan K3 nasional.
7. Mempublikasikan manajemen K3
8. Memastikan manajemen K3 diberlakukan sama terhadap kontraktor, pekerja
kontrak dan pekerja tetap.

Kebijakan

1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.


2. Pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah agar mampu
menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkelanjutan.

Contoh kasus resiko dan hazard pada asuhan keperawatan

Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui positif difteri pasca
menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
Hazard yang ada di kasus : Hazard Biologis yaitu Perawat tertular penyakit defteri
dari pasien pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien.

#Tujuan Utama dari Manajemen Resiko dalam keperawatan.

Tujuan utama dari manajemen resiko adalah melakukan pengkajian dan mencari
pemecahan masalah terhadap masalah potensial sebelum masalah itu benar benar
terjadi, misalnya luka. Walaupun demikian, keberhasilan manajemen resiko akan
sangat tergantung pada perawat dan para profesi kesehatan lainnya. Hal ini
disebabkan karena merekalah yang melakukan kegiatan dan bertanggungjawab secara
profesional melalui pembuatan dokumentasi tentang semua aktivitas aktivitas dan
hasil observasinya. Pencatatan yang tepat dan benar dapat menghasilkan dokumen
yang menggambarkan situasi situasi resiko tinggi, yang meliputi kejadian-kejadian
yang tidak diharapkan untuk terjadi maupun praktek-praktek lainnya yang menjamin
keselamatan dan kesehatan pasien. Selain itu, pencatatan yang layak dapat

10
memberikan perlindungan baik kepada pasien, perawat institusi penyelenggara
pelayanan kesehatan.

Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)Manajemen Risiko


K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan
manajemen untuk meningkatkan
hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada

ResikodanHazard
Hazard (Bahaya) :suatuyangdapat menyebabkan cedra pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan
Resiko : Peluang terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya.

Contoh Hazard dan Resiko Pada Perawat yang Melakukan pengkajian :


1. Pelecehan verbal saat melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarga
2. Kekerasan fisik pada perawat saat melakukan Peengkajian
3. Pasien dan Keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan Perawat
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat Pengkajian
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarga

Upaya Mencegah dan Meminimalkan Hazard dan Resiko pada perawat yang
melakukan pengkajian :
1. Batasi Akses ke tempat isolasi
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) dengan benar
3. SOP Memasang APD
4. Petugas tidk boleh menyentuh wajahnya sendiri
5. Membatasi sentuhan langsung dengan pasien
6. Cuci tangan dengan air dan sabun

PSIKOLOGI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Kesehatan Spiritual Dalam Keperawatan :

PASIEN YG MEMBUTUHKAN DUKUNGAN SPIRITUAL

1. PASIEN KESEPIAN

PS dlm keadaan dlm keadaan sepi dan tdk ada yg menemani akan membutuhkan
bantuan krn mereka merasakan tdk ada kekuatan selain kekuatan tuhan, tdk ada yg
menyertainya kecuali Tuhan.

2. PASIEN KETAKUTAN DAN CEMAS

adanya ketakutan dan kecemasan dpt menimbulkan perasaan kacau, yg dpt


membuat pasien membuutuhkan ketenangan pd dirinya, dan ketenangan yg plg bsar adlh
bersama tuhan.

3. PASIEN YG HARUS MENGUBAH GAYA HIDUP  pola gaya hidup dpt mengacaukan
keyakinan individu bila ke arah yg lbh buruk dan sebaliknya

4. PASIEN YG HARUS MENGUBAH GAYA HIDUP  pola gaya hidup dpt mengacaukan
keyakinan individu bila ke arah yg lbh buruk dan sebaliknya

Pengertian Konsep Diri :

11
1. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalalm
berhubungan dengan orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
2. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual ( Beck, Willian dan Rawlin, 1986 )

Komponen-komponen konsep diri dalam keperawatan


3. Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal),
Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity).

Adaptasi terhadap stress dalam keperawatan dapat berupa :


1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara
fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang
menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit
ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( Local adaptation syndroma)
LAS adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh:
seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan,
bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
• GAS ( general adaptation syndroma)
GAS adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan
gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti
panas di seluruh tubuh, berkeringat

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu


kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

B. Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan

12
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
C. KEMATIAN
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia.
Namun, bencana gempa di Bantul memaksa anak untuk melihat dan atau
mengalami kematian secara tiba-tiba. Pemahaman akan kematian
mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang terhadap kematian. Selain
pengalaman, pemahaman konsep kematian juga dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya.

Konsep Etiologi Penyakit dalam antropologi kesehatan :


Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit
dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan)
dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia
sekarang ini.

PANDANGAN PARA AHLI ANTROPOLOGI TERHADAP PENYAKIT

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek
yang menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah:

1. penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes),


2. beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir,
3. kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok
masyarakat,
4. healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh,
5. perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Pandangan ahli antropologi penyebab orang sakit ada dua hal yaitu:

1. Secara personalistik (secara personal)

Secara personalistik (secara personal) penyakit (illness) disebabkan oleh


intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supanatural
(mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh
leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk manusia (tukang sihir attau tukang
tenung). Orang yang sakit adalah korbanya, objek dari agresi atau hukuman
yang ditunjukan khusus kepadanya untuk alasan-alasan yang khusus
menyangkut dirinya saja. Kepercayaan tentang kausalitas penyakit yang
bersifat personalistik menonjol dalam data-data medis dan kesehatan yang
tercatat dalam etnografi klasik tentang masyarakat-masyarakat “primitif”
(masyarakat yanng belum berkembang). Hal ini termasuk kelompok-
kelompok seperti penduduk-penduduk pribumi. Sebagian besar dari kelompok
ini (pada mulanya) relatif kecil, terisolir, buta askara, dan kurang kontak
dengan peradaban tinggi.

13
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara
perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya
istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang
lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik
telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.

2. Secara naturalistik penyakit dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan


pribadi. Sistem-sistem naturalistik mengakui adanya suatu model
keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh,
seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang berada
dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan
alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka
hasilnya adalah timbulnya penyakit. Walaupun prinsip keseimbangan dalam
sistem-sistem neuralistik dieksprresikan dalam berbagai cara, tulisan masa
kini mengungkapkan peran utama panas, dingin, sebagai ancaman pokok
terhadap kesehatan. Natural, nonsupranatural, dan empiris adalah istilah-
istilah yang sejajar dengan predikat “naturalistik” namun istilah
“supranatural” dan “magical” kurang tepat karena keduanya,

3. Ruang Lingkup Dan Peranan Antropologi Kesehatan

Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia, tetapi

sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit adalah bagian dari

kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubah-ubah.

Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku.

Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit,

obat-obatan, dan kebudayaan. Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu

studi tentang konfrotasi manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif

yaitu sistem pengobatan dan obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan

dengan ancaman yang akan datang.

dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap
sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak
punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian
yaitu : 1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia 2. Makanan
yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna,
setan dan lain-lain.). Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke
dua, dapat digunakan obatobatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan
bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan
dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada
kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan
anak sebagai berikut: a. Sakit demam dan panas. Penyebabnya adalah perubahan cuaca,
kena hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara
mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influensa. Di
Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya
turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas. b.
Sakit mencret (diare). Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak,
makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi,
encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk
daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat)

14
obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain. Larutan Gula
Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat. c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan
oleh hantu.

Pengkajian Topik Antropologi Kesehatan


Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan
respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif
dapat dilihat oleh orang lain.

Prilaku kesehatan yang terjadi di kabupaten Boyolali diantaranya adalah sebagai


berikut :

Prilaku negative masyarakat

1. Masih banyak bahkan sebagian besar masyarakat yang tidak peduli dengan
kebersihan lingkungan terbukti dari masih banyaknya sungai yang menjadi tempat
pembuangan sampah sementara air sungai juga digunakan untuk keperluan sehari-
hari seperti mandi dan menyuci baju masyarakat sekitar.

solusi :
pemberian paparan tentang kesehatan dan peringatan akan bahaya yang akan di
timbulkan dari prilaku tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai