Anda di halaman 1dari 8

Auditing, Philosophy and Auditing Methodology

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing dan Assurances

Oleh:
Marchelyn Pongsapan (196020300111019)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
Ketika berbicara mengenai Auditing, maka yang perlu diketahui terlebih dahulu ialah
apa sebenarnya “Auditing” itu dan bagaimana filosofi serta methodologinya bekerja.
Auditing merupakan sebuah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens & Leobbecke ; 1998)
sedangkan menurut R.K Mautz,Husain A sharaf ;1993 mendefinisikan auditing sebagai
rangkaian praktek dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya sedikit butuh
penjelasan, diskripsi, rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal sebagai teori.
Selanjutnya Mulyadi & Kanaka Puradiredja (1998) mendifinisikan auditing adalah proses
sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektip mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Banyak yang beranggapan bahwa audit merupakan ilmu praktis, lawan dari ilmu
teoritis, serta subjek. Namun, terkadang mereka juga beranggapan bahwa audit merupakan
serangkaian praktik dan prosedur, metode dan teknik, yang dilakukan dengan sedikit
penjelasan, deskripsi, rekonsiliasi, dan argumen yang sering disatukan sebagai "teoritis".
Pembicaraan mengenai auditing selalu dikaitkan dengan keberadaan profesi Akuntan
Publik, yang dikenal oleh masyarakat sebagai penyedia jasa audit laporan keuangan kepada
pemakai informasi keuangan. Para praktisi dan pendidik terkadang timbul suatu pertanyaan
teori apakan sebenarnya yang melatar belakangi auditing. Literatur-literatur yang terkait
dengan auditing lebih banyak didominasi oleh pembicaraan yang terkait dengan praktek dan
teknik audit. Dan sedikit sekali literatur profesional yang mengulas mengenai teori auditing.
Pemahaman akan teori auditing membantu kita dalam mencari jalan pemecahan yang
masuk akal atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh profesi auditor. Akan
tetapi, sampai saat ini, literatur yang membahas tentang teori auditing belum sebanyak
literatur yang membahas disiplin ilmu akuntansi. Jika dibandingkan dengan teori di bidang
akuntansi maka akan nyata terlihat bahwa auditing sangat ketinggalan jauh. Ini merupakan
tantangan tersendiri bagi para praktisi maupun pemikir ilmu auditing.
Beberapa masalah-masalah dalam auditing sampai saat ini masih menjadi bahan
perdebatan dan tidak kunjung terpecahkan, misalnya apakah tes dan pengambilan sampel
yang biasa dipakai auditor kurang dalam menjustifikasi opininya ?, masalah independensi
auditor dan kepentingan auditor terhadap audit fee. Tidak hanya layanan auditor saja yang
menjadi perdebatan akan tetapi juga menyangkut tanggung jawab kinerja dan fungsi
historisnya. Bagaimana kedudukan auditor mengenai kewajiban untuk mengungkapkan
pelanggaran hukum oleh klien, terlebih lagi peranan auditor dalam pelanggaran hukum klien.
Pembicaraan mengenai teori auditing sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari sejarah
auditing itu sendiri. Auditing pada awalnya dikembangkan sebagai sebuah prosedur dengan
pengecekan yang detail sehingga kelihatannya teori tidak diinginkan dan diperlukan, Para
auditor jaman dahulu hanya terdorong untuk menginfestigasi kecocokan hal-hal yang
diinfestigasi dengan model atau standar, hal ini tidak beda jauh dengan kondisi pada saat ini.
“ Kami berpendapat bahwa ada teori auditing, yang terdiri dari sejumlah asumsi dasar dan
suatu kerangka dari ide-ide yang terintegrasi, pemahaman yang akan banyak membantu
secara langsung dalam pengembangan dan praktek seni auditing.
Lebih jauh lagi kami percaya,yang akan kami usahakan untuk mendukung
kepercayaan kami ini dibagian-bagian berikut, bahwa pemahaman mengenai teori auditing
dapat membawa kita ke solusi yang paling masuk akal dari masalah-masalah yang paling
tidak menyenangkan yang dihadapi oleh auditing saat ini” (Mautz, R. K., and Hussein A.
Sharaf; 1961)
Selama bertahun-tahun auditing sibuk menyiapkan kelahirannya dan diterima jika selama
bertahun-tahun itu hanya sedikit waktu untuk introspeksi, namun ketika suatu teori menjadi
semakin matang maka waktu instrospeksi yang dibutuhkan semakin berkurang. Sungguh ada
sesuatu yang tidak layak mengenai profesi dengan tidak ada dukungan yangterlihat dalam
bentuk struktur teori yang komprehensip dan terintegrasi, maka diperlukan Filosofi Auditing.

Manfaat keberadaan teori digunakan sebagai landasan pijakan yang nantinya akan
menawarkan penjelasan, dukungan serta peningkatan akan standar, praktik, metode dan
prosedur yang ada dalam auditing. Dengan adanya teori auditing diharapkan dapat menjadi
penuntun bagi pengembangan terhadap metode serta teknik auditing yang baru. Tidak hanya
itu,teori auditing memiliki peranan yang kritis dalam mempertahankanauditing sebagai
profesi tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa jawaban terhadap pertanyaan tentang mengapa wilayah
teoretis dari auditing perlu dipikirkan dan dikembangkan:
1. Sangat membantu dalam kemandirian auditing sebagai ilmu atau disiplin yang berdiri
sendiri.
2. Dapat membantu auditing dalam menjelaskan dengan baik domain yang menjadi
wilayah tugasnya.
3. Teori auditing dapat memperjelas tujuan pokok auditing.
4. Bagi pengembangan auditing dapat menyediakan kerangka dasar
5. Dengan melandaskan pendekatan ilmiah maka teori auditing dapat memperkokoh
auditing sebagai profesi yang melayani kepentingan masyarakat
6. Sebagai acuan terhadap evaluasi standar dan praktik auditing, apakah standar dan
praktik telah sesuai dan tidak bertentangan dengan tujuan auditing itu sendiri.

Dengan bermodalkan standar dan praktik, tanpa kerangka teori, auditing dapat
tersingkirkan dengan mudah dan akan kehilangan validitasnya,karena pasar akan menentukan
apa yang bermanfaat dan apa yang harus disisihkan.

The Philosophical Approach


Dalam memahami tentang dunia auditing, hal penting lainnya yang perlu dipahami mengenai
pendekatan filosofi.
Filosofi berkaitan erat dengan ilmu filsafat, dimana filsafat sering dipandang sebagai suatu
ilmu yang sulit difahami. Hal ini dapat dimaklumi karena dari semua cabang ilmu
pengetahuan, bidang filsafat adalah bidang yang paling sulit karena ia menggunakan terma
yang abstrak. Meskipun demikian, ilmu filsafat adalah ilmu tentang kebijaksanaan.
Dalam hal ini terdapat empat karakteristik, yaitu:
a. Komprehensif,
Pemahaman menyeluruh mengenai kehidupan manusia secara luas dan utuh dengan
menggunakan konsep-konsep generalisasi seperti “perihal (matter), pikiran(mind),
bentuk (form), entitas, dan proses,” yang artinya kesemuanya ini diterapkan terhadap
keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Sedangkan dalam penerapannya dalam
dunia auditing, yakni pencarian ide yang cukup umum dalam disiplin auditing.
Sehingga, mengarahkan kita dalam mempertimbangkan konsep–konsep umum seperti
pembuktian(evidencing), kecermatan profesi (professional due care), keterungkapan
(disclosure), dan independensi serta terhadap pengembangan body of knowledge yang
komprehensif dan koheren atas dasar interpretasi auditing sebagai suatu disiplin ilmu
yang bermanfaat secara sosial.
b. Perspektif
Pendekatan yang mengharuskan kita dalam meluaskan pandangan untuk menangkap
arti penting dari benda-benda. Dalam dunia auditing hal ini merujuk kepada
penglihatan akan kebutuhan mana yang lebih diutamakan daripada kepentingan
pribadi.
c. Insight atau pendalaman,
Dalam karakteristik ketiga ini, kita diajak untuk lebih mendalami sebuah penyelidikan
yang diusulkan. Artinya, bahwa filsuf berupaya untuk mengungkapkan asumsi dasar
yang mendasari pandangan manusia terhadap setiap gejala kehidupan alam. Asumsi
dasar dimaksud sesungguhnya merupakan dasar atau alasan manusia untuk berbuat,
walaupun alasan itu cenderung tidak dikenali.
d. Vision atau pandangan ke depan.
Menunjukkan jalan yang memungkinkan manusia berpikirdalam kerangka yang
sempit ke kemampuan untuk memandanggejala dalam kerangka yang lebih luas,
ideal, dan imajinatif(conceived).
The Method Of Philosophy
Sebagaimana setiap bidang ilmu yang mempunyai metode studi masing-masing,
filosofi juga memiliki metode atau tradisi dalam diskursusnya. Dari pendekatan tradisional
yang dikenal dalam bidang studi filosofi, kita mengenal adanya metode analitis dan valuasi
yang dapat digunakan dalam pengembangan teori auditing. Dalam duni auditing lebih fokus
terhadap tanggung jawab sosial dan pedoman etika seperti halnya koleksi dan evaluasi dari
bukti. Fungsi terakhir dari method phiosopy adalah bahwa adanya penemuan sejumlah
petunjuk mengenai masalah yang dihadapi oleh auditing sebagai suatu profesi.
Auditing tentunya berkaitan dengan perwujudan tanggung jawab sosial dan perilaku
etis(ethical conduct), di samping kepentingannya dengan pengumpulan dan evaluasi bukti.
Jadi, masing-masing dari metode ini mempunyai tempat tersendiri dalam auditing.
Pendekatan-pendekatan ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendekatan analitis
Pendekatan ini lebih kepada ide-ide maupun gagasan yang selama ini diterima begitu
saja oleh sebagian orang. Pendekatan analitist ertarik akan ketegasan dan ketepatan
dalam berpikir, terutama dengan menggunakan teknik logika.
b. Pendekatan penilaian (valuation approach)
Pendekatan ini terdiri atas dua hal yakni moral dan etika. Pendekatan ini juga
merupakan jawaban jawaban terhadap bagaimana sebaiknya seseorang berbuat, dan
prinsip apa yang semestinya digunakan untuk mengarahkan tindakan manusia.
Auditing memanfaatkan pendekatan analitis maupun pendekatan valuation. Sebagai
contoh, pertimbangan (judgment) dalam audit tergantung pada kualitas dari keyakinan yang
diperoleh melalui pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti. Sementara itu,pengumpulan
dan pengembangan bukti-bukti dimaksud memerlukanupaya analisis atas fakta-fakta yang
terjadi yang melatarbelakangiasersi yang sedang diaudit. Keyakinan hanya dapat didukung
atas dasar sejauh mana seorang auditor dapat menjelaskannya dari bukti-bukti yang berhasil
diurai. Makin kuat penguraiannya, maka makin kuat pembuktiannya, dan karenanya simpulan
(judgment) yang diambilakan semakin handal.
Demikian pula halnya dengan peranan nilai moral dan etis dalam auditsebagai
konsekuensi kehormatan (privilege) yang diperolehnya darimasyarakat.
Standar nilai moral dan etis selanjutnya akan menjadipengendalinya. Jadi, penerapan
pendekatan valuation menekankanbahwa filosofi dari auditing tidak hanya mencakup
pentingnya kegiatananalitis, melainkan juga mempunyai implikasi sosial.
Secara filosofis, auditing tidak hanya menyajikan kepada parapemakai mengenai
informasi yang dibutuhkan untuk melakukantindakan. Akan tetapi, auditing juga merangsang
setiap yangberkepentingan untuk bertindak, memberi inspirasi dan mendefinisikantujuan
yang harus dicapai.

Perbedaan Antara Metode Sains dan Metode Auditing

Auditor seringkali membutuhkan bukti-bukti yang berkaitan atas suatu masalah,


sedangkan scientist cukup puas hanya jika mampu mengambil kesimpulan dari bukti-bukti.
Tetapi dalam hal kewajaran, perlu digarisbawahi ada faktor-faktor lain yang terlibat. Untuk
jangka panjang, scientist menuntut memiliki bukti yang sangat kuat, untuk jangka pendek,
tidak seideal itu. Auditor bekerja dalam konteks jangka pendek (short run). Kesimpulannya
lebih sering bersifat sementara.
Keadaan ini membuat auditor harus yakin dengan bukti-bukti terbatas yang ia miliki
apakah cukup untuk menjadi pendukung opininya.
Perbedaan kedua yang cukup signifikan adalah percobaan kontrol. Dalam sains,
pengujian hipotesis seringkali dilakukan di laboratorium dibawah beberapa kondisi yang bisa
dikendalikan atau dikontrol sehingga efek yang diberikan dapat dilihat dengan jelas. Bukan
saja hanya hasilnya yang dapat dilihat dengan jelas, melainkan percobaannya dapat dilakukan
berulang kali.
Berbeda dengan audit, hanya karena kondisi yang sangat luar biasa audit akan
dilakukan dua kali, bahkan hasilnya tidak ekuivalen dengan percobaan laboratorium yang
dilakukan dua kali. Banyak hal intangible yang bersama-sama mempengaruhi opini
audit.Perbedaan ketiga adalah fakta di dalam auditing asumsi dasar atau postulat terkait
validitas penalarannya sama sekali tidak dinyatakan.

Probabilitas dalam Sains dan Auditing

Hipotesis yang tidak diuji memiliki tingkat probabilitas yang rendah dibandingkan
dengan yang diuji, tetapi keduanya tetap probabilitas. Sains sudah lama menggunakan teknik
dan metode statistik untuk memecahkan masalah.
Auditing merupakan aplikasi lain dari berpikir ilmiah dalam teori probabilitas.
Pengaruh tradisional dari teori probabilitas dalam auditing adalah contohnya dengan
menggunakan kalimat “opini” untuk menunjukkan kesimpulan (final judgement) terhadap
sebuah laporan keuangan yang sudah diperiksa.
Prosedur Metodologi untuk Value Judgment
Di dalam pemeriksaan auditor menghadapi masalah ini, begitu juga ketika tanggung
jawab kepada masyarakat mengalami masalah value judgment.
Metode untuk menilai pendapat adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah
2. Pernyataan masalah
3. Formulasi solusi yang mungkin
4. Evaluasi solusi
5. Formulasi pendapat
Poin pertama dan kedua tidak memerlukan perhatian khusus dalam pembahasan ini.
Perlu diperhatikan bahwa harus dipikirkan semua solusi yang bisa dilakukan, misalnya
berdasarkan pengalaman yang telah lalu. Kemudian setelah mengidentifikasi semua solusi
yang mungkin barulah mencari referensi untuk memilih solusi mana yang akan digunakan.
Setelah itu baru melakukan evaluasi bagaimana hasilnya. Pada tahap ini pengalaman
profesional dan pengetahuan sangat penting. Itulah langkah yang dilewati ketika akan
membuat sebuah value judgment.

References
Mautz, R. K & Sharaf, H. A., “Toward an Auditing Philosophy”.
Power, M. K. (2003) “Auditing and the Production of Legitimacy”, Accounting
Organizations and Society.
Rens, A., & Loebbecke, J. (1997). Auditing: An integrated approach (6th ed.)
ss

Anda mungkin juga menyukai