Anda di halaman 1dari 35

SUMBER

LIMBAH B3
Limbah B3 dari Industri
Dalam proses produksi, industri menggunakan berbagai macam
senyawa kimia (bersifat berbahaya dan beracun). Mulai dari siklus
pengadaan sampai dengan penimbunan limbahnya membawa risiko
terpapar ke lingkungan, sehingga menimbulkan pencemaran serta
mengganggu kesehatan manusia.

Contoh salah satu peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia:


• Kasus Teluk Buyat di Minahasa, Sulawesi. Dampak yang
diakibatkan limbah proses industri pertambangan, yang
mengakibatkan rusaknya ekosistem (pencemaran terhadap air
dan biota air), serta mengakibatkan sejumlah penyakit pada
masyarakat sekitar.
Kasus Teluk Buyat
Th. 2004 dilaporkan adanya kadar Arsen (As) & Merkuri
(Hg) di Teluk Buyat, Minahasa Selatan, yang berasal dari
pembuangan limbah PT. NMR (PT. Newmont Minahasa
Raya).

Sampel endapan dasar dari Teluk Buyat menunjukkan


kadar Arsen (As) sebesar 666 mg/kg (ratusan kali lebih
besar daripada Kriteria Kualitas Perairan Laut ASEAN
yang hanya 50 mg/kg) dan kadar Merkuri rata-rata
1000 µg/kg (standar yang sama menetapkan 400 µg/kg).

Proses Biological Magnification = Pelipatan biologik, yaitu pelipatan kadar


suatu zat melalui rantai makanan
Pertemuan internasional Extraordinary Meeting of the Conference of the
Parties (Ex CoPs) to the Basel, Rotterdam dan Stockholm Conventions di
Bali, pada 22-24 Februari 2010 mensinergikan 3 Konvensi Internasional,
yaitu Konvensi Basel, Rotterdam, dan Stockholm, yang menangani
penanganan limbah dan bahan kimia berbahaya dan beracun (B3)

Tujuan sinergi:
• meningkatkan kerjasama antar negara anggota,
• mengefektifkan konvensi dari aspek administrasi, teknologi informasi,
legal services, public awareness and outreach serta penyebaran sumber
daya.

Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Gusti Muhammad Hatta sebagai


Presiden COP Konvensi Basel
Konferensi luar biasa tingkat dunia negara pihak dari Konvensi Basel,
Rotterdam, dan Stockholm (ExCOP) di Nusa Dua Bali menghasilkan 6 (enam)
butir kesepakatan untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan ketiga konvensi
tersebut.
Enam butir kesepakatan tersebut:
1. aktivitas kerja sama (joint activities),
2. fungsi kerja sama manajerial (joint managerial functions),
3. layanan bersama (joint services),
4. sinkronikasi dana,
5. audit bersama, dan
6. tinjauan bersama.
Keenam hal ini akan menjadi acuan dalam pengelolaan konvensi kimia dan
limbah ke depan
Tatanan baru dalam sinergi konvensi di bidang kimia dan limbah ini diharapkan
mampu mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan
bahan kimia dan limbah.

Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap pengelolaan lingkungan di


Indonesia yang tentunya demi terlindunginya kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup akibat dampak bahan kimia dan limbah berbahaya.
Konvensi Minamata.

Setelah proses negosiasi selama 3 tahun, konvensi tersebut baru berhasil


disepakati setelah pertemuan kelima intergovernmental negotiating committee
(INC) di Jenewa, yang diselenggarakan tanggal 12-19 Januari 2013. Konvensi
ini bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari
bahaya merkuri.

Konvensi ini akan ditandatangani dalam konferensi diplomatik di Minamata


dan Kumamoto, Jepang, tanggal 10 Oktober 2013. Minamata merupakan
daerah yang pernah mengalami keracunan methylmercury yang parah pada
akhir 1950-an hingga merusak kesehatan lebih daripada 2500 penduduk
setempat dan menyebabkan kematian ratusan di antaranya. Tragedi
Minamata membuka mata dunia mengenai bahaya merkuri untuk kesehatan
dan lingkungan hidup.
Merkuri, yang memiliki simbol kimia Hg, merupakan unsur kimia
alamiah. Kegiatan manusia menambah jumlah merkuri di udara, air
dan tanah. Merkuri dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh hewan
air. Keracunan merkuri dapat terjadi akibat kontak kulit, makanan,
minuman dan pernapasan. Dampaknya pada kesehatan termasuk
gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf; paparan dalam
jumlah besar dan berulang dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan yang bersifat fatal.

Merkuri atau raksa masih banyak digunakan oleh para penambang


emas kecil di Sumatera dan Kalimantan. Merkuri yang diselundupkan
dari luar negeri tersebut digunakan untuk memisahkan emas dari
bahan-bahan lainnya namun merusak kesehatan komunitas
penambang emas. Emisi merkuri juga dapat dihasilkan dari kegiatan
industri yang menggunakan bahan bakar batubara misalnya di industri
pembangkit. Asia Timur dan Tenggara merupakan penyumbang 40%
emisi merkuri ke udara (Kemen LH, 2013)
Biomagnifikasi: peningkatan
konsentrasi polutan ketika polutan
bergerak dari satu tingkat trofik ke
tingkat trofik berikutnya.

Contoh biomagnifikasi:
Ikan kecil memakan organisme
mikroskopis yang terkontaminasi,
dan ikan besar memakan ikan kecil.

Jadi, pada awalnya polutan


ditransfer dari organisme
mikroskopis ke ikan kecil yang
Bioakumulasi mengacu memakannya, dan kemudian ke
pada peningkatan konsentrasi ikan besar yang memakan ikan-ikan
polutan dalam suatu kecil.
organisme. Biasanya terjadi
ketika organisme mencerna
zat tertentu.
Dari kasus Teluk Buyat tersebut, ada masalah kesehatan
yang tak biasa seperti penyakit kulit yang tidak dapat
dijelaskan, tremor, sakit kepala, dan pembengkakan aneh
pada leher, betis, pergelangan tangan, dan kepala
Limbah B3 dari Rumah Tangga

Limbah B3 rumah tangga memang sedikit (tidak sampai 2%) dari


jumlah sampah di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir).

Menurut US-EPA (United States for Environmental Protection Agency):


sebuah baterai yang mengandung merkuri (Hg) di dalam 6 ton sampah,
sudah melebihi ambang batas merkuri yang diijinkan dalam limbah
padat, sedangkan satu galon oli bekas sudah cukup untuk mencemari
sejuta galon air dan membentuk lapisan minyak seluas 3,7 hektar.
Limbah B3 dari kegiatan rumah tangga:
• Dapur: Pembersih Lantai, Kompor Gas, Pembersih Kaca, Plastik, Racun Tikus, Bubuk
Pembersih, Pembuka Sumbat Saluran Air Kotor.
• Tempat Cuci: Pemutih, Deterjen, Pembersih Lantai, Bahan Pencelup, Pembersih
Karpet, Pembuka Sumbat Saluran Air Kotor.
• Kamar Mandi: Aerosol, Desinfektan, Pembuka Sumbat Saluran Air Kotor,
Pembersih Lantai dan Kaca, Hair Spray, Pewarna Rambut, Pembersih Toilet, Kamper,
Medicated Shampoo.
• Kamar Tidur: Kamper, Pembersih Karpet, Pembersih Mebel, Pembersih Lantai,
Pembersih Kaca, Obat Anti Nyamuk, Baterei, Pembersih Lantai, Aerosol, Cat Kuku
dan Pembersih.
• Garasi dan Gudang: Oli, Aki Mobil, Minyak Rem, Car Wax, Pembersih Karburator,
Cat dan Thinner, Lem, Pembasmi Tikus, Genteng Asbes. Semir sepatu.
• Ruang Tamu: Pengharum Ruangan, Pembersih Karpet, Pembersih Mebel, Pembersih
Kaca.
• Taman: Pupuk, Insektisida.
• Ruang Makan: Obat-obat Kadaluarsa.
Limbah B3 dari Rumah Sakit

Limbah B3 rumah sakit merupakan limbah campuran (heterogen), yang


berpotensi menimbulkan infeksi.

• Limbah patologis, terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,


bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.
• Limbah radioaktif, yaitu bahan-bahan yang dapat berbentuk padat, cair atau
gas yang terkontaminasi dengan radionuklida dan dihasilkan dari analisi in-vivo
terhadap organ tubuh dalam pencarian lokasi tumor. Sebenarnya perdefinisi,
limbah radioaktif adalah bagian dari limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),
namun ada kalanya sebagian masyarakat membedakan kedua jenis limbah
tersebut. Menurut pandangan terakhir ini, terdapat istilah 'mixed waste'
(limbah campuran), yaitu limbah yang mengandung campuran unsur radioaktif
sekaligus B3.
• Limbah kimiawi yaitu bahan-bahan yang dapat berupa padat, cair atau gas
yang dihasilkan dari kegiatan yang ada di RS, misalnya pekerjaan diagnostik,
pembersihan atau pemeliharaan ataupun prosedur desinfeksi.
• Limbah yang berpotensi menularkan penyakit
(infectious) yaitu limbah yang mengandung
mikroorganisme patogen yang jika bersentuhan dengan
manusia akan menimbulkan penyakit. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah jaringan dan stok dari agen-agen infeksi
dari kegiatan laboratorium, ruang bedah atau autopsi pasien
yang mempunyai penyakit menular, atau pasien yang
diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang
menjalani haemodialisis (tabung, serbet, gaun, sarung
tangan, dsb) atau materi yang berkontak dengan binatang
yang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang
menderita penyakit menular.
• Limbah benda tajam yaitu benda-benda yang
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi
atau bahan citotoksik, seperti jarum suntik, gunting, pisau,
dll.
• Limbah farmasi yaitu produk-produk farmasi,
obat-obatan dan bahan kimiawi yang dikembalikan
dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah,
kadaluarsa, atau telah terkontaminasi.
• Limbah citotoksik yaitu bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat citotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik.
• Kontainer di bawah tekanan yaitu tabung yang
mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak
jika diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan
karena kecelakaan (tertusuk, dsb)
KATEGORI LIMBAH B3

Limbah B3 kategori 1 merupakan Limbah B3


yang berdampak akut dan langsung terhadap
manusia dan dapat dipastikan akan berdampak
negatif terhadap lingkungan hidup.

Limbah B3 kategori 2 merupakan Limbah B3


yang memiliki efek tunda (delayed effect), dan
berdampak tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-
kronis atau kronis.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup
yang telah ditetapkan.

Pencemaran dibagi dalam tiga jenis :

1. Pencemaran air.
Terjadinya perubahan komposisi atau kondisi yang diakibatkan
oleh adanya kegiatan atau hasil kegiatan manusia, sehingga
secara langsung maupun tidak langsung air menjadi tidak layak
atau kurang layak untuk semua fungsi, tujuan pemanfaatannya.
Indikator air telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat diamati melalui :
• Adanya perubahan suhu dan
• Adanya perubahan pH
• Perubahan warna, bau dan rasa
• Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut
• Adanya mikroorganisme
• Meningkatnya radioaktivitas air
2. Pencemaran Udara, yaitu masuknya substansi atau
kombinasi dari berbagai substansi ke dalam udara,
yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
manusia atau makhluk hidup; bersifat menyerang dan
atau merugikan bagian luar atau dalam tubuh manusia
atau karena keberadaannya baik secara langsung
maupun tidak langsung menimbulkan pengaruh buruk
terhadap kesehatan manusia.
3. Pencemaran Tanah, yaitu perubahan fisik maupun kimiawi
tanah, yang dapat mengakibatkan menurunnya daya guna atau
berkurangnya kemampuan daya dukung tanah, bila digunakan
tanpa pengolahan lebih dahulu.

Dari berbagai definisi pencemaran diatas maka dapat diketahui


bahwa dampak yang timbul akibat pencemaran lingkungan tidak
hanya berpengaruh terhadap lingkungan saja, akan tetapi
berakibat dan berpengaruh terhadap kehidupan tanaman, hewan
dan juga manusia.
Pencemaran limbah B3:

Pencemaran limbah B3 ke lingkungan merupakan suatu proses yang


erat kaitannya dengan penggunaan B3 oleh manusia.

Contohnya suatu proses produksi dalam industri pertambangan batu


bara, pemurnian minyak, pembangkit listrik dengan energi minyak,
serta pengecoran logam tentunya akan banyak mengeluarkan limbah
B3, terutama logam-logam yang relatif mudah menguap dan larut
dalam air (bentuk ion), seperti arsen (As), kadmium (Cd), timah hitam
(Pb) dan merkuri (Hg).
Pencemaran air oleh limbah B3 (logam berat):
Pada ekosistem air tawar yang mengalir spt sungai,
keberadaan logam berat biasanya berasal dari
buangan air limbah, erosi, dan dari udara secara
langsung.

Ekosistem air tawar biasanya mengandung material


organik dan an-organik yang mengambang lebih
banyak dibandingkan ekosistem air laut. Material2 tsb
memiliki kemampuan mengabsorpsi logam, sehingga
pencemaran logam pada ekosistem air tawar lebih
mudah terjadi.
Proses pencemaran B3 dalam air sungai mulai dari hulu hingga ke muara
Logam dalam air biasanya terikat oleh senyawa lain, sehingga berbentuk
molekul. Ikatan tersebut dapat berbentuk garam organik, seperti senyawa
metil, etil, fenil, maupun garam anorganik, seperti oksida, klorida, sulfida,
karbonat, hidroksida , dan sebagainya.

Logam-logam berat yangbersifat racun, spt Hg, Cd, dan Pb yang terdapat
di dalam air kebanyakan berbentuk ion.

Logam kadmium dalam air laut berbentuk senyawa klorida (CdCl2),


sedangkan dalam ekosistem air tawar berbentuk karbonat (CdCO3).

Kadar garam dalam air akan memengaruhi senyawa logam, sehingga


terjadi suatu interaksi antara logam dan logam, misalnya Ca dan Cd.
Logam berbahaya diserap oleh biota air melalui insang dan
saluran pencernaan. Karena sifat logam berat tersebut
toksik, maka kandungan logam tersebut dapat mematikan.
Pada biota air yang tahan terhadap kandungan logam yang
relatif tinggi, maka logam tsb dapat tertimbun di dalam
jaringan biota tsb, seperti pada hati dan ginjal. Logam tsb
akan berikatan dengan protein, sehingga akan
terakumulasi dalam waktu yang cukup lama.
Organisme air yang dapat hidup dalam air yang tercemar

Anda mungkin juga menyukai