Anda di halaman 1dari 75

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


(UKL-UPL)

RENCANA PEMBANGUNAN GUDANG

DI JALAN SOEKARNO HATTA KELURAHAN


TONDO KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

2017
AA¥AWENGAN¥AM

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) Rencana Pembangunan Gudang Sewa di Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah disusun 9ebagai
komitmen untuk memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL) ini berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup, Lampiran IV Pedoman Pengisian Formulir UKL-UPL.

Dokumen ini menjadi acuan bagi pemrakarsa, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu dan
instansi terkait untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup terhadap rencana kegiatan yaitu dengan meminimalkan dampak negatif yang
mungkin timbul dan memperbesar dampak positif yang diharapkan timbul, sehingga
keberadaan proyek ini dapat menunjang pembangunan daerah Kota Palu khususnya
dan Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami untuk menyusun dokumen ini.

Palu, November 2017


Pemrakarsa,

DICKY LAMUSU SALAHU

£-LIPS Rencana Pembangunan cudang Sewa


U
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………….. i


Daftar Isi ……………………………………………………….. ii
A. Identitas Pemrakarsa …………………………………………….. 1
B. Rencana Usaha/Kegiatan ……………………………………….. 1
1 Nama Rencana Usaha ………………………………………………... 1
2 Lokasi Rencana Usaha …………………………………….. 1
3 Skala Usaha/kegiatan ……………………………………….. 2
4 Garis Besar Komponen Usaha/kegiatan ……………………… 5
C. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi, dan UKL-UPL …………... 12
D. Jumlah dan Jenis Izin PPLH yang dibutuhkan …………….……… 24
E. Surat Pernyataan ………………………………………………. 25
F. Daftar Pustaka …………………………………………………….. 26
G. Lampiran-lampiran
Lampiran 1 : Tim Penyusun L-1
lampiran 2 : Rona Lingkungan Hidup ……………………………. L-2
Lampiran 3 : Dokumen Administrasi Penyusun Dokumen …….. L-3
Lampiran 4 : Hasil Analisis Laboratorium ……………………….. L-4

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


ii
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu
DOKUMEN
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
RENCANA PEMBANGUNAN GUDANG

A. IDENTITAS PEMRAKARSA
1 Nama Kegiatan : Pembangunan Gudang Sewa
2 Nama Perusahaan : -
3 Nama Penanggung Jawab Kegiatan : Dicky Lamusu Salahu
4 Jabatan : Pemrakarsa
5 Alamat Rumah : I Gusti Ngurah Rai No.
22 RT 001 RW 005
Kelurahan Tawanjuka
kecamatan Tatanga
Kota Palu
6 No. Telepon /Fax : -
7 Alamat Tempat Usaha : Jalan Soekarno Hatta.

B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN


1. Rencana Usaha/Kegiatan : Rencana Pembangunan Gudang Sewa.
2. Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan :

- Jalan : Soekarno Hatta


- Kelurahan : Tondo
- Kecamatan : Mantikulore
- Kota : Palu

3. Skala Usaha/Kegiatan:

Pembangunan gudang direncanakan di atas lahan dengan luas 8.627 m2 yang


didasarkan pada Sertipikat Hak Milik No. 04130 Tanggal 14 Maret 2013 dan
Sertipikat Hak Milik No. 04131 Tanggal 14 Maret 2013 yang dikuatkan dengan
surat kuasa yang disahkan oleh notaris Roosey Evitina Soriton, SH No.
335/W//2016 Tanggal 09 Desember 2016, dengan rincian sebagai berikut :

- Luas Area Terbuka dan Parkir : 3.134 m2


- Luas Ruang Terbuka Hijau : 1.016 m2
- Luas Gudang : 4.050 m2

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa 1


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu
Adapun site plan rencana gudang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Site Plan Rencana Gudang.

Rencana gudang yang akan dibangun di lokasi proyek dapat digambarkan sebagai
berikut:

Uraian Data Bangunan


Lebar Jalan 24 m
8m
Garis Sempadan Bangunan 24 m
8m
Jarak Bangunan Samping Kanan 1,5 m
Jarak Bangunan Samping Kiri 1,5 m
Jarak Bangunan Belakang 2m
Uraian Data Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan 70%
Koefisien Lantai Bangunan 140%
Luas Lantai Induk 4.050 m2
Tinggi Pagar Depan 1,5 m
Tinggi Pagar Samping dan Belakang 2m

Bangunan gudang direncanakan ada 7 (tujuh) petak yang terdiri dari:

1. Gudang A : terdiri dari 2 petak dengan ukuran satu petaknya 6 m x 14 m,


seperti terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Denah Gudang A.


Gambar 3. Tampak Depan Gudang A.

2. Gudang B : terdiri dari 5 petak dimana 4 petak dengan ukuran yang sama
yakni 6 m x 14 m, dan 1 petak lagi dengan ukuran yang lebih panjang 6 m x
21 m seperti terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Denah Gudang B.


Gambar 5. Tampak Depan Gudang B.

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


a. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang.
Kesesuaian lokasi rencana usaha/kegiatan dengan tata ruang didasarkan pada
Surat Keterangan Rencana Kota (KRK) yang diterbitkan oleh Dinas Penataan
Ruang dan Pertanahan Kota Palu No. 650/215/IV/TR-03/DPRP/2017 tertanggal
5 April 2017, bahwa rencana lokasi pembangunan gudang adalah Kawasan
Permukiman sesuai Arahan Pola Ruang dalam Peraturan Daerah Kota Palu
Kota Palu No. 16 Tahun 2011 Tentang Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun
2010 – 2030, sehingga perlu saran pelaksanaan (Advice Planning) Dinas
Penataan Ruang dan Pertanahan Kota Palu lebih lanjut.

b. Persetujuan Prinsip Atas Rencana Kegiatan


Berdasarkan Arahan Pola Ruang dan Advice Planning dalam lampiran KRK
terhadap rencana proyek, pada prinsipnya rencana usaha/kegiatan dapat
dilanjutkan dengan syarat tidak mengganggu fungsi utama kawasan
permukiman.
c. Komponen Rencana Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan Dampak
Lingkungan

Pembangunan Gudang Sewa akan berdampak terhadap kondisi lingkungan


hidup secara mendasar berupa dampak positif dan negatif akibat kegiatan.
Oleh karena itu, perlu diidentifikasi lebih jauh mengenai aktivitas kegiatannya,
sehingga bisa diminimalisir dampak yang akan terjadi. Sumber atau penyebab
dampak yang perlu ditelaah dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) komponen
besar yaitu: Kegiatan tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap
operasi. Kegiatan–kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Konstruksi
Kegiatan atau aktivitas proyek pembangunan gudang, pada tahap pra-
konstruksi, adalah: Sosialisasi Rencana Pembangunan Gudang Sewa.
Kegiatan pembangunan Gudang Sewa di Kelurahan Tondo Kecamatan
Mantikulore diprakirakan akan menimbulkan dampak sosial baik dampak
positif maupun negatif. Oleh sebab itu perlu dilakukan sosialisasi terutama
terhadap masyarakat yang bermukim disekitar lokasi kegiatan yang akan
menerima dampak dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sosialisasi
dimaksudkan untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai rencana
pembangunan gudang sewa dan manfaat yang bisa diperoleh terhadap
keberadaan usaha tersebut bagi perekonomian masyarakat.

Kegiatan sosialisasi tersebut dapat dilakukan secara berkelompok maupun


dengan cara dari rumah kerumah (door to door) atapun sesuai kebutuhan
(accidental). Adapun beberapa hal yang perlu disampaikan pada kegiatan
sosialisasi tersebut antara lain a) rencana pembangunan gudang sewa,
b) rencana pengelolaan lingkungan yang akan di lakukan, dan
c) rencana penggunaan tenaga kerja lokal, dan dampak-dampak lainnya
yang mungkin terjadi akibat pembangunan gudang sewa.
Prakiraan dampak yang akan timbul: adanya sikap dan persepsi
positif/negatif masyarakat terkait dengan rencana kegiatan pembangunan
gudang sewa.

2. Tahap Konstruksi
Aktivitas proyek pembangunan gudang sewa pada tahap konstruksi
meliputi:

1. Penerimaan Tenaga Kerja.


Kelancaran kegiatan pembangunan gudang sangat tergantung dari
jumlah dan kemampuan tenaga kerja yang akan dipekerjakan. Untuk
kelancaran kegiatan pembangunan tersebut, maka kegiatan pada tahap
konstruksi yang perlu dan penting untuk dilakukan adalah penerimaan
tenaga kerja. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan prioritas
tenaga kerja lokal dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif
antara pengusaha (pengembang) dengan penduduk lokal yang berada
disekitar lokasi tapak proyek.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dapat diklasifikasikan tenaga kerja ahli


dan tenaga kerja kelompok buruh / tenaga kerja kasar. Adapun tenaga
kerja yang diperlukan pada tahap konstruksi dan kualifikasinya disajikan
sesuai pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1
Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Pada Tahap
Konstruksi Pembangunan Gudang

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)


1. Mandor 1
2. Kepala tukang 2
3. Tukang 15
4. Bagian logistik 2
5. Pekerja/buruh 15
6. Tim pengawas 2
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
Jumlah 37
Sumber: Estimasi Konsultan, 2017.

Pemrakarsa akan menyediakan barak kerja dan direksi kit (base camp).
Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan tempat para pekerja yang akan
terlibat langsung dalam kegiatan kontruksi bangunan, tempat
penyimpanan bahan dan material bangunan serta ruang kerja kantor
pelaksana lapangan. Seluruh bahan atau material yang akan
dipergunakan untuk pembangunan barak kerja dan direksi kit
diharapkan berasal dari daerah setempat bila tersedia.

Bangunan base camp berupa konstruksi non permanen yang


materialnya sebagian besar berasal dari lokasi setempat. Kegiatan ini
membutuhkan sejumlah peralatan dan tenaga kerja (tenaga kerja
menengah dan tenaga kerja kasar).

Dalam kegiatan pembangunan gudang, tenaga kerja yang dibutuhkan


didasarkan pada lingkup kegiatan yang akan dilakukan. Distribusi
tenaga kerja yang digunakan akan disesuaikan dengan jenis kegiatan
yang akan dilaksanakan.

Prakiraan dampak yang akan timbul: terbukanya lapangan bagi


masyarakat sekitar lokasi proyek.

2. Mobilisasi Peralatan dan Material


Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan material yang akan
digunakan pada pelaksanaan pekerjaan, pengumpulan material
biasanya dilakukan pada sumber-sumber yang memiliki deposit yang
cukup banyak seperti pasir, batu dan sirtu yang pada umumnya dapat
dijumpai pada sungai-sungai maupun pada daerah-daerah di Kota Palu
dan sekitarnya. Pada tahap ini akan dibutuhkan peralatan dan bahan
penunjang kegiatan fisik berupa alat berat seperti dump truck dan
escavator untuk kegiatan pembersihan dan pematangan lahan.
Kebutuhan bahan berupa; pasir, semen, batu kali, batu merah, pipa.
kayu dan lain-lain akan digunakan dalam melakukan aktivitas fisik.
Sementara material berupa berbagai jenis ukuran besi, bahan tripleks,
atap, keramik, dan lainnya selain didatangkan dari kota Palu juga dari
luar kota Palu.

Tabel 2
Jenis Bahan dan Material yang Dibutuhkan Pada
Pembangunan Gudang Sewa.
No Jenis Bahan
1. Semen
2. Pasir, kerikil dan batu
3. Kayu Berbagai Ukuran, Tipleks, dan Bahan Sejenis
4. Berbagai Jenis Ukuran Besi (SNI)
5. Bahan Atap (SNI)
6. Keramik
7. Batu Bata, Paving Block
8. Bahan untuk instalasi listrik (SNI)
Sumber : Pemrakarsa , 2017

Prakiraan dampak yang akan timbul: meningkatnya kadar debu di


udara ambien serta gangguan arus lalulintas.

3. Pembersihan dan Pematangan Lahan


Lahan untuk lokasi pembangunan gudang sewa, saat ini masih lahan
kosong yang ditumbuhi rumput dengan kontur tanah berbukit. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan pembersihan dan pematangan lahan. Untuk
mencapai elevasi, akan dilakukan pengurugan atau penggalian agar
mendapatkan permukaan yang rata dan akan diikuti dengan pemadatan
tanah. Kegiatan ini akan menimbulkan peningkatan kadar debu di
wilayah tersebut, sehingga akan mengakibatkan penurunan kualitas
udara akibat peningkatan kadar debu. Disamping itu, beroperasinya
berbagai peralatan berat seperti dump truck, escavator dan lainnya
akan menimbulkan meningkatkan kebisingan disekitar wilayah tersebut.

Prakiraan dampak yang akan timbul: peningkatan kadar debu di


udara ambien, peningkatan kebisingan.
4. Pembangunan Unit-unit Gudang Sewa
Pembangunan gudang sewa akan dilakukan pada lokasi yang sudah
direncanakan sebelumnya. Gudang terdiri dari dua ukuran (Unit A dan
Unit B). Adapun tahap-tahapan dari pembangunan gudang sewa
adalah:
 Pekerjaan galian;
 Pekerjaan pondasi;

 Pekerjaan dinding;
 Pekerjaan penutup lantai;

 Pekerjaan kayu;

 Pekerjaan besi;
 Pekerjaan penutup atap;

 Pekerjaan instalasi listrik;


 Pekerjaan pipa dan sanitasi;

 Pekerjaan pengecatan;
 Pekerjaan finishing detail.

Prakiraan dampak yang akan timbul: Perubahan fungsi lahan,


peningkatan kebisingan, Gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).

5. Demobilisasi Peralatan dan Tenaga Kerja


Adapun rencana kegiatan yang dilakukan pada saat pasca konstruksi
adalah pelepasan tenaga kerja, pembersihan limbah bangunan dan
material yang tidak terpakai, pembongkaran base camp dan
demobilisasi peralatan.

Prakiraan dampak yang akan timbul: gangguan arus lalulintas dan


pelepasan hubungan kerja.
II. Tahap Pasca Konstruksi/Operasi
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca konstruksi/operasi
pembangunan gudang sewa adalah Operasional Gudang sewa.
Operasional sewa diprakirakan akan menghasilkan limbah padat (sampah)
dan limbah cair domestik yang berpotensi menurunkan kualitas sanitasi
lingkungan dan penurunan tingkat kesehatan masyarakat. Operasional
gudang juga akan menimbulkan proses-proses sosial asosiatif dan
disosiatif.

Prakiraan dampak yang akan timbul: persepsi masyarakat, peningkatan


air limbah domestik, peningkatan limbah padat (sampah), sanitasi
lingkungan, peningkatan kebutuhan air bersih, terbukanya kesempata
kerja, proses sosial, dan bahaya kebakaran.
C. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi, dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Rencana Pembangunan Gudang Sewa di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore
Kota Palu

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi


Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
TAHAP PRAKONSTRUKSI
Sosialisasi Persepsi Keluhan dan  Memberikan informasi mengenai  Masyarakat Awal tahap  Melakukan Pada Minimal 1 kali  Pelaksana :
Rencana Masyarakat protes rencana pembangunan gudang di sekitar prakonstruksi. survey dan masyarakat selama tahap Dicky
Pemba- terhadap sewa dengan papan lokasi wawancara yang pra konstruksi. Lamusu
ngunan rencana pengumuman di lokasi kegiatan. rencana langsung bermukim di Salahu
Gudang usaha/ proyek. dengan sekitar lokasi
Sewa kegiatan  Melakukan koordinasi dan masyarakat kegiatan.  Pengawas :
pendekatan dengan lurah, camat  Masyarakat disekitar Lurah
dan tokoh masyarakat, Kelurahan lokasi Tondo,
Tondo. kegiatan. Camat
Mantikulore,
 Analis data DLH Kota
secara Palu,
deskriptif
evaluatif  Pelaporan :
DLH Kota
Palu.
TAHAP KONSTRUKSI
Penerima- Kesempatan Tenaga kerja  Pemberian skala prioritas  Masyarakat Selama  Mencatat Pada Minimal 1 kali  Pelaksana :
an Tenaga Kerja lokal diterima kepada masyarakat disekitar di sekitar kegiatan tahap jumlah masyarakat selama tahap Dicky
Kerja dalam lokasi proyek berdasarkan lokasi konstruksi. tenaga kerja yang konstruksi. Lamusu
Konstruksi. penerimaan ketersediaan SDM dan rencana lokal yang bermukim di Salahu
tenaga kerja kebutuhan. proyek. diterima. sekitar lokasi
konstruksi. kegiatan  Pengawas :
 Melakukan koordinasi dengan  Masyarakat  Membanding Lurah
Dinas Tenaga Kerja, Kelurahan, Kelurahan -kan upah Tondo,
dan Kecamatan tentang Tondo. yang diterima Camat
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 12
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
penerimaan tenaga kerja. dengan Upah Mantikulore
Minimum Dinas Sosial
Provinsi. dan
Ketenaga
Kerjaan
Kota Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Peningkatan Mengacu pada  Mengoperasikan kendaraan Lokasi tapak Selama Metode dust Lokasi tapak Minimal 1 kali  Pelaksana :
Kadar Debu Kepmeneg LH pengangkut material yang layak proyek. kegiatan fall untuk debu proyek. dalam enam Dicky
di Udara No. 41 Tahun jalan. mobilisasi tersedimentasi bulan selama Lamusu
Ambien 1999 Tentang peralatan dan dan metode kegiatan Salahu
Pengendalian  Memasang plat penghalang material gravimetric mobilisasi alat
pada ban kendaraan angkut. berlangsung. untuk debu dan material.  Pengawas :
Pencemaran
Udara. Baku tersuspensi. Lurah
 Semua truk pengangkut material Tondo,
Mutu Kadar dilengkapi dengan terpal
Debu Camat
penutup (bag cover). Mantikulore,
Maksimal 90
Mobilisasi Dinas
g/m3.
Peralatan Perhubu-
dan ngan dan
Material Komunikasi
Kota Palu.
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Gangguan Terjadi  Menggunakan jalan yang tidak Lokasi tapak Selama Wawancara  Rute masuk 1 kali selama  Pelaksana :
Arus gangguan padat lalu lintas dan dilakukan di proyek dan kegiatan langsung kekawasan kegiatan Dicky
Lalulintas arus lalulintas luar waktu-waktu jam kerja rute mobilisasi dengan gudang mobilisasi alat Lamusu
pada jalur transportasi peralatan dan dan material
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 13
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
transportasi (pergi-pulang kantor dan peralatan dan material warga sewaLand Salahu
bahan dan sekolah). material. berlangsung sekitarjalan  Sepanjang
material.  Pengawas :
rute
 Menyediakan petugas untuk Pengamatan mobilisasi alat DLH , Lurah
pengaturan entry/exit truk di lapangan dan material Tondo,
pengangkut peralatan dan terhadap Camat
material dari dan keluar lokasi prillaku Mantikulore,
proyek. pengemudi Dinas
Perhubu-
 Memasang rambu-rambu ngan dan
lalulintas atau papan Komunikasi
pemberitahuan seperti: hati-hati Kota Palu.
kendaraan proyek keluar masuk.
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Pembersi- Peningkatan Keputusan  Menentukan dengan jelas batas- Di tapak Selama Metode dust Lokasi tapak Minimal 1 kali  Pelaksana :
han dan Kadar Debu Menteri batas kepemilikan lahan proyek kegiatan fall untuk debu proyek selama Dicky
Pemata- di Udara Negara LH sebelum pembersihan dan pembersihan pembersihan tersedimentasi kegiatan Lamusu
ngan Lahan Ambien No. 41 Tahun pematangan lahan. dan dan dan metode pembersihan Salahu
1999 Tentang pematangan pematangan gravimetric dan
Baku Mutu  Membangun pagar pembatas lahan. lahan untuk debu pematangan  Pengawas :
Udara lahan. berlansung. tersuspensi di lahan Lurah
Ambien, Kadar udara ambien. berlangsung. Tondo,
 Melengkapi pekerja
Debu Camat
dengan sarana K3 seperti
Maksimal 90 Mantikulore
masker.
g/m3. Dinas
 Melakukan penyiraman pada Kesehatan
lahan yang sudah kering. Kota Palu.

 Memasang plat penghalang  Pelaporan :


pada ban kendaraan angkut DLH Kota
pada pembersihan lahan. Palu.
 Semua truk pengangkut material
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 14
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
dilengkapi dengan terpal
penutup (bag cover).

Peningkatan Mengacu pada  Operasional alat berat tidak Lokasi tapak Selama  Menggunaka Lokasi tapak Minimal 1 kali  Pelaksana :
kebisingan kepada menimbulkan suara bising yang proyek kegiatan n alat sound proyek selama Dicky
Kepmeneg LH berlebihan. pembersihan level meter. kegiatan Lamusu
No 48/1996  Para pekerja memakai Alat dan pembersihan Salahu
untuk Pelindung Diri (APD) yang pematangan  Membanding dan
kawasan sesuai misalnya ear plug. lahan. -kan hasilnya pematangan  Pengawas :
pemukiman dengan baku lahan. DLH ,
adalah 55 dBA tingkat Lurah
pada radius kebisingan Tondo,
500 m (Keputusan Camat
MENLH No. Mantikulore
Kep- Dinas
48/MENLH/1 Kesehatan
1/1996). Kota Palu.
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Pembangu- Perubahan Terjadi  Menyediakan ruang terbuka Lokasi tapak Selama  Memantau Lokasi tapak 1 kali  Pelaksana :
nan Unit- fungsi lahan. perubahan hijau. proyek. kegiatan ketersediaan proyek. dilakukan Dicky
Unit Gudang fungsidan tata  Jika memungkinkan membuat Pembangu- ruang pada saat Lamusu
Sewa guna lahan sumur resapan. nan Unit-Unit terbuka hijau pembangunan Salahu
 Mengikuti Garis Sempadan Perumahan (RTH). unit-unit
Bangunan dan Sempadan Jalan berlangsung. perumahan  Pengawas :
 Memantau DLH, Lurah
yang ditetapkan.
perubahan Tondo,
 Kekuatan bangunan gudang
relief elevasi Camat
harus memperhitungkan faktor
yang rentan Mantikulore
kegempaan.
mengalami , Dinas
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 15
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
erosi. Tata Ruang
Kota Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Peningkatan Kepmeneg LH  Aktivitas pembangunan yang Lokasi tapak Selama Pengukuran Lokasi tapak Minimal1 kali  Pelaksana :
Kebisingan. No 48/1996, menimbulkan kebisingan hanya proyek. kegiatan tingkat proyek dan dalam enam Dicky
untuk dilakukan pada siang hari. pembangu- kebisingan pemukiman bulan selama Lamusu
kawasan nan unit-unit (Leq) di lokasi penduduk. tahap Salahu
pemukiman, gudang sewa. proyek dan konstruksi.
kebisingan pemukiman  Pengawas :
adalah penduduk DLH ,
maksimal 55 menggunakan Lurah
dB(A) pada alat sound Tondo,
radius 500 level meter. Camat
meter. Mantikulore
Dinas
Kesehatan
kota Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Gangguan Tenaga kerja  Memakai APD yang sesuai Lokasi tapak Selama Melakukan Lokasi base Minimal 1 kali  Pelaksana :
Kesehatan mengalami (mis: masker, sarung tangan). proyek. kegiatan survey dan camp, lokasi dalam enam Dicky
dan gangguan  Menyiapkan lokasi pembangu- wawancara. bongkar muat bulan selama Lamusu
Keselamatan kesehatan dan pembongkaran material dan nan unit-unit material dalam tahap Salahu
Kerja (K3) kecelakaan bahan bangunan yang aman gudang sewa tapak proyek. konstruksi.
kerja. bagi pekerja dan masyarakat berlangsung  Pengawas :
sekitar lokasi proyek DLH ,
 Menyiapkan bahan-bahan Lurah
Tondo,
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 16
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
kebutuhan pekerja yang sesuai Camat
dengan standar keselamatan Mantikulore
tenaga kerja. Dinas
 Menyiapkan kotak P3K di Kesehatan
lokasi proyek. kota Palu
 Base camp memenuhi standar  Pelaporan :
kesehatan bagi tenaga kerja. DLH Kota
 Tidak membuang sampah dan Palu.
sisa makanan bagi pekerja
yang tinggal di Base Camp.
 Tersedia cukup air bersih di
Base Camp.
 Karyawan yang sedang sakit
tidak boleh bekerja.
Gangguan Terjadi  Peningkatan disiplin pengemudi Pada jalur Selama  Pengamata Pada rute Dilakukan  Pelaksana :
Arus gangguan kendaraan pengangkut yang dilalui kegiatan n lapangan. jalan yang minimal satu Dicky
Lalulintas arus lalulintas demobilisasi peralatan. kendaraan demobilisasi  Memantau dilalui untuk kali di akhir Lamusu
pada jalur  Mematuhi batas tonase demobilisasi peralatan dari kondisi arus demobilisasi tahap Salahu
demobilisasi yang diijinkan sesuai kelas peralatan. lokasi proyek. lalulintas peralatan. konstruksi.
material. jalan. khususnya  Pengawas :
 Bila dibutuhkan dapat meminta di sekitar Lurah
Demobili- bantuan polisi untuk lokasi Tondo,
sasi pengawalan demobilisasi proyek. Camat
Peralatan. peralatan. Mantikulore
Dinas
. Perhubu-
ngan kota
Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 17
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup

Pelepasan Tenaga kerja  Pihak perusahaan menuntaskan Tenaga kerja Diakhir tahap Wawancara Tenaga kerja Sekali di akhir  Pelaksana :
Hubungan konstruksi pembayaran upah/gaji terhadap konstruksi di konstruksi. dan observasi pada lokasi tahap Dicky
Kerja kehilangan setiap tenaga kerja akibat lokasi lapangan tapak proyek. konstruksi. Lamusu
pekerjaan. berakhirnya masa konstruksi. proyek. terhadap Salahu
pembayaran
upah/gaji  Pengawas :
tenaga kerja Lurah
konstruksi. Tondo,
Camat
Mantikulore
Dinas
Sosial dan
Tenaga
Kerja kota
Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

TAHAP PASCA KONSTRUKSI/OPERASI


masyarakat
Persepsi Persepsi  Melakukan sosialisasi dan Masyarakat Selama  Memantau pada tahap  Pelaksana :
kota secara
Masyarakat. masyarakat promosi gudang sewa. Kelurahan operasional persepsi operasi Dicky
umumnya. .
terhadap Tondo dan gudang sewa. masyarakat perumahan. Lamusu
keberadaan  Melakukan transaksi sewa sekitarnya.
Operasional  Analisis Salahu
gudang sewa. menyewa yang transparan dan
penyewaan disepakati bersama dengan deskriptif.  Pengawas :
unit-unit user. Lurah
gudang. Tondo,
 Tidak menyewakan gudang
Camat
untuk barang ilegal dan dilarang
Mantikulore
oleh pemerintah.
DLH Kota
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 18
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
 Penyelesaian permasalahan Palu
dengan user dilakukan secara
 Pelaporan :
musyawarah dan mufakat.
DLH Kota
Palu.

Peningkatan Keputusan  Mengelola pembuangan air Gudang sewa Selama tahap  Pengambil Outlet gudang Sekali dalam  Pelaksana :
Air Limbah Menteri limbah atau membuat peresapan dan sarana operasi. an sampel dan saluran enam bulan. Dicky
Domestik Negara LH dan saluran drainase dengan pendukungnya air limbah. drainase. Lamusu
Nomor benar sehingga tidak mencemari Salahu
 Analisis
PermenLH No lingkungan.
laborato-  Pengawas :
68 Tahun
 Memeriksa kualitas air limbah ke rium. Lurah
2016 Tentang
Baku Mutu Air laboratorium rujukan secara  Memban- Tondo,
Limbah rutin. dingkan Camat
Domestik. dengan Mantikulore
PermenLH DLH ,
No 68 Dinas
Tahun Kesehatan
2016 kota Palu
Tentang  Pelaporan :
Baku Mutu DLH Kota
Air Limbah Palu.
Domestik.

Peningkatan Undang-  Memasang tempat pembuangan Kompleks Seluruh siklus Melakukan Sarana Setiap 1 tahun  Pelaksana :
Limbah Undang sampah di lokasi gudang sewa. gudang kegiatan di survey dan persampahan sekali selama Dicky
Padat Republik sewaLand tahap operasi. wawancara di lokasi masa Lamusu
(Sampah) Indonesia  Pengangkutan sampah dari TPS langsung. proyek. operasional Salahu
Nomor 18 ke TPA dilakukan secara
Tahun 2008 periodik .  Pengawas :
tentang Lurah
 Pengumpulan sampah Tondo,
sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya
UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa
di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 19
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
yaitu sampah organik dan Camat
anorganik, seperti plastik, dan Mantikulore
kertas. DLH ,
Dinas
 Pemisahan sampah-sampah Kesehatan
yang dapat di daur ulang kota Palu,
 Memasukkan dalam kantong Dinas
plastik sampah-sampah agar Keebersiha
mudah diangkut oleh kendaraan n Kota palu
pengangkut sampah.  Pelaporan :
 Pengangkutan dari TPS ke TPA . DLH Kota
Palu.

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 20
Sanitasi Kondisi  Menanam vegetasi pada lokasi- Lokasi tapak Selama tahap Pengamatan Lokasi tapak Minimal 1 kali  Pelaksana :
Lingkungan sanitasi lokasi tertentu di sekitar lokasi proyek. operasi. lapangan dan proyek. dalam enam Dicky
lingkungan perumahan dan membuat jalur data dari bulan selama Lamusu
dan jenis hijau. Puskesmas masa Salahu
penyakit dapat Talise operasional
muncul dan  Menyediakan Ruang Terbuka gudang sewa.  Pengawas :
berkembang. Hijau (RTH). Lurah
 Membersihkan drainase secara Tondo,
. Camat
berkala.
Mantikulore
 Mengumpulkan data dari DLH ,
Puskesmas di Kelurahan Tondo Dinas
jenis penyakit yang muncul dan Kesehatan
berkembang akibat aktivits kota Palu,
gudang. Dinas
Keebersiha
n Kota palu
 Pelaporan :
DLH Kota

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 21
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
Palu.

Peningkatan Kualitas Air  Eksplorasi sumur DAP (sumur Air bersih Seluruh siklus Pengukuran Air bersih Sekali dalam  Pelaksana :
Kebutuhan Berdasarkan dangkal) dilakukan hanya untuk dalam lokasi kegiatan di debit dan dalam lokasi enam bulan. Dicky
Air Bersih. Keputusan kebutuhan operasional gudang. tapak proyek. tahap operasi. kualitas air tapak proyek. Lamusu
Menteri bersih. Salahu
Kesehatan
Hidup No. 496  Pengawas :
Tahun 2010 Lurah
tentang Tondo,
persyaratan Camat
kualitas air Mantikulore
minum. DLH ,
Dinas
Kesehatan
kota Palu,
Dinas
Keebersiha
n Kota palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.
Terbukany Masyarakat  Memberi kesempatan kerja Pada Selama tahap Pengamatan Pada Minimal 1kali  Pelaksana :
a sekitar lokasi kepada anggota masyarakat masyarakat operasi. lapangan dan masyarakat dalam enam Dicky
Kesempata proyek. sekitar. sekitar lokasi wawancara sekitar lokasi bulan selama Lamusu
Kerja kegiatan. kegiatan. masa Salahu
 Memberikan skala prioritas operasional
kepada tenaga kerja lokal.. gudang sewa.  Pengawas :
Lurah
Tondo,
Camat
Mantikulore
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
, DLH ,
Bappeda
Kota Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.

Proses Jumlah kasus/  Membentuk forum terbatas Masyarakat Dilakukan  Observasi Masyarakat 1kali dalam  Pelaksana :
Sosial konflik akibat untuk membantu pemrakarsa sekitar lokasi pada seluruh dan sekitar lokasi setahun Dicky
operasional untuk menangani kegiatan. siklus kegiatan Wawancara kegiatan. selama masa Lamusu
gudang sewa. permasalahan sosial. di tahap operasional Salahu
operasi.  Analisis gudang
 Memfasilitasi berbagai Data secara sewaLand  Pengawas :
kegiatan masyarakat sekitar deskriptif - Lurah
untuk membangun evaluatif Tondo,
kebersamaan dengan Camat
masyarakat di sekitar lokasi Mantikulore
proyek. DLH ,
Satpol PP
dan
Kesbang-
pol Kota
Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.
Bahaya Besaran • Mengupayakan pencegahan Lokasi tapak Dilakukan Mengadakan Lokasi tapak Minimal  Pelaksana :
Kebakaran dampak dan penanggulangan bahaya kegiatan pada seluruh pemantauan kegiatan sekali dalam Dicky
dinilai potensi kebakaran, yang meliputi operasional siklus tentang operasional enam bulan Lamusu
terjadinya penyediaan alat pemadam gudang kegiatan pada penyedian gudang selama masa Salahu
kebakaran. api ringan (APAR), tahap operasi alat
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi
Pengelola
Sumber Jenis Besaran dan
Dampak Dampak Dampak Pemantaua
n
Lingkungan
Hidup
Lokasi Lokasi
Periode Bentuk Upaya Periode
Pengelolaa Pemantaua
Bentuk Upaya Pengelolaan Pengelolaa Pemantauan Pemantaua
n n
Lingkungan Hidup n Lingkungan n
Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan
Hidup Hidup
Hidup Hidup
menyiapkan SOP (Standard sewa. berlangsung pemadam api sewa. operasional.
Operating Procedure) serta dan SOP  Pengawas :
membuat peringatan bahaya dalam Lurah
kebakaran. menghadapi Tondo,
• Memasang papan peringatan bahaya Camat
untuk tidak merokok ataupun kebakaran. Mantikulore
Dinas
melakukan sesuatu yang kebakaran
memicu terjadinya kebakaran Kota Palu
 Pelaporan :
DLH Kota
Palu.
D. JUMLAH DAN JENIS IZIN IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN
Jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan
berdasarkan upaya pengelolaan lingkungan hidup: -

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 24
E. SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Dicky Lamusu Salahu
Alamat : JI. I Gusti Ngurah Rai No. 22 Palu
adalah penanggung jawab atas upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup dari kegiatan/usaha Pembangunan Gudang Sewa di Jalan Soekamo Hatta
Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Dengan ini
menyatakan dengan sungguh-sunguh bahwa:
1. Bersedia melaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup akibat dari kegiatan kami sebagaimana
tercantum dalam Dokumen UKL - UPL dan bersedia secara berkala
melaporkan hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
kepada Dians Lingkungan Hidup Kota Palu 2 (dua) kali dalam setahun.
2. Bersedia dipantau terhadap dampak dari usaha dan/atau kegiatan kami
oleh pihak yang memiliki Surat Tugas dari pejabat yang berwenang
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Apabila kami lalai melaksanakan UKL-UPL, maka kami bersedia
menghentikan usaha dan atau kegiatan kami, dan bersedia
menanggung resiko yang ditimbulkannya, serta ditindak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4. Bersedia menyusun kembali dokumen UKL-UPL apabila terjadi perubahan
perluasan lokasi/pengembangan dan kegiatan operasional lainnya yang
belum dimasukkan dalam dokumen awal.

Palu, Cj November 2017


Pemrakarsa,

x "d
DBA 727163 _

DICKY LAMUSU SALAHU

25
F. DAFTAR PUSTAKA

Samingan T, 1990. Dasar-Dasar Ekologi. Buku II Cetakan Ketiga, Lab Ekologi.


FMIPA-IPB Bogor.

Sugandhy A, 1980. Baku Mutu Lingkungan Sebagai Indikator Dampak Lingkungan


Fisik, Makalah dalam Simposium Nasional AMDAL-1 PPLH-IPB, Bogor.

Sumarwoto., Otto, 2003 . Atur Diri Sendiri: Paradigma Baru Pemantauan Lingkungan
Hidup, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Suratmo F. G, 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University


Press, Yogyakarta

Sutamiharja, R.T.M, 1973. Kualitas dan Pencemaran Lingkungan SPS. Jurusan


Pemantauan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB. Bogor

Tan H Kim, 1995. Dasar-Dasar Kimia Tanah., Gajah Mada University Press,
Jogyakarta.

Wardana A. W, 2003 . Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Yogyakarta

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 26
Lampiran 1
TIM PENYUSUN UKL - UPL
RENCANA PEMBANGUNAN GUDANG SEWA
KELURAHAN TONDO KECAMATAN MANTIKULORE
KOTA PALU

No. N a m a Keterangan

1 Dicky Lamusu Salahu Penanggung Jawab


Ketua Tim (Ahli Biologi, Magister Ilmu
2 Dr. Amiruddin Kasim, M.Si
Lingkungan, AMDAL A, B,dan C)
Anggota
3 Dr. Khairuddin, S.Si., M.Si.
(Ahli Kimia, AMDAL A)
Anggota
4 Drs. Syufri, M.Si
(Ahli Sosekbud)
Anggota
5 Aswar Amiruddin, ST, MT
(Teknik Sipil)

Palu,
November
2017

UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu 1
Lampiran 2

KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP

Komponen lingkungan hidup yang berada pada suatu area kegiatan usaha atau
aktivitas pembangunan berupa hamparan ekosistem akan selalu berinteraksi dengan
semua aktivitas usaha yang dilakukan sehingga dapat menimbulkan dampak
terhadap komponen- komponen ekosistem, baik dampak negatif maupun dampak
positif, untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap komponen-komponen
lingkungan pada area/lokasi kegiatan Pembangunan Gudang Sewa di Kelurahan
Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Komponen lingkungan yang terkena
dampak oleh sejumlah kegiatan ditetapkan dengan mempelajari kondisi lingkungan
hidup saat ini dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

1. KOMPONEN GEOFISIK KIMIA


1.1. Iklim

Data iklim wilayah studi diambil dari Stasion Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Mutiara Palu. Stasion observasi ini terletak pada koordinat 00054’
56,94’’ LS dan 1190 54’ 19,86’ BT, elevasi 84 meter di atas muka laut,
Kondisi iklim secara umum dapat ditinjau dari beberapa indikator. Hasil
pengumpulan data studi ini diperoleh indikator iklim antara lain: (1) curah
hujan bulanan (2) jumlah hari hujan, (3) temperatur, (4) dan kelembaban
Udara dan tekanan udara,

1.2. Curah Hujan dan Hari Hujan,

Rerata curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu selama 15
tahun terjadi pada bulan April 78,70 mm, dan diikuti pada bulan Juli yaitu 77,87
mm, Sedangkan curah hujan terendah tejadi pada bulan Pebruari 40,41 mm,
bulan Oktober 44,65 mm dan bulan Desember yaitu 45,69 mm.
Tabel 1. Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Periode
15 TahunTerakhir
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des JUM Rerata
2002 25 83 46 74 52 24 50 27 29 99 47 25 581 48,42
2003 20 12 43 126 69 61 2 11 29 2 117 20 512 42,67
2004 96 56 52 31 49 19 73 81 44 40 32 96 669 55,75
2005 78 22 64 49,6 54,4 13 58,1 0 61,7 9 12,8 21,4 444 37,00

L2-UKL-UPL Rencana Pembangunan Gudang Sewa


di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu L2-1
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des JUM Rerata
2006 38,3 5,4 64 49,6 125,9 135,5 16,2 22,1 38,6 111,8 16,7 26,5 650,6 54,22
2007 30,3 20,3 130,2 69,9 67,7 61,6 6 14 93,2 4,6 51,5 31,3 580,6 48,38
2008 110,8 80,1 48,9 55,4 78,6 104,6 134,6 109 47,7 2,3 69,7 61 902,7 75,23
2009 37,7 12,8 147,2 60,6 30,1 53,4 186,8 197,1 67,7 102,7 49,5 20,9 966,5 80,54
2010 11,7 55,9 73,3 161,5 27,2 40,2 44 15,9 10,4 12,6 54,2 54,9 561,8 46,82
2011 58,9 31,3 11,7 80,2 81,5 123 112,4 96,7 114,3 66,6 44,2 38,6 859,4 71,62
2012 11,7 55,9 73,3 161,5 28,2 40,2 44 15,9 10,4 12,6 54,2 54,9 562,8 46,90
2013 58,9 32,1 11,7 80,2 81,5 123 112,4 100,3 114,3 66,6 44,2 38,6 863,8 71,98
2014 64,7 87,8 45 23,7 34,3 76,2 32,5 51,6 100,6 50,7 53,5 48,3 668,9 55,74
2015 110 23,6 46,4 98,8 15,9 52,8 166 83 15 32 28 79 750,5 62,54
2016 51 28 35 58,5 49,8 97 130 79,8 98,4 57,2 152 69 905,7 75,48
Jumlah 803 606,2 891,7 1180,5 845,1 1024,5 1168 904,4 874,3 669,7 826,5 685,4 10479,3
Rerata 53,53 40,41 59,45 78,70 56,34 68,30 77,87 60,29 58,29 44,65 55,10 45,69 58,22

Sumber : Stasiun Udara Mutiara Palu, 2017,


Curah hujan diukur dalam satuan milimeter,

Data hari hujan 5 tahun terakhir yang tercatat pada stasiun Meteorologi Mutiara
Palu menunjukkan hari hujan terbanyak terjadi pada tahun 2013 (237 hari) dan
terendah pada tahun 2012 (180 hari), Rata-rata hari hujan terbanyak selama 5
tahun terakhir terjadi pada Bulan Juli yaitu 20 hari dan terendah pada bulan
Pebruari yaitu 15 hari.

Tabel 2. Data Hari Hujan Bulanan Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Periode 5
Tahun Terakhir

TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES JUMLAH RERATA

2012 13 16 16 21 13 18 16 12 8 15 18 14 180 15

2013 17 13 15 17 23 22 23 25 25 18 20 19 237 20

2014 20 19 21 19 16 20 15 18 18 18 14 19 217 18

2015 13 14 18 16 11 18 23 17 10 19 17 23 199 17

2016 17 15 11 20 21 16 24 22 18 12 15 16 207 17

RERATA 16 15,4 16,2 18,6 16,8 18,8 20,2 18,8 15,8 16,4 16,8 18,2

JUMLAH 107 87 92 101 105 109 114 112 85 82 84 91

Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2017


Curah hujan diukur dalam satuan
milimeter

Jumlah curah hujan di Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Bulan Januari sampai
Bulan Agustus Tahun 2017 berkisar antara 25,6 mm (Juni) dan137 mm
(Januari), Sedangkan jumlah hari hujan selama10 bulan terakhir berkisar
antara
8 hari (April) dan 27 hari (Januari), Data curah hujan dan jumlah hujan selama 7
bulan terakhir disajikan padaTabel 3,

Tabel 3. – Jumlah Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) 7 Bulan Terakhir
SelamaTahun 2017 di Stasiun Meteorologi Mutiara Palu,
BULAN CH HH
Januari 137 27
Pebruari 34,8 10
Maret 33,4 11
April 42,2 8
Mei 68,8 21
Juni 25,6 15
Juli 41,9 13
Agustus 119 18

Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2017


Curah hujan diukur dalam satuan
milimeter

250

200

150

100

50

0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

JanFebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNopDes
Gambar 1. CurahHujan (CH) menurut Bulan (mm), 2017,

1.3. Suhu dan Kelembaban Udara


Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu 5 tahun
terakhir menunjukkan suhu udara tertinggi terjadi pada bulan November
(28,20C) dan terendah terjadi pada bulan Januari dan Pebruari (27,30C),
Tabel 4, - Data Suhu Udara Bulanan di Kota Palu Periode 5 Tahun Terakhir.
BULAN
TAHUN
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
2012 27,1 26,8 26,8 27,0 27,5 27,4 26,7 28,1 28,7 28,2 28,5 27,8
2013 27,4 28,1 28,7 28,7 28,2 27,1 27,1 26,7 27,0 27,7 28,2 27,6
2014 27,3 26,5 26,9 27,8 28,1 27,9 27,2 28,0 27,1 28,1 28,2 27,6
2015 27,1 27,5 27,6 27,8 28,2 27,8 26,4 27,3 27,9 28,8 28,3 27,9
2016 27,7 27,7 28,5 28,2 28,0 28,0 26,6 26,8 27,6 27,9 28,0 27,8
JUMLAH 136,7 136,6 138,5 139,5 139,9 138,2 134,0 136,8 138,4 140,6 141,1 138,7
RERATA 27,3 27,3 27,7 27,9 28,0 27,6 26,8 27,4 27,7 28,1 28,2 27,7

Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Periode 2012-2016


Temperatur dalam satuan °C. Data merupakan hasil rata-rata harian.

Kelembaban udara yang tercatat pada stasiun udara Mutiara Palu berkisar
antara 75,7 – 77,6 persen, Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan
Mei yang mencapai 77,6 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata
terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 75,7 persen.

Tabel 5 - Data Kelembaban Udara Bulanan di Kota Palu Periode 5 Tahun Terakhir.
BULAN
TAHUN
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

2012 77,4 79,0 78,5 77,2 74,7 76,4 73,4 69,8 70,7 72,3 74,8 75,2
2013 72,7 70,1 72,8 79,2 81,9 75,2 75,5 76,0 76,1 76,4 76,5 76,4
2014 76,3 76,2 76,4 76,4 76,8 76,8 77,3 77,5 77,3 77,2 77,0 76,8
2015 76,7 76,7 76,5 76,4 76,3 76,2 76,4 77,0 77,5 77,9 78,1 78,3
2016 78,3 78,2 78,3 78,1 78,3 78,1 78,1 78,3 78,0 78,2 78,3 78,3
JUMLAH 381,5 380,2 382,6 387,4 387,9 382,6 380,7 378,6 379,7 382,0 384,7 385,0
RERATA 76,3 76,0 76,5 77,5 77,6 76,5 76,1 75,7 75,9 76,4 76,9 77,0

Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Periode 2012-201. Kelembaban


udara dalam satuan %. Data merupakan hasil rata-rata harian.

1.4. Tekanan Udara, Kecepatan dan Arah Angin,


Tekanan udara rata-rata pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu berkisar
antara 1,009,1mb sampai 1,010,8 mb, Tekanan udara maksimum terjadi di
bulan Juli, sedangkan tekanan udara minimum terjadi di bulan November.
Tabel 6 - Data Tekanan Udara (mb) Bulanan di Kota PaluPeriode 5 Tahun Terakhir.

TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

2012 1009,5 1010,7 1009,9 1009,6 1010,8 1010,9 1010,3 1010,3 1010,8 1009,3 1011,0 1011,3
2013 1011,7 1011,3 1011,1 1009,6 1010,9 1010,6 1010,9 1010,5 1009,5 1009,5 1006,4 1008,9
2014 1009,7 1009,5 1010,0 1010,1 1010,2 1010,4 1010,5 1011,1 1010,1 1009,1 1008,8 1010,0
2015 1009,7 1009,5 1010,8 1009,9 1010,6 1010,2 1011,1 1010,9 1011,6 1009,9 1009,8 1010,3
2016 1013,1 1010,8 1010,0 1009,4 1009,4 1010,4 1011,0 1010,6 1011,0 1011,4 1009,5 1009,6
JUMLAH 5053,6 5051,9 5051,8 5048,6 5051,9 5052,6 5053,8 5053,4 5053,1 5049,2 5045,6 5050,0
RERATA 1010,7 1010,4 1010,4 1009,7 1010,4 1010,5 1010,8 1010,7 1010,6 1009,8 1009,1 1010,0

Sumber :Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2017

Data kecepatan angin 5 tahun terakhir di Stasiun Meteorologi Mutiara Palu


berkisar 3 – 6 knot perbulan, Kecepatan tertinggi tercatat pada bulan
September dan terendah pada Bulan Pebruari.

Tabel 7. Data Kecepatan Angin (knot) di Kota Palu Periode 5 TahunTerakhir.


BULAN
TAHUN
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

2012 4 4 4 4 4 4 4 5 6 5 5 4

2013 4 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4

2014 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3

2015 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4

2016 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5

Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2017 Kecepatan angin dalam satuan Knot.
Data kecepatan angin merupakan hasil rata-rata harian.

Data arah angin 5 tahun terakhir di Stasiun Meteorologi Mutiara Palu


dominan ke Utara, sebagian kecil saja yang mengarah ke Barat Laut.

Tabel 8. Data Arah Angin di Kota PaluPeriode 5 TahunTerakhir


BULAN
TAHUN
JAN PEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOP DES

2012 Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara

2013 Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara

2014 Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara Utara

2015 B,Laut B,Laut B,Laut B,Laut B,Laut B,Laut Utara Utara Utara B,Laut B,Laut B,Laut

2016 Utara Utara B,Laut B,Laut B,Laut B,Laut Utara B,Laut B,Laut B,Laut B,Laut B,Laut

Sumber : Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, 2017


Data arah angin merupakan arah angin terbanyak dalam satu bulan.
B.laut: Barat Laut
1.5. Fisiografi dan Geologi
1.5.1. Fisiografi

Fisiografi merupakan salah satu faktor fisik yang sangat erat kaitannya
dengan proses-proses alami yang terjadi di suatu daerah, Sub komponen
fisiografi dan geologi yang di perkirakan terkena dampak pada lokasi rencana
peningkatan jalan lingkar, meliputi sub komponen lingkungan: topografi
bentuk lahan (morfologi), struktur geologi, litologi, stratigrafi dan kegempaan,
Uraian singkat dari sub komponen ini adalah:

a. Morfologi

Kondisi topografi ini sangat besar peranannya dalam kegiatan


pembangunan terutama yang berkaitan dengan proses erosi, Semakin
terjal topografi, dan terbuka suatu lereng maka semakin besar pula laju
aliran permukaan dan erosi yang akan terjadi, Sebaliknya semakin landai
topografinya serta tertutup vegetasi suatu lereng maka semakin kecil laju
aliran permukaan dan erosi yang akan terjadi, Dengan demikian
pembukaan lahan untuk pembangunan jalan disuatu daerah sangat
menentukan tingkat erosi dan laju aliran permukaan.

Berdasarkan analisis peta dan survei lapangan, bentuk morfologi di lokasi


studi adalah morfologi Perbukitan,
Satuan morfologi ini di tandai dengan kelerengan 8° hingga 30° dan
kurangnya vegetasi, Stadia erosi daerah ini tergolong muda, di tandai
dengan kelerengan yang masih relatif tinggi, serta tingkat pelapukan yang
menengah, Morfologi ini umumnya di tempati batuan dari formasi
umumnya disusun oleh endapan alluvial pantai dan terumbu koral kuarter,
Umumnya tanahnya berupa pasir, kerikil, lumpur, batugamping koral, sisa
tumbuhan dan hasil endapan sungai, delta dan laut dangkal, umumnya
batuan ini sebagian besar telah mengalami pelapukan,

b. Struktur Geologi

Sesar geser dan sesar naik sangat umum di jumpai di daerah Sulawesi
(Sukamto, 1973), Struktur geologi yang utama di daerah telitian adalah
sesar Palu – Koro yang di kenali oleh Sarasin 1901, Menurut Ruttern
(1927) sesar Palu – Koro ke arah tenggara dan menyatakan panjang lajur
sesar ini sepanjang 300 km.
Katili (1978) menyatakan bahwa gerak vertikal lebih dominan di bagian
utara lajur sesar Palu-Koro, sedangkan gerak mendatar mengiri banyak
terjadi di bagian selatan lajur sesar itu, Sudradjat (1981) menyatakan
bahwa sesar Palu – Koro membentang mulai bagian Barat Kota Palu,
menerus ke tenggara mencapai panjang sekitar 250 km, Lajur sesar Palu-
Koro berkembang sesar naik dengan kemiringan sesar ke arah Timur,
Sukamto (1973) menyatakan bahwa di lajur sesar Palu – Koro
berkembang sesar naik dengan dengan kemiringan sesar kearah timur,
Hal ini menunjukkan bahwa sesar ini bergerak secara transpressional.

Sesar termuda di daerah telitian terjadi pada tahun 1968, berupa sesar
turun yang terjadi sebagai akibat dari gempa bumi yang menyebabkan
turunnya permukaan tanah sedalam 5 meter dengan bidang sesar miring
ke arah barat akibat gerakan sesar secara transpessional pada saat itu.

c. Tektonik dan Kegempaan

Kerangka Tektonik Indonesia didominasi oleh interaksi dari empat


lempeng utama yang saling berbeda jenis (kerak samudera – kerak
benua), yaitu : lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, lempeng
Pasifik dan lempeng Philipina, Interaksi lempeng-lempeng yang berbeda
jenis ini dalam bentuk pergerakan dengan arah dan kecepatan yang
berbeda-beda mengakibatkan banyaknya kejadian gempa yang
terdistribusi sepanjang bidang-bidang pertemuan, Interaksi dari lempeng-
lempeng yang berbeda jenis tersebut, juga menciptakan jalur
subduksi/penunjaman dan jalur tubrukan yang terus aktif ini
mengakibatkan kepulauan Indonesia memiliki aktivitas seismik yang tinggi
dan mempengaruhi tingkat seismisitas di antara wilayah–wilayah di
Indonesia,

Patahan sesar Palu-Koro kembali terjadi gesekan dengan pola mendatar.


Gesekan kali ini mengakibatkan gempa beruatan 5,7 skala richter (SR)
yang dirasakan di wilayah kota Palu terutama di lokasi patahan Kecamatan
Kulawi.
Gesekan pada patahan sesar Palu-Koro sempat terjadi akhir Januari 2005
lalu dengan uatan gempa 6,2 skala richter, Saat itu menimbulkan
kepanikan ribuan warga kota Palu dan memilih mengungsi ke dataran
tinggi, Kepanikan yang sama juga terulang saat terjadi gempa tektonik
pada pukul 07,59 WITA.
Menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kota Palu,
episenter gempa terletak di titik 1,49 LS - 119,98 BT atau pada posisi
kurang lebih 60 Km arah tenggara kota Palu atau di sekitar Kecamatan
Kulawi, Kedalaman gempa 33 Km, beruatan 5,7 skala richter. Gempa ini
dirasakan di Palu sekitar IV MMI.

1. Geologi Regional

Eksplorasi hidrokarbon di wilayah Indonesia membantu menunjukkan


bukti-bukti bahwa telah terjadi escape tectonics di Indonesia, Secara
singkat bisa dikatakan, zone benturan dicirikan oleh jalur sesar-lipatan
yang ketat, sementara hasil escape tectonics dicirikan oleh sesar-sesar
mendatar regional, sesar-sesar normal, dan retakan-retakan atau
pemekaran kerak Bumi. Lima peristiwa benturan di Indonesia yang
membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang
Kenozoikum, Benturan pertama adalah benturan India ke Eurasia yang
terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah). Benturan ini telah
menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga
merupakan suture Indus, Benturan ini segera diikuti oleh gerakan lateral
Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud escape
tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar
besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina
Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina,
dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman, Sesar-sesar ini
terbentuk di atas dan menggiatkan kembali garis-garis suture akresi
batuandasar berumur Mesozoikum di Daratan Sunda, Sesar-sesar besar
hasil escape tectonics ini adalah : Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-
Sap-Mekong (Mae Ping), Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar-
Adang, dan Sesar Sumatra,
Gambar 2. Tectonic escape di Indonesia Barat.

Tectonic escape di Indonesia Barat pada 45 Ma dicirikan oleh benturan


India dan Eurasia dan bergeraknya massa daratan Asia Timur, Indocina
dan Indonesia Barat ke arah timur dan tenggara, Sesar-sesar mendatar
besar di Asia (misalnya Altyn Tagh), pembukaan Laut Jepang dan Laut
Cina Selatan adalah juga manifestasi tectonic escape akibat benturan
India-Eurasia (dimodifikasi dari Tapponnier dkk,, 1982; Satyana, 2006)

Benturan kedua terjadi pada sekitar 25 Ma (Oligosen akhir) ketika sebuah


busur kepulauan samudra yang terbangun di tepi selatan Lempeng Laut
Filipina berbenturan dengan tepi utara Benua Australia di tengah Papua
sekarang, Benturan ini menghasilkan jalur lipatan dan sesar Pegunungan
Tengah Papua dan segera diikuti oleh escape tectonics berupa sesar-
sesar mendatar besar dan pembentukan cekungan akibat runtuhan
(collapse) di depan zone benturan, Sesar-sesar besar tersebut adalah
Sesar Sorong-Yapen (bagian awalnya), Sesar Waipoga, Sesar Gauttier,
dan Sesar Apauwar-Nawa, Pembukaan daerah cekungan (basinal area)
Papua Utara (termasuk di dalamnya Cekungan Waipoga, Waropen, Biak,
Jayapura) dan Cekungan Akimeugah di selatan zone benturan
Pegunungan Tengah Papua, terbentuk akibat runtuhan untuk
mengkompensasi tinggian akibat benturan, Sesar-sesar mendatar yang
terbentuk juga mempengaruhi pembentukan cekungan-cekungan ini.

Benturan ketiga adalah benturan antara mikro-kontinen Kepala Burung


dengan badan Papua pada sekitar 10 Ma (Miosen akhir), Jalur lipatan dan
sesar Lengguru menandai benturan ini, Sesar-sesar mendatar yang
menjauh dari zone benturan ini seperti Tarera-Aiduna, Sorong, Waipoga,
dan Ransiki menunjukkan escape tectonics pascabenturan, Cekungan
Bintuni yang terletak di sebelah barat Jalur Lengguru merupakan foreland
basin yang terbentuk sebagai akibat post-collision extensional structure.

Benturan keempat terjadi dari 11-5 Ma (Miosen akhir-Pliosen paling awal)


ketika mikro-kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula membentur
ofiolit Sulawesi Timur, Kedua mikro-kontinen ini terlepas dari Kepala
Burung Papua dan bergerak ke barat oleh Sesar Sorong, Benturan ini
telah membentuk jalur lipatan dan sesar Buton di selatan Sulawesi Timur
dan Jalur Batui di daerah benturan Banggai dan Sulawesi Timur, Kedua
benturan ini telah diikuti tectonic escapes pasca benturan dalam bentuk-
bentuk rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembentukan sesar-sesar
menndatar besar Palu-Koro, Kolaka, Lawanopo, Hamilton, Matano, dan
Balantak, dan pembukaan Teluk Bone, Gerak sesar-sesar mendatar ini di
beberapa tempat telah membuka cekungan-cekungan koyakan (pull-apart
basin) akibat mekanisme trans-tensional seperti danau-danau Poso,
Matano, Towuti juga Depresi Palu.
Benturan terakhir mulai terjadi pada sekitar 3 Ma (pertengahan-Pliosen)
ketika tepi utara Benua Australia berbenturan dengan busur Kepulauan
Banda, Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar foreland
sepanjang Timor, Tanimbar sampai Seram, Di wilaya Seram, jalur ini juga
banyak dipengaruhi oleh benturan busur Seram dengan mikro-kontinen
Kepala Burung, Pembukaan lateral juga terjadi mengikuti benturan busur-
benua ini, pembukaan ini adalah manifestasi tectonic escape, Sesar-sesar
mendatar besar terbentuk hampir sejajar dengan orientasi Pulau Timor,
Pengalihan tempat mikro-kontinen Sumba dan pembentukan serta
pembukaan Cekungan Weber, Sawu, dan Laut Banda dapat berhubungan
dengan escape tectonics pascabenturan ini melalui mekanisme
extensional structure atau collapse yang mengikuti arc-continent collision.

Gambar 3. Tectonic escape pasca benturan Banggai-Sula,

Tectonic escape pasca benturan Banggai-Sula dicirikan oleh banyak hal :


rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembukaan Teluk Bone, dan pembentukan
sesar-sesar mendatar besar yang memotong pulau ini, Escape tectonics di
Sulawesi merupakan gambaran ideal model yang dikemukakan Molnar
dan Tapponnier (1982) dan Tapponnier dkk, (1982), Panah hitam adalah
arah benturan, panah kosong adalah arah escape (Satyana, 2006)
Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah dengan tatanan geologi yang
sangat kompleks, Hal ini disebabkan karena Sulawesi terletak pada zona
konvergen antara 3 lempeng litosfer, yaitu Lempeng Australia di bagian
utara, pergerakan ke barat Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia di
bagian selatan tenggara.
2. Struktur Geologi Regional
Struktur – struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan
dan ar, Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar
naik, sesar sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan
sudah mulai terbentuk sejak Mesozoikum, Beberapa sesar utama
tampaknya aktif kembali, Sesar Matano dan Sesar Palu Koro merupakan
sesar utama berarah baratlaut – tenggara dan menunjukkan gerak
mengiri, Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang, keduanya
bersatu di bagian barat laut, Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk
sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga
merupakan suatu sistem sesar transform, Sesar lain yang lebih kecil
berupa tingkat pertama dan atau kedua yang terbentuk bersamaan atau
setelah sesar utama tersebut. Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang
menerus ke Sesar Matano dan Palu Koro mulai aktif dalam bentuk sesar
transcurrent, Akibatnya mikro kontinen Banggai Sula bergerak ke arah
barat dan terpisah dari benua Australia (Gambar 4). Lipatan yang
terdapat di daerah ini dapat digolongkan ke dalam lipatan lemah, lipatan
tertutup dan lipatan tumpang-tindih, sedangkan ar terdapat dalam hampir
semua jenis batuan dan tampaknya terjadi dalam beberapa periode.
Pada Kala Miosen Tengah, bagian timur kerak samudera di Mandala
Sulawesi Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah
barat tersorong naik (terobduksi), Di bagian barat lajur penunjaman dan
busur luar tersesar sungkupkan di atas busur gunungapi, mengakibatkan
ketiga Mandala tersebut saling berhimpit.
Kelurusan Matano sepanjang 170 km dinamakan berdasarkan nama
danau yang dilaluinya yakni danau Matano, Analog dengan sesar Palu
Koro sesar Matano ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang
membelah timur Sulawesi dan bertemu kira-kira disebelah utara Bone,
pada kelurusan Palu-Koro, Sesar-sesar sistem Riedel berkembang dan
membentuk sistem rekahan umum.
Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe “pull apart”,
Yang paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600 m
dan dikontrol oleh sesar – sesar normal yang menyudut terhadap
kelurusan Matano, Medan gaya yang diamati di lapangan memperlihatkan
bahwa tekanan umumnya horizontal dan berarah tenggara – baratlaut
didampingi tarikan timurlaut-baratdaya, Sesar Matano bermuara di Laut
Banda pada cekungan dan teluk Losoni sebagai “pull apart basin” dan
menerus ke laut sampai ke utara anjakan bawah laut Tolo.

Gambar 4. Peta satuan lithotektonik Sulawesi (Van Leeuwen. 1994)

3. Geologi Wilayah Studi


Daratan Lembah Palu terbentuk akibat adanya proses pengangkatan dan
penurunan (host and graben), Proses graben, membuat beberapa
permukaan tanah terangkat cukup tinggi (membentuk bukit sampai
pegunungan, sementara pada saat yang sama terjadi proses horst yang
ditandai dengan permukaan pantai landai hingga beberapa meter dari
arah pantai ke laut langsung terjal (tubir) seperti terlihat disepanjang
Pantai Teluk Palu bagian Barat (Bappeda,1998),
Menurut Peta Geologi Tinjau (Direktorat Geologi, 1988, Dinas Kimpraswil
Kota 2001) Kota Palu dibentuk dari formasi dasar yaitu ;tanah aluvium
dan endapan pasir yang memanjang disepanjang pantai sebelah utara
kota, dicirikan oleh banyaknya material pasir untuk bahan bangunan
Mollasa Celebes dan Sarasin berupa konglomorat, batu pasir, batu
lumpur, batu gamping, koral dan napal yang tersebar dari arah utara
keselatan kota, Formasi Tinombo Ahlburg, berupa batuan vulkanik hasil
gunung api terdiri dari batu pasir konglomorat, batu gamping termasuk
fisit dan kwarsit dekat instrusi yang tersebar dibagian barat dan sebagian
utara kota, Kompleks batuan metamorfosis, berupa sekis unika, sekis
ambibolit, genis dan pralan yang tersebar dibagian timur kota, Formasi
granit dan granodiorit tersebar kecil dan sempit pada kawasan kota Palu.
Menurut Sukamto dkk dalam peta Geologi Tinjau Lembar Palu, lokasi
studi dikendalikan oleh keadaan batuan/litologi dan struktur geologi
seperti diuraikan berikut ini:

Tabel 9. Formasi dan Litologi Batuan yang Menyusun Areal Studi Lokasi

No Formasi Litologi

Konglomerat, batu pasir, batu lumpur, batu


1 KTms gamping, koral dan napal, Sebagian mengeras
lemah terutama batu gamping

Batuan Molasa Celebes ini terdapat pada ketinggian lebih rendah pada
sisi-sisi kedua pamatang, menindih secara tidak selaras Formasi
Tinombo dan kompleks batuan metamorf.
Mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi lebih tua dan
terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping-koral, dan
napal yang semuanya hanya mengeras lemah,
Didekat kompleks batuan metamorf pada bagian barat pematang timur
endapan tersebut terutama terdiri dari bongkah-bongkah kasar dan
agaknya diendapkan di dekat sesar, Batuan-batuan tersebut kearah laut
beralih-alih jadi batuan klastika berbutir lebih halus, Pada kedua sisi
teluk Palu, endapan sungai kuarter dimasukkan ke dalam satuan Molasa
Celebes ini,

Morfologi Lokal Rencana Pembangunan Gudang Sewa

Secara lokal areal daratan wilayah sekitar/di sekeliling rencana kawasan


Gudangterletak pada permukaan (topografi) yang tidak terorientasi
khusus, cenderung tidak beraturan, yang dipengaruhi oleh perbedaan
dalam tingkat erasan dan tingkat pelapukan batuan, Kawasan Gudang
memiliki topografi yang bergelombanglandai(3-7%dengan cakupan 66%)
dibagian barat dan timur, sedangkan topografibergelombangmiring(8-
13% dengan prosentase luas 34%) terdapat di bagian tengah blok
areal,Pengamatan lapangan dan analisa topografi menunjukkan adanya
pola lembahdi bagian tengah yang membatasi blok timur dan barat.
Secara lokal terdapat tiga pola aliran sungai yaitu aliran dendritik, pola
subradial dan pola rektangular, Pola aliran subradial terutama pada
sungai-sungai intermitten (sungai tadah hujan) yang aliran masuk ke
teluk Palu sebagai pusat aliran, terutama bila terjadi hujan, Pada aliran
rektangular terdapat pada daerah zona patahan dimana aliran sungai
mengikuti arah patahan dan relatif tegak lurus pada sungai utamanya.

1.6. Lahan/Tanah dan Erosi

1. Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan
antara lain adalah adanya pembangunan mesjid. Sepanjang sisi timur
terdapat konsentrasi pemukiman penduduk di sekitar lokasi Universitas
Tadulako.

2. Tanah
Tanah dan landscape terus mengalami perubahan, baik secara fisik,
kimiawi maupun biologis, Disamping itu tanah dapat berfungsi sebagai
penerima, pengubah dan pancaran energi,
Dalam proses pembentukannya tanah disuatu daerah dipengaruhi oleh
cara pengolahan dan pemanfaatannya, Secara eksplisit, analisis ini
diarahkan untuk menghasilkan rumusan dan gambaran tentang
wilayah/kawasan potensial sumber daya lahan dan permasalahan
sumber daya lahan yang telah dieksploitasi dan dampak lingkungan
sebagai akibat pengusahaan sumber daya lahan itu,
Ordo tanah di lokasi studi adalahInceptisols(Dystrudepts), Tanah ini
tergolong masih muda, sifat tanahnya sangat bervariasi bergantung
bahan induknya, diantaranya: tekstur lebih halus dari pasir halus
berlempung, tergantung dari sifat bahan asal dan keadaan
lingkungannya, Banyak data menunjukkan penampang tanahnya dangkal
dan berbatu terutama di pegunungan atau perbukitan berlereng curam,

Berdasarkan system klasifikasi Soil Survey Staff tahun 1998 dan


diinterpolasi dengan kunci Soil Taxonomi tahun 2014, hasil interpretasi
peta sumberdaya tanah tingkat eksplorasi yang diterbitkan oleh Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 2000 menunjukkan adanya satu
asosiasi jenis tanah yang dijumpai pada lokasi studi, Asosiasi tanah
tersebut terdiri atas dua ordo, Asosiasi jenis tanah yang ditemukan
adalah Haplustepts (Inceptisol) dan Haplustults (Ultisol).

3. Erosi

Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah serta


bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami,
Erosi merupakan hasil interaksi beberapa faktor antara lain curah hujan
(faktor dominan), kemiringan dan panjang lereng, vegetasi penutup tanah
dan kepekaan erosi dari tanah tertentu, Penelaahan mengenai erosi
tanah meliputi pendugaan laju erosi (potensial dan aktual), penilaian
tingkat bahaya erosi aktual, penetapan nilai T (erosi yang dapat
ditoleransi), serta penetapan kawasan rawan erosi, Dampak erosi tanah
secara langsung adalah hilangnya tanah subur lapisan atas, hilangnya
unsur hara, rusaknya struktur tanah, dan merosotnya struktur tanah,
Meningkatnya laju erosi menyebabkan lahan menjadi kritis, Tingkat erosi
dipengaruhi oleh tekstur, struktur tanah, kemiringan lahan serta pegetasi
penutup,

Kondisi rona lingkungan laju erosi di lokasi tapak proyek kegiatan,


diproleh melalui data hasil pengukuran yang telah dilakukan sebagai
mana disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Studi


Erosi
Lokasi Kelas CP Erosi
R K LS Akt TBE
rencana Lereng Pot ton/ha
ton/ha
1 0-8 % 207,91 0,357 3,35 0,01 249,34 2,49 0,054
2 8-15 % 207,91 0,357 5,06 0,10 375,91 37,59 0,783
Sumber : Data Survey Lapangan, 2017

Berdasarkan data di atas, telah dilakukan penilaian tingkat bahaya erosi,


Penilaian ini mengacu pada buku petunjuk rencana tehnik lapangan
(RTL) yang diterbitkan oleh direktorat rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah (RLKT), Ditjen RRL, Dephut (1986),

Hasil analisis pendugaan erosi aktual dilokasi studi pada saat


pengukuran tergolong memiliki indeks bahaya erosi rendah, tingkat
kerusakan tergolong rendah dan tingkat kehilangan tanah tergolong
rendah. Untuk Batas maksimal erosi yang dapat ditoleransi (TSL=
Tolerable Soil Lost) ditetapkan dengan pedoman mengacu pada nilai T
untuk tanah-tanah di Indonesia (Arsyad, 2006).

1.7. Kualitas Udara dan Kebisingan


1) Kualitas Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai hadirnya kontaminan di ruang
terbuka dengan konsentrasi dan waktu tertentu sehingga mengakibatkan
gangguan atau berpotensi merugikan kesehatan/kehidupan manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan atau benda-benda serta mempengaruhi
kenyamanan, Bahan pencemar teremisikan ke udara dari setiap sumber
yang ada dan terdistribusikan ke dalam atmosfer melalui suatu proses
dispersi, difusi, transformasi kimia, dan pengenceran yang amat
kompleks, Disamping itu akibat pergerakan dan dinamika atmosfer,
bahan pencemar akan berpindah dari titik asal sumbernya ke daerah
kawasan lain sesuai dengan arah dan kecepatan angin dominan,
Pencemaran udara dapat terjadi dari berbagai sumber baik sumber
bergerak maupun tidak bergerak, Berbagai kegiatan dalam
pembangunan perlu untuk diketahui apakah kegiatan tersebut
memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara, Daerah
ambien merupakan daerah tempat tinggal penduduk (pemukiman)
dimana diperkirakan seseorang mengalami keterpaan terhadap zat
pencemar yang berlangsung selama 24 jam, sehingga konsentrasi zat
pencemar udara harus sekecil mungkin dan memenuhi baku mutu udara
yang dipersyaratkan,
Parameter yang dianalisis disesuaikan dengan parameter kualitas udara
ambien nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No, 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara yaitu Sulfur Dioksida (SO2),
Karbon Monoksida (CO), Timbal (Pb), dan Debu (TSP), Hasil analisis
kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Rencana Gudang

Lokasi
No. Parameter Satuan Baku Mutu
Area Tapak Proyek
1. SO2 (Sulfur Dioksida) µg/Nm3 13,70 900
2. NO2 (Nitrogen Dioksida) µg/Nm 3
8,3 400
3. CO (Karbon Monoksida) µg/Nm3 70,10 30,000

4. TSP (Debu) µg/Nm3 56 230


Lokasi
No. Parameter Satuan Baku Mutu
Area Tapak Proyek
5. Timah hitam (Pb) µg/Nm3 48 2
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium UNTAD,2017

Koordinat lokasi sampling udara: S 00 49’37,38” E 119 53’ 06.45”

Gambar 5. - Sampling Udara Ambien di Lokasi Proyek

Analisis parameter gas polutan dan debu udara ambien:

a. Sulfur dioksida (SO2)


Senyawa sulfur dioksida (SO2) adalah hasil buangan kendaraan
bermotor, Senyawa tersebut dapat menyebabkan rasa pedih mata
manusia, Gas sulfur oksida (SO2) berbau sangat tajam dan tidak mudah
terbakar, Dalam hal pembakaran bahan bakar akan menghasilkan gas
SO2 lebih banyak daripada gas SO3, Konsentrasi gas SO2 yang
terdispersi ke lingkungan berkadar rendah, namun bila waktu kontak
terhadap lingkungan seperti tanaman akan menyebabkan kerusakan
pada kadar 940 µg/Nm3, pada manusia akan menyebabkan gangguan
pada sistem pernapasan, pada bangunan akan rusak karena sifatnya
yang korosif, Kelembaban udara akan mempengaruhi kecepatan
perubahan SO2 menjadi asam sulfat dan asam sulfit yang akan
berkumpul bersama awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan asam,

Hasil analisis konsentrasi SO2 di sekitar lokasi proyek sebesar 13,70


µg/Nm3, Nilai tersebut di bawah ambang batas yang diperkenankan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No, 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu 900 µg/Nm3.
b. Nitrogen Oksida (NO2)
Adanya konsentrasi gas Nitrogen Dioksida di udara selain disebabkan
dari asap kendaraan bermotor/transportasi juga dari proses pembakaran
sampah, arang kayu dan pembakaran gas alam, Konsentrasi NO2 di
udara dalam suatu tempat bervariasi sepanjang hari tergantung dari sinar
matahari dan mobilitas kendaraan dan aktivitas penduduknya, Dari
perhitungan kecepatan emisi NO2 diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata
NO2 diatmosfer kira- kira adalah 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO
adalah 4 hari, dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila
bercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam,

Rona awal gas NO2 yang terdapat pada lokasi wilayah studi
konsentrasinya 8,3 µg/Nm3, Nilai ini masih dalam batas normal relatif
aman karena lebih kecil dari nilai baku mutu 400 µg/Nm 3, Konsentrasi
NO2 yang tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya
pada organ paru-paru manusia, dan disfungsi proses fotosintesis pada
daun tanaman,

c. Karbon Monoksida (CO)


Senyawa karbon monoksida adalah senyawa yang sangat beracun dan
umumnya berasal dari knalpot mesin kendaraan, Senyawa itu dapat
mengikat Hb darah menjadi Hb-CO, sehingga kandungan Hb darah
pembawa oksigen yang diperlukan tubuh menjadi berkurang, Hasil
analisis pengukuran konsentrasi CO di sekitar lokasi adalah berkisar
70,10 g/,Nm3, Nilai tersebut menujukkan kisaran di bawah ambang
baku mutu maksimum yang diperbolehkan (30.000 g/Nm3).

d. Debu (TSP)
Kegiatan pengangkutan material akan berpotensi menimbulkan
penyebaran debu oleh hempasan lajunya kendaraan angkut material,
Debu yang tersebar akan berdampak pada penduduk pengguna jalan
dan penduduk yang bermukim di sekitar tepi jalan, Sebaran debu akan
berdampak lanjut pada kesehatan masyarakat terutama gangguan
saluran pernafasan,

Konsentrasi debu di udara pada lokasi sekitar kegiatan berkisar antara


56 µg/Nm3, Konsentrasi partikel debu tersebut masih tergolong normal
berdasarkan standar maksimum baku mutu lingkungan yakni 230g/Nm3.
2) Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, Suara bising tidak
dikehendaki karena mengganggu pembicaraan, kenyamanan dan dapat
merusak pendengaran, Jadi kebisingan merupakan bentuk suara yang
merugikan manusia dan lingkungan, termasuk ternak, satwa liar dan
sistem alam, Kebisingan yang disebabkan oleh suara buatan merupakan
pengganggu bagi manusia, khususnya aspek kognitif, Kebisingan
merupakan salah satu pencemar yang berasal dari penerapan teknologi,
Semua peralatan kerja yang digunakan manusia mempunyai potensi
untuk menimbulkan kebisingan, Kebisingan dapat berpengaruh pada
trauma akuistik, kenaikan ambang pendengaran menetap serta
mengganggu memory jangka pendek, perasaan, pembicaraan, dan
gangguan tidur, Suara bising yang secara fisik maupun psikologis
membahayakan adalah intensitas di atas 85 dBA,
Data pengukuran tingkat kebisingan pada berbagai tempat dan waktu
selanjutnya ditabulasi untuk menentukan tingkat kebisingan pada
berbagai tempat di lokasi proyek, Hasil tabulasi ini dibandingkan dengan
kriteria ambien bising untuk mengetahui sejauh mana tingkat kebisingan
di lokasi-lokasi pengukuran tersebut, Peningkatan kebisingan yang
dipantau dengan mengacu pada tolok ukur kebisingan berdasarkan
Kepmen LH No 48/1996 seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 12. Tolok Ukur Kebisingan


Peruntukan Kawasan/Lingkungan Tingkat Kebisingan
No.
Kegiatan (dBA)
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Ruang Terbuka Hijau 50
3. Industri 70
4. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
Gambar 6. – Pengukuran Kebisingan di Lokasi Proyek

Koordinat lokasi sampling: S 00 49’37,38” E 119 53’ 06.45”

Cara pengukuran kebisingan dengan menggunakan alat Sound Level Meter.


perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada lokasi
kegiatan berkisar pada 48 dBA.
1.1. Kualitas Air Bersih
Kualitas air dianalisis sesuai syarat baku mutu kualitas air bersih Permenkes
RI No. 416 Tahun 1990 (Lampiran II). Hasil analisis kualitas air
sebagaimana tertera pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Pengukuran Kualitas AirBersih di Lokasi Gudang.
No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu
FISIKA:
1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
2 Total Padatan Terlarut, TDS mg/L 256 1000
3 Kekeruhan NTU 8,0 25
4 Rasa - Tidak berasa Tidak berasa
5 Temperatur °C 29 Suhu udara ± 3C
KIMIA:
1 pH - 7,58 6,5 - 9,0
2 Kesadahan Total sebagai CaCO3 mg/L 50,90 500
3 Nitrit (NO2-N) mg/L <0,004 1
4 Nitrat (NO3-N) mg/L 5,25 10
5 Sulfat, SO4 -2 mg/L 6,70 400
6 Detergen,sebagai MBAS mg/L <0,025 0,5
7 Besi, Fe mg/L 0,01 1
8 Mangan, Mn mg/L <0,0005 0,5
9 Seng, Zn mg/L 0,05 15
10 Sianida, CN mg/L <0,002 0,1
11 Timbal, Pb mg/L <0,002 0,05
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Kimia FMIPA UNTAD, 2017.
Analisis parameter air bersih:
Temperatur air mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air dan dapat
pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila
temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 3C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau
jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping
itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya
bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Oleh karena
itu, temperatur menjadi salah satu standar kualitas air dengan tujuan untuk
menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya,
menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pencemar yang
mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin dan menjaga adanya
temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme dan virus dalam air.
Penyimpangan terhadap standar temperatur ini, apabila temperatur air bersih
lebih tinggi dari temperatur udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya
maksud-maksud tersebut diatas, yaitu akan menurunnya penerimaan
masyarakat, meningkatkan toksisitas kelarutan bahan-bahan pencemar dan
dapat manimbulkan temperatur yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme
dan virus tertentu dalam air.
Hasil analisis sifat fisik air seperti suhu adalah 29 °C dengan suhu udara pada
saat pengukuran berkisar pada 30 – 31°C, parameter suhu masih pada kisaran
normal sesuai dengan Baku Mutu Permenkes RI No 416 Tahun 1999.
Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik
dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS
ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia
penyebab masalah tersebut. Air yang baik dan layak untuk diminum tidak
mengandung padatan terlarut dalam jumlah yang melebihi batas maksimal
yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Padatan yang terlarut di dalam air berupa
bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung
jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak,
menyebabkan mual, rasa tidak enak pada lidah, penyebab serangan jantung
(cardiacdisease) dan tixaemia pada wanita hamil.
Hasil analisis sampel air bersih diperoleh nilai TDS 256 mg/L dan masih
memenuhi ambang batas baku mutu Permenkes RI No 416 Tahun 1999.
Kekeruhan (turbiditas) adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air
yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan
oleh bahan–bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan terjadi disebabkan oleh
adanya zat-zat koloid, yaitu zat yang terapung serta terurai. Hal itu disebabkan
oleh kehadiran zat organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung
yang tidak mengendap dengan segera. Semakin banyak kandungan koloid
maka air semakin keruh. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan
dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air
tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air, menyulitkan dalam
usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi.
Pengukuran parameter nilai kekeruhan tidak secara langsung menunjukkan
banyaknya bahan tersuspensi, tetapi juga menunjukkan kemungkinan
penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Terdapatnya temperatur,
intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang melebihi standar yang telah
ditetapkan, dapat menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan-bahan
kimia yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia.
Hasil pengukuran turbiditas dari contoh sampel air yang diuji menunjukan
bahwa air bersih masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan
yaitu 5 mg/L.
Air dengan nilai pH < 6,50 berasa asam di lidah dan dapat menyebabkan
korosifitas pada pipa-pipa (logam) air dan melepaskan logam-logam seperti
tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn) dan kadmium (Cd) yang bersifat racun
dan mengganggu kesehatan. Sedangkan bila nilai pH > 8,50 atau bersifat basa
dan terasa pahit pada lidah, dapat membentuk kerak pada pipa dan ketel,
menurunkan aktifitas germisida klorin dan meningkatkan senyawa trihalometan
yang berbahaya. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar
kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air normal
yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH antara 6,5 - 7,5.
Untuk air minum sebaiknya memiliki pH antara 6,5 – 9,0. Air yang mempunyai
pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam demikian pula sebaliknya pH
lebih besar dari pH normal akan bersifat basa. Hasil analisis menunjukkan
bahwa pH air berada dalam keadaan normal 7,58.
Sulfat tersebar di alam dan mungkin terdapat dalam air dalam konsentrasi
rendah atau mungkin juga dalam konsentrasi tinggi, misalnya pada air yang
telah tercemar oleh buangan industri tambang. Sulfat berasal dari oksidasi pirit
dan dapat menimbulkan efek yang kurang baik pada air, diantaranya berbau
busuk dan bersifat racun. Kondisi tersebut terjadi karena SO 4 2- tereduksi
menjadi H2S pada kondisi aerob. Konsentrasi sulfat yang tinggi mengakibatkan
pencemaran, kerusakan pada pipa dan dapat menurunkan nilai oksigen
terlarut.Efek laksatif dari garam sulfat adalah berupa mual dan ingin muntah.
Hasil analisis kandungan sulfat dalam air bersih terukur 6,70 mg/L. Baku mutu
sulfat adalah 400 mg/L. Ini menunjukkan kandungan sulfat air bersih masih
berada dibawah ambang baku mutu.
Pengujian parameter kadar nitrat, amoniak, dan nitrit berkaitan erat dengan
siklus nitrogen dalam alam. Nitrat yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh
kehidupan tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah, sebab
tanah mempunyai kemampuan untuk menahannya. Ini menyebabkan
terdapatnya konsentrasi nitrat yang relatif tinggi pada air tanah. Air sumur
dengan konsentrasi nitrat 67–1100 mg/L dapat mengakibatkan
methemoglobinemia pada bayi yang memperoleh susu yang dibuat dengan
campuran air tersebut yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam
tubuh. Efek kesehatan yang sama juga ditimbulkan oleh berlebihnya
kandungan nitrit dalam air. Nitrit dapat meracuni tubuh dalam jumlah dan
konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan methaemoglobinamein yaitu
perubahan Hb darah sehingga terjadi pengurangan oksigen dalam darah dan
menimbulkan gangguan pernafasan bahkan gagal jantung. Selain itu, zat ini
juga bersifat mutagen dan karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai
penghambat enzim. Nitrit dalam jumlah tertentu dapat membahayakan
kesehatan karena dapat bereaksi dengan haemoglobin dalam darah, hingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen lagi. Selain itu, NO - juga2 dapat
menimbulkan nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker.
Hasil analisis konsentrasi NO -N, dan NO -N air terhadap sumber air di sekitar
2 3

kegiatan tergolong normal dengan masing-masing nilai N-NO20,004 mg/L,


dan untuk N-NO3 5,25 mg/L (baku mutunya adalah 10 mg/L). Jadi masih
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.
Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/L dapat menyebabkan rasa yang
tidak enak pada minuman dan menimbulkan warna coklat pada pakaian
cucian. Konsentrasi besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob)
hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/L. Unsur besi diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh akan unsur tersebut dan dalam jumlah kecil
untuk pembentukan sel-sel darah merah. Konsentrasi yang yang lebih besar
dari 1,0 mg/L dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan dan
memberi rasa yang tidak enak pada minuman. Menimbulkan warna kuning,
menimbulkan rasa, merusak dinding usus. Dalam jumlah kecil diperlukan untuk
pertumbuhan sel-sel darah merah, tetapi jika konsentrasinya melebihi 1,0 mg/L
dapat menyebabkan warna air kuning kemerah-merahan, rasa tidak enak pada
minuman (pahit dan kesat), membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan
warna kuning pada cucian (pakaian).
Seng (zinc) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam.
Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah larut, sehingga
konsentrasi seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Jika
perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Kelebihan kadar Zn (seng)
>5 mg/L dalam air minum menyebabkan rasa pahit dan rasa mual.
Hasil analisis logam berat Mn dan Pb, kadarnya relatif kecil sehingga tidak
terdeteksi. Logam terlarut Fe terdeteksi dengan kadar 0,01 mg/L dan Zn 0,05
mg/L.

1.2. LALU LINTAS


1. Umum
Rencana Pembangunan Gudang Sewa di Kelurahan Tondo Kecamatan
Mantikulore Kota Palu berada di jalan Soekarno Hatta yang dapat diakses
dari Kota Palu dengan jarak ±10 Km. Untuk mengantisipasi agar fungsi
jalan tetap dapat berjalan sesuai yang diharapkan, pemrakarsa proyek
selayaknya dapat menjaga kelancaran arus lalu lintas dengan tetap
memberikan kesempatan kepada pengguna jalan menerus untuk
melakukan perjalanan tanpa mengalami hambatan.

2. Kondisi Perkerasan dan Terrain Jalan Eksisting


Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan pada ruas jalan
Soekarno Hatta menunjukkan bahwa kondisi jalan cukup baik tidak
ditemukan adanya kerusakan apakah dalam bentuk keretakan ataupun
lubang dan sebagainya, Untuk mengantisipasi agar fungsi jalan tetap terjaga
sebagaimana mestinya dan mengingat akan dilaksanakannya pembangunan
gudang dimana akan melibatkan beberapa peralatan berat dan armada-
armada pengangkut material yang senantiasa akan melintasi jalan ini, maka
pihak pelaksana harus memperhatikan dan mempertimbangkan peralatan
yang akan digunakan baik dari sisi dimensi kendaraan maupun beban yang
akan dimuat agar jalan tetap fungsional sebagaimana mestinya,

2. KOMPONEN BIOLOGI
2.1. Biologi Darat
Pengamatan komponen biologi dilakukan terhadap biota daratan (teresterial)
meliputi vegetasi alam dan vegetasi budidaya yang terdapat pada lokasi studi.
Pengamatan terhadap vegetasi dilakukan langsung di lapangan,

1) Flora
Jenis-jenisflora/vegetasi yang dilokasi studi didominasi oleh Letepeng cina
(Cassia alata L ) dar famili Fabaceae , disusul oleh herra kembang telang dan
Eupatorium, kayu jawa (Linnea coromamndilica) dari famili Anacardiacea ,
sedangkan kelompok perdu terdapat Lantana cammara dengan tingkata
dominasi rendah.

2) Fauna
Hasil pengamatan lapangan disekitar lokasi rencana kegiatan menunjukan
bahwa tidak terdapat jenis species satwa yang tergolong langka dan atau
dilindungi undang-undang, Beberapa satwa yang ditemukan adalah hewan
ternak seperti ayam (Gallus sp), anjing (Canis-canis), dan kambing (Capra
hircus),

3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


Lokasi rencana pembangunan gudang sewa, secara administratif berada dalam
wilayah Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu tepatnya di Jalan
Sokarno Hatta.

3.1. Keadaan Demografis.

1. Jumlah, Kepadatan Kependuduk, serta Jenis Kekamin.


Penduduk yang bermukim di kelurahan Tondo terdiri dari beberapa area
permukiman; yakni yang permukiman di wilayah kelurahan Tondo Induk (di
sepanjang jalan Trans Sulawesi), permukiman di Komplek perumahan Dosen
Untad, perumahan Bumi Roviga serta permukiman di Dusun Watutela.
Berdasarkan Data Kecamatan Mantikulore tahun 2017, jumlah penduduk
Kelurahan Tondo tahun 2016 berjumlah 12.607 jiwa, dengan jumlah Rumah
Tangga sebanyak 2.776 KK dan rata-rata penduduk per KK adalah sebanyak 5
jiwa serta tingkat kepadatan penduduknya 229 jiwa/km2. Dilihat dari perbedaan
jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 6.263 jiwa dan
perempuan 6.344 jiwa, dengan angka sex rasio sebesar 99 yang berarti bahwa,
perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibanding jumlah
penduduk perempuan. Untuk jelasnya luas wilayah, jumlah, kepadatan
penduduk, serta jenis kelamin dan sex rasio penduduk di wilayah studi tersaji
pada Tabel 18.

Tabel 18. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi
Jenis Kelamin Kepa-
Kecamatan/ 2 Jumlah Sex Ukuran
Luas (Km ) datan Jml KK
Kel. Lk Pr Jiwa Rasio Jiwa/KK
(Km2)
Kec. 206,80 31.847 30.975 62,822 304 14.376 103 4
Mantikulore
Kel. Tondo 55,16 6.263 6.344 12.607 229 2.776 99 5
Sumber : Diolah Dari Kecamatan Manitkulore Dalam Angka Tahun 2017

2. Laju Pertumbuhan Penduduk.


Dinamika penduduk sangat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu: fertilitas
(kelahiran), mortalitas (kematian) dan mobilitas penduduk (migrasi penduduk).
Hal ini juga yang berlaku di Kelurahan Tondo dalam hal perubahan jumlah
penduduk, berdasarkan data Dari Kecamatan Mantikulore Dalam Angka tahun
2017, diketahui bahwa penduduk Kelurahan Tondo pada tahun 2015 berjumlah
12.409 jiwa, tahun 2016 meningkat menjadi 12.607 jiwa dengan demikian maka
tingkat pertumbuhan penduduk di Kelurahan Tondo 2015 -2016 adalah sebesar
1,57%. Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut tergolong tinggi, hal ini karena
di Kelurahan Tondo terdapat beberapa lembaga pendidikan tinggi (termasuk
Universitas Tadulako) dan beberapa kompleks perumahan, sehingga arus
migrasi masuk relatif cukup tinggi. Untuk jelasnya laju pertumbuhan penduduk di
Kelurahan Tondo tersaji pada Tabel 19.

Tabel 19. Laju Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Tondo tahun 2015 - 2016
Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan
Kecamatan/Kelurahan 2015 2016 Penduduk (%)
Kec. Mantikulore 61.826 62.822 1,59
Kel. Tondo 12.409 12.607 1,57
Sumber : : Diolah Dari Kecamatan Mantikulore Dalam Angka tahun 2016 dan 2017

3. Struktur Penduduk
a. Menurut Kelompok Umur.
Untuk mengetahui tingkat angkatan kerja atau struktur usia produktif di suatu
daerah, maka struktur kependudukan berdasarkan kelompok umur penting
artinya. Dari data Kecamatan Mantikulore Dalam Angka Tahun 2017 diperoleh
data sebagai berikut:

Tabel 20. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Umur di Kelurahan Tondo


No Kelompok Umur Frekwensi %
1 0–4 1.142 9,05
2 5–9 976 7,74
3 10 – 14 1001 7,94
4 15 – 19 1434 11,37
5 20 – 24 1540 12.22
6 25 – 29 1095 8,69
7 30 – 34 1015 8,05
8 35 – 39 963 7.63
9 40 – 44 927 7,35
10 45 – 49 782 6,20
11 5 0 -54 605 4,80
12 55 – 59 441 3,50
13 60 – 64 291 2,31
14 65 – 69 183 1,45
15 70 – 74 103 0,82
16 75 keatas 109 0,86
Jumlah 12.607 100,00
Sumber : : Diolah Dari Kecamatan Mantikulore Dalam Angka tahun 2017

Dari gambaran tabel 20 menunjukkan bahwa kelompok umur 20 – 24 tahun


adalah kelompok umur yang paling dominan 1.540 jiwa (12,22%), kemudian
disusul kelompok umur 15 – 19 tahun sebanyak 1.434 jiwa (11,37%), dan 0 – 4
tahun sebanyak 1.142 jiwa (9,05%), ini menunjukkan indikasi bahwa kelompok
usia sekolah juga sangat besar jumlahnya di wilayah tersebut. Sedangkan
kelompok umur 70 – 74 tahun adalah kelompok umur paling sedikit yaitu hanya
sekitar 0,82 % dari keseluruhan jumlah penduduk Kelurahan Tondo. Dengan
data diatas, maka angka beban tanggungan (defendency ratio) di Kelurahan
Tondo adalah 31,23 yang berarti bahwa bahwa stiap seratus penduduk yang
berumur produktif harus menanggung 31 penduduk yang belum atau tidak
produktif. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Rasio Beban Tanggungan di Wilayah Studi


Kelompok Umur
No Wilayah 0 - 14 15 -64 ≥ 65 DR
Kelurahan 3.119 (24,74) 9.093 395 (3,13) 31,23
Tondo (72,13)
Sumber: Kecamatan Mantikulore Dalam Angka Tahun 2017
b. Tingkat Pendidikan Penduduk
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik negeri maupun swasta
akan sangat berpengaruh pada peningkatan sumberdaya manusia dan sekaligus
menjadi barometer terhadap kualitas sumberdaya masyarakat. Berdasarkan
Data dari Kecamatan Mantikulore Dalam Angka 2017, fasilitas pendidikan yang
ada di wilayah studi baik negeri maupun swasta adalah ; Sekolah Taman Kanak-
Kanak (TK) 13 buah, Sekolah Dasar (SD) 24 buah, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) 5 buah, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 5 unit, serta
12 buah Perguruan Tinggi Negeri.
Mengenai tingkat pendidikan penduduk di wilayah studi umumnya tamat
SLTP/sederajat yaitu sekitar 36,85%, penduduk yang berpendidikan SD adalah
sekitar 31,56%, dan penduduk yang berpendidikan Sarjana (S1-S2-S3)
sebesar 25,96%, dan penduduk yang berpendidikan diploma (D1-D2) sebanyak
2,32%.

c. Agama

Berdasarkan Monografi kelurahan Tondo Tahun 2017 bahwa di Kelurahan


Tondo, terdapat 5 (lima) agama yang dianut oleh masyarakat yakni Agama
Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Pemeluk Islam adalah yang terbesar yakni
mencapai 67,41%, Kristen 18,48%, Budha 13,17% dan Hindu 0,94%. Untuk
mendukung kegiatan keagamaan tersebut, maka di Kelurahan Tondo terdapat
fasilitas ibadah antara lain; masjid 17 buah, mushollah 1 buah, dan gereja 3
buah.

4. Persepsi Terhadap Rencana Pembangunan Pergudangan di Kelurahan


Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

Sikap dan persepsi merupakan bentuk respon individu atau kelompok dalam
memberi makna dan nilai terhadap sesuatu dan merupakan aspek lingkungan
yang sensitif pada setiap tahap kegiatan. karena akan bermuara diterima atau
tidaknya suatu kegiatan oleh masyasarakat. Rencana Pembangunan
Pergudangan yang berlokasi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota
Palu, sehubungan dengan kegiatan tersebut, maka diprakirakan akan
menimbulkan sikap dan persepsi yang cukup beragam dari penduduk yang
bermukim sekitar lokasi kegiatan.
Lokasi rencana pembangunan pergudangan yang terletak di Jl. Soerkarno Hatta
RT 01/RW 02 Kelurahan Tondo relatif cukup jauh dari permukiman penduduk,
sehingga wawancara hanya dilakukan terhadap bapak ketua RT 01/RW 02 dan
bapak lurah Kelurahan Tondo baik sebagai warga maupun sebagai aparat
kelurahan. Pada prinsipnya aktivitas pembangunan tersebut direspon secara
positif dengan berbagai harapan-harapan ataupun alasan-alasan yaitu; dengan
dibangunnya pergudangan tersebut, tentunya akan memberikan peluang-
peluang kerja dan berusaha bagi penduduk setempat. Hal ini karena, pihak
pemrakarsa/pengelolah akan memberikan kesempatan kepada penduduk
setempat untuk menjadi tenaga kerja, utamanya tenaga kerja yang tidak
membutuhkan skill khusus
Namun tidak dipungkiri pula adanya kekhawatiran tentang adanya dampak
negatif dari kegiatan tersebut, termasuk kemungkinan pihak pengelolah yang
mengutamakan tenaga kerja dari luar. Oleh sebab itu, maka pihak pemrakarsa
atau pengelolah untuk selalu mengadakan dialog ataupun penyampaian, baik
yang sifatnya formal maupun informal tentang keberadaan kegiatan tersebut
termasuk pengadaan tenaga kerjanya dan dampak-dampak yang kemungkinan
timbul.

5. Kesehatan Masyarakat.

1. Sumber Daya Kesehatan


Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan
sumber tenaga dan sarana kesehatan dapat memadai dan sesuai dengan
kebutuhan. Pemenuhan sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa
indikator sebagai berikut :
• Sarana Kesehatan
Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanya
pembangunan kesehatan mempunyai peran penting dalam pembangunan
nasional. Selain itu, pembangunan kesehatan diarahkan pula untuk peningkatan
mutu dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan dalm upaya mencapai
tujuan tersebut, penyediaan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting.
Data dari Profil Kesehatan Puskesmas Talise tahun 2016, bahwa jumlah tenaga
kesehatan sebanyak 52 orang yang terdiri dari Dokter umum, perawat, bidan,
farmasi, dan sanitasi.

Tabel 22. Proporsi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Talise


KATEGORI TENAGA
NO KERJA KESEHATAN Jml
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 1
3 Kesehatan Masyarakat 3
4 Perawat ( SPK dan Akper) 13
3 Bidan ( D3, D1, D4) 18
4 Perawat Gigi 1
5 Teknik Gigi ( D3) 1
5 Sanitasi ( SPPH, AKL) 4
6 Akademi ( Gizi dan SMF, Apoteker)) 4
7 Analisis/SMAK 3
Jumlah 52

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmasi Talise tahun 2016

• Sarana Pelayanan Kesehatan


Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Talise terdiri atas 2 jenis kepemilikan yakni Pemerintah dan swasta. Kepemilikan
pemerintah yakni Puskesmas Talise, dan 3 Puskesmas Pembantu (pustu) yaitu
Pustu Tondo, Pustu Bumi Roviga, dan Pustu Layana Indah. Sedangkan
kepemilikan swasta yaitu dokter praktek berjumlah 4 yaitu masing-masing 2 di
kelurahan Tondo dan 2 di kelurahan Talise. Untuk Bidan swasta sebanyak 5
tempat praktek yaitu 3 tempat di Kelurahan Tondo dan 2 di kelurahan Talise.

2. Kesehatan Lingkungan.
• Penyedian dan Pengelolaan Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia sehingga perlu
terjaga keamanannya agar tidak tercemar oleh zat kimia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan laporan
pemegang program cakupan penduduk tahun 2016 yang mengggunakan sarana
air bersih di wilayah kerja Puskesmas Talise mencapai 100. Namun sewaktu-
waktu mengalami perubahan karena adanya kerusakan sarana dan perubahan
musim sehingga ada anggota masyarakat yang sulit mendapatkan air bersih
yang cukup dan bersih. Untuk itu, perlu dukungan pemerintah dalam hal
penambahan sumber air bersih terutama di wilayah kelurahan Tondo dan
Kelurahan Layana Indah. Berikut gambaran jenis dan jumlah sarana iar bersih
yang digunakan oleh masyarakat di wilayah Puskesmas Talise tahun 2016
berikut :
Tabel 23. Jumlah sarana Air Bersih di wilayah UPTD Urusan Puskesmas Talise 2016
Jmlh Jml Sarana
No Kelurahan SGL SPT.DK KU PAM/PP
Pddk
1 Tondo 12.607 0 996 0 9.636
Sumber : Profil Kesehatan Kelurahan Talise tahun 2016

• Jamban Keluarga
Kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan berbagai penyakit menular
antara lain penyakit saluran pencernaan, seperti diare dan cacingan.
Pembaungan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan penyebab
rendahnya kualitas air, baik air tanah maupun air permukaan serta rendahnya
kualitas tanah karena tercemar telur cacing yang berasal dari kotoran manusia.
Data dari Profil Kesehatan Puskesmas Talise tahun 2016 yang membawahi
Kelurahan Talise sebagai wilayah kerjanya, menunjukkan bahwa dari 3.132 KK
yang diperiksa, jumlah KK yang memiliki jamban sebanyak 1.009 KK (81,4%).
• Perumahan Sehat
Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai perumahan yang memenuhi
syarat kesehatan adalah kelengkapan sanitasi dasar (jamban keluarga, sumber
air bersih, pembuangan sampah, dan air limbah). Secara kuantitatif dan
berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas Talise tahun 2016 menunjukkan
bahwa dari 2.130 jumlah rumah yang diperiksa, yang tergolong sehat sebanyak
1.975 rumah (92,72%).

3. Jenis Penyakit.
Berdasarkan data dari Puskesmas Talise tahun 2016 diketahui bahwa penyakit
Infeksi akut lain pada saluran pernapasan atas adalah penyakit yang banyak di
derita oleh penduduk di Wilayah Studi, kemudian disusul penyakit Penyakit lain
pada saluran pernafasan bagian atas, dan penyakit kulit alergi serta Gastritis
(Maag). Data 10 penyakit terbesar UPTD urusan Puskesmas Talise tahun 2016.
Tersaji pada tabel 24.

Tabel 24. Data 10 Penyakit Terbesar UPTD Urusan Puskesmas Talise tahun 2016.
No Jenis Penyakit Jml kasus %
1 Infeksi Akuta Lain pada Saluran Pernafasan Bagian 2.395 31,28
Atas
2 Infeksi Akut Lain pada saluran pernafasan 1.138 14,86
3 Penyakit Kulit Alergi 807 10,54
4 Gastritis 798 10,42
5 Penyakit dan Kelainan susunan syaraf lainnya 492 6,43
6 Hipertensi 471 6,15
7 Bronchitis 442 5,77
8 Diare 433 5,66
9 Penyakit pada otot dan jaringan penyekat (penyakit 287 3,75
Tulang Belulang, radang sendi termasuk rhematik)
10 Tonsilitas 393 5,13
Jumlah 7.656 100,00

Dari hasil wawancara terhadap staf Puskesmas Talise, diperoleh informasi


bahwa kasus gangguan penyakit umumnya, banyak terjadi pada masa-masa
peralihan musim, baik dari musim kemarau kemusim hujan maupun sebaliknya,
dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi dan selalu menempati urutan pertama yang banyak
diderita warga masyarakat disemua golongan umur (anak-anak, dewasa dan
lansia), penyakit ini banyak terjadi pada musim kemarau ataupun perubahan
musim (dari musim hujan ke musim kemarau) sebagai akibat dari banyaknya
debu dan mobilitas penduduk yang tinggi, sehingga penyebaran penyakit
tersebut juga meluas.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
UNIVBRSITAS TADULAKO
Jurusan Kimia FMIPA
LABORATORIUM KfMIAANALITIK
Kampus Bumi Tadulako Tondo
JI. Soekamo Hatta Km 9 Telp. (04S1) 422611
Palu — Sulawesi Tengah

HASlLANALlStSKUALtTASA|R
Jenis Sampel : AIR BERSIH
Tanggal Pengambilan Sampel : 28 Oktober
2017 Tanggal Penerimaan Sampel : 28
Oktober 2017
Pemifik Sampel : Dicky:Lamusu Salahu
Lokasi Sampel : Jalan Soekamo Hatta Kelurahan Tondo Kota Palu
NO Parameter Satuan Hasil Baku Mutu
FISIKA:
1 Bau Tidak berbau Tidak berbau
2 Total Padatan Terlarut, TDS mg/L
3 Kekeruhan NTU 8,0 25
Rasa Tidak berasa Tidak berasa
5 Tetnperatur ”C 29 Suhu udara +
3°C
KIMIA:
1 pH 7,58 6,5 - 9,0
2 Kesadahan Total sebagai mg/L 50,90 500
CaCOt
3 Nitrit (NO2-N) mg/L ‹0,004 1
4 Nitrat (NO3-*) mg/L 5,25 10
5 Sulfat, SOA"‘ mg/L 6,70 400
6 Detergen,sebagai / BAS mg/L ‹0,025 0,5
7 Besi, Fe mg/L 0,01 1
8 Mangan, Mn rng/L «0,0005 0,5
9 Seng, Zn mg/L 0,05 15
10 Sianida, CN mg/L ‹0,002 0,1
11 Timbal, Pb mg/L «0,002 0,05
Babu lutu :PerAlenKes II No. 5yarat-sytcot don 'erigaw sun Kuolltas Air

J4o ember 2017


a,

, ‹ ”, DR. R a , S.Si., M.Si.


J:IP.
196606101997021001
Kementerian Riset, Tekoologi, dao Pendidikaii Tinggi
UNIVERSITAS TADULAKO
Jurusao Kimia FMIPA
LABORATORIUM KIMIAANALITIK
Kampus Bumi Tadulako Tondo
JI. Soekamo Hatta Km 9 Telp. (0451)
422611 Palu — Sulawesi Tengah

HASlLAHALlSlS&UALtTASUDARA
Jenis Sampel : UDARA
Tanggal Pengambilan Sampet : 28 Oktober 2017
Tanggal Penerimaan Sampel : 28 Oktober 2017
Pemilik Sampel : Dicky Lamusu
Salahu
Lokasi Sampel : Jalan Soekamo Hatta Kelurahan Tondo Kota Palu

CIO. Parameter Satuan Hasil Baku Mutu

1. SOA (Sulfur Dioksida) 13,70 900”’


3
2. NO (Nitrogen Dioksida) yg/Nm 8,3 400“’
3. CO (Karbon Monoksida) kg/Nm* 70,10 30.000"
4. TSP (Debu) yg/Nm* 56 230
5. Kebisingan dB\A) 48 70”*
“'Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
”'Ke9utufion Nenteri Lingkungan Hidup la. Kep-48/ tenLHl 1111996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
untuk
/fawasan Perdogongon don Join.

Novber 2017
mia,

Anda mungkin juga menyukai