Kode Etik bertujuan untuk mewujudkan Anggota BPK dan Pemeriksa yang independen,
Berintegritas, dan Profesional dalam melaksanakan tugas pemeriksaan demi menjaga
martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Nilai Dasar Kode Etik BPK terdiri dari Independensi, Integritas, dan Profesionalisme.
Kode Etik harus diwujudkan dalam sikap, ucapan, dan perbuatan Anggota BPK dan
Pemeriksa dalam menjalankan tugasnya.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen, Inspektorat/unit pengawasan intern pada
Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan
Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada
Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BPKP diistilahkan sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), Kode Etik
APIP ini diberlakukan bagi:
1. Auditor,
2. PNS/petugas yang diberi tugas oleh APIP untuk melaksanakan pengawasan dan
pemantauan tindak lanjutnya.
Kode Etik pada APIP ini terdiri dari 2 (dua) komponen adalah sebagai berikut:
PRINSIP-PRINSIP PERILAKU
1. Integritas
Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana,
dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal.
2. Obyektivitas
3. Kerahasiaan
Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak
mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan.
4. Kompetensi
ATURAN PERILAKU
1. Integritas
b. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan
organisasi dalam melaksanakan tugas;
e. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;
f. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit;
2. Obyektivitas
c. menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun
pertimbangan profesionalnya.
3. Kerahasiaan
a. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperoleh dalam
audit;
4. Kompetensi
Perbedaan akuntan profesional di praktik publik Part B dengan akuntan profesional di praktik
bisnis Part C adalah sebagai berikut:
Akuntan Profesional di praktik bisnis merupakan seorang Akuntan Profesional yang bekerja
atau terikat dalam kapasitas eksekutif atau noneksekutif di berbagai bidang seperti
perdagangan, industri, jasa, sektor publik, pendidikan, sektor nirlaba, badan regulator atau
organisasi profesi, atau Akuntan Profesional yang dikontrak oleh entitas tersebut.
Perbedaan khusus Part B hanya berfokus pada KAP atau Auditor, karena menjelaskan tentang
etika profesi yang terdapat pada KAP bukan Etika profesi dari pemerintah, sedangkan kode
etik pemerintah tertuang pada BPKP. Jadi kesimpulan Part B pada etika profesi berfokus pada
KAP.
Perbedaan khusus Part C berfokus pada pihak-pihak yang dapat berperan sebagai karyawan,
rekan, direktur, komisaris, manajer sekaligus pemilik, relawan, atau lainnya, yang bekerja
pada satu atau lebih organisasi. Akuntan Profesional di Bisnis juga dapat bertanggung jawab
dalam mengelola keuangan secara efektif dan memberi nasihat yang kompeten dalam
beragam permasalahan terkait bisnis.
Hasil pekerjaan Akuntan Profesional di Bisnis dapat dijadikan acuan oleh investor, kreditur,
pemberi kerja, dan komunitas bisnis lain, sebagaimana juga pemerintah dan masyarakat
umum. Akuntan Profesional di Bisnis bertanggung jawab baik sendiri ataupun bersama
dengan pihak lain dalam menyusun dan melaporkan informasi keuangan dan informasi lain,
yang dijadikan acuan oleh organisasi tempatnya bekerja dan pihak ketiga.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik menggunakan istilah praktisi untuk akuntan
profesional dan menggunakan istilah pencegahan sebagai terjemahan dari safeguards.
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya ancaman-ancaman tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman telaah pribadi bagi Praktisi
mencakup antara lain:
Anggota dari tim assurance merupakan, atau pernah dipekerjakan oleh Klien dalam
posisi yang dapat mempengaruhi hal-hal yang menjadi hal pokok dalam perikatan
penugasan.
Penemuan kesalahan yang signifikan ketika dilakukan pengevaluasian kembali hasil
pekerjaan yang lalu oleh anggota yang berbeda dari Kantor Akuntan yang sama
(pada handbook dikategorikan sebagai ancaman kepentingan pribadi)
Praktisi memberikan jada untuk Klien yang secara langsung mempengaruhi
informasi yang menjadi hal pokok dalam perikatan penugasan assurance.
Anggota tim yang ditugaskan ternyata memiliki keluarga dekat yang menjadi
eksekutif pada klien tersebut.
Anggota tim perikatan menerima hadiah atau perlakukan istimewa dari klien,
kecuali nilainya secara jelas tidak signifikan.
Pencegahan
Pencegahan adalah tindakan atau upaya lainnya untuk menghilangkan atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Pencegahan dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu:
Dalam lingkungan kerja, pencegahan yang tepat sangat beragam, tergantung dari
situasinya. Pencegahan lingkungan kerja terdiri dari pencegahan pada tingkat institusi dan
pada tingkat perikatan. Pencegahan pada tingkat institusi dalam lingkungan kerja mencakup
antara lain:
Praktisi dapat mengandalkan juga pencegahan yang telah diterapkan oleh klien,
tergantung dari sifat penugasannya. Namun demikian, Praktisi tidak boleh hanya
mengandalkan pencegahan tersebut untuk mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat
diterima.
Pencegahan dalam sistem dan prosedur yang telah diterapkan oleh klien mencakup
antara lain:
Penerimaan Klien
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan potensi
terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika profesi yang diakibatkan
oleh diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku
profesional antara lain dapat terjadi isu-isu yang selama ini dipertanyakan masyarakat yang
terkait dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya). Isu-isu yang terdapat pada klien
yang jika diketahui dapat mengancam kepatuhan pada prinsip utama etika profesi mencakup
antara lain keterlibatan klien dalam aktivitas ilegal (seperti pencucian uang), kecurangan, atau
pelaporan keuangan yang tidak lazim.
Setiap Praktisi harus menolak untuk menerima suatu klien jika ancaman yang terjadi
tidak dapat dikurangi ke tingkat yang dapat diterima dan keputusan untuk menerima suatu
klien harus ditelaah secara berkala untuk penugasan yang berulang (recurrring engagements).
Penerimaan Penugasan/Perikatan
Setiap Praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika memiliki kompetensi
untuk melaksanakan penugasan. Karena itu, sebelum menerima penugasan, setiap Praktisi
harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika
profesi yang dapat terjadi. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika tim
perikatan tidak memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan dengan
baik.
Seorang Praktisi yang ditunjuk untuk menggantikan Praktisi lain atau seorang Praktisi
yang sedang mempertimbangkan untuk mengikuti tender perikatan dari calon klien yang
sedang dalam perikatan dengan Ptaktisi lain harus menentukan ada tidaknya alasan
profesional atau alasan lainnya untuk tidak menerima perikatan tersebut, yaitu adanya hal-hal
yang dapat mengancam kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Sebagai contoh, ancaman
terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
Praktisi Pengganti menerima perikatan sebelum mengetahui seluruh fakta yang terkait.
Signifikansi setiap ancaman harus selalu dievaluasi. Dalam melakukan evaluasi tersebut,
Praktisi Pengganti dapat berkomunikasi langsung dengan Praktisi Pendahulu untuk
memperoleh pemahaman mengenai latar belakang penggantian Praktisi tersebut, sehingga
Praktisi Pengganti dapat memutuskan tapat tidaknya menerima perikatan tersebut. Sebagai
contoh, alasan penggantian Praktisi yang dikemukakan oleh calon klien mungkin tidak
sepenuhnya mencerminkan fakta yang sesungguhnya, yang mungkin mengindikasikan
adanya perbedaan pendapat antara calon klien dengan Praktisi Pendahulu, sehingga hal
tersebut dapat memengaruhi Praktisi Pengganti untuk menentukan diterima tidaknya
penunjukan tersebut.
Jika ancaman yang diidentifikasi merupakan ancaman yang signifikan, maka pencegahan
yang tepat harus dipertimbangkan. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh Praktisi Pengganti
mencakup antara lain:
a. Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara lengkap dan terbuka
dengan Praktisi Pendahulu,
b. Meminta Praktisi Pendahulu untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan klien yang diketahuinya yang relevan bagi Praktisi Pengganti,
sebelum Praktisi Pengganti memutuskan untuk menerima perikatan tersebut.
Pada umumnya Praktisi Pengganti harus memperoleh persetujuan dari calon klien,
sebaiknya secara tertulis, sebelum melakukan komunikasi dengan Praktisi Pendahulu. Jika
persetujuan tersebut telah diberikan oleh calon klien, maka Praktisi Pendahulu harus
mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan lain yang relevan yang berlaku. Informasi
yang diberikan oleh Praktisi Pendahulu kepada Praktisi Pengganti harus disampaikan dengan
jujur dan jelas. Jika Praktisi Pengganti tidak dapat melakukan komunikasi dengan Praktisi
Pendahulu, maka Praktisi Pengganti harus coba untuk memperoleh informasi mengenai
semua kemungkinan ancaman yang dapat terjadi melalui cara-cara lain, seperti melakukan
wawancara dengan pihak ketiga, atau melakukan penyelidikan mengenai latar belakang
manajemen senior atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan dari klien.
Jika tidak memperoleh persetujuan dari klien, Praktisi Pendahulu tidak boleh secara
sukarela memberikan informasi mengenai klien kepada Praktisi Pengganti. Praktisi Pengganti
dapat diminta untuk melakukan pekerjaan yang bersifat sebagai pelengkap atau merupakan
pekerjaan tambahan dari Praktisi Pendahulu. Kondisi ini mungkin menimbulkan potensi
ancaman terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional karena
kurang atau tidak lengkapnya informasi. Pencegahan terhadap ancaman ini mencakup antara
lain pemberitahuan kepada Praktisi Pendahulu mengenai pekerjaan yang akan dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada Praktisi Pendahulu untuk menyediakan
semua informasi yang relevan agar Praktisi Pengganti dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik.
Setiap Praktisi harus mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena situati tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip utama etika profesi. Sebagai contoh, ancaman terhadap objektivitas dapat terjadi
ketika Praktisi bersaing secara langsung dengan klien atau memiliki kerjasama usaha atau
kerjasama sejenis lainnya dengan pesaing utama klien. Ancaman terhadap objektivitas atau
kerahasiaan dapat terjadi ketika Praktisi memberikan jasa profesional untuk klien-klien yang
kepentinganya saling berbenturan atau kepada klien-klien yang sedang saling berselisih
dalam suatu masalah atau transaksi.
Pencegahan yang dilakukan oleh Praktisi umumnya harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Memberitahukan klien mengenai setiap kepentingan atau kegiatan bisnis KAP yang
dapat menimbulkan benturan kepentingan, dan memperoleh persetujuan dari klien
untuk melanjutkan hubungan dengan klien berdasarkan kondisi tersebut, atau
b. Memberitahukan semua pihak yang relevan yang teridentifikasi mengenai
pemberian jasa profesional oleh Praktisi kepada dua atau lebih klien yang
kepentinganya saling berbenturan, dan memperoleh persetujuan dari klien-klien
tersebut untuk melanjutkan hubungan dengan mereka berdasarkan kondisi tersebut,
atau
c. Memberitahukan klien mengenai pemberian jasa profesional oleh Praktisi secara
tidak eksklusif untuk suatu klien (sebagai contoh, tidak bertindak secara eksekutif
untuk suatu industri atau jasa tertentu), dan memperoleh persetujuan dari klien untuk
bertindak demikian.
Selain itu, berikut ini adalah pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan:
a. Penggunaan tim yang terpisah dalam memberikan jasa profesional kepada klien-
klien yang kepentingannya saling berbenturan,
b. Penetapan prosedur untuk mencegah akses informasi oleh pihak yang tidak berhak
(sebagai contoh, pemisahan fisik yang jelas atas masing-masing tim perikatan
tersebut di atas, dan penyimpanan data yang aman dan terjaga kerahasiaannya),
c. Penetapan pedoman yang jelas bagi anggota tim mengenai keamanan dan
kerahasiaan data,
d. Penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh setiap rekan dan staf
KAP, dan
e. Penelaahan secara berkala atas penerapan pencegahan oleh pejabat senior KAP yang
tidak terlibat dalam perikatan.
Jika benturan kepentingan menyebabkan ancaman terhadap satu atau lebih prinsip utama
etika profesi tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima melalui
penerapan pencegahan yang tepat, maka Praktisi harus menolak untuk menerima perikatan
tersebut atau bahkan mengundurkan diri dari satu atau lebih perikatan yang berbenturan
kepentingan tersebut.
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika dapat terjadi ketika Praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua (second opinions) mengenai penerapan akuntansi,
auditing, pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau
untuk kepentingan, pihak-pihak selain klien. Sebagai contoh, ancamanan terhadap
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
pendapat kedua tidak didasarkan pada fakta yang sama seperti fakta yang disajikan kepada
Praktisi yang memberikan pendapat pertama, atau didasarkan pada bukti yang tidak
memadai.
Ketika diminta untuk memberikan pendapat kedua, setiap Praktisi harus mengevaluasi
signifikansi setiap ancaman dan, jika ancaman tersebut merupakan ancaman yang secara jelas
tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.
Dalam melakukan negosiasi mengenai fee atas jasa profesional yang diberikan, Praktisi
dapat mengusulkan jumlah fee yang dipandang sesuai. Kenyataan bahwa jumlah fee yang
diusulkan oleh Praktisi yang satu lebih renah dari Praktisi yang lain bukan merupakan
pelanggaran terhadap kode etik profesi. Namum demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran fee yang diusulkan. Sebagai contoh,
ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional dapat terjadi ketika besaran fee yang diusulkan sedemikian rendahnya, sehingga
dapat mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya perikatan dengan baik berdasarkan standar
teknis dan standar profesi yang berlaku. Pencegahan tersebut mencakup antara lain:
Signifikansi ancaman tersebut akan tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:
a. Sifat perikatan,
b. Rentang besaran fee yang dimungkinkan,
c. Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional,
d. Ada tidaknya penelaahan hasil pekerjaan oleh pihak ke tiga yang independen.
a. Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai dasar penentuan fee.
b. Pengungkapan kepada pihak pengguna hasil pekerjaan Praktisi mengenai dasar
penentuan fee.
c. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu.
d. Penelaah oleh pihak ketiga yang objektif terhadap hasil pekerjaan Praktisi.
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika profesi dapat terjadi ketika
Praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan, atau bentuk pemasaran lainnya. Sebagai
contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan pada perilaku profesional dapat
terjadi ketika jasa profesional, hasil pekerjaan, atau produk yang ditawarkan tidak sesuai
dengan prinsip perilaku profesional.
Setiap Praktisi tidak boleh merusak reputasi profesi dalam memasarkan jasa
profesionalnya. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
Jika Praktisi memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu iklan atau bentuk pemasaran
lainnya, maka Praktisi harus melakukan konsultasi dengan organisasi profesi.
Praktisi maupun keluarga dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramah-tamahan (hospitality) lain oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika profesi, sebagai contoh,
ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas dapat terjadi ketika hadiah dari klien
diterima, atau ancaman intimidasi terhadap objektivitas dapat terjadi sehubungan dengan
kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut.
2.8 Menyimpan Aset Klien
Setiap Praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab menyimpan uang atau aset
lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika
demikian. Praktisi yang dipercaya untuk menyimpan uang atau aset lain harus melakukan
pencegahan sebagai berikut:
a. Menyimpan aset tersebut secara terpisah dari aset KAP atau aset pribadinya,
b. Menggunakan aset tersebut hanya untuk tujuan yang telah ditetapkan,
c. Setiap saat siap mempertanggungjawabkan aset tersebut kepada individu yang
berhak atas aset tersebut, termasuk seluruh penghasilan, dividen, atau keuntungan
yang dihasilkan dari aset tersebut, dan
d. Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan
penyimpanan dan pertanggungjawaban aset tersebut.
2.9 Objektivitas
Setiap Praktisi yang memberikan jasa assurance harus bersikap independen terhadap
klien assurance. Independensi dalam pemikiran (independence of mind) dan independensi
dalam penampilan (independence in appearance) sangat dibutuhkan untuk memungkinkan
Praktisi untuk menyatakan pendapatan, atau memberikan kesan adanya pernyataan pendapat,
secara tidak bias dan bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh pihak lain.
Perikatan audit dan review merupakan perikatan assurance dimana Praktisi menyatakan
pendapatnya (kesimpulan) atas Laporan Keuangan. Perikatan audit dan review meliputi
pelaporan atas Laporan Keuangan secara lengkap atau satu laporan keuangan saja. Dalam
melaksanakan perikatan audit dan review, anggota tim, KAP, dan Jaringan KAP, diwajibkan
untuk bersikap independen terhadap klien audit sehubungan dengan tugas mereka untuk
melindungi kepentingan publik.
Independensi yang diatur dalam Etika Profesi mewajibkan setiap Praktisi untuk bersikap
sebagai berikut:
IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants Section 290 mencoba untuk
memberikan kerangka konseptual pada beberapa situasi, namum disadari bahwa tidak
mungkin untuk dapat mendefinisikan setiap situasi yang menciptakan ancaman independensi.
Perikatan assurance bertujuan untuk memperkuat tingkat keyakinan pengguna atas hasil
evaluasi atau pengukuran yang dilakukan berdasarkan suatu kriteria terhadap suatu hal pokok
tertentu. International Framework for Assurance Engagement (Assurance Framework) yang
dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standard Board (IAASB)
menjelaskan elemen dan tujuan dari perikatan assurance dan mengidentifikasi perikatan yang
harus menerapkan International Framework for Assurance Engagements (ISAE).
IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants mengembangkan kerangka
konseptual yang membantu akuntan profesional untuk:
a. Identifikasi ancaman independensi.
b. Evaluasi signifikansi dari ancaman yang teridentifikasi.
c. Menerapkan pencegahan yang dibutuhkan untuk mengeliminasi atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima.
IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants Section 290 mencoba untuk
memberikan kerangka konseptual pada beberapa situasi, namum disadari bahwa tidak
mungkin untuk dapat mendefinisikan setiap situasi yang menciptakan ancaman independensi.
3) Permohonan dari para pemimpin bisnis dan Presiden Bush untuk pemulihan
kredibilitas dan kepercayaan untuk tata kelola perusahaan, pelaporan, dan pasar
keuangan
4) Pengenalan responsif pada pedoman tata kelola dengan bursa saham dan Securities
and Exchange Commision
5) Debat oleh Kongres AS dan Senat mengenai tagihan terpisah untuk meningkatkan tata
kelola dan akuntabilitas
6) Banding antara Arthur Andersen sebagai auditor Enron dan WorldCom, untuk
obstruksi keadilan pada 15 Juni 2002
WorldComs Accounting Mnaipulations
Manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh WorldCom melibatkan hal-hal yang sangat
mendasar, tipe jenis penipuan mudah dilihat. Pencatatan berlebihan pada arus kas dan
pendapatan diciptakan karena salah satu pengeluaran WorldCom besar, atau biaya yang
dibayarkan kepada penyedia jaringan telekomunikasi pihak ketiga untuk hak mengakses
jaringan pihak ketiga, dicatat dengan tidak benar. Pada dasarnya, biaya yang seharusnya
dibebankan, sehingga menurunkan pendapatan pelaporan, harus diimbangi oleh transfer
modal atau perubahan rekening modal, agar dapat menempatkan dampaknya terhadap neraca
daripada laporan laba rugi. Selain itu, WorldCom menciptakan kelebihan cadangan atau
ketentuan untuk biaya masa depan, yang kemudian mereka bebaskan atau kurangi, sehingga
menambah keuntungan. Manipulasi keuntungan ini dikenal sebagai akuntansi "cookie jar".
Pencatatan yang berlebihan pada pendapatan agregat meningkat cepat sampai dengan
lebih dari $ 9 miliar pada 19 September 2002, untuk perincian sebagai berikut:
$ 3.85 miliar untuk biaya yang salah dikapitalisasi, diumumkan 25 Juni 2002
$ 3.83 miliar untuk biaya yang dikapitalisasi lebih dari sekedar tidak sesuai, pada tahun
1999, 2000, 2001, dan kuartal pertama tahun 2002, diumumkan pada 8 Agustus 2002
$ 2,0 miliar untuk manipulasi laba melalui cadangan yang telah ditetapkan pada tahun
1999
Pada akhirnya, penipuan WorldCom mencapai $ 11 miliar. Personil senior yang menjadi
juru kunci adalah sebagai berikut :
Menurut SEC:
Pada atau sekitar Oktober 2000, secara langsung, dengan sepengetahuan manajemen
senior WorldCom, VINSO, NORMAND dan lain-lain termasuk Yates dan Myers telah
menyebabkan pencatatan transaksi yang tidak tepat dalam buku besar perusahaan untuk
kuartal ketiga. Lebih tepatnya, setelah meninjau laporan keuangan konsolidasi untuk kuartal
ketiga tahun 2000, manajemen senior WorldCom memutuskan bahwa WorldCom telah gagal
memenuhi ekspektasi analis. Manajemen senior WorldCom kemudian menginstruksikan
Myers, dan bawahannya, termasuk Yates, VINSON dan NORMAND, untuk membuat
pencatatan palsu dalam buku besar WorldCom tanpa dokumen pendukung, tidak ada alasan
bisnis yang rasional untuk embenarkan kejadian ini, dan tentu saja tidak sesuai dengan
GAAP. Entri ini memiliki efek mengurangi line costs kuartal ketiga tahun 2000 sekitar $
828 juta. Manipulasi dengan mengikuti pola yang sama seperti ini dilakukan lagi pada kuartal
keempat tahun 2000, tetapi perubahan harus dilakukan untuk kuartal pertama tahun 2001
demi menghindari penemuan auditor. Namun pada sekitar bulan April 2001, setelah meninjau
laporan keuangan konsolidasi awal untuk kuartal pertama tahun 2001, manajemen senior
WorldCom masih merasa gagal memenuhi ekspektasi analis sehingga mengubah metode
curangnya untuk meledakkan pendapatan.
Perlu diketahui bahwa Ebbers bukanlah seorang akuntan, awalnya ia adalah seorang
tukang susu dan penjaga, berikutnya ia menjadi pelatih basket, dan menjadi pemilik terbaik
Hotel Western sebelum ia memasuki bisnis telekomunikasi dan mendapat julukan Telkom
Cowboy. Bagaimanapun juga, dalam praktik manipulasi ini ia dibantu oleh Scott Sullivan,
Chief Financial Officer, dan David Myers, pengendalinya. Sullivan dan Myers pernah
bekerja untuk Arthur Andersen sebelum bekerja di WorldCom. Pengungkapan spektakuler
lainnya dengan sekilas menggambarkan yang terjadi di belakang layar WorldCom.
Perusahaan, yang telah mendaftarkan dirinya untuk perlindungan kebangkrutan di 21 Juli
2002, ternyata juga mengumumkan bahwa mereka akan menghapus $ 50.6 miliar goodwill
atau aset tak berwujud lainnya yang memungkinkan, ketika mengulang kesalahan akuntansi
yang dijelaskan sebelumnya. Tampaknya telah muncul keputusan lain yang diambil
WorldCom dengan tidak tepat. Investigasi berlanjut hingga berhasil mengungkapkan bahwa
Bernad Ebbers, CEO, telah dipinjamkan $ 408.2 juta. Dia seharusnya menggunakan
pinjaman untuk membeli saham WorldCom atau untuk marjin karena harga saham jatuh.
Sebaliknya, ia menggunakannya sebagian untuk pembelian peternakan sapi terbesar di
Kanada, pembangunan rumah baru, pengeluaran pribadi dari anggota keluarga, dan pinjaman
kepada keluarga dan teman-teman.
Why Did They Do it?
Pertanyaan:
4. Bernie Ebbers bukan seorang akuntan, sehingga ia membutuhkan kerjasama dari akuntan
sungguhan untuk membantunya memanipulasi karyanya. Mengapa akuntan WorldCom
bersedia bekerjasama?
6. Bagaimana dewan memastikan bahwa whistle blower akan berani maju untuk
memberitahu mereka tentang kegiatan yang dipertanyakan?
Jawaban :
3) Seharusnya dewan direksi WorldCom mencegah manipulasi yang manajemen lakukan ini
dengan cara menetapkan SOP dan Kode Etik Perusahaan, dilanjutkan dengan menciptakan
budaya untuk mematuhi, meskipun tidak diawasi oleh siapapun, dari dalam dirinya,
supaya ketika karyawan menghadapi kesempatan dan hasutan untuk melakukan fraud
dapat menjaga diri dan integritasnya. Namun jangan lupa bahwa pengendalian internal
juga harus dilakukan lebih teliti oleh pihak yang independen.
a) Kurang tertanamnya kode etik perusahaan dalam dirinya sehingga akuntan WorldCom
tidak merasa bahwa pelanggaran ini adalah dosa besar, maka tanpa ragu, mereka
bersedia melakukan manipulasi pencatatan akuntansi demi meningkatkan keuntungan,
asalkan mereka tetap mendapatkan gajinya.
b) Bernie Ebbers saat itu sedang menjabat sebagai CEO, ada kemungkinan akuntan
WorldCom tidak mengetahui kenyataan bahwa Ebbers bukan pernah menduduki posisi
akuntan sebelunya, sehingga ketika ia memerintahkan untuk memanipulasi data, ketika
akuntan-akuntan ini sendiri pun tidak independen dan tidak berpendirian kuat, mereka
tidak berusaha menolak perintah tersebut.
5) Dewan direksi menyetujui pemberian pinjaman sebesar $408juta karena pada saat itu
saham WorldCom sedang jatuh, berharap dengan pinjaman ini akan digunakan untuk
membeli saham WorldCom atau untuk marjin, saat itu direksi belum memprediksi bahwa
yang akan terjadi adalah sebaliknya, pinjaman ini digunakan sebagian untuk pembelian
peternakan sapi terbesar di Kanada, pembangunan rumah baru, pengeluaran pribadi dan
anggota keluarga, serta memberikan pinjaman kepada keluarga dan teman-teman.
6) Sebaiknya dewan direksi mendukung whistle blower supaya whistle blower dapat
memberanikan diri untuk melaporkan temuannya atas pelanggaran yang terjadi, dengan
menjamin akan memastikan bahwa perusahaan akan melindungi whistle blower dan
menjaga keselamatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, L. J. dan Dunn. P. 2012. Business and Professional Ethics for Directors, Executives
and Accountants. Edisi 6. Mason City: South-Western Cengage Learning.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant. Etika Profesi dan Tata Kelola
Korporat. Jakarta: IAI.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI. Nomor 3 Tahun 2016. Tentang Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan. Jakarta.