Anda di halaman 1dari 31

I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat berbahaya atau tidak
berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan, beserta lingkungan dan biasanya hal
tersebut umumnya disebabkan oleh perbuatan manusia. Hal tersebut sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan. Limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) bedasarkan PP 22 tahun
2021, usaha dan / kegiatan yang mengandung zat, energi, dan / atau resiko, baik
secara langsung, dapat mencemarkan dan / atau merusak lingkungan hidup, dan / atau
lingkungan hidup, kesehatan, dan hidup manusia. Bedasarkan bahaya yang
ditimbulkan, sifat limbah B3 dikelompokkan menjadi bahan beracun, bahan oksidator,
bahan korosif, bahan yang reaktif terhadap air, bahan mudah terbakar, bahan
eksplosif, gas bertekan, bahan reaktif terhadap asam, serta logam berat. Akibat yang
ditimbukan dari bahan beracun ini dapat berupa gangguan pada syaraf, gangguan
pada hati dan ginjal, sesak nafas, gangguan paru-paru, serta leukimia. Bahaya yang
disebabkan dari bahan oksidator dapat menimbulkan kebakaran karena zat ini sendiri
bisa menghasilkan oksigen, bahan korosif bisa menimbulkan bahaya jika kontak
dengan kulit, merusak alat pernafasan. Lain halnya dengan bahan yang reaktif
terhadap air akan mengeluarkan panas dan mudah terbakar, selain itu bahan yang
mudah terbakar tentu akan menimbulkan kerusakan yang besar (kebakaran), gas
bertekanan mempunyai bahaya yang bersifat racun, aspiksian, korosif dan muda
terbakar. Bahan yang reaktif terhadap asam menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas beracun dan korosif serta eksplosif.Bahan radioaktif memiliki bahaya
terkait dengan sinar radiasinya, radiasi ini apabila masuk kedalam tubuh dapat
menimbulkan efek somatik dan genetik.

Efek somatik yang dimaksud bersifat akut dan bisa juga sifat kronis, serta yang terakhir
adalah logam berat, pengaruh logam berat terhadap kesehatan adalah menghambat
pembentukkan hemoglobin, ganguan syaraf, batu ginjal, anemia. Dampak yang
ditimbulkan oleh limbah B3 yang langsung saja dibuang ke lingkungan dan tanpa
melakukann proses pengelolaan sangatlah besar dan dapat bersifat akumulatif.
Sehingga dampak tersebut bersifat berantai mengikuti proses pengangkutan (sirkulasi)

1
bahan dan jarring-jaring rantai makanan. Mengingat besarnya resiko yang ditimbulkan
tersebut maka pemerintahan telah berusaha untuk mengelola limbah B3 secara
menyeluruh. Klinik Kesehatan adalah salah satu unit pelayanan yang kegiatannya
menghasilkan limbah medis dan non medis, limbah padat biasanya berasal dari
ruangan inap, poliklinik umum, poliklinik gigi, laboratorium dan apotik, sedangkan
limbah cair biasanya berasal dari mikroorganisme, bahan kimia beracun, maupun
radioaktif . Bedasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 6
tahun 2021 dikatakan bahwa pengelolaan limbah B3 Fasyankes terdiri atas
pengurangan dan pemilahan limbah B3, penyimpanan limbah B3, pengangkutan
limbah B3, pengolahan limbah B3, penguburan limbah B3, dan penimbunan limbah B3.
Perkembangan pembangunan di negara ini tak lepas dari tingginya limbah B3 yang
dihasilkan oleh para pelaku itu sendiri, ada banyak hal yang mencemari lingkungan
yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Ketika sampah berada di tanah,
limbah juga berkontribusi mencemari udara, udara dan tanaman yang tumbuh dinikmati
manusia dan berdampak ke manusia itu sendiri. Limbah juga dapat langsung
bersentuhan dengan kulit manusia atau oleh binatang. Pengelolaan limbah B3 yang
memungkinkan kegiatan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang
merupakan salah satu yang penting dalam pengelolaan limbah B3. Pengelolaan yang
membutuhkan penanganan khusus sehingga diperlukan peraturan yang tepat dalam
setiap metode pengelolaannya, sehingga tidak menyebabkan dampak buruk kepada
manusia, makhluk hidup dan lingkungan. Namun, meskipun sudah ada peraturan
tentang limbah B3 masih diperlukan pengawasan dari berbagai pihak dalam
pelaksanaannya.

Klinik SMitra Medika dalam hal ini sebagai fasilitas kesehatan yang akan menghasilkan
limbah B3 yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan baik itu rawat inap maupun
rawat jalan. Klinik ini akan menyediakan tempat untuk pembuangan limbah sebesar 27
m2 dengan menghitung analogi dari fasilitas kesehatan yang sama yaitu jumlah limbah
yang dihasilkan dari berbagai ruangan yaitu dari ruang dokter, rawat inap, labolatorium
dan apotik, dan diperkirakan tiap bulannya akan menghasilkan limbah cair 12 liter dan
limbah B3 7 kg perbulan., Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah ini tentunya akan diperlakukan
sebaik-baiknya supaya tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggunjawab dan
tidak mencemari lingkungan sekitar dengan mempelakukan sebagai berikut:

1. Pemilahan limbah medis harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah.

2
2. Disediakan dua tempat sampah dengan pedal (sampah medis dan non medis).

3. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.

4. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa


memperhatikan terkontaminasi atau tidak. Wadah tersebut harus anti tusuk,
anti bocor, ringan, tahan karat, permukaan rata dan tidak mudah untuk dibuka

5. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila sampah
mencapai kapasitas 2/3 dari tempat sampah

6. Sangat dihindari limbah ini didaur ulang

7. Limbah sitotoksis disimpan dalam wadah yang kuat, anti bocor dan diberikan
label dan tulisan “ Limbah Sitotoksis “

8. Semua limbah yang berasal dari kamar operasi dikategorikan sampah


infeksius

9. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan menggunakan troli


khusus yang tertutup

10. Penyimpanan limbah disesuaikan dengan iklim tropis yaitu :

a. Musim hujan : paling lama 48 jam ( 2 hari )

b. Musim panas : paling lama 24 jam

11. Sampah medis yang diangkut ke luar dari Klinik harus mempergunakan
angkutan khusus.

12. Sampah medis padat dapat dihancurkan di incinerator dengan suhu diatas
1000 C

13. Jenis wadah dan labelnya

3
B. Tujuan
1. Mencegah dan menanggulangi pencemaran/kerusakan lingkungan hidup dan
gangguan kesehatan masyarakat & Tindak Pidana Lingkungan Akibat Limbah B3
yang dihasilkan dari sarana fasilitas layanan kesehatan

4
II

Muatan Kajian Persetujuan Teknis di bidang Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3

A. Nama, Sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan dikumpulkan

Secara umum jenis pengolahan limbah Klinik Kesehatan adalah:

1. Limbah umum; sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan


binatang non-infectious, limbah dari cuci serta materi lain yang
tidak membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Pengolahan
limbah ini tidak diperlukan pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan
limbah domestik. Seluruh makanan yang telah meninggalkan dapur pada
prinsipnya adalah limbah bila tidak dikonsumsi dan sisa makanan dari bagian
penyakit menular perlu di autoclave terlebih dahulu sebelum dibuang ke landfill.
2. Limbah patologis; terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,
bangkai binatang, darah dan cairan tubuh. Pengolahan limbah ini dilakukan
dengan sterilisasi, insinerasi, lalu dilanjutkan dengan landfilling. Insinerasi
merupakan metode yang sangat dianjurkan, kantong-kantong yang digunakan
untuk membungkus limbah juga harus diinsinerasi.
3. Limbah radioaktif; dapat berfase padat, cair maupun gas yang terkontaminasi
dengan radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh
dan cairan, atau analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau
lokalisasi tumor, maupun dihasilkan dari prosedur therapetis. Bahan radioaktif
yang digunakan dalam kegiatan kesehatan/medis ini biasanya
tergolong mempunyai daya radioaktivitas level rendah, yaitu di bawah 1
megabecquerel (MBq). Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak
mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik. Penanganan
limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu sendiri, dan
umumnya disimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah habis, untuk kemudian
disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif biasa.
4. Limbah kimia; dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah
identik dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori berbahaya. Konsep

5
penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik dengan penjelasan
sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini tentang limbah berbahaya. Beberapa
kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya misalnya :
– Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang dapat
diredistilasi
– Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk toksik
bila dibakar dapat digunakan sebagai bahan bakar
– Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas di
laboratorium, atau didaur ulang untuk mendapatkan khromnya
– Limbah logam – merkuri dari termometer, manometer dan sebagainya
dikumpulkan untuk didaur-ulang ; limbah jenis ini dilarang untuk diinsinerasi
karena akan menghasilkan gas toksik
– Larutan-larutan pemerosesan dari radioaktif yang banyak mengandung silver
dapat direklamasi secara elektrostatis
– Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk didaur-ulang seperti :
merkuri, kadmium, nikel dan timbal.
Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani
limbah jenis ini, baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus
dilengkapi dengan sarana pencegah pencemaran udara, sedang residunya yang
mungkin mengandung logam-logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesuai.
Solven yang tidak diredistilasi harus dipisahkan antara solven yang berhalogen
dan nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan penanganan khusus dan
solven non- halogen dapat dibakar pada on-site insinerator. Limbah cytotoxic dan
obat-obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan,
dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator; limbah jenis ini tidak
di autoclave karena disamping tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya
bagi operator. Beberapa jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian
pelayanan alat-alat kesehatan, misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor
atau dari mikroskop yang mengandung PCB dan sebagainya, sehingga perlu
ditangani sesuai jenisnya
5. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious); mengandung
mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila
terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang
termasuk limbah ini antara lain jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi pasien yang mempunyai
penyakit menular , atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak
dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun,
6
sarung tangan dan sebagainya) atau materi yang berkontak dengan binatang yang
sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit
menular. Pengolahan limbah ini memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau
langsung ditangani pada insinerator. Autoclave tidak dibutuhkan bila limbah
tersebut telah diwadahi dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
6. Benda-benda tajam; berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah,
gunting kuku dan sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan
terjadi infeksi. Benda-benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi atau bahan sitotoksik. Limbah ini harus dikemas dalam
kemasan yang dapat melindungi petugas dari bahaya tertusuk, sebelum dibakar
dalam insinerator.
7. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan
kimiawi yang dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah,
kadaluwarsa atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak
digunakan lagi. Obat-obatan yang tidak digunakan dan masa kadaluwarsanya
masih lama dikembalikan pada apotik, sedangkan yang tidak terpakai dan sudah
mendekati atau sudah lewat masa kadaluwarsanya ditangani secara khusus
misalnya diinsinerasi atau di landfilling atau dikembalikan ke pemasok.
8. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan
aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan
karena kecelakaan (tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara
landfilling atau didaur-ulang.

B. Rencana pembangunan fasilitas Pengumpulan Limbah B3 yang memuat:


1. desain dan rancang bangun fasilitas Pengumpulan Limbah B3;
Klinik kesehatan merupakan tempat yang akan menghasilkan limbah B3 oleh
karena itu dalam pengelolaannya harus ada tempat khusus dalam hal ini, klinik
Smitra akan melaksanakan pengelolaan yang dikerjasamakan dengan pihak ke
3, oleh karena itu menurut peraturan perundang undangan maka pihak klinik
akan menyediakan tempat penyimpanan sementara dengna luas 27 m2, dengan
desain di bawah ini:

7
2. jadwal pelaksanaan pembangunan fasilitas Pengumpulan Limbah B3
Dalam melakukan pembangunan ini akan dilakukan sesuadah semua izin
sudah lengkap, dan pembangunan akan dilakukan selama 1 bulan.
Kegiatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Perataan

Pondasi

Baru Bata

8
Atap

Finishing

C. Rencana pembangunan dan/atau penyediaan laboratorium uji Limbah B3 atau alat


analisa laboratorium yang mampu menguji paling sedikit karakteristik Limbah B3
mudah meledak, mudah menyala, reaktif, korosif dan/atau beracun. Klinik SMitra
dalam proses pengelolaan limbah B3 tidak akan melakukan Labolatorium untuk
pengujian limbah B3, karena akan dikerjasamakan denganpihak ke 3, didalam klinik
limbah B3 akan di pilah kemudian di beri tanda sesuai dengan aturan perundang-
undangan yang berlaku:

9
D. Kode Pengumpulan Limbah Medis

KODE JENIS SUMBER LIMBAH KOD URAIAN LIMBAH KATEGORIBAHAYA


INDUST INDUSTRI/ E
RI/ KEGIATAN LIMBA
KEGIAT H
AN

36 Farmasi 1. Manufakturing, formulasi, A336- Bahan atau Pproduk yang tidak 1


produksi, dan distribusi (MFPD)
produk farmasi 1 memenuhi spesifikasi teknis,

2. IPAL yang mengolah kedaluwarsa, dan sisa


efluenproses
manufaktur dan A336- Residu proses produksi danformulasi 1
produksi farmasi 2

A336- Residu proses destilasi, evaporasidan reaksi 1

A336- Reactor bottom wastes 1


4
A336- Sludge dari fasilitas produksi 1
5

B336- Absorban dan filter bekas ataukarbon 2

1 aktif

B336- Sludge dari IPAL 2


2
37 Rumah sakit A337- Limbah klinis memiliki 1
dan fasilitas 1. Seluruh rumah 1
sakit dan karakateristik infeksius
pelayanan
kesehatan laboratorium klinis
2. Fasilitas insinerator A337- Produk farmasi kedaluwarsa 1

3. IPAL yang mengolah effluen 2


darikegiatan rumah sakit dan A337- Bahan kimia kedaluwarsa 1
laboratorium klinis
3
A337- Peralatan laboratorium 1
4
terkontaminasi B3

KODE JENIS SUMBER LIMBAH KOD URAIAN LIMBAH KATEGORIBAHAYA


INDUST INDUS E
RI/ TRI/ LIMBA
KEGIAT KEGIA H
AN TAN

A337- Peralatan medis mengadung logam 1

5 berat, termasuk merkuri (Hg), kadmium

(Cd), dan sejenisnya

B337- Kemasan produk farmasi 2


1
B337- Sludge IPAL 2
2
3 Laboratorium Seluruh jenis laboratorium kecuali
A338- Bahan kimia kedaluwarsa 1
8 riset dan laboratorium yang termasuk dalam
komersial kode industri 37 1
mencakup A338- Peralatan laboratorium 1
industri yang 2
memiliki terkontaminasi B3
laboratorium,
seperti A338- Residu sampel Limbah B3 1
tekstil,
makanan, 3

10
pulp dan A338- Sludge IPAL 1
kertas, bahan 4
kimia,
penyempurna
an, cat,
karet, dan
sejenisnya

KODE JENIS SUMBER LIMBAH KOD URAIAN LIMBAH KATEGORIBAHAYA


INDUST INDUS E
RI/ TRI/ LIMBA
KEGIAT KEGIA H
AN TAN

Manufakturing, formulasi,
3 Fotografi A339- Larutan developer, fixer, dan bleach 1
produksi, dan distribusi (MFPD)
9 bidang fotografi 1 bekas

B339- Off-set Cr 2
1
B339- Tinta, tonner 2
2
Daur ulang
4 minyakpelumas 1. Proses purifikasi dan regenerasi A340- Residu proses destilasi dan evaporasi 1

0 bekas 2. Fasilitas oil treatment 1


dan/atau penyimpanan dan A340- Residu minyak, emulsi, sludge, dan 1
pengumpulanminyak pelumas 2
bekas dasar tangki (DAF)

3. Fasilitas
B340- Filter dan absorban bekas 2
pengendalian
pencemaran 1
udara B340- 2
Debu dari fasilitas pengendalianpencemaran
2
udara
4 Sabun Proses manufaktur dan formulasi
A341- Residu produksi dan konsentrat 1
1 deterjen, produk
produk 1
pembersih,
desinfektan, A341- Konsentrat yang tidak memenuhi spesifikasi 1
atau
kosmetik 2 teknis dan kedaluwarsa

A341- Heavy alkylated hydrocarbon 1


3
B341- Filter dan absorban bekas 2
1

B341- Sludge AlCl3 2

11
E. Tata letak lokasi Pengumpulan Limbah B3. (diisi dengan denah lokasi
Pengumpulan Limbah B3 tampak atas).

12
F. Dokumen yang menjelaskan tentang tempat Penyimpanan Limbah B3. (berisi
dengan penjelasan tempat Penyimpanan Limbah B3, meliputi uraian lokasi
Penyimpanan Limbah B3, paling sedikit 1 (satu) titik koordinat LS/LU dan BT
lokasi kegiatan Pengumpulan Limbah B3, fasilitas Penyimpanan Limbah B3
yang sesuai dengan jumlah Limbah B3, karakteristik Limbah B3 dan dilengkapi
dengan fasilitas pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup, dan peralatan
penanggulangan keadaan darurat)

PENGELOLAAN LIMBAHMEDIS

KLINIK
Smitra MEDIKA SOP No.Dokumen :
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2

1 Pengertian Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
. patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah citotoksik,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Limbah medis di puskesmas berasal dari kegiatan pengobatan dan
perawatan di pukesmas.limbah yang dihasilkan antara lain limbah
infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari laboratorium dan
limbah benda tajam

2 Tujuan - Mencegah terjadinya penularan penyakit akibat limbah medis


. - Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat limbah medis
- Mencegah terjadinya infeksi nosokomial

3 Kebijakan Limbah medis puskesmas Jenu dikirim ke RSUD Dr. R. Koesma


. untuk dimusnahkan di incinerator ( telah ada MoU antara RSUD
Dr. R. Koesma dengan Dinas Kesehatan Kab. Tuban ).

4 Referensi
.

13
5 Prosedur/ 1. Menyediakan tempat sampah khusus untuk limbah medis
. Langkah - ( yang kuat, tahan bocor dan bertutup ) di dekat sumber
langkah sampah.
2. Menyediakan safety box / tempat sampah khusus benda tajam
( spuit, jarum, ampul )/
3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastic
( warna kuning dengan logo biohazard – jika ada )
4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan di balai
pengobatan, UGD, KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat/
farmasi ke dalam tempat sampah medis dan tutup kembali
5. Memasukkan ke tempat penampungan sampah medis
sementara yg lebih besar (kuat, tahan air/ tahan bocor, tertutup ),
atau disimpan didalam tempat penyimpanan limbah medis
dengan syarat :
- Lokasi penyimpanan bebas banjir
- Tidak rawan bencana
- Berada diluar kawasan lindung
- Sesuai dengan rencana tata ruang.
6. Mengirim limbah medis yang telah dikumpulkan di dalam tempat
penampungan sampah sementara ke RSUD Dr. R. Koesma
dengan alat angkut yang kuat, tahan air dan tertutup.

A. Dokumen SOP Tanggap Darurat


1. Pengertian
Keadaaan Darurat adalah suatu kejadian, kondisi, atau peristiwa yang
akan membahayakan kesehatan/keselamatan karyawan, dan atau
menganggu keberlangsungan operasional kerja, di mana bila terjadi
keadaan tersebut harus dilakukan tindakan pengendalian dan
penanggulangan sesegera mungkin.
2. Tujuan
Mencegah terjadinya suatu keadaan darurat yang dapat menyebabkan
terganggunya kesehatan atau keselamatan pekerja.
3. Kebijakan
1. Tersedianya instalasi peralatan pengendalian, pencegahan,dan
penanggulangan keadaan darurat pada TPS Limbah B3, seperti
APAR,kotak P3K, absorbent/majun dan pasir/serbuk gergaji.
2. Tersedianya peralatan pelindung diri yang memadai untuk pekerja,
seperti helm, sepatu safety,sarung tangan, dan masker .
3. Prosedur tanggap darurat ceceran/kebocoran pada proses
penyimpanan Limbah B3 maupun saat proses pemindahan Limbah
B3:
a. Kenali jenis limbah B3 yang bocor

14
b. Jika terjadi kebocoran/tumpahan/ceceran dalam skala yang banyak
segera hubungi Tim K3
c. Pergunakan APD yang sesuai
d. Segera lokalisir area tumpahan/ceceran
menggunaanabsorbent/majun
e. Tutup akses aliran tumpahan/ceceran yang menuju ke tanah terbuka
atau badan air di sekitar area/lokasi
f. Taburi tumpahan/ceceran dengan menggunakan pasir atau
bubukgergaji, biarkan beberapa saat agar menyerap
g. Setelah terserap buang pasir atau bubuk gergaji ke dalam plastik
limbah B3 kemudian simpan didalam TPS Limbah B3
Catat hasil kejadian dan laporan pada Tim K3
4. Prosedur
Prosedur evakuasi tanggap darurat Limbah B3
a. Perlengkapan :
- Pengeras suara.
- K3 (Helm, Sarung tangan, masker).
- Lampu senter.
- Tandu.
- P3K
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Persiapkan perlengkapan yang diperlukan
terutama perlengkapan K3.
2) Dapatkan informasi deskripsi kejadian pencemaran dan data
mengenai assembly point serta pekerja atau penduduk
sekitar yang berada di sekitar lokasi pencemaran.
3) Informasikan kepada pekerja atau penduduk sekitar bahwa
telah terjadi pencemaran di daerah tersebut serta potensi
bahayanya.
4) Arahkan evakuasi menuju assembly point yang telah
ditentukan.
5) Berikan pertolongan pertama apabila telah terjadi korban
dan evakuasi ke tempat yang lebih aman atau segera
hubungi rumah sakit terdekat.
6) Mekanisme pelaporan, evaluasi, tindakan perbaikan yang
dilaksanakan,dan tindakan pencegahan untuk mencegah
terulangnya kembali keadaan darurat
7) Secara periodik dilaksanakan pemeriksaan dan inspeksi rutin

15
terhadap fasilitas dan peralatan yang berkaitan dengan
pencegahan dan
8) persiapan, pengendalian, dan penanggulangan keadaan
darurat
PENYIMPANAN LIMBAH B3
INFEKSIUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Kegiata Penyimpanan Limbah B3 Infeksius adalah


PENGERTIAN suatu kegiatan Penyimpanan Sementara Di TPS
Limbah B3 di Sebelum di
Serahkan ke Pihak lain yang mempunyai Izin
Agar tidak mencemari Lingkungan dan Mengganggu
TUJUAN
Kesehatan.
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1. Sebelum masuk ke TPS Limbah B3 Limbah B3


Infeksius ditimbang dan di catat
2. Limbah B3 Infeksius di masuk dalam kantong
PROSEDUR kuning dan di simpan dalam tempat sampah
kuning, selama 3 bulan
3. Setelah 3 bulan diambil/ diangkut oleh pihak lain
yang mempunyai izin.

UNIT TERKAIT 1. Labor


2. IGD/ PICU/
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan

16
PENYIMPANAN LIMBAH B3
PADAT NON INFEKSIUS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Kegiata Penyimpanan Limbah B3 Padat Non Infeksius


PENGERTIAN adalah suatu kegiatan Penyimpanan Sementara di
TPS Limbah B3 Sebelum di Serahkan ke Pihak lain
yang mempunyai Izin
Agar tidak mencemari Lingkungan dan Mengganggu
TUJUAN
Kesehatan.
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1. Sebelum masuk ke TPS Limbah B3 Limbah B3


Padat Non Infeksius ditimbang dan di catat
2. Limbah B3 Padat Non Infeksius di masuk dalam
PROSEDUR kantong kuning dan di simpan dalam tempat
sampah kuning, selama 3 bulan
3. Setelah 3 bulan ditimbang diambil/ diangkut
oleh pihak lain yang mempunyai izin.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

17
PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR UNTUK
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI DANKIMIA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Suatu kegiatan pemeriksaan air limbah secara biologis


PENGERTIAN sehingga diketahui angka kuman nya dan jenis zat
kimia nya.
Untuk mengetahui angka kuman yang terkandung
TUJUAN padaair limbah dan jenis kimia nya,apakah kualitas air
limbah sudah memenuhi standar atau belum untuk di
buang ke riol kota.
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1. Siapkan botol steril,kertas label dan bolpoint.


2. Botol sampel di disi dengan air limbah yang telah
terolah yang keluar dari pipa outlet sampai penuh.
3. Tuangkan air dalam botol sampel sepertiga dari isi
PROSEDUR botol dan segera di tutup.
4. Tulis nama sampel,titik pengambilan sampel dan
jam pengambilan sampel,jenis pemeriksaan dan
petugas pengambil sampel pada label.
5. Sampel di masukan ke dalam wadah untuk di kirim
ke laboratorium
UNIT TERKAIT 1.Petugas kesling

18
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TOPI

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Alat untuk melindungi kepala agar menjamin


PENGERTIAN
keamanan dan kenyamanan
Menjaga kenyamanan dalam pelaksanaan tugas di
TUJUAN
lapangan.
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1.Topi yang di pakai harus diperiksa dulu


2.Topi disesuaikan dengan ukuran
kepala
PROSEDUR 3. Topi dipakai pada kepala sebelum kita memulai
pekerjaan.
4. Topiharus memenuhi persyaratan dan dapat
melindungi kepala dari kecelakaan kerja
5. Setelah selesai bekerja, topi di letak kan di
tempatnya
UNIT TERKAIT 1.Petugas Kesling
2.IPSRS
3.Cleaning service

19
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SARUNG
TANGAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Alat untuk melindungi tangan dari kecelakaan atau hal


PENGERTIAN
yang menganggu dalam kerja.
Pemakaian sarung tangan yang nyaman dan tidak
TUJUAN mengganggu kerja Menjaga kenyamanan dalam
pelaksanaan tugas di lapangan.
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1. Periksa sarung tangan apakah rusak atau tidak


2. Masukan sarung tangan sesuai dengan jari-jari tangan
3. Sarung tangan harus mampu melindungi dari
PROSEDUR kecelakaan kerja
4. Lepaskan sarung tangan setelah di pakai
5. Sarung tangan harus dicuci dan dikeringkan
sebelumdisimpan.
UNIT TERKAIT 1.Laboratorium
2.Farmasi
3.Radiologi
4.Perawatan
5.Laundry
6.Sanitas
i7.IGD

20
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) MASKER

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Alat yang digunakan untuk menutupi hidung atau


PENGERTIAN
mulut.
Untuk melindungi dari hal yang menyebabkan
TUJUAN
terganggu nya pernapasan/pencemaran udara.
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1.Masker yang di pakai adalah masker yang


bersih2.Masker ditutup pada hidung dan mulut
PROSEDUR 3.Tali masker diikatkan pada belakang kepala
4.Pemakaian masker hanya satu kali setelah itu harus
di
cuci dan di setrika
5.Masker setelah dibersihkan bisa dipakai kembali
UNIT TERKAIT 1.Laboratorium
2.Farmasi
3.Radiologi
4.Perawatan
5.Laundry
6.Sanitasi
7.IGD

21
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) KACAMATA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

Alat yang di gunakan untuk melindungi mata dari


PENGERTIAN
gangguan dalam melaksanakan pekerjaan
Untuk menghindari iritasi dalam melaksanakan kerja
TUJUAN
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

1. Kaca mata yang dipakai harus bersih dan sesuai


ukuran kerja
2. Kacamata harus melindungi dan menutupi mata
PROSEDUR 3.Kacamata dipakai sebelum kita memulai kerja
4.Bingkai kacamata harus di pakai dengan benar (
padadaun telinga)
5.Setelah kacamata selesai dipakai harus dibersihkan
dan diletakkan kembali pada tempat nya
UNIT TERKAIT 1.Radiologi
2.Sanitasi
3.IPSRS

22
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
(IPAL)

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

TGL. TERBIT
SPO

PENGERTIAN Alat untuk


Untuk menghindari iritasi dalam melaksanakan kerja
TUJUAN
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN

6. Kaca mata yang dipakai harus bersih dan sesuai


ukuran kerja
7. Kacamata harus melindungi dan menutupi mata
PROSEDUR 8.Kacamata dipakai sebelum kita memulai kerja
9.Bingkai kacamata harus di pakai dengan benar (
padadaun telinga)
10.Setelah kacamata selesai dipakai harus
dibersihkan dan diletakkan kembali pada tempat nya
UNIT TERKAIT 4.Radiologi
5.Sanitasi
6.IPSRS

23
MENGAMBIL SAMPEL MAKANAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

00 1/1

SPO

Suatu kegiatanyang di lakukan oleh tenaga Sanitarian


PENGERTIAN untuk memperoleh sampel makanan yang di kirim
keLabkes Dinas kesehatan Propinsi Sumbar
Untuk mengetahui kelayakan makanan ( Memenuhi
TUJUAN Syarat )

Keputusan Direktur

KEBIJAKAN

Persiapan bahan dan alat


- Plastik 1/4 Kg
- Kertas label sampel
- Spidol
Permanen/Pena
PROSEDUR Pelaksanaan.
-Sampel makanan diambil 3 Sampel sebanyak 100
grsiapkan plastik
-Sampel makanan diambil dengan cara mengunakan
sendok yang telah di bersihkan dengan air mengalir dan
di keringkan kemudian sampel diambil dan di masukan
keplastik yang disediakan segera di ikat dg karet dan
diberi label, tanggal, jam, dan nama pengambil sampel.

UNIT TERKAIT Sanitarian

24
Material :
Vinyl Reflective Sticker (Cutting Sticker)
Vinyl Sticker (Printing)
Ukuran :
Simbol yang dipasang pada KEMASAN
minimal berukuran 10 x 10 cm
Sedangkan simbol pada kendaraan limbah B3

Warna dasar bahan oranye. Simbol


berupa gambar berwarna hitam suatu
materi limbah yang menunjukkan
meledak, yang terletak di tepi antara
sudut atas dan sudut kiri belah ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan MUDAH MELEDAK
berwarna hitam yang diapit oleh 2
(dua) bangun segitiga sama kaki pada
bagian dalam belah ketupat. Blok segi
lima berwarna merah.

Bahan dasar berwarna merah. Gambar


simbol berupa lidah api berwarna
putih yang menyala pada suatu
permukaan berwarna putih. Gambar
terletak di bawah sudut atas garis
ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah terdapat
tulisan CAIRAN...dan
dibawahnya terdapat tulisan ...
MUDAH
TERBAKAR berwarna putih. Blok segi
lima berwarna putih.

Dasar simbol terdiri dari warna merah


dan putih yang berjajar vertikal
berselingan. Gambar simbol berupa
lidah api berwarna hitam yang
menyala pada satu bidang berwarna
hitam. Pada bagian tengah terdapat
tulisan PADATAN ... dan di bawahnya
terdapat tulisan ... MUDAH
TERBAKAR berwarna hitam. Blok segi
lima berwarna kebalikan dari warna
dasar simbol.

Bahan dasar berwarna kuning dengan


blok segi lima berwarna merah.Simbol
berupa lingkaran hitam dengan asap
berwarna hitam mengarah ke atas
yang terletak pada suatu permukaan
garis berwarna hitam. Di sebelah
bawah gambar simbol terdapat tulisan
REAKTIF berwarna hitam.

25
Bahan dasar berwarna putih dengan
blok segilima berwarna merah.Simbol
berupa tengkorak manusia dengan
tulang bersilang berwarna hitam.
Garis tepi simbol berwarna hitam.
Pada sebelah bawa gambar simbol
terdapat tulisan BERACUN
berwarna hitam.

Warna dasar bahan adalah putih


dengan garis pembentuk belah
ketupat bagian dalam berwarna
hitam. Simbol infeksi berwarna hitam
terletak di sebelah bawah sudut atas
garis belah ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah terdapat tulisan
INFEKSIUS berwarna hitam.

Warna dasar bahan adalah putih


dengan garis pembentuk belah ketupat
bagian dalam berwarna hitam. Gambar
simbol berupa tanda seru berwarna
hitam terletak di sebelah bawah sudut
atas garis belah ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah bawah terdapat
tulisan CAMPURAN berwarna hitam

Belah ketupat terbagi pada garis


horizontal menjadi dua bidang
segitiga. Pada bagian atas yang
berwarna putih terdapat 2 gambar:
sebelah kiri adalah gambar tetesan
limbah korosif yang merusak pelat
bahan berwarna hitam, sebelah kanan
adalah gambar lengan yang terkena
tetesan limbah korosif. Pada bagian
bawah,berwarna hitam, terdapat
tulisan KOROSIF berwarna putih.

Label limbah B3 untuk wadah dan/


atau kemasan Limbah B3 KOSONG.
Bentuk dasar Label Limbah B3 untuk
wadah dan/ atau kemasan limbah B3
kosong sama dengan bentuk dasar
Simbol B3, label Limbah B3 yang
dipasang pada wadah dan/atau
kemasan dengan ukuran paling
rendah 10 cm x 10 cm dan pada
bagian tengah terdapat tulisan
KOSONG berwarna hitam di
tengahnya

26
Label dengan warna dasar putih dan
warna gambar hitam. Gambar terdapat
dalam frame hitam, terdiri dari2 (dua)
buah anak panah mengarah ke atas
yang berdiri sejajar di atas balok
hitam. Label terbuat dari bahan yang
tidak mudah rusak karena goresan
atau akibat terkena limbah dan bahan
kimia lainnya. Ukuran minimal 7 x 15
cm

Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikaninformasi


tentang asal usul limbah, identitas limbahserta kuantifikasi limbah
dalam kemasan suatu kemasan limbah B3 dengan warna dasar
kuning dantulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan
PERINGATAN ! dengan huruf yang lebih besar berwarna merah.
Ukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar. Label Identitas
Limbah dipasang PADA KEMASAN di sebelah atas simbol dan
harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada
kemasan yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih
besar.

27
G. Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan Limbah B3
1. Persyaratan umum kemasan
a. Kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
b. Disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya  segi keamanan
dan kemudahan dalam penanganannya.
c. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam
(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
2. Prinsip pengemasan limbah B3
a. Tidak saling cocoktidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu
kemasan;
b. Jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya
kenaikan tekanan.
c. Kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan
permanen) atau jika mulai bocor ganti!! Prinsip pengemasan limbah B3
d. Isi limbah  beri penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan
dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan
limbah B3. Prinsip pengemasan limbah B3
e. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:
a) Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai
penandaan pada kemasan limbah B3-1
b) Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan
dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya,
c) Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah
B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya. Prinsip pengemasan limbah
B3
f. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di
tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu satu kali. apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah,
maka tumpahan limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian
disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah. Prinsip pengemasan limbah B3
g. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas
limbah B3 dengan karakteristik :
a) Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
b) Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.

28
c) Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok,
maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai kemasan limbah B3
d) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan
di tempat penyimpanan limbah B3.
e) Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang
tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci
bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang "label KOSONG"
sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.
f) K emasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak
digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai
limbah B3.
Adapun contoh cara pengupulan sesuai perundang undangan yang berlaku:

29
30
H. Penutup
Dokumen ini dalam penyusunannya diambil dari berbagai sumber, mudah2an bisa
menjadi dokumen pertek untuk limbah B3.

31

Anda mungkin juga menyukai