PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat berbahaya atau tidak
berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan, beserta lingkungan dan biasanya hal
tersebut umumnya disebabkan oleh perbuatan manusia. Hal tersebut sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan. Limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) bedasarkan PP 22 tahun
2021, usaha dan / kegiatan yang mengandung zat, energi, dan / atau resiko, baik
secara langsung, dapat mencemarkan dan / atau merusak lingkungan hidup, dan / atau
lingkungan hidup, kesehatan, dan hidup manusia. Bedasarkan bahaya yang
ditimbulkan, sifat limbah B3 dikelompokkan menjadi bahan beracun, bahan oksidator,
bahan korosif, bahan yang reaktif terhadap air, bahan mudah terbakar, bahan
eksplosif, gas bertekan, bahan reaktif terhadap asam, serta logam berat. Akibat yang
ditimbukan dari bahan beracun ini dapat berupa gangguan pada syaraf, gangguan
pada hati dan ginjal, sesak nafas, gangguan paru-paru, serta leukimia. Bahaya yang
disebabkan dari bahan oksidator dapat menimbulkan kebakaran karena zat ini sendiri
bisa menghasilkan oksigen, bahan korosif bisa menimbulkan bahaya jika kontak
dengan kulit, merusak alat pernafasan. Lain halnya dengan bahan yang reaktif
terhadap air akan mengeluarkan panas dan mudah terbakar, selain itu bahan yang
mudah terbakar tentu akan menimbulkan kerusakan yang besar (kebakaran), gas
bertekanan mempunyai bahaya yang bersifat racun, aspiksian, korosif dan muda
terbakar. Bahan yang reaktif terhadap asam menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas beracun dan korosif serta eksplosif.Bahan radioaktif memiliki bahaya
terkait dengan sinar radiasinya, radiasi ini apabila masuk kedalam tubuh dapat
menimbulkan efek somatik dan genetik.
Efek somatik yang dimaksud bersifat akut dan bisa juga sifat kronis, serta yang terakhir
adalah logam berat, pengaruh logam berat terhadap kesehatan adalah menghambat
pembentukkan hemoglobin, ganguan syaraf, batu ginjal, anemia. Dampak yang
ditimbulkan oleh limbah B3 yang langsung saja dibuang ke lingkungan dan tanpa
melakukann proses pengelolaan sangatlah besar dan dapat bersifat akumulatif.
Sehingga dampak tersebut bersifat berantai mengikuti proses pengangkutan (sirkulasi)
1
bahan dan jarring-jaring rantai makanan. Mengingat besarnya resiko yang ditimbulkan
tersebut maka pemerintahan telah berusaha untuk mengelola limbah B3 secara
menyeluruh. Klinik Kesehatan adalah salah satu unit pelayanan yang kegiatannya
menghasilkan limbah medis dan non medis, limbah padat biasanya berasal dari
ruangan inap, poliklinik umum, poliklinik gigi, laboratorium dan apotik, sedangkan
limbah cair biasanya berasal dari mikroorganisme, bahan kimia beracun, maupun
radioaktif . Bedasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 6
tahun 2021 dikatakan bahwa pengelolaan limbah B3 Fasyankes terdiri atas
pengurangan dan pemilahan limbah B3, penyimpanan limbah B3, pengangkutan
limbah B3, pengolahan limbah B3, penguburan limbah B3, dan penimbunan limbah B3.
Perkembangan pembangunan di negara ini tak lepas dari tingginya limbah B3 yang
dihasilkan oleh para pelaku itu sendiri, ada banyak hal yang mencemari lingkungan
yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Ketika sampah berada di tanah,
limbah juga berkontribusi mencemari udara, udara dan tanaman yang tumbuh dinikmati
manusia dan berdampak ke manusia itu sendiri. Limbah juga dapat langsung
bersentuhan dengan kulit manusia atau oleh binatang. Pengelolaan limbah B3 yang
memungkinkan kegiatan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang
merupakan salah satu yang penting dalam pengelolaan limbah B3. Pengelolaan yang
membutuhkan penanganan khusus sehingga diperlukan peraturan yang tepat dalam
setiap metode pengelolaannya, sehingga tidak menyebabkan dampak buruk kepada
manusia, makhluk hidup dan lingkungan. Namun, meskipun sudah ada peraturan
tentang limbah B3 masih diperlukan pengawasan dari berbagai pihak dalam
pelaksanaannya.
Klinik SMitra Medika dalam hal ini sebagai fasilitas kesehatan yang akan menghasilkan
limbah B3 yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan baik itu rawat inap maupun
rawat jalan. Klinik ini akan menyediakan tempat untuk pembuangan limbah sebesar 27
m2 dengan menghitung analogi dari fasilitas kesehatan yang sama yaitu jumlah limbah
yang dihasilkan dari berbagai ruangan yaitu dari ruang dokter, rawat inap, labolatorium
dan apotik, dan diperkirakan tiap bulannya akan menghasilkan limbah cair 12 liter dan
limbah B3 7 kg perbulan., Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah ini tentunya akan diperlakukan
sebaik-baiknya supaya tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggunjawab dan
tidak mencemari lingkungan sekitar dengan mempelakukan sebagai berikut:
1. Pemilahan limbah medis harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
2
2. Disediakan dua tempat sampah dengan pedal (sampah medis dan non medis).
3. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.
5. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila sampah
mencapai kapasitas 2/3 dari tempat sampah
7. Limbah sitotoksis disimpan dalam wadah yang kuat, anti bocor dan diberikan
label dan tulisan “ Limbah Sitotoksis “
11. Sampah medis yang diangkut ke luar dari Klinik harus mempergunakan
angkutan khusus.
12. Sampah medis padat dapat dihancurkan di incinerator dengan suhu diatas
1000 C
3
B. Tujuan
1. Mencegah dan menanggulangi pencemaran/kerusakan lingkungan hidup dan
gangguan kesehatan masyarakat & Tindak Pidana Lingkungan Akibat Limbah B3
yang dihasilkan dari sarana fasilitas layanan kesehatan
4
II
5
penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik dengan penjelasan
sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini tentang limbah berbahaya. Beberapa
kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya misalnya :
– Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang dapat
diredistilasi
– Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk toksik
bila dibakar dapat digunakan sebagai bahan bakar
– Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas di
laboratorium, atau didaur ulang untuk mendapatkan khromnya
– Limbah logam – merkuri dari termometer, manometer dan sebagainya
dikumpulkan untuk didaur-ulang ; limbah jenis ini dilarang untuk diinsinerasi
karena akan menghasilkan gas toksik
– Larutan-larutan pemerosesan dari radioaktif yang banyak mengandung silver
dapat direklamasi secara elektrostatis
– Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk didaur-ulang seperti :
merkuri, kadmium, nikel dan timbal.
Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani
limbah jenis ini, baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus
dilengkapi dengan sarana pencegah pencemaran udara, sedang residunya yang
mungkin mengandung logam-logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesuai.
Solven yang tidak diredistilasi harus dipisahkan antara solven yang berhalogen
dan nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan penanganan khusus dan
solven non- halogen dapat dibakar pada on-site insinerator. Limbah cytotoxic dan
obat-obatan genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan,
dikemas dan diberi tanda serta dibakar pada insinerator; limbah jenis ini tidak
di autoclave karena disamping tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya
bagi operator. Beberapa jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian
pelayanan alat-alat kesehatan, misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor
atau dari mikroskop yang mengandung PCB dan sebagainya, sehingga perlu
ditangani sesuai jenisnya
5. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious); mengandung
mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila
terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang
termasuk limbah ini antara lain jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi pasien yang mempunyai
penyakit menular , atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak
dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun,
6
sarung tangan dan sebagainya) atau materi yang berkontak dengan binatang yang
sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit
menular. Pengolahan limbah ini memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau
langsung ditangani pada insinerator. Autoclave tidak dibutuhkan bila limbah
tersebut telah diwadahi dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.
6. Benda-benda tajam; berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah,
gunting kuku dan sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan
terjadi infeksi. Benda-benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi atau bahan sitotoksik. Limbah ini harus dikemas dalam
kemasan yang dapat melindungi petugas dari bahaya tertusuk, sebelum dibakar
dalam insinerator.
7. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan
kimiawi yang dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah,
kadaluwarsa atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak
digunakan lagi. Obat-obatan yang tidak digunakan dan masa kadaluwarsanya
masih lama dikembalikan pada apotik, sedangkan yang tidak terpakai dan sudah
mendekati atau sudah lewat masa kadaluwarsanya ditangani secara khusus
misalnya diinsinerasi atau di landfilling atau dikembalikan ke pemasok.
8. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan
aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan
karena kecelakaan (tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara
landfilling atau didaur-ulang.
7
2. jadwal pelaksanaan pembangunan fasilitas Pengumpulan Limbah B3
Dalam melakukan pembangunan ini akan dilakukan sesuadah semua izin
sudah lengkap, dan pembangunan akan dilakukan selama 1 bulan.
Kegiatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Perataan
Pondasi
Baru Bata
8
Atap
Finishing
9
D. Kode Pengumpulan Limbah Medis
1 aktif
10
pulp dan A338- Sludge IPAL 1
kertas, bahan 4
kimia,
penyempurna
an, cat,
karet, dan
sejenisnya
Manufakturing, formulasi,
3 Fotografi A339- Larutan developer, fixer, dan bleach 1
produksi, dan distribusi (MFPD)
9 bidang fotografi 1 bekas
B339- Off-set Cr 2
1
B339- Tinta, tonner 2
2
Daur ulang
4 minyakpelumas 1. Proses purifikasi dan regenerasi A340- Residu proses destilasi dan evaporasi 1
3. Fasilitas
B340- Filter dan absorban bekas 2
pengendalian
pencemaran 1
udara B340- 2
Debu dari fasilitas pengendalianpencemaran
2
udara
4 Sabun Proses manufaktur dan formulasi
A341- Residu produksi dan konsentrat 1
1 deterjen, produk
produk 1
pembersih,
desinfektan, A341- Konsentrat yang tidak memenuhi spesifikasi 1
atau
kosmetik 2 teknis dan kedaluwarsa
11
E. Tata letak lokasi Pengumpulan Limbah B3. (diisi dengan denah lokasi
Pengumpulan Limbah B3 tampak atas).
12
F. Dokumen yang menjelaskan tentang tempat Penyimpanan Limbah B3. (berisi
dengan penjelasan tempat Penyimpanan Limbah B3, meliputi uraian lokasi
Penyimpanan Limbah B3, paling sedikit 1 (satu) titik koordinat LS/LU dan BT
lokasi kegiatan Pengumpulan Limbah B3, fasilitas Penyimpanan Limbah B3
yang sesuai dengan jumlah Limbah B3, karakteristik Limbah B3 dan dilengkapi
dengan fasilitas pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup, dan peralatan
penanggulangan keadaan darurat)
PENGELOLAAN LIMBAHMEDIS
KLINIK
Smitra MEDIKA SOP No.Dokumen :
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
1 Pengertian Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
. patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah citotoksik,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Limbah medis di puskesmas berasal dari kegiatan pengobatan dan
perawatan di pukesmas.limbah yang dihasilkan antara lain limbah
infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari laboratorium dan
limbah benda tajam
4 Referensi
.
13
5 Prosedur/ 1. Menyediakan tempat sampah khusus untuk limbah medis
. Langkah - ( yang kuat, tahan bocor dan bertutup ) di dekat sumber
langkah sampah.
2. Menyediakan safety box / tempat sampah khusus benda tajam
( spuit, jarum, ampul )/
3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastic
( warna kuning dengan logo biohazard – jika ada )
4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan di balai
pengobatan, UGD, KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat/
farmasi ke dalam tempat sampah medis dan tutup kembali
5. Memasukkan ke tempat penampungan sampah medis
sementara yg lebih besar (kuat, tahan air/ tahan bocor, tertutup ),
atau disimpan didalam tempat penyimpanan limbah medis
dengan syarat :
- Lokasi penyimpanan bebas banjir
- Tidak rawan bencana
- Berada diluar kawasan lindung
- Sesuai dengan rencana tata ruang.
6. Mengirim limbah medis yang telah dikumpulkan di dalam tempat
penampungan sampah sementara ke RSUD Dr. R. Koesma
dengan alat angkut yang kuat, tahan air dan tertutup.
14
b. Jika terjadi kebocoran/tumpahan/ceceran dalam skala yang banyak
segera hubungi Tim K3
c. Pergunakan APD yang sesuai
d. Segera lokalisir area tumpahan/ceceran
menggunaanabsorbent/majun
e. Tutup akses aliran tumpahan/ceceran yang menuju ke tanah terbuka
atau badan air di sekitar area/lokasi
f. Taburi tumpahan/ceceran dengan menggunakan pasir atau
bubukgergaji, biarkan beberapa saat agar menyerap
g. Setelah terserap buang pasir atau bubuk gergaji ke dalam plastik
limbah B3 kemudian simpan didalam TPS Limbah B3
Catat hasil kejadian dan laporan pada Tim K3
4. Prosedur
Prosedur evakuasi tanggap darurat Limbah B3
a. Perlengkapan :
- Pengeras suara.
- K3 (Helm, Sarung tangan, masker).
- Lampu senter.
- Tandu.
- P3K
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Persiapkan perlengkapan yang diperlukan
terutama perlengkapan K3.
2) Dapatkan informasi deskripsi kejadian pencemaran dan data
mengenai assembly point serta pekerja atau penduduk
sekitar yang berada di sekitar lokasi pencemaran.
3) Informasikan kepada pekerja atau penduduk sekitar bahwa
telah terjadi pencemaran di daerah tersebut serta potensi
bahayanya.
4) Arahkan evakuasi menuju assembly point yang telah
ditentukan.
5) Berikan pertolongan pertama apabila telah terjadi korban
dan evakuasi ke tempat yang lebih aman atau segera
hubungi rumah sakit terdekat.
6) Mekanisme pelaporan, evaluasi, tindakan perbaikan yang
dilaksanakan,dan tindakan pencegahan untuk mencegah
terulangnya kembali keadaan darurat
7) Secara periodik dilaksanakan pemeriksaan dan inspeksi rutin
15
terhadap fasilitas dan peralatan yang berkaitan dengan
pencegahan dan
8) persiapan, pengendalian, dan penanggulangan keadaan
darurat
PENYIMPANAN LIMBAH B3
INFEKSIUS
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
16
PENYIMPANAN LIMBAH B3
PADAT NON INFEKSIUS
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
17
PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH CAIR UNTUK
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI DANKIMIA
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
18
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TOPI
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
19
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SARUNG
TANGAN
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
20
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) MASKER
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
21
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) KACAMATA
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
22
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
(IPAL)
00 1/1
TGL. TERBIT
SPO
23
MENGAMBIL SAMPEL MAKANAN
00 1/1
SPO
Keputusan Direktur
KEBIJAKAN
24
Material :
Vinyl Reflective Sticker (Cutting Sticker)
Vinyl Sticker (Printing)
Ukuran :
Simbol yang dipasang pada KEMASAN
minimal berukuran 10 x 10 cm
Sedangkan simbol pada kendaraan limbah B3
25
Bahan dasar berwarna putih dengan
blok segilima berwarna merah.Simbol
berupa tengkorak manusia dengan
tulang bersilang berwarna hitam.
Garis tepi simbol berwarna hitam.
Pada sebelah bawa gambar simbol
terdapat tulisan BERACUN
berwarna hitam.
26
Label dengan warna dasar putih dan
warna gambar hitam. Gambar terdapat
dalam frame hitam, terdiri dari2 (dua)
buah anak panah mengarah ke atas
yang berdiri sejajar di atas balok
hitam. Label terbuat dari bahan yang
tidak mudah rusak karena goresan
atau akibat terkena limbah dan bahan
kimia lainnya. Ukuran minimal 7 x 15
cm
27
G. Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan Limbah B3
1. Persyaratan umum kemasan
a. Kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
b. Disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya segi keamanan
dan kemudahan dalam penanganannya.
c. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam
(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
2. Prinsip pengemasan limbah B3
a. Tidak saling cocoktidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu
kemasan;
b. Jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya
kenaikan tekanan.
c. Kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan
permanen) atau jika mulai bocor ganti!! Prinsip pengemasan limbah B3
d. Isi limbah beri penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan
dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan
limbah B3. Prinsip pengemasan limbah B3
e. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:
a) Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai
penandaan pada kemasan limbah B3-1
b) Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan
dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya,
c) Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah
B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya. Prinsip pengemasan limbah
B3
f. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di
tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu satu kali. apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah,
maka tumpahan limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian
disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah. Prinsip pengemasan limbah B3
g. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas
limbah B3 dengan karakteristik :
a) Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
b) Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.
28
c) Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok,
maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai kemasan limbah B3
d) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan
di tempat penyimpanan limbah B3.
e) Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang
tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci
bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang "label KOSONG"
sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.
f) K emasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak
digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai
limbah B3.
Adapun contoh cara pengupulan sesuai perundang undangan yang berlaku:
29
30
H. Penutup
Dokumen ini dalam penyusunannya diambil dari berbagai sumber, mudah2an bisa
menjadi dokumen pertek untuk limbah B3.
31