Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif,
promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan
terjemahan dari “Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai
lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia
terhadap pekerjaannya dan sebagainya.1
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh
lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja
yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain:
suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari
debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya. 1
Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan,
pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja

1
dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit
sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya
K3 di rumah sakit. Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang
mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko
bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit.2
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh
karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan
K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada petugas linen kotor instalasi laundry
di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.
1.2.2 Tujuan Khusus
i. Untuk mengetahui tentang faktor hazard pada petugas laundry di RS Ibnu
Sina Makassar
ii. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan petugas laundry
iii. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan petugas
laundry
iv. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)
v. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan
vi. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan. Pengukuran / pemantauan lingkungan tentang hazard
yang pernah dilakukan.
vii. Untuk mengetahui tentang faktor konstruksi bangunan yang berhubungan
dengan K3 petugas laundry
viii. Untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang ditetapkan pada lingkungan petugas laundry.

2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya.1
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja
dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja,
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program
yang dibuat bagipekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.7,8
Keselamatan kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia kerja hari
ini.Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh aturan atau regulasi pemerintah
dalam bidang ketenaga-kerjaan yang semakin ketat tapi juga demi keberlanjutan
bisnis dari perusahaan itu sendiri. Secara umum, kesehatan dapat diartikan sebagai
perlindungan terhadap tubuh dan pikiran dari penyakit yang berasal dari material,
proses dan prosedur yang digunakan di tempat kerja. Sedangkan keselamatan
dapat definisikan sebagai perlindungan dari luka fisik. Batasan antara kesehatan
dan keselamatan sebuah kondisi yang dikenal dengan sakit. Kedua kata ini sering
digunakan secara bersama-sama untuk mengindikasikan penampakan fisik dan
kesehatan mental dari individu di tempat kerja.7
Dalam konteks yang sedikit berbeda, keselamatan kerja dapat diartikan
sebagai adalah merupakan segala sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya

4
suatu kecelakaan kerja. Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud bertalian erat
dengan mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi
keselamatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya, melindungi
keselamatan setiap orang yang berada di lokasi tempat kerja dan melindungi
keamanan peralatan serta sumber produksi agar selalu dapat digunakan secara
efisien.8
Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan
kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu9:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan
keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap
pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para
supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan
dan penyakit fatal.
3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan
dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil
saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi
kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut 9:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.

5
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang
terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri
ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi
dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi,
penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya. 3
Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi
keselamatan pasien, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah
sakit. 3

2.2 PETUGAS LINEN INSTALASI LAUNDRY


2.2.1 Faktor Hazard
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa
kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini
penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap
kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara
kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja (faktor hazard)
perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa
didapatkan dari kotoran pada kain cucian atau di tempat tugasan. Ia bisa
dibagi kepada faktor biologi (debu dari serat linen yang mengandung
virus), faktor fisik (kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko), faktor
kimia (detergen, desinfektan dan pewangi) dan faktor ergonomic (posisi
kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai). 4

2.2.2 Alat Kerja

6
Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk
mencuci sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti
dokter atau perawat. Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan
adalah laundry disinfectant yang digunakan untuk membunuh kuman-
kuman, bakteri yang menempel pada serat kain, bleaching atau pemutih
untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih. Selain itu,
penghilang noda darah digunakan dan neutralizer digunakan pada setiap
pembilasan terakhir untuk meneutralkan sisa pencucian. 4
Antara alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering,
setrika, boiler dan sebagainya.

2.2.3 Alat Pelindung


Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh
tenaga kerja, antara lain.
a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan
melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk
melindungi kepala daribahaya terbentur benda tajam atau keras,
bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang,
melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif,
panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
- Topi pelindung (Safety Helmets)
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda
keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus
listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah
terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari
plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass) maupun metal.
- Tutup kepala

7
Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat daerah steril dan percikan bahan-bahan dari
pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari kain katun.
- Topi/Tudung
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap
korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya
terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan
air.
b. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari
percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang
melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata,
radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari,
pukulan atau benturan benda keras, dan lain-lain. Jenis alat pelindung
mata antara lain:
- Kaca mata biasa (spectacle goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel
kecil, debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.
- Goggles
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik
transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya
radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.
c. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan
dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau
beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan
pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar
kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

8
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:
a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau
kombinasi dari berbagaibentuk kontaminan tersebut.
b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.
d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi
mata dan kulit.
e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:
1) Masker
Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel
yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.
2) Respirator
Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,kabut,
uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara
lain:
a. Chemical Respirator
Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan
tiksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang
dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi
khlor dan gas atau uap zat organik.
b. Mechanical Filter Respirator
Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat
padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya
dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan
kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel
yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas
atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi
muatan pada partikel.
d. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

9
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan
bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda
panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung
tangan antara lain:
1) Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi
tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan
selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat
luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan
bedah bila tidak ada sarung tangan steril.
2) Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan
dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung
tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi
tingkat tinggi.
3) Sarung tangan rumah tangga (gloves)
Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang
digunakan:
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
melindungi tangan dari api, panas,
 dan dingin.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi
tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb)
untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan
radiasi pengion.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik)
untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.
 Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC)
untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat
sebagai oksidator.
e. Baju Pelindung (Body Potrection)

10
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan
kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain:
1) Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi
seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.
2) Celemek
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat
kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik
atau karet.
3) Apron
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat
menyerap radiasi pengion.
f. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia,
benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara
lain:
1) Sepatu steril
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang
bedah, laboratorium.
2) Sepatu kulit
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang
membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat,
serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.
3) Sepatu boot
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang
membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan
yang dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.

2.2.4 Kesediaan Obat P3K

11
Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib
dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam
keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk
menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang
lebih berat dan menunjang penyembuhan.5

2.2.5 Pemeriksaan Kesehatan


Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh
dokter yang telah memiliki sertifikasi. 6
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan
pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta
tidak menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain.
Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.6
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya
setahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja
tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu.
Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh
tentang masalah kesehatan yang mereka derita. 6
2.2.6 Peraturan Pimpinan Rumah Sakit Tentang K3
Sistem management K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber
daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari Sistem management K3
RS adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga
kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri.
Prinsip yang digunakan dalam sistem management K3 adalah AREC
(Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja,
pekerjaan dan lingkungan kerja. 6

12
2.2.7 Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan
tersebut.
Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap
kesehatan petugas tersebut. Pada petugas linen kotor instalasi laundry di
rumah sakit, terdapat beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama
penyakit yang menular. Penyakit penularan ini bisa saja menular melalui
cucian yang dibersihkan seperti jika pada cucian yang terkena darah atau
cairan tubuh patogen. 6
Selain itu, kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka
bakar akibat terkena aliran listrik, pengsan karena kepanasan dan
sebagainya. Pada pekerja yang sering melakukan pekerjaan dengan posisi
yang salah bisa saja mengeluh menderita nyeri pinggang bawah (low back
pain). Pada pekerja yang sensitif terhadap bahan pencuci bisa saja
menderita dermatitis kontak akibat detergen.6

2.2.8 Upaya K3 lain yang Dijalankan


Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap rumah
sakit karena menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja
mulai meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus didedahkan
dengan K3. Dengan itu, pihak rumah sakit harus aktif melakukan training
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit ini kepada petugas-
petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak rumah sakit perlu melakukan
evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap aspek
K3.6

2.2.9 Konstruksi Bangunan


Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap
perencanaan) diantaranya:10
1) Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang
membahayakan seperti asbes dll.Seleksi dekorasi disesuaikan dengan
asas tujuannya misalnya penggunaan warna yang disesuaikan dengan
kebutuhan.

13
2) Kualitas Udara, kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang
termometer ruangan, kontrol jumlah polusi, pemasangan “Exhaust
Fan” (perlindungan terhadap kelembaban udara), pemasangan stiker,
poster “dilarang merokok”, sistem ventilasi dan pengaturan suhu udara
dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan
dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali,
kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit
“Legionairre Diseases “.
3) Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor). Misalnya
untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan
debu, bau dll. Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang
memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll. Perencanaan jendela
sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati. Pemasangan fan di
dalam lift.
4) Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya),
mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter).
5) Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan
warna yang digunakan.
6) Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan
kelebihan beban. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik
termasuk kabel yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan
kerja. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa
pelindung.

14
7) Kontrol terhadap kebisingan. Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan
dinding kedap suara. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ”harap
tenang, ada rapat“.
8) Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m). Ratio ruang
pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan. Perhatikan adanya
bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik. Ergonomik aspek
antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Tempat untuk istirahat
dan shalat. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. Ruang tempat
penampungan arsip sementara.
9) Hygiene dan Sanitasi Ruang kerja, memelihara kebersihan ruang dan
alat kerja serta alat penunjang kerja. Secara periodik
peralatan/penunjang kerja perlu di perbaharui.
10) Toilet/kamar mandi, Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll. Penyediaan bak sampah yang tertutup.
Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

2.2.10 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah usaha menyadari
atau mewaspadai akan faktor yang menjadi sebab munculnya atau
terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.11
Penganggulangan kebakaran membutuhkan suatu pemrogram
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan. Suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi atau pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi
pekaiannya maupiun dari segi mudah dicapainya. 11
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran,
pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 “dengan

15
perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran yang dikuatkan dengtan
keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No. 186/MEN/1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja, disebutkan dalam Pasal Ayat 1
“Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran,v menyelanggarakan latihan penanggulangan
kebakaran di tempat kerja. 11
Peralatan pencegahan kebakaran11:
1) Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan
memberitahukan kapan setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah ,
maka alat ini akan berbubnyi.
2) Fire Alarm
Peralatan yang digunakan untuk memberitahukan kepada setiap
orang akan adanya bahaya kebakaran.

3) Spinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan
memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu
suhu tertentu pada daerah dimana terdapat spinkler tersebut.
Peralatan pengelolaan kebakaran11 :
1) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multiguna.
Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya sehingga dapat
ditempatkan sesuai besar kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul
dari daerah tersebut. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut
ada yang bahan kimia kering atau busa dan CO2.
2) Hydrant

16
Peralatan ini adalah alat penyedia cadangan air. Terdapat 3 jenis
hydrant :
a. Hydran gedung
b. Hydran halaman
c. Hydran Kota

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. LOKASI DAN WAKTU SURVEI


3.1.1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan adalah
mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja
petugas laundry di RS Ibnu Sina Makassar.
3.1.2. Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada hari
selasa tanggal 13 November 2018.

3.2. BAHAN DAN CARA

17
3.2.1. Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey
jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan
lingkungan Laundry
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
3.2.2. Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list.
Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan intra
pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja. 5
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah
kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum
melakukan pemotretan perlu dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan
perusahaan. Laporan walk through survey tidak cukup hanya dengan mengisi
check list, melainkan juga harus menyusun essay. Check list hanyalah merupakan
panduan saja agar tidak ada yang terlupa pada saat survei.

3.3. Alur

Pembawa Penimbang Pemilah


linen

Petugas yg membawa linen


kembali ke perawatan
Petugas yang
mencuci
Penyimpanan
Linen

Bagian yg menyetrika Bagian


& melipat pengeringan

18
Gambar. Alur pengelolaan linen kotor

3.4. Jadwal survei


Survei akan dilaksanakan selama 1 hari ( 13 November 2018)
13 November 2018 : Melakukan survey dilokasi penelitian serta
membuat proposal Walktrhough survey K3.
14 November 2018 : Membuat laporan hasil penelitian dan status
okupasi
15 November 2018 : Penyusunan artikel status okupasi
16 November 2018 : Presentasi laporan walkthrough survey dan
presentasi status okupasi

BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL SURVEI


1. Pembawa linen
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari matahari jika saat
siang hari, beberapa lampu, dan cukup terang dan warna cahaya
lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang kurang
terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa bising pada pekerja ini
3) Sumber getaran

19
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber listrik dengan kekuatan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa listrik dengan kekuatan tinggi.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia padat yang menjadi hazard pada
pekerja ini
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini.
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini.

 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri, jamur, virus, parasit yang berasal dari kain yang
dipakai pasien.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya secara manual dan posisi berdiri,
dilakukan tanpa alat, dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. Alat Kerja Yang Digunakan
Pekerja menggunakan troli
III. Alat Pelindung Diri

20
Pekerja hanya menggunakan masker dan handschoen.
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
i. Pelatihan : dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
ii. Standar Operasional Prosedur (SOP) : Ada SOP khusus untuk K3
iii. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen
yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian asbes
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur
bangunan semi terbuka
5. Ada tangga dan lift pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki APAR, rambu-rambu evakuasi, memiliki
titik kumpul, dan tidak ada alarm, detector, hydran.
2. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2. Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan
keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.
3. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tidak menggunakan alat pelindung diri.
4. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas pencuci laundry ini.
2. Petugas yang menimbang
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
1) Sumber cahaya

21
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu,
dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan
kerja. Warna dinding yang kurang terang untuk menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Tidak terdapat sumber bising pada pekerja ini
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia padat yang menjadi hazard pada pekerja
ini.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja ini.
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard pada pekerja ini.
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri, jamur, virus, parasit yang berasal dari kain yang
dipakai pasien.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi duduk, dan gerakan
yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),

22
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada pekerja ini adalah timbangan
III. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan handschoen dan masker
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja: tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
i. Pelatihan : Dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
ii. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus untuk K3
iii. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata yang cukup
kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang tidak cukup
aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai dengan struktur
bangunan tertutup.
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki APAR, rambu-rambu evakuasi, memiliki
titik kumpul, dan tidak memiliki alarm, detector, hydran.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2. Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan
keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.
3. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti

23
tidak menggunakan alat pelindung diri.
4. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas laundry ini.
3. Petugas pemilah pakaian
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu,
dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa sumber bising ditempat kerja.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia yang menjadi hazard bagi petugas ini
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia yang menjadi hazard bagi petugas ini
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi

24
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri, jamur, virus, parasit yang berasal dari kain yang
dipakai pasien.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan oleh pekerja ini tidak ada.
III. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan masker dan handschoen.
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
i. Pelatihan : dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
ii. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus untuk K3
iii. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel.
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari kaca dan tripleks
yang tidak cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang tidak cukup
aman.
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini tidak cukup memadai dengan
struktur bangunan tertutup.
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki APAR, rambu-rambu evakuasi, memiliki
titik kumpul, dan tidak memiliki alarm, detector, hydran.

25
2. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2. Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan
keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.
3. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tidak menggunakan alat pelindung diri.
4. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas laundry ini.

4. Petugas yang mencuci


I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu,
dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara mesin cuci.
c. Sumber getaran
Sumber getaran ditempat kerja berasal dari getaran mesin cuci.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Sumber listrik dengan kekuatan tinggi berasal dari mesin cuci.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat

26
Terdapat bahan kimia yang berasal dari pakaian yang dicuci oleh
pekerja.
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia cair berupa detergen dan desinfektan yang
menjadi hazard bagi petugas ini
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang bisa
didapat dari bakteri, jamur, virus, parasit yang berasal dari kain yang
dipakai pasien.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melakukan pencucian dengan menggunakan mesin, serta
melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan dan gerakan yang
berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan oleh pekerja ini adalah mesin cuci.
III. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan masker, celemek, handscoen, dan sepatu.
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3

27
1. Pelatihan : dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bata yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai dengan struktur
bangunan tertutup.
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki APAR, rambu-rambu evakuasi, memiliki
titik kumpul, dan tidak memiliki alarm, detector, hydran.
2. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
1) Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2) Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) dan keluhan
pada kulit berupa gatal-gatal merupakan keluhan yang kadang-kadang
dialami pekerja.
3) Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tidak menggunakan alat pelindung diri.
4) Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas laundry ini.

5. Petugas yang mengeringkan


I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu,

28
dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara mesin cuci dan
mesin pengering pakaian.
c. Sumber getaran
Terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia yang berasal dari pakaian yang dicuci
oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair berupa detergen yang menjadi
hazard bagi petugas ini
3) Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini yang
bisa didapat dari bakteri, jamur, virus, parasit yang berasal dari
kain yang dipakai pasien.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial

29
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00
– 08.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan
shift malam berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan
ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja
dengan pekerja lainnya.
II. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan oleh pekerja ini adalah mesin pengering pakaian.
III. Alat Pelindung Diri
Pekerja menggunakan masker dan handschoen dan sepatu boot.
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata yang cukup
kokoh.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang tidak cukup
aman.
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai dengan struktur
bangunan tertutup.
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki titik kumpul dan memiliki APAR, rambu-
rambu evakuasi,dan tidak memiliki alarm, detector, hydran.
2. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
1) Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2) Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti

30
tidak menggunakan alat pelindung diri.
3) Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas laundry ini.

6. Petugas yang menyetrika dan melipat


I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu,
dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang tidak cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
b. Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara mesin cuci dan
mesin pengering pakaian.
c. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1. Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia yang menjadi hazard bagi pekerja.
2. Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia cair berupa pewangi pakaian yang menjadi
hazard bagi petugas ini
3. Bahan gas
Tidak terdapat bahan gas yang menjadi hazard bagi petugas ini
4. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi

31
Tidak terdapat factor biologi yang menjadi hazard bagi petugas ini.
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri,dan gerakan
yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan oleh pekerja ini adalah setrika

III. Alat Pelindung Diri


Pekerja hanya menggunakan masker.
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
a. Pelatihan : dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) : ada SOP khusus untuk K3
c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari kaca dan tripleks
yang kurang kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini kurang memadai dengan struktur
bangunan tertutup
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki APAR, dan tidak memiliki alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan memiliki titik kumpul.
2. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.

32
1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tidak menggunakan alat pelindung diri.
3. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas laundry ini.
7. Petugas penyimpanan linen
I. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
a.Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu, dan
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan
kerja. Warna dinding yang tidak cukup terang untuk menunjang
pekerjaan.
b. Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa bising pada pekerja ini
c.Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
d. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e.Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
1. Bahan kimia padat
Tidak terdapat bahan kimia padat yang menjadi hazard pada
pekerja ini.
2. Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini.

33
3. Bahan gas
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini.
4. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat factor biologi yang menjadi hazard bagi petugas ini..
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
tanpa alat, dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. Alat Kerja Yang Digunakan
Pekerja menggunakan troli
III. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan masker dan handschoen.
IV. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : Dilakukan
V. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
1. Pelatihan : dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) : Ada SOP khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. Konstruksi Bangunan
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen
yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang cukup aman.
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur
bangunan semi terbuka.

34
5. Ada tangga dan lift pada lingkungan pekerja ini.
VII. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
1. Lingkungan kerja memiliki APAR, rambu-rambu evakuasi, memiliki
titik kumpul, dan tida ada alarm, detector, hydran.
2. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
1. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
2. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tidak menggunakan alat pelindung diri.
3. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas pencuci laundry ini.
8. Petugas pembawa linen kembali ke perawatan
IX. Hazard Lingkungan Kerja
 Faktor fisik
f. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu, dan
cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan
kerja. Warna dinding yang tidak cukup terang untuk menunjang
pekerjaan.
g. Sumber bising
Tidak terdapat hazard berupa bising pada pekerja ini
h. Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
i. Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
j. Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
 Faktor Kimia
5. Bahan kimia padat

35
Tidak terdapat bahan kimia padat yang menjadi hazard pada
pekerja ini.
6. Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini.
7. Bahan gas
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada pekerja
ini.
8. Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
 Faktor Biologi
Tidak terdapat factor biologi yang menjadi hazard bagi petugas ini..
 Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
tanpa alat, dan gerakan yang berulang.
 Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 3: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00), shift
siang (pukul 14.00 – 20.00), dan shift malam (pukul 20.00 – 08.00),
dengan waktu istirahat untuk shift pagi, shift siang dan shift malam
berlangsung selama 30 menit. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
X. Alat Kerja Yang Digunakan
Pekerja menggunakan troli
XI. Alat Pelindung Diri
Pekerja hanya menggunakan masker dan handschoen.
XII. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
- Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala : dilakukan
- Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : Dilakukan
XIII. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3
4. Pelatihan : dilakukan pelatihan K3 sebelum perekrutan
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) : Ada SOP khusus untuk K3
6. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada

36
XIV. Konstruksi Bangunan
6. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
7. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen
yang cukup kuat.
8. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari plafon yang cukup aman.
9. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur
bangunan semi terbuka.
10. Ada tangga dan lift pada lingkungan pekerja ini.
XV. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
3. Lingkungan kerja memiliki APAR, rambu-rambu evakuasi, memiliki
titik kumpul, dan tida ada alarm, detector, hydran.
4. Pekerja pernah diberikan simulasi kebakaran.
XVI. Adanya Keluhan Kesehatan atau Sakit.
4. Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,
paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang
monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.
5. Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tidak menggunakan alat pelindung diri.
6. Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas pencuci laundry ini.

3.2. PEMBAHASAN SURVEY


a. Survey tentang hazard umum pada Petugas laundry
Dari survey yang dilakukan pada petugas laundry, petugas banyak terpapar
pada hazard umum dari faktor kimia, ergonomi, fisik dan psikososial. Hazard ini
membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan
tidak membahayakan petugasnya.
 Faktor kimia berupa detergen, pemutih dan pewangi yang mengandung zat
kimia sehingga bisa membahayakan bagi petugas laundry. detergen yang
secara umum mengandung surfaktan dan builders, surfaktan beresiko pada
petugas karena dapat menyebabkan gangguan iritasi pada kulit, hilangnya
kelembaban alami yang ada pada kulit dan meningkatkan permeabilitas
permukaan luar sedangkan builders salah satu yang paling banyak

37
dimanfaatkan di dalam detergen adalah phosphate. Phosphate memegang
peranan penting dalam produk detergen, sebagai softener air. Bahan ini
mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan
magnesium. Bahan kimia yang terkandung dalam pemutih adalah klorin,
dimana zat tersebut bisa menyebabkan iritasi saluran nafas, wheezing / mengi,
kesulitan bernafas, suara serak, batuk, iritasi mata, iritasi kulit
 Seharusnya petugas senantiasa menggunakan masker dalam petugasannya dan
sarung tangan atau segera mencuci tangan apabila terkena zat kimia.
 Faktor ergonomi, posisi kerja petugas laundry sebagian besar dilakukan
dengan berdiri karena tidak memungkinkan petugas untuk duduk dan cara
kerja berupa mengangkat, mendorong dan menarik. Dengan cara kerja yang
tidak dilakukan dengan benar oleh petugas laundry dan posisi kerja yang
demikian mengakibatkan sebagian petugas mengeluh terkadang merasakan
nyeri punggung bawah low back pain.
 Faktor fisik berupa kebisingan yang timbul akibat suara mesin cuci yang
tengah beroperasi selama 24 jam tanpa henti di tempat kerja cukup
mengganggu bagi petugas dan adanya sumber suara lain yang juga cukup
mengganggu yang berasal dari suara diluar ruang kerja, yaitu suara dari
keluarga pasien yang berkeliaran disekitar tempat laundry. Hal ini bisa
menyebabkan gangguan pendengaran. Sebaiknya petugas menggunakan alat
pelindung diri berupa ear plug/ ear muff. Kemudian temperatur suhu di tempat
kerja tidak merata karena hanya ruang kerja tertentu yang menggunakana AC
(air conditioner) yaitu pada ruang menyetrika sedangkan pada ruang mencuci
hanya menggunakan satu kipas angin yang tidak berfungsi secara maksimal.
Faktor radiasi dimana sumber pencahayaan cukup baik berasal dari lampu.
 Faktor psikososial, yang ditemukan pada petugas adalah beban kerja. Petugas
mengatakan beban kerja mereka cukup banyak ditambah bila jumlah pegawai
yang bertugas pada setiap shift tidak sama bahkan terkadang hanya satu orang
petugas saja per shift sehingga petugas sering mengalami kelelahan yang
berlebihan.

38
b. Survey untuk mengetahui tentang alat yang digunakan pekerja
Alat kerja yang digunakan hanya alat kerja standar untuk laundry seperti
pada umumnya dan tidak ada alat kerja khusus yang membantu memudahkan
proses pekerjaan.

c. Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan


pekerja
Dari hasil survey didapatkan petugas laundry hanya rutin menggunakan
masker dan sarung tangan. Masker yang digunakan sudah sesuai standar K3,
tetapi sarung tangan yang digunakan masih belum memenuhi standar karena
hanya terbuat dari bahan latex yang tipis sehingga resiko untuk terjadinya iritasi
kulit pada tangan petugas laundry masih lumayan besar. Penggunaan
apron/clemek kadang digunakan tetapi lebih sering tidak digunakan. Petugas
laundry tidak menggunakan baju pelindung khusus, pelindung kepala, kaca mata
dan sepatu boot saat melakukan pekerjaaan, sehingga resiko terjadinya kecelakan
akibat kerja masih sangat tinggi.
d. Survey tentang pemeriksaan kesehatan kerja
Dari hasil survey didapatkan, para pekerja tidak mendapatkan pemeriksaan
kesehatan sebelum perekrutan pekerja. Tapi pekerja mendapatkan pemeriksaan
kesehatan berkala. Hal ini menyebabkan kurang terdeteksinya penyakit-penyakit
akibat kerja maupun akibat hubungan kerja pada lingkungan kerja ini.
d. Survei tentang konstruksi bangunan
Dari hasil survey didapatkan konstruksi bangunan yang cukup baik dan
aman bagi pekerja, kecuali didapatkan dinding dan atap dari tripleks yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.
e. Survei pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Penyedian APAR (alat pemadam api ringan) pada ruang kerja instalasi
laundry sebagai salah satu upaya K3 untuk menanggulangi bahaya kebakaran di
ruang kerja, tetapi hal ini kurang lengkap karena tidak adanya petunjuk
penggunaan APAR disekitar tempat pemasangan APAR, ditambah lagi adanya
petugas laundry yang kurang mengerti cara penggunaan APAR tersebut.

39
f. Survei tentang penyakit dialami berhubungan dengan pekerjaan pada
pekerja
Keluhan kesehatan atau penyakit yang sering dialami oleh pekerja adalah
keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha, kaki)
adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang monoton dalam
waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis.

40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Petugas instalasi laundry secara keseluruhan terpapar pada hazard umum di
tempat kerja berupa faktor kimia (detergen, lateks), faktor ergonomic (posisi
berdiri terus menerus, dan gerakan yang berulang) , faktor fisik (pencahayaan
yang kurang,bising), dan Faktor biologi (jamur,parasit,virus,bakteri).
2. Ada beberapa petugas instalasi laundry tidak memakai alat pelindung diri
yang lengkap, misalnya tidak menggunakan masker atau handscoen.
3. Tidak adanya pemeriksaan sebelum kerja atau pemeriksaan khusus untuk
petugas instalasi laundry.
4. Adanya penyakit yang muncul akibat hubungan kerja (Low back pain,).
5. Secara keseluruhannya pelayanan K3 pada instalasi laundry masih kurang.

5.2. Saran
1. Diharapkan agar pengurus pelayanan unit K3 mengevaluasi masalah yang
berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di RS Ibnu
Sina Makassar agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan sebaiknya
setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja dan penyakit
akibat kerja.
2. Lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat membahayakan petugas
instalasi laundry seperti faktor fisik, kimia, ergonomik dan psikososial.
3. Menyediakan alat pelindung diri yang lengkap bagi petugas instalasi laundry.
4. Melakukan pemeriksaan berkala untuk petugas instalasi laundry.
5. Kedisiplinan terhadap pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) harus
ditingkatkan.

41

Anda mungkin juga menyukai