The meaning and importance of auditor independence
Factors affecting independence and measures to attain it. Dalam bab ini membahas tentang arti pentingnya independent sebagai elemen penentu audit, auditor independen memiliki peran dalam mencapai akuntabilitas. Prinsip dasar dari independen audit bahwa auditor harus bersikap objektif dan memberikan pendapat yang tidak memihak tanpa terpengaruh oleh bias, berprasangka, berkompromi, dan conflict interest. Audit yang independen akan membantu menjamin akuntabilitas dengan menambahkan dokumen akuntabilitas yang kredibel. Independence and Role Audits Flint menyatakan, bahwa karakter akuntabilitas tidak sepenuhnya dapat didefinisikan secara tepat karena bersifat dinamis menyesuaikan dengan perubahan secara social, politik, dan ekonomi, serta etika dan standar sosial. Ada beberapa gagasan untuk membantu pemahaman dalam akuntabilitas yang dikemukakan oleh Stewart (1984), yang menyarankan bahwa ada dua elemen yang harus ada untuk bisa dikatakan akuntabilitas: a. An Account – satu set laporan keunagan yang dipublikasikan adalah adanya contoh akun. b. An holding to account – tindakan yang diambil untuk membuat oleh penyusun laporan agar bertanggungjawab. Sehingga, para direktur yang menyiapkan laporan keuangan dapat diminta pertanggungjawab oleh shareholders. Maka dapat disimpulkan bahwa satu set laporan keuangan adalah dokumen akuntabilitas uang penting, jika dapat ditunjukkan sebagai dokumen yang memberikan gambaran valid. Karena tanpa audit, tidak akan ada akuntabilitas, argumen dapat dikatakan kredibilitas hanya boleh dikatakan oleh orang- orang yang dianggap memiliki pengetahuan atau kompetensi tentang subjek audit dan independent. Ada sejumlah akuntabilitas yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Political accountability-pertanggungjawaban langsung antara pegawai pemerintah, perwakilan rakyat dan para elit pemerintah. Selain dalam pemerintahan, juga dapat digunakan oleh direktur dari perusahaan yang memiliki akuntabilitas politik kepada shareholders yang memilih mereka. b. Public accountability-pertanggungjawaban perusahaan untuk pengendalian sumber daya terhadap masyarakat luar/ pihak eksternal. Seperti, direktur dari perusahaan mineral oil dapat memberikan pertanggungjawaban publik atas penetapan harga produk mereka. c. Managerial accountability-pertanggungjawaban karena menduduki posisi di tempat bekerja, seperti pertanggungjawaban entry level kepada level top management seputar dengan pencapaian target dan pencapaian pekerjaan/jobdesk. d. Professional accountability-pertanggungjawaban dalam kelompok professional atau kelompok level expert, seperti suatu kelompok professional akuntansi bertanggung jawab untuk sehubungan/selinier dengan standar professional serikat akuntansi dengan mempertahankan standar teknis yang sudah ada. e. Personal accountability-pertanggungjawaban yang bersifat private atau individual yang berhubungan dengan nilai-nilai pribadi. The role/peran audit pada gambar 3.1 menjelaskan bahwa kebutuhan independensi ada berasal dari remoteness gap (kesenjangan) antara pihak manajemen yang menjalankan organisasi dengan pengguna informasi (stakeholders), yang pada dasarnya pengguna informasi tidak bisa mempertanyakan secara langsung kepada pihak manajemen karena informasi yang masih belum diaudit dan belum kredibel. Maka dari itu, role audit disini berperan sebagai independent yang berkompetensi dan berintegritas dapat menyajikan informasi kepada stakeholders bahwa informasi dari manajemen sudah kredibel. Definitions of Independen Flint (1988) mendeskripsikan independent dengan, obyektif secara penuh, tidak berprasangka dalam subjek audit sebelumnya, tidak terpengaruh oleh hasil kepentingan atau konsekuensinya, tidak bias dan terpengaruh oleh pertimbangan terhadap apapun masalah yang muncul. Jika menurut IFAC dan RFC bahwa independensi terbagi jadi beberapa prinsip yang harus ada dalam audit. Practitioner and Profession Independence Practitioner Independence- Mautz dan Sharaf mencatat bahwa independensi tersebut adalah suatu kondisi dalam pikiran, menganalisis tekanan, dan factor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberpihakan auditor. Sehingga Mautz dan Sharaf mengidentifikasi terdapat 3 dimensi dalam hal ini: a. Programming Independence (memiliki kebebasan untuk mengembangkan program sendiri baik dalam Langkah-langkah yang harus dilakukan maupun kuantitas pekerjaan yang harus dilakukan dengan batas-batas saat engagement). b. Investigative independence (tidak ada sumber informasi resmi yang bersifat tertutup untuk auditor, jadi memiliki kebebasan untuk memeriksa informasi yang dianggap relevan oleh auditor, seperti memeriksa budgeting dan perkiraan COA pada periode berjalan). c. Reporting independence (isi laporan yang ditentukan oleh ruang lingkup (scope) pemeriksaan/audit). Profession Independence-kemampuan dan kewajiban seorang professional untuk menjalankan tugas tanpa adanya pengaruh yang merugikan. Profesional juga harus dapat membuat keputusan dan pendapat secara obyektif untuk mencapai integritas dan keandalan profesi auditor. Sehingga, perbedaan dari 2 independen ini adalah independen praktisi dapat lebih berfokus pada seseorang yang bekerja secara mandiri dalam berbagai bidang sedangkan independen profesional dapat merujuk pada seseorang yang harus menjaga independensi mereka sebagai bagian dari profesinya, terutama dalam konteks audit atau akuntansi. Conflict, Power of Auditor and Client, and Effect on Perceived Independence Goldman dan Barlev mengidentifikasi kemungkinan konflik antara berbagai kelompok terdiri dari individu yang terkait dengan organisasi, di mana ada konflik, tekanan yang mempengaruhi independensi mungkin muncul, yaitu: a. Konflik kepentingan antara auditor dan organisasi klien (manajemen dan shareholders) karena laporan audit yang benar mungkin tidak terlihat seperti untuk kepentingan manajemen atau shareholders atau kedua kelompok tersebut. b. Konflik antara pekerjaan profesional auditor dan kepentingan individu. c. Konflik antara manajer dan shareholders. d. Konflik antara organisasi klien dan pihak ketiga. Organisasi memungkinkan ingin menyesatkan penyedia keuangan luar (seperti pemberi pinjaman) tentang posisinya untuk meningkatkan biaya atau cost yang berjalan di masa mendatang, meskipun kemungkinan bukan untuk kepentingan pihak ketiga. Gambar 3.2 Shockley menghasilkan model konseptual yang mengidentifikasi faktor independensi memberikan dampak pada kemampuan auditor untuk menahan pressure. Efek tersebut dapat menjadi positif dan negatif pada kekuatan perusahaan (manajer) dan auditor. Faktor-faktor yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: a. Penyediaan layanan non-audit atau non-jaminan, yang disebut manajemen layanan konsultasi (MAS)- pemberian layanan non-audit oleh perusahaan audit kepada klien dapat memunculkan potensi konflik kepentingan yang dapat merugikan independensi auditor. Layanan konsultasi (MAS) dapat menciptakan hubungan yang membuat auditor sulit untuk menjaga independensi. b. Persaingan dalam profesi audit (kompetisi)- tingkat persaingan dalam industri audit dapat mempengaruhi independensi auditor. Situasi persaingan yang ketat, auditor mungkin merasa pressure untuk memenuhi harapan client atau menghasilkan result yang lebih positif. c. Periode dimana auditor menjabat (tenurial)- lamanya masa jabatan auditor dapat mempengaruhi independensi. Auditor yang memiliki masa jabatan lama mungkin sudah menghadapi tantangan terkait ketidakmampuan untuk mempertahankan perspektif yang obyektif. d. Ukuran perusahaan audit (ukuran)- ukuran perusahaan yang akan diaudit dapat memainkan peran dalam independensi. Perusahaan besar mungkin memiliki tekanan yang lebih untuk mempertahankan hubungan dengan klien besar yang berpotensi mempengaruhi independensi. e. Fleksibilitas standar akuntansi (accounting flexibility)- fleksibilitas penerapan standar akuntansi dapat memberikan peluang bagi auditor untuk mempengaruhi hasil audit atau interpretasi standar yang dapat menjadi ancaman dalam independensinya. f. Tingkat keparahan sanksi profesional dan penerapannya (sanksi profesional)- tingkat sanksi profesional dan penerapannya dapat mempengaruhi kepatuhan auditor terhadap standar etika dan independensi. Sanksi yang ringan atau kurang tegas mungkin tidak memberikan dampak yang lebih untuk mempertahankan independensi. g. Sejauh mana tanggung jawab hukum auditor kepada pihak ketiga (tanggung jawab hukum)- tingkat tanggung jawab hukum auditor terhadap pihak ketiga dapat mempengaruhi independensinya. Auditor mungkin menghadapi tekanan untuk memastikan bahwa hasil audit tidak menyebabkan tanggung jawab hukum yang berlebihan. h. Ketakutan yang mungkin dimiliki auditor terhadap kehilangan pelanggan dan kehilangan reputasinya (takut kehilangan pelanggan, reputasi)- auditor mungkin takut kehilangan klien atau reputasi dalam industri. Ketakutan ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan dan independensi auditor. Semua faktor ini dapat saling berhubungan dan memerlukan manajemen yang tepat untuk memastikan bahwa independensi auditor tetap terjaga. Organisasi dan badan pengawas audit semacam IFAC dan FRC mengeluarkan pedoman dan standar untuk membantu mengatasi potensi ancaman terhadap independensi auditor. Published Codes of Ethics Independen dan Fundamental Principles Saat melakukan audit, IFAC mewajibkan auditor untuk mematuhi Independen dan prinsip-prinsip dasar, detail ada di bawah ini: a. Independence of Mind (Independensi Pikiran)-kemampuan auditor untuk menjalankan audit dengan pemikiran independen, bertindak secara integritas, skeptisisme profesional dan objektif. Auditor harus dapat membentuk opini yang obyektif terkait dengan laporan keuangan klien tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti tekanan dari manajemen klien atau konflik kepentingan pribadi. b. Independence in Appearance (Independensi Penampilan)-bagaimana auditor terlihat di mata publik dan pemangku kepentingan. menekankan pentingnya persepsi publik terhadap independensi auditor. Walaupun auditor mungkin memiliki independensi pikiran sendiri, namun jika penampilan auditor secara implisit adanya kepentingan atau afiliasi yang dapat mempengaruhi objektivitas, maka dianggap mengancam independensi penampilan. Prinsip-prinsip dasar yang diidentifikasi oleh IFAC dalam paragraf 100.5 adalah: a. Integrity (Integritas)- bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis dan tidak terlibat dalam tindakan yang dapat memberikan negatif ke integritas atau memberikan informasi yang diyakini bersifat palsu atau menyesatkan. b. Objectivity (Objektivitas)-memfokuskan perlunya menjaga objektivitas pada penilaian dan keputusan profesional.Tidak membiarkan bias, adanya konflik kepentingan, atau pengaruh tidak semestinya mengompromikan penilaian profesional auditor. c. Professional Competence and Due Care (Kompetensi Profesional dan Kewaspadaan yang Wajar)- harus memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional yang memadai dan berkembang saat ini serta harus bertindak dengan cermat sesuai dengan standar teknis dan profesional. d. Confidentiality (Kerahasiaan)-menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama hubungan profesional dan bisnis. Tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut tanpa otoritas yang tepat.kecuali jika ada hak atau kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkan, atau menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi dari akuntan profesional atau pihak ketiga. e. Professional Behavior (Perilaku Profesional)-mengikuti peraturan dan regulasi yang berlaku dan harus menjauhi tindakan yang dapat merugikan reputasi profesi atau citra profesi. Conceptual framework for identifying, evaluating and addressing threats IFAC dan Standar Etika FRC menyajikan kerangka konseptual persyaratan dan panduan untuk memastikan independensi dipertahankan saat melakukan audit. Kerangka kerja ini membutuhkan identifikasi, mengevaluasi dan menangani ancaman untuk menghilangkannya atau menerapkan system keamanan untuk mengurangi ancaman terhadap suatu tingkat yang dapat diterima. Potensi ancaman terhadap prinsip-prinsip etika dasar termasuk independensi adalah (Identifikasi oleh IFAC) a. Self-interest threat- hubungan keuangan atau bisnis dengan klien dapat menciptakan ancaman terhadap objektivitas. Contohnya, memiliki saham atau kepentingan finansial yang signifikan dalam klien dapat mempengaruhi independensi. b. Self-review threat-penyediaan jasa selain jasa audit, seperti jasa konsultasi, kepada klien dapat menciptakan ancaman terhadap objektivitas. Auditor harus berhati-hati agar tidak terlibat dalam kegiatan yang dapat mengurangi independensi mereka. c. Advocacy threat-Ancaman ini muncul ketika auditor terlibat dalam pembelaan atau advokasi atas posisi atau opini tertentu yang dapat mengurangi objektivitas mereka. d. Familiarity threat-Hubungan keluarga dengan pihak terkait dalam klien dapat menciptakan ancaman terhadap objektivitas. Auditor harus memastikan bahwa hubungan pribadi tidak mempengaruhi penilaian profesional mereka. e. Intimidation threat-intimidasi dari pihak manajemen klien atau pihak lain yang memiliki kepentingan dapat menjadi ancaman serius terhadap objektivitas auditor. Auditor harus dapat menanggulangi tekanan tersebut dan menjalankan tugasnya secara independen. Standar Etika FRC juga mengidentifikasi ancaman keenam: the management threat- muncul ketika pandangan dan penilaian auditor mexnjadi terlalu selaras dengan pandangan manajemen. Dalam hal ini, auditor mulai berpikir seperti klien, bukan menilai perilaku dan pengungkapan klien secara objektif. Keadaan yang dapat mengancam independensi auditor meliputi: (a) Keuangan, bisnis, ketenagakerjaan dan hubungan pribadi (financial, business, employment and personal relationships) (b) Hubungan yang panjang dengan keterlibatan audit ( long association with the audit engagement); (c) Biaya, remunerasi dan kebijakan evaluasi, litigasi, hadiah, dan keramahtamahan (fees, remuneration and evaluation policies, litigation, gifts and hospitality)- Fees (Biaya)- audit yang tepat harus dilakukan berapa pun biaya yang disepakati, yaitu, sudut tidak boleh dipotong dalam melakukan pekerjaan audit, bahkan jika perusahaan telah mengajukan proposal biaya yang lebih rendah daripada pesaingnya. Biaya juga tidak boleh bergantung pada hasil yang diharapkan atau diinginkan. Ancaman terhadap objektivitas dan independensi perusahaan dapat muncul baik dalam kasus ini maupun dalam hal biaya yang dibebankan kepada klien mewakili proporsi yang signifikan dari total pendapatan perusahaan. Remuneration and evaluation policies (Kebijakan Remuneration dan evalusi)-remunerasi dan kemajuan anggota staf melalui perusahaan harus didasarkan pada dasar yang baik dan adil dan tidak boleh bergantung pada keberhasilan staf dalam menjual layanan non-jaminan kepada klien audit. Litigation-adanya litigasi antara firma audit dan kliennya akan merusak hubungan antara tim perikatan dan manajemen dan membuat pencapaian tujuan audit menjadi sangat sulit jika bukan tidak mungkin. Gifts and hospitality-kecuali jika hadiah dan keramahtamahan tidak signifikan jumlahnya, hadiah tersebut tidak boleh diterima oleh siapa pun dalam posisi untuk menentukan hasil audit. Ini termasuk hadiah dan keramahan kepada anggota keluarga dekat (d) Layanan non-audit (atau non-jaminan) yang diberikan kepada klien audit (non-audit or non-assurance services provided to audit clients) Audit Firm’s Control Environment The Ethics Partner Partner etika adalah partner di perusahaan audit dengan dua tanggung jawab untuk: a. Kebijakan yang cukup dan prosedur perusahaan yang berkaitan dengan integritas, objektivitas dan independensi, kepatuhannya terhadap Standar Etika FRC dan efektivitas komunikasi kepada partner dan staf di dalam perusahaan. b. Memberikan panduan terkait kepada masing-masing partner. Dengan menekankan pentingnya mendokumentasikan penilaian keterlibatan partner dan setiap orang yang dikonsultasikan dalam membuat kesimpulan mengenai persyaratan integritas, objektivitas, dan independensi. Engagement Quality Control Reviewer (EQCR) Praktik audit yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil audit memenuhi standar kualitas yang tinggi sebelum diterbitkan. EQCR adalah langkah kontrol mutu pada tingkat yang lebih tinggi dalam sebuah firma audit, dan tujuannya adalah untuk meningkatkan keandalan dan kualitas hasil audit.