Anda di halaman 1dari 12

MODUL 1

KONSEP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Setelah mempelajari pokok bahasan ini maka mahasiswa dapat:


 Mengetahui pengertian dasar, tujuan dan ruang lingkup dari Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
 Mengetahui pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di berbagai
aspek pekerjaan.
 Mengetahui fakta, masalah dan tantangan yang ada di bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
 Mengetahui Perundang-undangan dan Peraturan yang mengatur tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta penerapannya saat ini

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di setiap tempat kerja. Untuk itu semua pihak perlu
mengembangkan dan meningkatkan K3 dalam rangka menekan serendah
mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja,
serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi kerja.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif,
terhadap penyakit-penyakit/ gangguan–gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah manusia
b. Bersifat medis.
Kesehatan kerja, di sisi lain diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat
pekerja. Menyeluruh dalam arti upaya-upaya preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif, higiene, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya,
serta upaya lainnya.
Tujuan kesehatan kerja adalah untuk:
(1) mencegah dan memberantas penyakit-penyakit akibat kerja;
(2) memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi pekerja;
(3) merawat dan mempertinggi efisensi dan daya produktivitas tenaga
kerja;
(4) memberantas kelelahan kerja serta melipatgandakan kegairahan
dan kenikmatan bekerja; serta
(5) sebagai perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan.

1
Keselamatan kerja didefinisikan sebagai upaya perlindungan pekerja,
orang lain di tempat kerja, dan sumber produksi agar selalu dalam keadaan
selamat selama dilakukan proses kerja.
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk:
(1) melindungi pekerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktivitas nasional;
(2) menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja;
serta
(3) memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan
efisien.
Keselamatan kerja juga mengandung pengertian keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam
macam; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.

Kesehatan dan keselamatan kerja dalam beberapa definisi, diantaranya


adalah
 Menurut Mangkunegara, Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
 Menurut Suma’mur , keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
 Jackson, menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan.

Industri adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk


yang serupa atau sejenis. Sedangkan produk adalah barang atau jasa
yang ditawarkan oleh suatu usaha.Yang merupakan kelompok utama
dari industri adalah :

2
 Industri budidaya: Merupakan industri yang mengolah sumber daya
alam yang dapat terbarukan, antara lain meliputi pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan
 Industri ekstraktif: Merupakan industri yang mengolah sumber daya
alam yang tak terbarukan, antara lain meliputi pertambangan mineral
logam, non logam, batu bara, minyak bumi dan gas.
 Industri fabrikasi: Merupakan industri yang menghasilkan produk
dengan mengolah dan memprosesnya dalam suatu sarana fisik atau
bengkel. Yang termasuk dengan industri fabrikasi adalah industri
manufaktur dan industri proses kimia.
 Industri konstruksi: Merupakan industri yang berhubungan dengan
penyediaan bangunan-bangunan fisik yang dimanfaatkan untuk
kepentingan publik maupun sosial, antara lain : pengecoran beton,
konstruksi, arsitek.
 Industri jasa: Merupakan industri yang menyediakan pelayanan jasa
kepada yang membutuhkan, antara lain meliputi perbankan, asuransi,
bursa efek, perdagangan, transportasi, pemerintahan, pariwisata,
pendidikan, hiburan, kesehatan.

Definisi K3 Menurut ILO/WHO


Definisi tentang K3 yang dirumuskan oleh ILO/WHO Joint safety and Health
Committee, yaitu :
Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of
the highest degree of physical, mental and social well-being of all
occupation; the prevention among workers of departures from health
caused by their working conditions; the protection of workers in their
employment from risk resulting from factors adverse to health; the
placing and maintenance of the worker in an occupational environment
adapted to his physiological and psychological equipment and to
summarize the adaptation of work to man and each man to his job.
Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah-pilah
dalam beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :
a. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
b. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka.
c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari
faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan
kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk menjaga
dan meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan
terbebas dari faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
3
terjadinya gangguan kesehatan.
Kesehatan ketenagakerjaan dan kesehatan perusahaan atau
lingkungan industri pada awalnya diatur secara terpisah. Akan tetapi dengan
mengingat kepentingan peraturan yang menyengkut (1) keselamatan kerja
dalam menghadapi resiko-resiko pekerjaan yang mengandung bahaya bagi
kesehatan, (2) tenaga kerja untuk memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan jika menderita sakit, dan (3) pemeriharaan prevensi kesehatan
lingkungan perusahaan tempat karyawan bekerja, maka secara praktis
menurut hukum kesehatan dikembangkan peraturan hukum tentang
“occupational health and industrial hygiene” yang mengandung tiga sasaran
kepentingan kesehatan.
Pengontrolan terhadap bahaya-bahaya potensial atau resiko di tempat
kerja merupakan program kesehatan dan keselamatan kerja yang
berkesinambungan serta mendidik agar pekerja dapat memelihara kesehatan
sebaik-baiknya.
Program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dikelompokkan
dalam dua pokok pelaksanaan, yaitu :
1. Pelayanan terhadap manusianya
2. Pelayanan terhadap lingkungan kerjanya.
Dalam pemusatan perhatian terhadap penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja dapat dilakukan berbagai upaya antara lain mengenal,
mencegah adanya gangguan kesehatan, mendiagnosis, mengobati penyakit
yang ada, dan merehabilitasi. Dari sisi lingkungan kerja, disamping penerapan
ergonomi dilakukan pengontrolan, membandingkan dengan standar,
pemantauan, evaluasi dan koreksi.
Definisi K3 yang dirumuskan oleh ILO dan WHO dapat ditelaah dengan
menggunakan sistematika 4W (What, Who, When, Where) dan 1 H (How).
What
Kata “what” berarti apa atau apakah. Dalam konteks pembahasan ini sesuai
dengan definisi di atas maka yang dimaksud dengan what adalah apa yang
menjadi perhatian dalam keilmuan K3. Dari definisi di atas terlihat konsep K3
yang dirumuskan lebih memperhatikan aspek kesehatan dengan penekanan
terhadap pengendalian terhadap potensi-potensi hazard yang ada di
lingkungan kerja. Pada definisi di atas juga terlihat sedikit mengenai aspek
keserasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja (aspek
ergonomic).
Who
Pada definisi di atas yang dimaksud dengan “who” adalah semua pekerja
yang berada di tempat kerja mulai dari level tertingi dalam manajemen sampai
level terendah. Aspek yang diperhatikan meliputi fisik, mental dan
kesejahteraan sosial.
When
Bila merujuk pada definisi di atas yang mana terdapat kata promotion,
prevention, protection, dan maintenance, menunjukkan bahwa K3 dalam
penerapannya dilakukan di semua tahapan proses. Tahapan yang dimaksud
4
misalnya tahap disain (preventif dan promotif), tahap proses berjalan
(protection dan maintenance) serta dapat dilakukan pada saat pasca operasi
khusunya untuk penanganan masalah keselamatan dan kesehatan produk
dan masalah limbah produksi.
Where
Where yang berarti di mana pada definisi di atas berarti tempat di mana K3
harus di jalankan atau dilaksanakan. Bila merujuk pada definisi di atas, maka
tempat penerapan K3 adalah pada setiap pekerjaan di lingkungan kerja.
How
How yang berarti bagaimana maksudnya adalah bagaimana metode untuk
melaksanakan K3 di lingkungan kerja pada semua jenis pekerjaan. Terlihat
bahwa penerapan K3 menurut ILO/WHO adalah dengan melakukan
promotive, preventive, protective, maintenance dan adaptative.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya
akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

5
3. Pentingnya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Era globalisasi saat ini telah menimbulkan berbagai perubahan ke arah
lebih baik, namun juga menghadirkan tantangan bagi dunia. Perubahan yang
nyata tampak dari batas negara yang semakin ‘tak terlihat’ karena dapat
dicapai dan dilintasi dengan cepat dan mudah, di bidang transportasi dan
komunikasi telah berkembang dengan teknologi yang semakin cepat, bidang
perdagangan semakin meluas dan terbuka, di bidang ekonomi semakin
menunjukkan kegiatan berbisnis yang transparan dan semakin bebas, serta
manajemen yang semakin efisien dan efektif dan mengutamakan kualitas. Di
bidang industri, globalisasi telah menyebabkan keluar masuk produk antar
negara lebih cepat, lebih bersaing, dan lebih ketat dalam ketentuan dan
standar yang ditetapkan.
Tantangan globalisasi ini menghadirkan pula lahirnya isu-isu dan
membuka wawasan lebih luas perihal hak asasi manusia, persamaan gender,
demokrasi dan penyelamatan lingkungan. Hal-hal menyangkut kepentingan
dan keselamatan manusia menjadi perhatian besar sehingga faktor-faktor
resiko yang dapat mengenai banyak orang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Berbagai perubahan dan tantangan dalam dunia industri dan pekerjaan
menimbulkan terjadinya kondisi yang lebih kompetitif, persaingan secara
terbuka, adanya saling ketergantungan hubungan antar satu bidang dengan
bidang lainnya, kompetensi lebih diakui dan diperlukan, serta proses produksi
yang efektif. Kondisi tersebut jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja yang
lebih, baik kuantitas dan kualitasnya, sehinnga barang dan jasa yang
dihasilkan akan bermanfaat bagi manusia dan tidak menimbulkan dampak
negatif di kemudian hari.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) semakin penting
dan menjadi standar yang perlu dilengkapi dalam dunia kerja, untuk
mengotimalkan proses kerja serta mengupayakan faktor resiko yang
seminimal mungkin dari semua tahap produksi. Apabila dari pemilihan bahan
baku, proses produksi sampai kepada distribusi hasil dapat dikelola dengan
standar K3 yang baik, maka diyakini bahan yang dihasilkan berkualitas tinggi
dan dapat diakui serta dipasarkan secara luas.
Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral di dunia
internasional seperti Asia Free Trade Area (AFTA) yang berlaku sejak tahun
2003, Asia Pasific Economic Committee (APEC) tahun 2005 serta World
Trade Organization (WTO) sekitar tahun 2020 telah mensyaratkan dunia
usaha dan kerja untuk menempatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menjadi standar sekaligus tuntutan dalam perindustrian dan perdagangan
global. Hasil produksi yang telah memenuhi standar internasional tersebut
yang dapat dipasarkan secara luas dan terbuka. Banyak negara semakin
meningkatkan kepedulian dan kegiatan K3 karena mau tidak mau produk
yang dipasarkan haruslah yang memenuhi syarat K3 secara internasional.
Berkaitan dengan upaya penerapan K3, maka kebijakan K3 menjadi
upaya dalam mengantisipasi perkembangan perindustrian dan perdagangan
dalam negeri untuk dapat berkompetisi di dunia, sekaligus dalam menyikapi
6
isu hak asasi manusia dan perlindungan tenaga kerja. Standar K3 menjadi hal
yang terus disosialisasikan dan dipromosikan kepada semua industri dan
institusi terkait sehingga pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja terus
dikembangkan dan disebarluaskan.
Penerapan K3 di Indonesia terkait dengan pelaksanaan Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja serta Keselamatan Kerja (Hiperkes dan
KK). Penerapan Hiperkes dan KK bagi industri untuk meningkatkan
produktivitas kerja tenaga kerja serta kualitas hasil produksi yang lebih tinggi,
sedangkan penerapan di masyarakat dan tenaga kerja untuk lebih
membudayakan K3 dalam lingkungan kerja, manajemen dan tenaga kerja itu
sendiri sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, dan dengan sendirinya dapat pula meningkatkan produktivitas
tenaga kerja dan kualitas hasil produksinya.
Dalam dokumen Indonesia Sehat 2010, K3 menjadi salah satu bagian
dari 10 prioritas yang ingin dicapai. Kegiatan pemerintah dilatarbelakangi akan
pentingnya kesehatan bagi tenaga kerja yang merupakan bagian masyarakat
luas yang membutuhkan perhatian besar. Masyarakat pekerja merupakan
populasi yang besar dan menjadi aset negara untuk menggerakan
perekonomian bangsa. Masyarakat pekerja yang sehat dan produktiv akan
memberikan modal dan kekuatan bagi bangsa untuk menghadapi tantangan
dan hambatan di era globalisasi dan perdagangan bebas.
K3 bersifat universal karena menjadi kebutuhan yang sama bagi
manusia dan negara di dunia ini, bersifat spesifik dalam arti masyarakat
pekerja, serta bersifat multidisipliner karena dalam penerapannya
membutuhkan berbagai keahlian. Dalam penerapan K3 tidak dapat
dilaksanakan atau dibebankan semata-mata pada satu bidang keahlian,
namun perlu berinteraksi dan menjadi team work untuk mengatasi
permasalahan di dunia kerja.
Krisis ekonomi global memberikan dampak adanya sebagian besar
perusahaan bergabung ataupun harus tutup, jumlah pengangguran dan
pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi meningkat. Disisi lain kejadian
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) semakin tinggi serta
pelaksanaan program K3 semakin menurun. Hal ini perlu ditangani dengan
baik terkait akan turut melemahkan sendi kehidupan bangsa. Untuk itu
pemerintah telah menyusun rencana strategis (Renstra) ataupun program
pembangunan nasional terkati penanganan hal ini.
Upaya yang perlu dilakukan kini diantaranya; penetapan undang-
undang dan peraturan atau standar yang menjadi pedoman pelaksanaan K3;
pembinaan, pengawasan, dan penyuluhan K3 pada semua industri;
penyediaan sumber daya manusia seperti ahli K3 dan spesialisasi K3, serta
penerapan manajemen K3 sesuai aturan yang berlaku.

7
4. Fakta, Masalah Dan Tantangan Bidang K3
Fakta ditemui saat ini adalah:
• Jumlah perusahaan ± 169.000 buah
• Jumlah tenaga kerja ± 10.000.000 orang
• Jumlah pelanggaran ± 25.833 buah
• Jumlah kasus kecelakaan kerja ± 66.367/thn
• Korban:
– Meninggal dunia : ± 4.142 orang
– Luka berat/cacat : ± 20.970 orang
– STMB : ± 87.390 orang
• Kehilangan hari kerja 71.160.780 hr kerja atau 498.125.460 jam kerja
Masalah lainnya yang dihadapi oleh dunia di bidang kesehatan kerja antara
lain:
• 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan
PAK
• Dari 250 juta kecelakaan, 300.000 org meninggal dan sisanya
meninggal karena PAK
• Diperkirakan ada 160 juta PAK baru setiap tahunnya
• Pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja yang memadai
hanya 20% pekerja di negara industri,dan hanya 5 – 10% pekerja di
negara berkembang
• Kerugian kecelakaan kerja per tahun 4% dari PDB (ILO Report 2000)
Masalah kesehatan kerja di Indonesia yang dilaporkan antara lain:
• Lebih 50% pekerja Indonesia mengidap penyakit kulit (Dermatitis)
akibat paparan bahan kimia
• Gangguan keseimbangan dan fungsi pendengaran akibat kebisingan
pada pengemudi bajaj sekitar 72,28%
• Keracunan pestisida pada petani dilaporkan 20-50%
• Gangguan akibat faktor ergonomi pada industri kecil 60-80%
• Pada pengrajin mebel mpy resiko penurunan kapasitas vital paru
sebesr 38%
• Tenaga kerja wanita menderita Anemia 30-40%
• Angka pengangguran yg masih tinggi
• Latar belakang pendidikan TK sangat minim
• Jumah SDM bidang K3 (pengawas dan spesialisasi) belum dapat
mengimbangi kemajuan kebutuhan
• Belum tersedianya ahli K3 pada setiap tempat kerja
• Penyuluhan dan pelatihan K3 belum optimal dan tidak mencapai
sasaran
Tantangan yang terus dihadapi saat ini dalam kesehatan dan keselamatan
kerja antara lain:
• Moral hazard dan human failure masih tinggi
• Kesiapan infra struktur dalam pelaksanaan otoda belum mantap

8
• Pasar bebas dan globalisasi yang sedang bergulir menuntut penerapan
K3 yang lebih baik dan terjamin
• Tuntutan terhadap penggunaan standar nasional dan internasional
dibidang K3
• Penggunaan tehnologi modern yang berwawasan K3
• Penerapan SMK3 dan versi standar lainnya masih kurang
• Adanya beberapa Konvensi ILO di bidang K3 yang lebih ketat dalam
menerapkan dan menentukan standar keselamatan kerja di
perusahaan.
Faktor-faktor penyebab tingginya kecelakaan kerja di Indonesia, antara lain:
1. Minimnya kesadaran dan kengganan pihak perusahaan menerapkan
K3 di lingkungan kerjanya
2. Tidak ada sanksi hukum yang berat bagi perusahaan yg melanggar
standar K3
3. SDM pekerja kurang trampil mengoperasikan alat/mesin kerja sehingga
masih banyak terjadi kesalahan prosedur kerja
4. Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan alat pelindung
diri, karena dirasakan mengganggu waktu bekerja dan belum terbiasa
menggunakan APD.
5. Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja yang tidak kondusif
6. Fasilitas K3 yg tidak memadai.
7. Alat pelindung diri tidak aman lagi karena kadaluarsa dan tidak
memenuhi standar.
8. Faktor kelalaian pengawasan internal perusahaan dan penegakkan
hukum yang lemah
9. Perusahaan berpikir bhw pencegahan kecelakaan dan PAK adalah
biaya bukan investasi.

5. Kondisi Dan Perundang-Undangan K3


Kondisi-kondisi kesehatan yang turut mempengaruhi kesehatan kerja bagi
tenaga kerja, antara lain:
1. Penyakit umum yang diderita oleh tenaga kerja: penyakit infeksi,
penyakit endemik dan parasit.
2. Penyakit akibat kerja: pneumoconiosis, dermatosis dan intoksikasi
bahan kimia dll.
3. Gizi tenaga kerja yang tidak seimbang antara kalori yang dibutuhkan
dan yang dikeluarkan.
4. Lingkungan kerja yang tidak nyaman ditinjau dari aspek: suhu,
kelembaban, kebisingan, radiasi, debu, uap, gas dll.
5. Ergonomi: ketidaksesuaian antara mesin dan manusia.
6. Psikologi tenaga kerja menyangkut emosi dan mental tenaga kerja.
7. Kesejahteraan tenaga kerja seperti upah yang minim.
8. Fasilitas kesehatan di perusahaan belum memadai.
9. Pengusaha dan pekerja belum sepaham tentang hubungan kesehatan
kerja & produktivitas kerja.
9
10. Implementasi UU atau peraturan tenaga kerja dan K3 masih kurang.

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 terdapat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.


1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
 mencegah dan mengurangi kecelakaan;
 mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
 mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
 memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
 memberikan pertolongan pada kecelakaan;
 memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
 mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
 mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;
 memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
 menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
 menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
 memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
 memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
 mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau batang;
 mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
 mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan
dan penyimpanan barang;
 mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
 menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Tujuan pemerintah secara singkat dapat disimpulan bahwa:


aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-
syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan
bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Sehingga potensi bahaya
kecelakaan kerja tersebut dapat dieliminir.
Penyelenggaran K3 terdapat 3 hal penting yang perlu diperhatikan:
1. Keseriusan K3 hendak diimplementasikan dalam perusahaan.
2. Konsep budaya malu dari para pekerja bila tidak melaksanakan K3,
serta keterlibatan (dukungan) serikat pekerja dalam program K3 di tempat
kerja.
3. Kualitas program pelatihan K3 sebagai sarana sosialisasi.
10
Hal lain yang juga turut menentukan agar program K3 dapat terlaksana,
adalah adanya suatu Komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas dan
efisiensi program bahkan melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan
kerja untuk dan atas nama pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja.
Bila terjadi kecelakaan kerja, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
 Lingkungan kerja tempat terjadinya kecelakaan.
 Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
 Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
 Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
 Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
 Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
 Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
 Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
 Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan
kepada pihak yang berwenang.
 Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
Inti dari terlaksananya K3 dalam perusahaan adalah adanya kebijakan
standar berupa kombinasi aturan, sanksi dan benefit dilaksanakannya K3 oleh
perusahaan bagi pekerja dan perusahaan, atau dengan kata lain adanya
suatu kebijakan mutu K3 yang dijadikan acuan/ pedoman bagi pekerja dan
pengusaha.
Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut:
 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
 PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
 Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja.
 Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis
Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan,
dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

11
Bagan Anatomi Kesehatan Kerja

ANATOMI KESEHATAN KERJA

Preventif Identifikasi Monitoring Standar


&

Ling
PA k
K Kerj
a

Rehabilitasi Diagnosis & Control Evaluasi


Terapi

Tugas :
1. Jelaskan pengertian dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja !
2. Sebutkan tujuan dan ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja !
3. Jelaskan fakta dan masalah yang dihadapi dalam penerapan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja !

12

Anda mungkin juga menyukai