Anda di halaman 1dari 48

INTERPRETASI PERSYARATAN

SNI 19-17020-2012

PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI


LEMBAGA INSPEKSI

Medan Agustus 2017


Prinsip Dasar Dari SNI ISO 17020:2012

Prinsip Dasar Dari Penerapan SNI ISO 17020,


yang tercantum pada Ruang lingkup, adalah :
1. Ketidak berpihakkan
2. Kompetensi
3. Pengoperasian yang konsisten, dan
ELEMEN-ELEMEN SNI/ISO/IEC 19-17020-2012
PERSYARATAN

1. Ruang Lingkup 7 Persyaratan proses

2. Acuan normatif 8 Persyaratan sistem manajemen untuk

3. Istilah dan definisi lembaga inspeksi

4 Persyaratan umum Lampiran A (Normatif) Persyaratan

5 Persyaratan Struktural kemandirian untuk lembaga inspeksi

6 Persyaratan sumber daya Lampiran B (informatif) Unsur opsional dari


laporan inspeksi dan sertifikat
ELEMEN-ELEMEN SNI/ISO/IEC 19-17020-2012

4 PERSYARATAN UMUM

4.1 Ketidakberpihakan dan kemandirian

4.2 Kerahasiaan

5 PERSYARATAN STRUKTURAL

5.1 Persyaratan Administrasi

5.2 Organisasi dan manajemen

6 PERSYARATAN SUMBER DAYA

6.1 Personel

6.2 Fasilitas dan Peralatan


6.3 Subkontrak
ELEMEN-ELEMEN SNI/ISO/IEC 19-17020-2012

7 PERSYARATAN PROSES

7.1 Metode dan prosedur inspeksi

7.2 Penanganan barang dan sampel inspeksi

7.3 Rekaman inspeksi

7.4 Laporan inspeksi dan sertifikat inspeksi

7.5 Keluhan dan banding

7.6 Prosedur keluhan dan banding


ELEMEN-ELEMEN SNI-ISO/IEC 19-17020-2012

8 PERSYARATAN SISTEM MANAJEMEN UNTUK LEMBAGA INSPEKSI

8.1 Pilihan

8.2 Dokumentasi sistem manajemen (Pilihan A)

8.3 Pengendalian dokumen (Pilihan A)

8.4 Pengendalian rekaman (pilihan A)

8.5 Tinjauan manajemen (pilihan A)


8.6 Audit internal (pilihan A)
8.7 Melakukan tindakan korektif (pilihan A)
8.8 tindakan pencegahan (pilihan A)
RUANG LINGKUP
• Standar ini berisi persyaratan kompetensi lembaga inspeksi dan azas
ketidakberpihakan serta konsistensi yang harus dipenuhi oleh lembaga inspeksi
dalam melakukan kegiatan inspeksi

Interpretasi
Kompetensi : Skill, Knowledge and attitude.
klarifikasi persyaratan dalam melaksanakan penerapan SNI 19-17020-1999 dan
mengurangi perbedaan interpretasi dengan badan akreditasi

• Standar ini berlaku untuk lembaga inspeksi tipe A, B atau C, dan berlaku untuk
setiap tahapan inspeksi.
.
Interpretasi
Kategorisasi lembaga inspeksi seperti Tipe A, B atau C adalah ukuran independensi
suatu lembaga inspeksi
Kemandirian suatu lembaga inspeksi dapat memperkuat kepercayaan pelanggan
lembaga inspeksi pada kemampuan lembaga inspeksi dalam melakukan pekerjaan
inspeksi secara tidak memihak
3 ISTILAH DAN DEFINISI
3.1 inspeksi
pemeriksaan produk, proses, jasa, atau instalasi atau masing-masing desainnya
serta penentuan kesesuaiannya dengan persyaratan spesifik atau persyaratan
umum berbasis pembuktian secara profesional

• CATATAN 1 Inspeksi proses dapat mencakup personel, fasilitas, teknologi atau


metodologi
• CATATAN 2 Prosedur inspeksi atau skema inspeksi dapat membatasi pekerjaan
inspeksi hanya untuk pekerjaan pemeriksaan
• CATATAN 3 Diadaptasi dari ISO/IEC 17000:2004, definisi untuk Pasal 4.3.
• CATATAN 4 Istilah "barang" yang digunakan dalam Standar ini mencakup produk,
proses, jasa atau, instalasi jika sesuai.
 3.2 produk
adalah hasil dari suatu proses
 3.3 proses
rangkaian kegiatan yang saling terkait atau
saling berinteraksi yang mengubah
masukan menjadi keluaran
3.4 jasa
Hasil dari satu atau lebih kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan
kesepakatan hubungan pemasok dan
pelanggan yang sulit diukur
3.5 lembaga inspeksi
lembaga yang melakukan kegiatan inspeksi
3.6 sistem inspeksi
aturan, prosedur, dan manajemen untuk
melaksanakan inspeksi.
3.7 skema inspkesi
sistem inspeksi (3.6) yang diterapkan
berdasarkan syarat tertentu, aturan
spesifik dan prosedur
3.8 ketidakberpihakan
adanya objektivitas
 3.9 banding
 permohonan oleh personel atau organisasi selaku
pemilik barang yang diinspeksi ditujukan kepada
lembaga inspeksi agar meninjau kembali
keputusan hasil inspeksi yang telah ditetapkan
atas barang yang diinspeksi tersebut
 3.10 keluhan
 pernyataan ketidakpuasan, selain banding, oleh
setiap personel atau organisasi kepada suatu
lembaga inspeksi, berkaitan dengan kegiatan
lembaga inspeksi dimaksud, yang diharapkan
untuk ditanggapi
4.1 Ketidakberpihakan dan kemandirian
4.1.1 Kegiatan inspeksi harus dilakukan tidak memihak.
4.1.2 Lembaga inspeksi harus bertanggung jawab atas
ketidakberpihakan kegiatan inspeksinya dan bebas dari tekanan
komersial, keuangan dan lainnya yang mengkompromikan
ketidakberpihakannya.
4.1.3 Lembaga inspeksi senantiasa harus mengidentifikasi risiko risiko
terhadap ketidakberpihakan.
• Identifikasi risiko risiko tersebut harus mencakup risiko yang timbul
dari kegiatannya, kerelasiannya , atau hubungan antar personilnya.
• Namun demikian hubungan tersebut tidak selalu menimbulkan risiko
ketidakberpihakan pada lembaga inspeksi.
4.1 Ketidakberpihakan dan kemandirian
4.1.4 Jika risiko ketidakberpihakan diidentifikasi, lembaga inspeksi harus
dapat menunjukkan bagaimana menghilangkan atau meminimalkan
risiko tersebut.
4.1.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai komitmen manajemen puncak
untuk ketidakberpihakan.
4.1.6 Lembaga inspeksi harus independen sejauh yang diperlukan
sehubungan dengan kondisi saat lembaga inspeksi melakukan
pelayanan.
• Tergantung pada kondisi tersebut, lembaga inspeksi harus memenuhi
kriteria minimum yang diatur dalam Lampiran A
4.2 Kerahasiaan
4.2.1 Lembaga inspeksi harus bertanggung jawab, melalui komitmen
penegakan hukum, untuk pengelolaan semua informasi yang diperoleh
atau dibuat selama melaksanakan kegiatan inspeksi.
 Lembaga inspeksi harus memberitahukan klien, di awal, dari informasi yang
dimaksud untuk menempatkan dalam publikasi.
 Dengan pengecualian bahwa informasi klien tersedia untuk umum, atau bila
disepakati antara lembaga inspeksi dan klien (misalnya untuk tujuan
menanggapi keluhan), semua informasi lainnya ditetapkan sebagai
informasi hak milik dan harus dianggap sebagai rahasia.
4.2.2 Bila lembaga inspeksi disyaratkan oleh hukum atau disahkan oleh
komitmen kontraktual untuk membuka informasi rahasia, klien atau
individu yang bersangkutan harus diberitahu tentang informasi yang
diberikan kecuali dilarang oleh hukum.
5.1 Persyaratan Administrasi
5.1.1 Lembaga inspeksi harus merupakan badan hukum, atau bagian yang
ditetapkan dari suatu badan hukum, sedemikian sehingga dapat
diminta pertanggungjawaban secara hukum atas semua kegiatan
inspeksinya.
 CATATAN Lembaga inspeksi milik pemerintah dianggap sebagai badan
hukum berdasarkan statusnya dalam pemerintahan.
5.1.2 Suatu lembaga inspeksi yang merupakan bagian dari badan hukum
yang terlibat dalam kegiatan selain dari inspeksi harus diidentifikasi
di dalam legalitas tersebut.
5.1.3 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang
menggambarkan kegiatan yang merupakan kompetensinya.
5.1 Persyaratan Administrasi
5.1.4 Lembaga inspeksi harus mempunyai ketentuan yang memadai
(misalnya asuransi atau cadangan) untuk mengganti
pertanggunggugatan yang timbul dari kegiatan operasionalnya.
 CATATAN Tanggung gugat ini dapat diasumsikan oleh negara sesuai
dengan hukum nasional atau oleh organisasi yang lembaga inspeksinya
merupakan bagian dari organisasi tersebut.
5.1.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang memuat
ketentuan kontrak tentang inspeksi yang diberikan kecuali bila
memberikan jasa inspeksi kepada badan hukum yang lembaga
inspeksi merupakan bagiannya.
5.1 Persyaratan Administrasi
5.1.4 Lembaga inspeksi harus mempunyai ketentuan yang memadai
(misalnya asuransi atau cadangan) untuk mengganti
pertanggunggugatan yang timbul dari kegiatan operasionalnya.
 CATATAN Tanggung gugat ini dapat diasumsikan oleh negara sesuai
dengan hukum nasional atau oleh organisasi yang lembaga inspeksinya
merupakan bagian dari organisasi tersebut.
5.1.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang memuat
ketentuan kontrak tentang inspeksi yang diberikan kecuali bila
memberikan jasa inspeksi kepada badan hukum yang lembaga
inspeksi merupakan bagiannya.
5.2 Organisasi dan manajemen
5.2.1 Lembaga inspeksi harus terstruktur dan dikelola sedemikian agar
dapat menjaga ketidakberpihakan.
5.2.2 Lembaga inspeksi harus diorganisasikan dan dikelola sedemikian
agar memungkinkan untuk memelihara kapabilitas dalam
melaksanakan kegiatan inspeksinya.
 CATATAN Skema inspeksi dapat mensyaratkan lembaga inspeksi
berpartisipasi dalam pertukaran pengalaman teknis dengan lembaga
inspeksi yang lain untuk memelihara kemampuannya.
5.2.3 Lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan
tanggung jawab dan struktur pelaporan organisasi.
5.2.4 Bila lembaga inspeksi merupakan bagian dari suatu badan hukum
yang melakukan kegiatan lain, hubungan antara kegiatan lain dan
kegiatan inspeksi harus ditetapkan
5.2 Organisasi dan manajemen
5.2.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai satu atau lebih personel sebagai
manajer teknis yang memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk
memastikan bahwa kegiatan inspeksi yang dilakukan sesuai dengan
Standar ini.
 CATATAN Personel yang memenuhi fungsi manajer teknik tidak selalu
memiliki gelar manajer teknis.
 Personel yang mempunyai fungsi ini harus secara teknis kompeten dan
berpengalaman dalam pengoperasian lembaga inspeksi. Bila lembaga
inspeksi memiliki lebih dari satu manajer teknis, tanggung jawab spesifik
dari masing-masing manajer harus ditetapkan dan didokumentasikan.

.
5.2 Organisasi dan manajemen
5.2.6 Lembaga inspeksi harus mempunyai satu atau lebih personel yang
ditunjuk yang akan mewakili manajer teknis bila tidak hadir, atau
apapun namanya, yang bertanggung jawab untuk kegiatan inspeksi
yang sedang berlangsung
5.2.7 Lembaga inspeksi harus memiliki uraian tugas atau dokumentasi lain
dari setiap posisi dalam organisasi yang terlibat dalam kegiatan
inspeksi.
6.1 Personel
6.1.1 Lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan
persyaratan kompetensi untuk semua personil yang terlibat dalam
kegiatan inspeksi termasuk persyaratan pendidikan, pelatihan,
pengetahuan teknis, keterampilan dan pengalaman.
 CATATAN Persyaratan kompetensi dapat menjadi bagian dari uraian tugas atau
dokumentasi lain yang disebutkan dalam 5.2.7.

6.1.2 Lembaga inspeksi harus mempekerjakan, atau memiliki kontrak


dengan sejumlah personel yang cukup, dengan kompetensi yang
dibutuhkan, termasuk, jika diperlukan, kemampuan untuk membuat
keputusan yang profesional, untuk melaksanakan tipe, rentang dan
volume kegiatan inspeksi.
6.1 Personel
6.1.3 Personel yang bertanggung jawab untuk inspeksi harus mempunyai
kualifikasi yang sesuai, pelatihan, pengalaman dan pengetahuan yang
memuaskan tentang persyaratan inspeksi yang akan dilakukan. Mereka
juga harus memiliki pengetahuan yang relevan seperti berikut,
 teknologi yang digunakan untuk pembuatan produk yang diinspeksi,
pengoperasian proses dan penyerahan jasa;
 cara penggunaan produk, pengoperasian proses dan penyerahan jasa;
 setiap cacat yang mungkin terjadi selama penggunaan produk, setiap
kegagalan dalam pengoperasian proses produksi dan setiap kekurangan
dalam penyerahan jasa
Mereka harus memahami makna penyimpangan yang ditemukan
berkaitan dengan penggunaan normal dari produk, proses dan setiap
kekurangan dalam penyerahan jasa.
6.1 Personel
6.1.4 Lembaga inspeksi harus membuat jelas tugas, tanggung jawab dan
wewenang kepada setiap personelnya.
6.1.5 Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur terdokumentasi untuk
pemilihan, pelatihan, pemberian wewenang secara resmi, dan
pemantauan inspektur dan personel lainnya yang terlibat dalam
kegiatan inspeksi.
6.1.6 Prosedur terdokumentasi untuk pelatihan (6.1.5) harus
mengarahkan tahapan sebagai berikut:
a. periode induksi;
b. periode pembimbingan dengan inspektur yang berpengalaman;
c. pelatihan untuk dapat terus mengikuti perkembangan teknologi dan
metode inspeksi.
6.1 Personel
6.1.7 Pelatihan yang diperlukan tergantung pada kemampuan, kualifikasi,
dan pengalaman masing-masing inspektur dan personil lainnya yang
terlibat dalam kegiatan inspeksi dan atas hasil pemantauan (6.1.8).
6.1.8 Personel yang paham dengan metode dan prosedur inspeksi harus
memantau semua inspektur dan personel lainnya yang terlibat
dalam kegiatan inspeksi untuk kinerja yang memuaskan.
 Hasil pemantauan harus digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan (6.1.7).
 CATATAN Pemantauan dapat mencakup kombinasi teknik, seperti
observasi dilapangan, kaji ulang laporan, wawancara, inspeksi simulasi
dan teknik lain untuk menilai kinerja, dan akan tergantung pada sifat
kegiatan inspeksi.
6.1 Personel
6.1.9 Setiap inspektur harus diobservasi dilapangan, kecuali ada bukti pendukung
yang memadai bahwa inspektur terus menjalankan tugas dengan kompeten.
 CATATAN Diharapkan bahwa pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara
yang meminimalkan gangguan inspeksi, terutama dari sudut pandang klien.
6.1.10 Lembaga inspeksi harus memelihara catatan pemantauan, pendidikan,
pelatihan, pengetahuan teknis, keterampilan, pengalaman dan pemberian
kewenangan dari setiap personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi.
6.1.11 Personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi harus tidak dibayar dengan
cara yang mempengaruhi hasil inspeksi.
6.1.13 Semua personil lembaga inspeksi termasuk subkontraktor, personil badan
eksternal, atau individu yang bertindak atas nama lembaga inspeksi harus
menjaga kerahasiaan semua informasi yang diperoleh atau dibuat selama
pelaksanaan kegiatan inspeksi, kecuali dipersyaratkan oleh hukum
6.2 Fasilitas dan Peralatan
6.2.1 Lembaga inspeksi harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang sesuai dan
memadai untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan inspeksi
yang dilakukan dengan cara yang kompeten dan aman.
 CATATAN Lembaga inspeksi tidak perlu menjadi pemilik fasilitas atau
peralatan yang digunakan. Fasilitas dan peralatan bisa dipinjam, disewa, atau
disediakan oleh pihak lain (misalnya produsen atau pemasang peralatan).
Namun, tanggung jawab untuk kesesuaian dan status kalibrasi peralatan yang
digunakan dalam pemeriksaan, baik dimiliki oleh lembaga inspeksi atau tidak,
terletak hanya pada lembaga inspeksi.
6.2.2 Lembaga inspeksi harus mempunyai aturan untuk akses dan penggunaan
fasilitas dan peralatan tertentu yang digunakan untuk melakukan inspeksi
6.2.3 Lembaga inspeksi harus memastikan berlanjutnya kesesuaian dari fasilitas
dan peralatan yang disebutkan dalam 6.2.1 untuk digunakan
6.2.4 Semua peralatan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil
inspeksi, harus ditetapkan dan diidentifikasi secara unik, bila sesuai.
6.2.5. Semua perlatan harus dirawat secara
benar sesuai dengan instruksi terdokumentasi.
6.2.6. Bila sesuai, peralatan pengukuran yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil
inspeksi harus dikalibrasi sebelum digunakan.
6.2.7. Program keseluruhan kalibrasi peralatan
harus dirancang dan dioperasikan sedemikian
rupa bahwa pengukuran tertelusur ke SI.
6.2.8. Staandar refferensi pengukuran yang
dipunyai oleh lembaga inspeksi harus digunakan
hanya untuk kalibrasi.
6.2.9. kalau relevan, peralatan harus dilakukan
pengecekan antara rekalibrasi.
6.2.10. Bahan acuan, bila mungkin harus
tertelusur ke standar Nasional atau SI.
6.2.11. Jika relevan bagi hasil kegiatan inspeksi,
lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur
untuk :
a. pemilihan dan persetujuan pemasok.
b. Verifikasi barang dan jasa yang masuk
c. memastikan fasilitas penyimpanan yang
sesuai.
6.2.12. Bila dapat diterapkan kondisi barang yang
disimpan harus dinilai pada interval waktu yang tepat
untuk mendeteksi degradasi.

6.2.13. Jika lembaga inspeksi menggunakan komputer atau


peralatan otomatis untuk inspeksi untuk memastikan
bahwa:
a. perangkat lunak komputer memadai digunakan.
b. prosedur ditetapkan untuk melindungi integritas
dan keamanan data.
c. Komputer dipelihara untuk memastikan kelayakan
fungsinya.
6.3 Subkontrak
6.3.1 Lembaga inspeksi biasanya harus melakukan inspeksi sendiri, berdasar
kontrak. Bila lembaga inspeksi mensubkontrakkan bagian manapun dari
inspeksi, lembaga inspeksi harus menjamin dan mampu menunjukkan
bahwa subkontraktor tersebut kompeten untuk melakukan kegiatan yang
dipertanyakan, bila dapat diterapkan, sesuai dengan persyaratan yang
relevan yang diatur dalam Standar ini atau standar penilaian kesesuaian
lainnya yang relevan.
• Alasan mensubkontrakkan dapat berupa :
– Kelebihan beban yangvtak terduga
– Anggota staff kunci inspeksi tidak mampu.
– Bagian dari kontrak dengan klien melibatkan
pemeriksaan tidak tercakup oleh ruang lingkup LI ata
diluar kemampuan sumber daya pemeriksaan lembaga.
6.3 Subkontrak

6.3.2 Lembaga inspeksi harus menginformasikan ke klien tentang maksud


untuk mengsubkontrakkan bagian manapun dari inspeksi.
6.3.3 Setiap kali subkontraktor melaksanakan pekerjaan yang merupakan
bagian dari inspeksi, tanggung jawab untuk setiap penentuan
kesesuaian barang yang diinspeksi dengan persyaratan harus tetap
menjadi tanggungjawab lembaga inspeksi.
7.1 Metode dan prosedur inspeksi
7.1.1 Lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur untuk
inspeksi yang ditetapkan dalam persyaratan terhadap inspeksi yang
akan dilakukan. Bila tidak didefinisikan, lembaga inspeksi harus
mengembangkan metode dan prosedur tertentu untuk digunakan (lihat
7.1.3). Lembaga inspeksi harus menginformasikan kepada klien jika
metode inspeksi yang diusulkan oleh klien dianggap tidak tepat.
7.1.2 Lembaga inspeksi harus memiliki dan menggunakan instruksi
terdokumentasi yang memadai mengenai perencanaan inspeksi dan
teknik sampling serta teknik inspeksi, dengan ketiadaan instruksi
tersebut dapat membahayakan efektivitas proses inspeksi. Bila dapat
diterapkan, lembaga inspeksi harus memiliki pengetahuan yang cukup
tentang teknik statistik untuk memastikan prosedur sampling benar
secara statistik serta proses dan interpretasi hasil yang benar.
7.1 Metode dan prosedur inspeksi
7.1.3 Bila lembaga inspeksi harus menggunakan metode atau
prosedur inspeksi yang non-standar, maka metode dan prosedur
tersebut harus sesuai dan didokumentasikan secara lengkap.
7.1.4 Semua instruksi, standar atau prosedur tertulis, lembar kerja,
daftar periksa dan data referensi yang relevan dengan pekerjaan
lembaga inspeksi harus dipelihara kemutahirannya dan dalam
keadaan siap tersedia bagi personel.
7.1 Metode dan prosedur inspeksi
7.1.3 Bila lembaga inspeksi harus menggunakan metode atau
prosedur inspeksi yang non-standar, maka metode dan prosedur
tersebut harus sesuai dan didokumentasikan secara lengkap.
7.1.4 Semua instruksi, standar atau prosedur tertulis, lembar kerja,
daftar periksa dan data referensi yang relevan dengan pekerjaan
lembaga inspeksi harus dipelihara kemutahirannya dan dalam
keadaan siap tersedia bagi personel.
7.2 Penanganan barang dan sampel inspeksi
7.2.1 Lembaga inspeksi harus memastikan barang dan sampel yang
diinspeksi diidentifikasi secara unik untuk menghindari kebingungan
terhadap identitas barang dan sampel.
7.2.2 Lembaga inspeksi harus menetapkan barang yang akan diperiksa
atau diinspeksi telah disiapkan.
7.2.3 Setiap kelainan yang nampak yang diberitahukan kepada atau
diberitahukan oleh inspektur, harus dicatat. Bila ada keraguan
terhadap kesesuaian suatu barang untuk dilakukan inspeksi, atau bila
barang tidak sesuai dengan deskripsi yang diberikan, lembaga
inspeksi harus menghubungi klien sebelum proses inspeksi
dilanjutkan
7.2.4 Lembaga inspeksi harus mendokumentasikan prosedur dan fasilitas
yang sesuai untuk menghindari degradasi atau kerusakan barang
yang inspeksi dibawah tanggung jawabnya.
7.3 Rekaman inspeksi

7.3.1 Lembaga inspeksi harus memelihara sistem rekaman (lihat 8.4) untuk
menunjukkan pemenuhan secara efektif prosedur inspeksi dan
memungkinkan evaluasi terhadap inspeksi.

7.3.2 Laporan inspeksi atau sertifikat harus dapat tertelusur secara


internal sampai ke inspektur yang melakukan inspeksi.
7.4 Laporan inspeksi dan sertifikat inspeksi

7.4.1 Pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga inspeksi harus dicakup oleh
laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi yang tertelusur.
7.4.2 Setiap laporan inspeksi/sertifikat harus mencakup semua hal
berikut:
a. identifikasi dari lembaga yang menerbitkan;
b. identifikasi unik dan tanggal penerbitan;
c. tanggal inspeksi;
d. identifikasi barang yang diinspeksi;
e. tanda tangan atau indikasi persetujuan lain, oleh personel yang berwenang;
f. suatu pernyataan kesesuaian bila dapat diterapkan; dan
g. hasil inspeksi, kecuali bila dirinci sesuai dengan Pasal 7.4.3.
7.5 Keluhan dan banding

7.5.1 Lembaga inspeksi harus memiliki proses terdokumentasi untuk menerima,


mengevaluasi dan membuat keputusan tentang keluhan dan banding.

7.5.2 Uraian proses penanganan keluhan dan banding harus tersedia untuk setiap
pihak yang berkepentingan berdasarkan permintaan.

7.5.3 Setelah menerima keluhan, lembaga inspeksi harus mengkonfirmasi apakah


keluhan tersebut berhubungan dengan kegiatan inspeksi yang menjadi
tanggung jawab lembaga inspeksi, dan bila demikian lembaga inspeksi
harus menanganinya.

7.5.4 Lembaga inspeksi harus bertanggung jawab atas semua keputusan di semua
tingkat proses penanganan keluhan dan banding.

7.5.5 Penyelidikan dan keputusan banding harus menghasilkan tindakan yang


tidak diskriminatif.
 7.6 Prosedur penanganan keluhan dan banding
 Proses penanganan keluhan dan banding harus
mencakup setidaknya unsur-unsur dan metode
berikut :
 deskripsi proses untuk menerima, memvalidasi,
menginvestigasi keluhan atau banding, dan
memutuskan tindakan apa yang harus diambil
sebagai jawaban untuk itu.
 pelacakan dan rekaman keluhan dan banding,
termasuk tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya;
 memastikan bahwa diambil tindakan yang tepat
8.1 Pilihan
8.1.1 Umum
Lembaga inspeksi harus menetapkan dan memelihara sistem
manajemen yang mampu mencapai konsistensi pemenuhan
persyaratan standar ini sesuai dengan Pilihan A atau Pilihan B.
8.1.2 Pilihan A
Sistem manajemen lembaga inspeksi harus mencakup berikut ini:
 dokumentasi sistem manajemen (misalnya, manual, kebijakan, definisi
tanggung jawab, lihat 8.2);
 pengendalian dokumen (lihat 8.3);
 pengendalian rekaman (lihat 8.4);
 tinjauan manajemen (8,5);
 audit internal (8.6);
 tindakan korektif (8.7);
 tindakan pencegahan (8.8);
 keluhan dan banding (lihat 7.5 dan 7.6).
8.2 Dokumentasi sistem manajemen (Pilihan A)
8.2.1 Manajemen puncak lembaga inspeksi harus menetapkan,
mendokumentasikan, dan memelihara kebijakan dan tujuan untuk
pemenuhan standar ini dan harus memastikan bahwa kebijakan dan
sasaran diketahui dan diterapkan pada semua tingkat organisasi
lembaga inspeksi.
8.2.2 Manajemen puncak harus menyediakan bukti komitmennya untuk
pengembangan dan penerapan sistem manajemen dan efektivitas
dalam mencapai pemenuhan secara konsisten dengan Standar ini.
8.2 Dokumentasi sistem manajemen (Pilihan A)
8.2.3 Manajemen puncak lembaga inspeksi harus menunjuk personel
anggota manajemen yang, diluar tanggung jawab lain, harus memiliki
tanggung jawab dan wewenang yang meliputi berikut ini:
 memastikan bahwa proses dan prosedur yang diperlukan untuk sistem
manajemen ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, dan
 melaporkan kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem
manajemen dan setiap kebutuhan perbaikan
8.2.4 Semua dokumentasi, proses, sistem, rekaman, dll yang berkaitan
dengan pemenuhan persyaratan Standar ini harus dicantumkan,
diacu, atau dikaitkan dengan dokumentasi sistem manajemen.
8.2.5 Semua personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi harus memiliki
akses ke bagian dari dokumentasi sistem manajemen dan informasi
terkait yang berlaku untuk tanggung jawab mereka.
8.3 Pengendalian dokumen (Pilihan A)
Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk
mengendalikan dokumen (internal dan eksternal) yang
berhubungan dengan pemenuhan Standar ini.
8.4 Pengendalian rekaman (pilihan A)
Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk
pengendalian yang diperlukan identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, pengambilan, waktu retensi dan pemusnahan
rekaman yang berkaitan dengan pemenuhan Standar ini..
8.5 Tinjauan manajemen (pilihan A)
Manajemen puncak lembaga inspeksi harus menetapkan
prosedur untuk meninjau manajemen sistem pada selang waktu
terencana untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan
efektivitas, termasuk kebijakan dan sasaran yang terkait dengan
pemenuhan Standar ini. .
8.6 Audit internal (pilihan A)
Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk audit
internal untuk memverifikasi bahwa memenuhi persyaratan
Standar ini dan bahwa sistem manajemen secara efektif
dilaksanakan dan dipertahankan. Lembaga inspeksi harus
memastikan bahwa:

– audit internal dilakukan oleh tenaga ahli berpengetahuan dalam inspeksi,


audit dan persyaratan Standar ini;
– auditor tidak mengaudit pekerjaan mereka sendiri;
– personil yang bertanggung jawab untuk bidang yang diaudit diberitahu
tentang hasil audit;
– tindakan yang dihasilkan dari audit internal diambil secara tepat waktu dan
sesuai; dan
– setiap peluang untuk perbaikan diidentifikasi.
– hasi audit tersebut didokumentasikan
8.7 Melakukan tindakan korektif (pilihan A)
Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk identifikasi
dan pengelolaan ketidaksesuaian dalam operasinya:
Lembaga inspeksi, jika perlu, harus mengambil tindakan untuk
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah
terulangnya.
Prosedur harus ditetapkan untuk memenuhi persyaratan:

– mengidentifikasi ketidaksesuaian;
– penetapan penyebab ketidaksesuaian;
– perbaikan ketidaksesuaian;
– evaluasi kebutuhan tindakan untuk memastikan bahwa ketidaksesuaian
tidak terulang
– penentuan tindakan yang diperlukan dan menerapkannya secara tepat
waktu;
– rekaman hasil tindakan yang diambil,
– peninjauan efektivitas tindakan korektif.
8.8 tindakan pencegahan (pilihan A)

Lembaga inspeksi harus menetapkan prosedur untuk mengambil


tindakan pencegahan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian potensial.
Prosedur untuk tindakan pencegahan harus menetapkan
persyaratan untuk:

– pengidentifikasian ketidaksesuaian potensial dan penyebabnya;


– evaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian;
– penentuan dan pelaksanaan tindakan yang diperlukan;
– perekaman hasil tindakan yang diambil,
– peninjauan efektivitas tindakan pencegahan yang diambil.
 PILIHAN B SITEM MANAJEMEN LAINNYA
ADALAH MENERAPKAN ISO/IEC 9001 .
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai