Anda di halaman 1dari 33

Audit Expectation Gap

Audit Quality
Group B:
Rofid Adi Satrio (143239022)
Dika Fausia D (143239033)
Renny Nadianti (143239034)
Sarah Benita M (143239037)
Adhi Mahmud Rohman (143239038)
Audit expectations gap – definition

Unsur umum dalam berbagai definisi kesenjangan adalah bahwa auditor


melakukan dengan cara yang berbeda dengan keyakinan dan keinginan
orang lain yang menjadi pihak atau tertarik dengan audit.
(Humphrey et al, 1992)
The causes of the audit
expectations gap, possible
developments and solutions
Deficient Performance
● Lack of Competence (Kurangnya Kompetensi Auditor)
Kurangnya kompetensi auditor = kurangnya kepedulian dari auditor itu sendiri; kurangnya
pengetahuan yang dimiliki auditor; dan kurangnya pengalaman audit
Terdapat beberapa tanggapan profesi dan hukum terhadap bukti kurangnya kompetensi:
1. Aturan mengenai penerbitan sertifikasi praktek oleh badan professional
2. Persyaratan Pendidikan pasca-kualifikasi dari badan professional
3. Pemantauan aktivitas audit oleh badan professional
4. Prosedur disiplin badan professional setelah investigasi atas kegagalan audit
Deficient Performance
● Lack of Competence (Kurangnya Kompetensi Auditor)
Menurut SA 220 Par. 12, ketika mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan
yang tepat yang diharapkan ada pada tim perikatan secara keseluruhan, rekan
perikatan dapat mempertimbangkan hal-hal berikut ini bagi tim perikatan:
1. Pemahaman dan pengalaman praktik atas perikatan audit dengan sifat dan
kompleksitas serupa melalui pelatihan dan partisipasi yang tepat.
2. Pemahaman standar profesi serta ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
3. Keahlian teknis, termasuk keahlian dalam bidang teknologi informasi yang
relevan dan keahlian tertentu dalam bidang akuntansi atau audit
4. Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien
5. Kemampuan menggunakan pertimbangan professional
6. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.
Deficient Performance
● Lack of Practitioner Independence (Kurangnya independensi praktisi audit)
Independensi praktisi = state of mind on the part of auditor
Independensi praktisi dipengaruhi oleh tiga dimensi:
1. Programming Independence
2. Investigative Independence
3. Reporting Independence
Deficient Standards
● Fraud (SA 240 – Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam
suatu Audit Laporan Keuangan)
Par.4 Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan
berada pada dua pihak: Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola &
manajemen. Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
mencakup pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau
pengaruh tidak patut atas proses pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen
untuk mengelola laba dengan tujuan untuk memengaruhi persepsi analis kinerja
dan profitabilitas entitas.
Tanggung jawab auditor terkait adanya kecurangan:
Par.5 Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
Auditor juga bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama
audit.
Deficient Standards
● Fraud (SA 240 – Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam suatu
Audit Laporan Keuangan)

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait (Par.18)


Auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
1. Penilaian manajemen tentang risiko bahwa kemungkinan terjadi kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan,
termasuk sifat, luas, dan frekuensi dari penilaian risiko tersebut.
2. Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk mengidentifikasi dan merespons
risiko kecurangan dalam entitas
3. Komunikasi manajemen, jika ada, kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang proses untuk mengidentifikasi dan merespons risiko
kecurangan dalam entitas.
4. Komunikasi manajemen, jika ada, kepada karyawan tentang pandangan
manajemen terhadap praktik bisnis dan perilaku etika
Deficient Standards
● Going Concern (SA 570 – Kelangsungan Usaha)
Par.5 Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan, pada suatu waktu
tertentu, tentang hasil peristiwa atau kondisi masa depan yang tidak pasti secara
inheren. Faktor-faktor berikut ini adalah relevan dengan pertimbangan tersebut:
1. Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi
meningkatkan secara signifikan hasil yang terjadi.
2. Ukuran dan kompleksitas entitas serta sifat dan kondisi bisnisnya, serta Tingkat
keterpengaruhannya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan
tentang hasil peristiwa atau kondisi.
3. Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi yang
tersedia Ketika pertimbangan dilakukan.
Deficient Standards
● Going Concern (SA 570 – Kelangsungan Usaha)
Par 6 Tanggung jawab auditor adalah untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat mengenai, serta menyimpulkan bahwa, ketepatan
penggunaan basis akuntansi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan, berdasarkan bukti
audit yang diperoleh, apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Deficient Standards
● Going Concern (SA 570 – Kelangsungan Usaha)

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait (Par.10)


Auditor harus menentukan apakah manajemen telah melaksanakan suatu penilaian
awal atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Terdapat dua kondisi:
1. Jika penilaian telah dilakukan, auditor harus mendiskusikan penilaian tersebut
dengan manajemen dan menentukan apakah manajemen telah
mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.
2. Jika penilaian belum dilakukan, auditor bersama manajemen harus membahas
dasar penggunaan basis akuntansi kelangsungan usaha Perusahaan tersebut
Lack of Profession Independence
IAPI menerbitkan Panduan Indikator Kualitas Audit pada KAP sebagai respon dalam
rangka meningkatkan jasa kualitas audit di Indonesia, termasuk juga meningkatkan
independensi profesi Audit.
Dalam par 15 mengenai etika dan independensi auditor, ketentuan menjadi
independensi berlaku bagi setiap auditor, KAP dan jaringan KAP. Auditor harus
menjanga independent of mind & independent in appearance.
Indikator kepatuhan terhadap etika dan independensi adalah:
1. KAP telah memiliki panduan etika dan independensi yang berlaku bagi setiap
personal, KAP, dan Jaringan KAP
2. KAP telah menunjuk partner yang bertanggung jawab atas kepatuhan etika dan
independensi
3. Setiap auditor telah mengikuti pelatihan tentang ketentuan etika dan independensi
pada setiap perikatan secara memadai
4. Rotasi terhadap personal kunci perikatan secara memadai
5. Pernyataan independensi yang ditandatangani oleh seluruh anggota tim perikatan
Unreasonable Expectation
Kurangnya publikasi mengenai independensi audit di Indonesia,
terutama mengenai persepsi auditor dan pengguna laporan mereka,
dapat membahayakan independensi auditor. Lalu, Tekanan yang
eksesif terhadap manajemen untuk memenuhi ketentuan atau
ekspektasi pihak ketiga yang dijelaskan dalam SA 240 (Revisi 2021).
Selain itu, Kurangnya skeptisisme profesional yang dimiliki oleh auditor
adalah salah satu penyebab terbesar kegagalan auditor dalam
mempertahankan kualitas audit.
Direction of change
Arah perubahan dalam profesi audit di Indonesia adalah menuju
peningkatan independensi auditor dan pengurangan kesenjangan
harapan audit.Maka dari itu, Rotasi akuntan publik dan firma akuntansi
publik diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan no. 17/PMK.01/2008
tentang Layanan Akuntan Publik.
Possible Reasons for Auditor Change
1. Opini Audit
2. Ukuran Kantor Akuntan Publik
3. Kesulitan Keuangan
4. Komite Audit
Final Remarks on The Audit
Expectation Gap
Kesenjangan Ekspetasi Audit di Indonesia
Kesenjangan ekspetasi audit di Indonesia mengacu pada perbedaan antara apa
yang diharapkan oleh publik dari proses audit dan apa yang sebenarnya
dilakukan atau dihasilkan oleh para auditor.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesenjangan ekspetasi audit
antara lain:
1. Kompleksitas Bisnis.
2. Tekanan Komersial.
3. Perbedaan Presepsi.
4. Regulasi dan Standar Audit yang Tidak Memadai.
Audit Quality
Kualitas audit pada dasarnya terkait dengan atribut kompetensi dan independensi
auditor.
Kerangka Kerja Kualitas Audit
Lima faktor pendorong kualitas audit beserta indikator-indikatornya (Gray, 2019) :
1. Budaya dalam KAP
-Penghargaan terhadap audit berkualitas tinggi.
-Pengalokasian waktu dan sumber daya yang memadai.
-Keterlibatan klien yang kuat dan independen.
2. Keterampilan dan kualitas pribadi senior dan staf audit
-Senior yang berpengalaman.
-Staf yang diawasi dengan pemahaman yang mendalam.
-Demonstrasi skeptisisme profesional.
Lanjutan Kerangka Kerja Kualita
Audit
Lima faktor pendorong kualitas audit beserta indikator-indikatornya :
3. Efektivitas proses audit
-Perencanaan yang tepat.
-Kepatuhan terhadap standar etika dan audit.
-Pengumpulan bukti audit yang memadai.
-Tidak dibatasi oleh kepentingan finansial.
4. Keandalan dan kegunaan pelaporan audit
-Kelayakan laporan audit.
-Interaksi dengan komite audit.
-Rencana dan kepatuhan dengan standar etika dan audit.
-Dokumentasi dan tinjauan pekerjaan audit.
5. Faktor di luar kendali auditor mempengaruhi kualitas audit
-Struktur tata kelola perusahaan yang ketat.
-Lingkungan peraturan yang mendukung.
PANDUAN INDIKATOR KUALITAS
AUDIT PADA KAP
Menurut panduan indikator kualitas audit pada kantor akuntan publik
nomor 4 tahun 2018 :
● Kompetensi Auditor.
● Etika dan Independensi Auditor.
● Penggunaan Waktu Personil Kunci Perikatan.
● Sistem Pengendalian Mutu.
● Hasil Reviu Mutu.
● Rentang Kendali Perikatan.
● Organisasi dan Tata Kelola KAP.
● Kebijakan Imbalan Jasa.
SA 240

SA 240 adalah bagian dari


Standar Profesional yang
berkaitan dengan
pengecekan.
SA 250

SA 250 adalah bagian


dari Standar
Profesional yang
berkaitan dengan
pengecekan.
SASA
570
570

SA 570 adalah bagian dari


Standar Profesional yang
Berkaitan dengan
Pernyataan tentang
Kelangsungan Usaha.
Transparency Reporting: Regulation and Content
Dalam undang undang UK mengungkapkan bahwa auditor wajib mempublikasi
tentang laporan transparansi secara berkala.

Dasar:

● Article 13 of the EU Audit Regulation (537/2014).


● Statutory Auditors Transparency) Instrument (SATI) 2008 issued by the
Financial Report Council (FRC).

Standar yang relevan di Indonesia

● Standar Pengendalian Mutu (SPM) No. 1


Lanjutan Transparency Reporting: Regulation
and Content
Tujuan:

untuk memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam memahami


prosedur kontrol kualitas dan independensi perusahaan audit

Auditor yang melaporkan transparansi adalah auditor yang diwajibkan


oleh undang-undang untuk satu atau lebih entitas kepentingan publik.
Laporan transparansi harus tersedia, setidaknya selama lima tahun, di
situs web auditor pelapor dan juga harus dikirim ke Komite Perilaku FRC
(sebelumnya bernama Professional Oversight Board (POB) FRC)
Isi laporan transparansi seperti yang ditentukan oleh SATI (2008) tercermin
dalam Pasal 13 Peraturan Audit Uni Eropa, dan mencakup:

1. Penjelasan tentang struktur hukum dan kepemilikan perusahaan audit.


2. penjelasan tentang jaringan kerja dan pengaturan hukum dan struktural
jaringan tersebut
3. Uraian tentang struktur tata kelola perusahaan audit
4. Penjelasan mengenai sistem pengendalian mutu internal dan pernyataan
mengenai efektivitas fungsinya
5. Pernyataan mengenai kapan pemantauan eksternal terakhir terhadap
perusahaan audit dilakukan
6. Daftar entitas kepentingan publik yang telah dibuatkan laporan auditnya
pada tahun buku auditor
Isi laporan transparansi seperti yang ditentukan oleh SATI (2008)
tercermin dalam Pasal 13 Peraturan Audit Uni Eropa, dan mencakup:

7. Uraian mengenai prosedur dan praktik independensi auditor, termasuk


konfirmasi bahwa tinjauan internal atas independensi telah dilakukan.
8. Pernyataan tentang kebijakan dan praktik yang dirancang.
9. Informasi keuangan.
10.Informasi tentang dasar remunerasi para partner.
11.Uraian tentang kebijakan KAP mengenai rotasi partner audit kunci.
Exampl
Monitoring Audit Quality
Laporan transparansi yang ditulis oleh firma audit tentang kebijakan dan
prosedur mereka sendiri, berpotensi menjadi alat untuk pemasaran
firma tersebut dan bukan cerminan obyektif dari praktik firma tersebut.

Untuk itu, FRC melakukan pemantauan berkelanjutan untuk memastikan


bahwa semua firma audit yang berada dalam cakupan kerjanya
menerbitkan laporan transparansi dan bahwa laporan tersebut sesuai
dengan persyaratan hukum. FRC juga melaporkan setiap tahun kepada
Menteri Luar Negeri tentang kecukupan laporan tersebut.
FRC juga menghasilkan laporan, yang dilakukan oleh Audit Quality Review
Team atau AQRT (sebelumnya bernama Unit Inspeksi Audit), yang berfokus
pada evaluasi kualitas audit.

Tujuan

● Untuk memantau kualitas audit atas entitas yang terdaftar dan entitas
kepentingan publik yang besar, yang meliputi, bank, masyarakat yang
sedang membangun, skema pensiun, dan badan amal yang besar.
● AQRT akan memantau firma-firma audit besar di Inggris dan
mengevaluasi apakah kebijakan dan prosedur mereka mendukung
kualitas audit.
Implementasi di indonesia
Ada beberapa lembaga dan mekanisme yang berperan dalam memantau dan
memastikan kualitas audit di Indonesia:
● Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (OJK):
OJK memantau dan mengawasi kualitas audit di sektor pasar modal,
termasuk perusahaan yang terdaftar di bursa efek. OJK memiliki
kewenangan untuk menetapkan standar, melakukan pemeriksaan, dan
memberikan sanksi terhadap praktik audit yang tidak memenuhi standar.
● Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI):
Sebagai lembaga profesi akuntan publik di Indonesia, IAPI memiliki peran
dalam memastikan standar etika dan praktik profesional yang tinggi bagi
anggotanya. IAPI juga dapat terlibat dalam mengembangkan pedoman dan
prosedur yang berhubungan dengan kualitas audit.
Kecukupan proses penelaahan kualitas audit
Pada tahun 2009, beberapa firma audit besar pertama kali menerbitkan laporan
transparansi secara sukarela. Namun, laporan-laporan ini kemudian dikritik karena
dianggap kurang informatif dan tidak memberikan data kuantitatif yang cukup untuk
membedakan kualitas audit di antara firma-firma tersebut.

Badan pengawas profesional, seperti FRC, menyarankan bahwa industri audit perlu
menyediakan lebih banyak data kuantitatif agar investor dan perusahaan memiliki
alat yang cukup untuk mengevaluasi kualitas audit. Kritik terhadap laporan
transparansi sukarela pertama ini menyatakan bahwa laporan-laporan tersebut
kurang memberikan detail yang cukup untuk mendukung klaim kualitas audit,
sehingga tidak memungkinkan klien dan calon klien untuk membandingkan firma-
firma audit dalam hal kualitas layanan mereka.
Tantangan dan saran
Salah satu masalahnya adalah sangat sulit untuk mendefinisikan kualitas
audit dan menentukan faktor-faktor spesifik yang dapat memberikan
wawasan tentang seberapa baik perusahaan menangani masalah ini.

Area yang baru-baru ini disoroti dalam tinjauan FRC (2015) terhadap
laporan transparansi, adalah perlunya semua perusahaan
memprioritaskan penerbitan target indikator kinerja utama yang
digunakan untuk mengukur dan menilai kualitas audit, termasuk hasil-
hasil yang dicapai dari target-target tersebut.
Question

Anda mungkin juga menyukai