Disusun oleh:
Gede Krisnawan
145020300111006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2017
TEORI AGENSI (AGENCY THEORY)
Definisi Teori Agensi
Konsep Agency Theory menurut Scott (1997:305) merupakan hubungan/kontrak antara
principal dan agent, dimana principal adalah pihak yang mempekerjakan agent agar melakukan
tugas untuk kepentingan principal, sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan kepentingan
principal.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa definisi dari teori agensi adalah hubungan
antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Dan di dalam hubungan keagenan
tersebut terdapat suatu kontrak dimana pihak principal memberi wewenang kepada agent untuk
mengelola usahanya dan membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
GAME THEORY
Game theory berusaha untuk membuat model dan memprediksi outcome konflik antara
individu secara rasional. Pentingnya konsekuensi ekonomi di karakteristikan sebagai konflik. Ada
dua kontrak penting yaitu: kontrak pegawai ( antara perusahaan dengan manajemen) dan leading
kontrak ( antara perusahaan dengan lenders) kedua tipe kontrak tersebut sering tergantung pada
net income yang dilaporkan. Kontrak pegawai sering memberikan bonus dengan berdasarkan pada
net income.
Game theory dapat membantu mereka memahami bagaimana manajer, investor dan lainnya
yang dipengaruhi oleh konsekuensi ekonomi dari pelaporan keuangan. Game theory membantu
mereka untuk melihat mengapa kontrak sering bergantung pada laporan keuangan.
Game theory ini, seorang pemain selain memperhitungkan ketidakpastian situasi yang akan
terjadi juga akan memperhitungkan tindakan yang dilakukan oleh pemain lainnya. Terdapat berbagai
jenis games yang dapat diklasifikasikan sebagai cooperative dan non-cooperative games.
1. Cooperative Games: para pemainnya terlibat dalam suatu kesepakatan yamg mengikat
2. Non cooperative Games : para pemainnya tidak ada kesepakatan
Rigidity of Contracts
Contract cenderung untuk “rigid” (kaku) pada waktu ditandatangani. Alasan untuk
kekakuan ini perlu didiskusikan. Dilain pihak, kita mungkin bertanya, jika konsekuensi ekonomi
mempunyai tempat dalam contract yang diikuti oleh manejer, mengapa tidak menegosiasi
ulang contracts yang mengikuti perubahan dalam GAAP atau keadaan tidak terduga lainnya.
Kontak yang tidak mengantisipasi semua kemungkinan realisasi keadaan, adalah tidak
lengkap. Membangun sebuah komitmen formal untuk menenegosiasikan kembali contract dibawah
tangan adalah mungkin, namun jika negosiasi kembali tersebut adalah baik untuk manejer, prospek
dari negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha insentif manejer, yang tidak termasuk dalam
ketertarikan investor.
Akibatnya, konsekuensi dari memasuki contracts hanya karena itu adalah sebuah contracts.
Keadaan yang tidak terduga sebelumnya menyebabkan biaya untuk perusahan dan/atau manejer
tersebut. Manejer yang kurang beruntung dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan-
peraturan akuntansi dipertengahan jalan yang mungkin ditekan untuk menghilangkan ketidaksukaan
mereka pada akuntan-akuntan yang memperkenalkan perubahan peraturan daripada pihak lainnya