Dwi Indrawati, MS
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Mata Kuliah : Pengelolaan Limbah B3 Semester: Jenis Mata Kuliah : Kode: Bobot:
VI Wajib ATR6314 3 sks
CPL 3.7 : Mampu menerapkan prinsip dan konsep manajemen limbah B3 untuk menganalisis masalah teknik lingkungan.
Mampu menerapkan prinsip dan konsep pengelolaan Limbah B3 mulai dari sumber hingga ke Tempat Penimbunan
CPMK-1 :
Akhir untuk proteksi masyarakat dari lingkungan hidup yang berbahaya (hazardous environment);
Kriteria
Waktu Pengalaman
Kemampuan Akhir yang Metode Penilaian Bobot
Sesi Ke Bahan Kajian Belajar Belajar
diharapkan Pembelajaran dan Nilai
(menit) Mahasiswa
Indikator
Penanganan Limbah RS
Problem Base
14 Learning 150
(PBL) 10%
Terstruktur: tugas,
0-100 30
kuis, makalah, dll
Ujian Tengah
0-100 35
Semester (UTS)
Sisa keg/
hasil samping
Sifatnya
Konsentrasinya
Jumlahnya (kuantitas)
Sludge, protein,
asam, basa, zat warna,
Endapan kimia,
solven organik, ion logam,
SO2, NO2 ,H2S, NH3, adsorben
anion, zat organik
Debu C, Pb atau Hg Bahan kimia
kadaluarsa
Kendaraan bermotor Domestik
Industri
penggunaan B3
(termasuk di sektor industri)
PP 101 tahun 2014 merupakan pengganti PP yang lama tentang Pengelolaan Limbah
B3 yaitu PP 18/1999 Juncto PP 85/1999. Secara umum PP 101 tahun 2014 lebih detail
dan lebih lengkap dibanding PP sebelumnya sbb :
1. Sanksi Lebih Berat dan Peraturannya Lebih Ketat
2. Bertambahnya Jenis Limbah Yang Dikategorikan Limbah B3
Hal ini bisa dilihat di Lampiran PP 101 tahun 2014 banyak menambahkan jenis
limbah menjadi kategori limbah B3 yang baru.
3. Pengelolaan Limbah B3 harus dilakukan secara terpadu karena dapat
menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup lainnya dan
lingkungan hidup.
4. Perusahaan penghasil Limbah B3 wajib bertanggungjawab sejak Limbah B3
dihasilkan sampai dimusnahkan (from cradle to grave) dengan melakukan
pengelolaan secara internal dengan benar dan memastikan pihak ke 3 pengelola
Limbah B3 memenuhi regulasi dan kompeten.
5. Dalam tuntutan hukum, Limbah B3 tergolong dalam tuntutan yang
bersifat formal. Artinya, seseorang atau perusahaan dapat dikenakan
tuntutan perdata dan pidana lingkungan karena cara mengelola Limbah
B3 yang tidak sesuai dengan peraturan, tanpa perlu dibuktikan bahwa
perbuatannya tersebut telah mencemari lingkungan.
6. Pengetahuan tentang cara pengelolaan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan wajib diketahui oleh pihak-pihak yang terkait dengan
Limbah B3 dan pihak ke 3 yang bekerjasama dengan perusahaan.
7. Di Bagian Ketentuan Umum PP 101 tahun 2014 menambahkan point-
point di bawah ini yang dalam PP sebelumnya tidak disebutkan seperti
Ekspor Limbah B3, Notifikasi Ekspor Limbah b3, Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup (PPLH) dan PPLHD.
• Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
• Prosedur Pelindian Karakteristik Beracun (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure) yang selanjutnya disingkat TCLP adalah prosedur laboratorium
untuk memprediksi potensi pelindian B3 dari suatu Limbah.
• Uji Toksikologi Lethal Dose-50 yang selanjutnya disebut Uji Toksikologi LD50
adalah uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara Limbah B3
dengan kematian hewan uji yang menghasilkan 50% (lima puluh persen)
respon kematian pada populasi hewan uji.
• Ekspor Limbah B3 adalah kegiatan mengeluarkan Limbah B3 dari daerah
pabean Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Notifikasi Ekspor Limbah B3 adalah pemberitahuan terlebih dahulu dari
otoritas negara eksportir kepada otoritas negara penerima sebelum
dilaksanakan perpindahan lintas batas Limbah B3.
• Dumping (Pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan,
dan/atau memasukkan Limbah dan/atau bahan dalam jumlah,
konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke
media lingkungan hidup tertentu.
• Kerusakan Lingkungan Hidup adalah perubahan langsung dan/atau
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
• Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
• Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup adalah cara atau proses untuk mengatasi Pencemaran
Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
• Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup adalah serangkaian kegiatan
penanganan lahan terkontaminasi yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pemantauan untuk memulihkan fungsi
lingkungan hidup yang disebabkan oleh Pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
• Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat PPLH
adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang, kewajiban, dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengawasan lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya disingkat
PPLHD adalah Pegawai Negeri Sipil di daerah yang diberi tugas,
wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
pengawasan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8. Bagian Perpindahan Lintas Batas Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun
Di PP 101 tahun 2014 lebih dirinci. Dalam Pasal 196 di PP 101 tahun 2014
di sebutkan:
Ayat (1) Dalam hal Limbah B3 akan dimasukkan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk tujuan transit, Penghasil
Limbah B3 atau Pengangkut Limbah B3 melalui negara eksportir
Limbah B3 harus mengajukan permohonan notifikasi kepada
Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri.
Ayat (2) Permohonan notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diajukan dalam waktu paling singkat 60 (enam puluh) hari
sebelum transit dilakukan.
Ayat (3) Permohonan notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan keterangan paling sedikit mengenai:
1. identitas eksportir Limbah B3;
2. negara eksportir Limbah B3;
3. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah
Limbah B3 yang akan transit;
4. alat angkut Limbah B3 yang akan digunakan;
5. negara tujuan transit;
6. tanggal rencana pengangkutan, pelabuhan atau terminal tujuan
transit, waktu tinggal di setiap transit, dan pelabuhan atau terminal
masuk dan keluar;
7. dokumen mengenai asuransi;
8. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3;
9. dokumen mengenai tata cara penanganan Limbah B3 yang akan
diangkut; dan
10.dokumen yang berisi pernyataan dari Penghasil Limbah B3 dan
eksportir Limbah B3 mengenai keabsahan dokumen yang
disampaikan.
9. Ruang Lingkup PP 101 tahun 2014 diperluas dari PP sebelumnya
karena juga mengatur tentang:
1) Dumping (Pembuangan) Limbah B3;
2) Pengecualian Limbah B3;
3) Perpindahan lintas batas Limbah B3;
4) Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pemulihan Fungsi Lingkungan
Hidup;
5) Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3;
6) Pembinaan;
7) Pengawasan;
8) Pembiayaan;
9) Sanksi administratif.
Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu :
• Faktor Lingkungan
• Faktor Perilaku
• Faktor Pelayanan Kesehatan
• Faktor Bawaan (Keturunan)
Limbah cair, yang masuk ke perairan akan mengotori air yang digunakan
untuk berbagai keperluan serta mengganggu kehidupan biota air.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah
limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya
mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat
akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Pertemuan Extraordinary Meeting of the Conference of the Parties (Ex
CoPs) to the Basel, Rotterdam dan Stockholm Conventions di Bali, 22-24
Februari 2010 mensinergikan 3 Konvensi Internasional (Konvensi Basel,
Rotterdam, dan Stockholm) yang menangani penanganan limbah dan
bahan kimia beracun dan berbahaya.
Pengelolaan Limbah B3 :