Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFINISI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

Secara fisiologis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. (Forum, 2008, edisi no.11).

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga


Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1995 adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat
dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek (Widodo, 2015).

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan, maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. (Ridley, John 1983)

B. KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA MENURUT ILO (International Larbour


Organization) 1962
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
 Terjatuh
 Tertimpa benda jatuh
 Terkena benda-benda
 Terjepit oleh benda
 Gerakan melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak dengan bahan-bahan berbahaya/radiasi
2. Klasifikasi menurut penyebab
 Mesin
 Alat angkut dan alat angkat
 Peralatan lain
3. Klasifikasi menurut sifat luka dan kelainan
 Patah tulang
 Keseleo
 Regang otot
 Memar
 Amputasi
 Luka bakar
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
 Kepala
 Leher
 Badan
 Anggota atas
 Anggota bawah

C. Definisi Keselamatan Kerja


Upayah keselamatan kerja mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan saat kerja,
memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko ditempat kerja yang berisiko itu
menurut Chris Rowle & Kets Jackson, pekerjaan itu seperti lokasi alat berat , pesawat,
kapal, industry dan lain-lainnya.

D. Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja


3 faktor penyebab kecelakaan kerja
a. Manusia, terbagi menjadi :
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Masa kerja
d) Penggunaan APD
e) Tingkat Pendidikan
f) Prilaku
g) Praktik k3
h) Praturan k.3
b. Lingkungan
a) Kebisingan
b) Suhu udara
c) Penerangan
d) Lantai licin
c. Factor pralatan
a) Kondisi mesin
b) Letak mesin

E. Tujuan K3

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50


Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tercermin
dalam Tujuan Penerapan SMK3 dalam Pasal 2:
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
serta
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas
Selain menurut PP 50 tahun 2012, tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga
dibahas oleh Djamaluddin Ramlan tahun 2006 dalam bukunya “Dasar-dasar kesehatan
kerja”. Ramlan (2006) membahas tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
membaginya dalam 3 bagian.
Tujuan kesehatan kerja menurut Ramlan (2006) adalah :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya seperti kecelakaan akibat kerja.
3. Memberi perlindungan bagi pekerja saat melaksanakan pekerjaannya dan
kemungkinan terjadinya bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan di tempat kerja.
4. Menempatkan pekerja disuatu lingkungan pekerjaan berdasarkan keterampilan,
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

F. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja
juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat,
yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

G. Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja
dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri
(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23
Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu,
kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja dan syarat kesehatan kerja.
 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan
Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja

H. Pengertian Filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat
kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar
aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang
aman, sehat dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat
menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.

I. Filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 dibagi
menjadi 8 Filosofi yaitu :
1. Safety is an ethical responsibility
K3 adalah tanggung jawab moral/etik. Masalah K3 hendaklah menjadi tanggung awab
moral untuk menjaga keselamatan sesama manusia. K3 bukan sekedar pemenuhan
perundangan atau kewajiban
2. Safety is a culture, not a program
K3 bukan sekedar program yang dijalankan perusahaan untuk sekedar memperoleh
penghargaan dan sertifikat. K3 hendaklah menjadi cerminan dari budaya dalam
organisasi.
3. Management is responsible
Manajemen perusahaan adalah yang paling bertanggung jawab mengenai K3.
Sebagian tanggung jawab dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih
bawah
4. Employee must be trained to work safety
Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan
persyaratan K3 yang berbeda. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan
dan pelatihan
5. Safety is a condition of employment
Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang
menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Kondisi K3 dalam
perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan.
6. All injuries are preventable
Prinsip dasar dari K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena kecelakaan ada
sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan kecelakaan
dapat dihindarkan.
7. Safety program must be site specific
Program K3 harus dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan nyata di
tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial
dll. Program K3 dirancang spesifik untuk masing-masing organisasi atau perusahaan.
8. Safety is good business
Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan.
Melaksanakan K3 adalah sebagai bagian dari proses produksi atau strategi
perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan memberikan manfaat terhadap bisnis
perusahaan.

J. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Sejarah keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) dimulai setelah Belanda datang
ke Indonesia pada abad ke-17. Pada saat itu, masalah keselamatan kerja
di wilayah Indonesia mulai terasa untuk melindungi modal yang ditanam untuk industri.
Saat jumlah ketel uap yang digunakan industri Indonesia sebanyak 120 ketel uap,
sehingga munculah undang-undang mengenai kerja ketel uap di tahun 1853.
Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang digunakan industri kerja semakin bertambah
menjadi 2.277 ketel uap. Tahun 1890 kemudian dikeluarkan ketetapan tentang
pemasangan dan pemakaian jaringan listrik di wilayah Indonesia. Menyusul pada tahun
1907, dikeluarkan peraturan tentang pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru dan
bahan-bahan yang dapat meledak dan beresiko pada keselamatan kerja.
Veiligheids Reglement dan pengaturan khusus sebagai pelengkap peraturan
pelaksanaanya dikeluarkan pada tahun 1905. Kemudian direvisi pada tahun 1910 dimana
pengawasan undang-undang kerja dilakukan oleh Veiligheids Toezich. Sedangkan pada
tahun 1912 muncul pelarang terhadap penggunaan fosfor putih.
Undang-undang pengawasan kerja yang memuat kesehatan dan keselamatan kerja
atau K3 dikeluarkan tahun 1916. Pada tahun 1927 lahir undang-undang gangguan dan di
tahun 1930 pemerintah Hindia Belanda merevisi undang-undang ketel uap.
Pada saat terjadi perang dunia ke II, tidak banyak catatan sejarah mengenai
keselamatan serta kesehatan industri kerja, dikarenakan saat itu masih dalam suasana
perang sehingga banyak industri yang berhenti beroprasi. Sejak jaman kemerdekaan,
sejarah keselamatan kerja berkembang sesuai dengan dinamika bangsa Indonesia.
Beberapa tahun setelah Proklamasi, undang-undang kerja dan undang-undang
kecelakaan (terutama menyangkut masalah kompensasi) mulai dibuat. Di tahun 1957
didirikanlah Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Sedangkan di tahun 1970, undang-undang no I tentang keselamatan kerja dibuat.
Undang-undang ini sendiri dibuat sebagai pengganti Veiligheids Reglement tahun 1920.
Sejarah berikutnya pada tahun 1969, berdirilah ikatan Higiene Perusahaan, Kesehatan
dan keselamatan kerja, dan di tahun 1969 dibangun laboratorium keselamatan kerja.
Di tahun 1957, diadakan seminar nasional Higiene Perusahaan dan Keselamatan
Kerja K3 dengan tema penerapan Keselamatan Kerja Demi Pembangunan. Tepatnya di
bulan Februari 1990, Fakultas Kedokteran Unissula yang bekerja sama dengan Rumah
Sakit Sultan Agung Semarang menyelenggarakan symposium gangguan pendengaran
akibat kerja yang dibuka oleh Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang pada saat
itu dijabat oleh Cosmas Batubara.
Namun kembali, masalah implementasi belum tuntas hingga akhir tahun 1960 an.
Sejak tahun 1970, di Eropa dan Amerika Serikat, kesadaran akan pentingnya K3 sudah
tinggi. Keadaan sebaliknya terjadi Asia dan Afrika.
K. Sejarah K3 di Indonesia
Indonesia sendiri sudah mempunyai UU tentang K3 ditahun 1970, yaitu UU no.1
tahun 1970 yang resmi diberlakukan tanggal 12 Januari tahun 1970 yang juga dijadikan
hari lahirnya K3.
Namun, implementasi nyata K3 di Indonesia baru mulai membaik sekitar awal tahun
2000 an. Jadi butuh waktu 30tahun untuk sosialisasi!!! Kenapa begitu lama? karena
masih kurangnya kesadaran pekerja dan pengusaha.
Disatu pihak, pengusaha menganggap penerapan K3 adalah cost tambahan berbiaya
tinggi, sedangkan dari pihak pekerja, penerapan K3 adalah bagai birokrasi yang
mengganggu pekerjaan mereka, membuat tidak nyaman, membuat pekerjaan menjadi
lambat dsb.
Asumsi itu akhirnya sedikit demi sedikit terkikis, karena pengusaha sadar, biaya jika
terjadi insiden adalah sangat tinggi, jauh lebih tinggi biaya penerapan K3 itu sendiri,
sehingga banyak pengusaha sekarang benar2 K3 minded, walau masih ada saja yang
masih memakai pola pikir lama.
Sedangkan bagi karyawan, kesadaran pun timbul karena menyadari jika terjadi
insiden, maka yang paling menderita adalah diri mereka sendiri, juga keluarga yang
mereka kasihi. Sehingga pola pikir dan habit mulai bergeser.
Kesadaran K3 semakin tinggi, apakah ini berarti mengurangi angka kecelakaan
kerja? Belum tentu. Dari statistik secara nasional, angka kecelakaan kerja ditanah air
masih tetap tinggi, walau laju kenaikannya agak tertahan.
Hal ini disebabkan karena pertambahan tenaga kerja yang meningkat dari tahun ke
tahun, sifat kerja yang berisiko tinggi seperti banyaknya pekerjaan2 dipertambangan dan
pabrik2.
Juga belum sepenuhnya kesadaran akan pentingnya K3 itu tumbuh. Masih banyak
perusahaan2 yang belum menerapkan K3. Bahkan jika dibandingkan, perusahaan yang
belum menerapkan K3 bisa tiga atau empat kali lipat daripada yang sudah
menerapkannya. Itulah sebabnya, angka kecelakaan kerja masih tinggi dan ini menjadi
PR bagi pemerintah tentunya.

L. Definisi keselamatan akibat kerja


Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda.
 OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang
dapat menyebabkan kematian.
 Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi
menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan
akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat
dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).
 Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak
direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan,
kerusakan atau kerugian lainnya
 Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri kerja.
Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni,
2003).
 Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi
dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
 Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang
mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat mengakibatkan luka
pada pada seseorang (Hinze, 1997)
 Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau
mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya
(Rowislon dalam Endroyo, 2007)

M. Teori penyebab kecelakaan akibat kerja


Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja,
terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya.
Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu :
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan,
dan cedera atau kerugian.
Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2,
yaitu:
a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan
kerja. Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan
terjadi kebakaran, metode kerja salah, tidak mengikuti prosedur keselamatan
kerja, menggunakan alat yang sudah rusak, dan lain-lain. Tindakan ini bisa
berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
b. Unsafe Condition (kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab
terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe
condition ini contohnya adalah kondisi permukaan tempat bekerja (lantai yang
licin) tangga rusak, udara yang pengap, kondisi penerangan (pencahayaan
kurang), terlalu bising, dan lain-lain.
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau
situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan
kerja tersebut perlu diteliti. 2,3
3. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang
tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang
terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.
4. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam
sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur
atau peraturan mengenai keselamatan kerja.
5. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,
yang intinya sebagai berikut:2,3
 Manajemen kurang kontrol
 Sumber penyebab utama
 Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
 Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
 Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di
bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala
penyebab utama akibat kesalahan manajemen.

N. Klasifikasi jenis cidera akibat kecelakaan kerja


Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat
perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan
pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan can pelaporan statistik kecelakaan
kerja.banyak standar referensi penerapan yang digunakan oleh perusahaan, salah satunya
adalah standar Australisa AS 1885-1 (1990). Berikut adalah pengelompokan jenis cidera
dan keparahannya :
1. Cidera fatal (fatality)
Adalah kematian yang disebabjan oleh cidera atau penyakit akbat kerja
2. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (loss time injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau
kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kehilangan
kerja tersebut tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.
3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (loss time day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja
karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk
hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan
hari kerja juga termasuk pada hari saat kerja alternatid setelah kembali ke tempat
kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari
kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (restricted duty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan
rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah
dimodifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingkungan kerja pola atau
jadwal kerja.
5. Cidera dirawat di rumah sakit (medical treatment injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang
ditangani oleh dokter, perawatm atau orang yang memiliki kualifikasi untuk
memberikan pertolongan pada kesehatan.
6. Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan alat
pertolongan pertama pada kesehatan setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan
debu, dan lain lain.
7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (non injury incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan, dan bahaya pembuangan
limbah.

O. Akibat Kecelakaan Kerja


1. Bagi Karyawan
Karyawan terang jadi unsur yang rasakan segera akibatnya karena kecelakaan
kerja. Serendah apa pun level kecelakaan kerja yang terjadi, tentu hal semacam itu
dapat mempengaruhi negatif pada karyawan. Terlebih bila kecelakaan yang terjadi
termasuk kelompok berat, maka akan semakin kronis efeknya untuk karyawan.
Beberapa akibat yang dirasa oleh pegawai yang alami kecelakaan kerja salah satunya :
 Kematian bila memang kecelakaan yang terjadi masuk kelompok super berat
 Cacat bila sampai kecelakaan itu bikin anggota atau organ badan tertentu jadi
tidak berperan dengan cara normal.
 Cedera bila type kecelakaan kerja yang terjadi masuk ketegori tengah atau
enteng. Tetapi pada akibat ini tidaklah sampai menyebabkan terjadinya cacat
fisik.
 Menyebabkan stres, trauma, atau permasalahan kejiwaan. Segi psikologis
karyawan jadi tertekan setelah alami kecelakaan kerja.
 Produktivitas karyawan pun jadi terhalang selama sistem pemulihan. Atau bila
sampai alami cacat fisik, bermakna karyawan itu tidak dapat lagi bekerja dengan
cara normal seperti sebelumnya.
2. Bagi Keluarga Karyawan
Keluarga karyawan pun jadi pihak yang terserang efek segera dari terjadinya
kecelakaan kerja. Terang semua keluarga ingin agar hal semacam ini tidak sampai
terjadi. Terlebih bila anggota keluarga ini jadi hanya satu tulang punggung keluarga.
Efek ekonomi akan segera dirasa keluarga itu. Bila sampai terjadi kecelakaan, maka
akibat yang perlu dijamin keluarga karyawan, salah satunya mencakup :
 Rasa sedih yang mendalam karena kecelakaan yang menimpa anggota keluarga
 Berkurangnya pendapatan yang didapat keluarga
 Turunnya standard hidup keluarga
 Punya potensi menyebabkan terjadinya keretakan rumah tangga dan bikin
suasana yg tidak serasi.
3. Bagi Perusahaan
Perusahaan pun turut merasakan dampak dari terjadinya kecelakaan kerja. Walau
mungkin perusahaan dapat mencari karyawan pengganti, namun tetap harus efek
kecelakaan kerja itu harus dirasa lebih dahulu. Beberapa akibat yang dirasa
perusahaan bila terjadi kecelakaan kerja, di antaranya :
 Turunnya produktivitas perusahaan atau jadi lambatnya produksi
 Perusahaan harus keluarkan biaya penyembuhan untuk karyawan
 Perusahaan harus juga keluarkan ubah rugi
 Bila kecelakaan kerja termasuk berat, dapat menyebabkan rusaknya perlengkapan
atau bangunan yang disebut aset perusahaan. Terang, perusahaan harus memikul
biaya perbaikannya.
 Kecelakaan kerja itu juga mungkin bikin rusaknya product dan bahan-bahan
 Ada gaji yang perlu dibayarkan perusahaan selama karyawan belum dapat
bekerja lagi.
 Punya potensi menyebabkan turunnya kekuatan karyawan setelah kembali dapat
bekerja. Dapat karena keadaan fisik yg tidak senormal sebelumnya ataupun
turunnya semagat kerja karyawan. Dengan kata lain, hal semacam ini
berpengaruh pada produktivitas pabrik.
 Bila ingin merekrut pekerja atau karyawan baru, perusahaan pun perlu keluarkan
biaya lagi. Baik untuk biaya rekrutmen ataupun biaya untuk melatih pekerja
baru.
4. Bagi Masyarakat
Otomatis, masyarakat juga turut terserang efek negatif dari kecelakaan kerja.
Walaupun kecelakaan yang terjadi dalam taraf kecil, namun sedikit banyak orang-
orang turut rasakan pengaruhnya. Akibat yang dirasa orang-orang itu dapat berbentuk
:
 Munculnya korban jiwa/cacat/cidera yang nanti dengan cara segera dapat
mempengaruhi pada orang-orang tempat korban tinggal.
 Karena produktivitas perusahaan yang terhambatnya, maka keperluan orang-
orang akan product dari perusahaan itu juga turut terhalang.

P. Higiene Perusahaan
Higiene perusahaan adalah ilmu pengenalan, penilaian dan pengendalian faktor-
faktor bahaya, sehingga masyarakat tenaga kerja dan masyarakat terhindar dari efek
sampingan kemajuan teknologi.
Konsep higiene perusahaan terdiri dari 3 tahapan kegiatan, yaitu:
1. Pengenalan lingkungan :untuk mengetahui kualitatif faktor bahaya, mengetahui
tindakan lebih lanjut (misalnya pengukuran dan menentukan alat dan metode),
mengetahui kuantitatif jumlah yang terpajan faktor bahaya.
2. Penilaian lingkungan : untuk mengetahui secara kualitatif tingkat bahaya dari suatu
faktor bahaya lingkungan tang timbul dengan metode pengukuran, pengambilan
sample serta analisa di laboratorium, kemudian dibandingkan dengan NAB sebagai
Standar baku.
3. Pengendalian lingkungan : untuk menurunkan tingkat faktor bahay lingkungan
sampai batas yang masih dapat ditolerir oleh manusia dan lingkungannya dengan
nilai ambang batas (NAB).

Q. Kategori Kecelakaan Kerja


1. Klasifikasi menurut jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan yang melebihi kemampuan
f. Pengarug suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi menurut penyebab
a. Mesin: pembangkit tenaga terkecuali motor listrik, mesin penyalur, mesin-
mesin untuk mengerjakan logam, mesin pengolah kayu, mesin pertanian, mesin
pertambangan.
b. Alat angkutan dan peralatan terkelompokan : alat angkutan yang menggunakan
rel, alat angkutan lain yang beroda, alat angkutan udara, alat angkutan air.
c. Peralatan lain: alat bertekanan tinggi, tanur, tungku, alat pendingin, instalasi
listrik, perkakas, tangga berjalan,.
d. Material, bahan- bahan dan radiasi : bahan peledak, debu, gas, cairan, dan zat
kimia, kepingan terbang, radiasi, material dan bahan lainnya yang tak
terkelompokan.
e. Lingkungan kerja: diluar bangunan, didalam bangunan, dibawah tanah.
3. Klasifikasi menurut sifat luka
a. Patah tulang
b. Dislokasi atau keseleo
c. Regang otot
d. Memar dan luka
e. Amputasi
f. Luka permukaan
g. Luka bakarluka yang banyak dan berlainan sifatnya
4. Klasifikasi menurut letak kelainan
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Kelainan umum
g. Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut

Sedangkan menurut Bennet NB. Silalahi dalam analisa sejumlah kecelakaan,


kecelakaan kerja dapat dikelompokkan kedalam pembagian kelompok yang jenis dan
macam kelompoknya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya kelompok:
Tingkat Keparahan Kecelakaan Dalam Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341
kecelakaan dibagi menjadi 3 tingkat keparahan, yakni mati, berat dan ringan.

Dalam PP 11/1979 keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni mati, berat, sedang dan
ringan. Daerah Kerja atau Lokasi Dalam pertambangan minyak dan gas bumi,
ditentukan kelompok daerah kerja: seismik, pemboran, produksi, pengolahan,
pengangkutan, dan pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai