Anda di halaman 1dari 26

ETIKA AKUNTAN PROFESIONAL DALAM PRAKTIK PUBLIK

1.1 Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Tujuan dan Ruang Lingkup BPK adalah sebagai berikut:

Kode Etik bertujuan untuk mewujudkan Anggota BPK dan Pemeriksa yang independen,
Berintegritas, dan Profesional dalam melaksanakan tugas pemeriksaan demi menjaga
martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.

1. Kode Etik ini berlaku bagi Anggota BPK dan Pemeriksa.


2. Pemeriksa yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil pada Pelaksana BPK,
b. Pegawai Negeri Sipil dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah, dan
c. Akuntan Publik.

Kode Etik BPK adalah sebagai berikut:

Nilai Dasar Kode Etik BPK terdiri dari Independensi, Integritas, dan Profesionalisme.
Kode Etik harus diwujudkan dalam sikap, ucapan, dan perbuatan Anggota BPK dan
Pemeriksa dalam menjalankan tugasnya.

Kode Etik BPKP/APIP

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen, Inspektorat/unit pengawasan intern pada
Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan
Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada
Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BPKP diistilahkan sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), Kode Etik
APIP ini diberlakukan bagi:

1. Auditor,

2. PNS/petugas yang diberi tugas oleh APIP untuk melaksanakan pengawasan dan
pemantauan tindak lanjutnya.

Kode Etik pada APIP ini terdiri dari 2 (dua) komponen adalah sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip perilaku auditor.

2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.

PRINSIP-PRINSIP PERILAKU

Auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip perilaku berikut ini:

1. Integritas

Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana,
dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal.

2. Obyektivitas

Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam


mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. Auditor APIP
membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi
oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

3. Kerahasiaan

Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak
mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan.
4. Kompetensi

Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang


diperlukan untuk melaksanakan tugas.

ATURAN PERILAKU

Auditor wajib mematuhi aturan perilaku berikut ini:

1. Integritas

a. melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-


sungguh;

b. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan
organisasi dalam melaksanakan tugas;

c. mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala


hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku;

d. menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;

e. tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;

f. menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit;

g. saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor.

2. Obyektivitas

a. mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidak


diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diaudit;

b. tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin


mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang
mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan;

c. menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun
pertimbangan profesionalnya.
3. Kerahasiaan

a. secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperoleh dalam
audit;

b. tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan


pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.

4. Kompetensi

a. melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit;

b. terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasil


pekerjaan;

c. menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan,


keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.

Perbedaan akuntan profesional di praktik publik Part B dengan akuntan profesional di praktik
bisnis Part C adalah sebagai berikut:

Akuntan Profesional di praktik bisnis merupakan seorang Akuntan Profesional yang bekerja
atau terikat dalam kapasitas eksekutif atau noneksekutif di berbagai bidang seperti
perdagangan, industri, jasa, sektor publik, pendidikan, sektor nirlaba, badan regulator atau
organisasi profesi, atau Akuntan Profesional yang dikontrak oleh entitas tersebut.

Akuntan Profesional di praktik publik merupakan seorang Akuntan Profesional di Kantor


Akuntan, tanpa memandang klasifikasi fungsinya (misalnya, audit, pajak, atau konsultansi),
yang menyediakan jasa profesional. Istilah ini juga digunakan untuk mengacu pada kantor
dari Akuntan Profesional di praktik publik.

Perbedaan khusus Part B hanya berfokus pada KAP atau Auditor, karena menjelaskan tentang
etika profesi yang terdapat pada KAP bukan Etika profesi dari pemerintah, sedangkan kode
etik pemerintah tertuang pada BPKP. Jadi kesimpulan Part B pada etika profesi berfokus pada
KAP.

Perbedaan khusus Part C berfokus pada pihak-pihak yang dapat berperan sebagai karyawan,
rekan, direktur, komisaris, manajer sekaligus pemilik, relawan, atau lainnya, yang bekerja
pada satu atau lebih organisasi. Akuntan Profesional di Bisnis juga dapat bertanggung jawab
dalam mengelola keuangan secara efektif dan memberi nasihat yang kompeten dalam
beragam permasalahan terkait bisnis.

Hasil pekerjaan Akuntan Profesional di Bisnis dapat dijadikan acuan oleh investor, kreditur,
pemberi kerja, dan komunitas bisnis lain, sebagaimana juga pemerintah dan masyarakat
umum. Akuntan Profesional di Bisnis bertanggung jawab baik sendiri ataupun bersama
dengan pihak lain dalam menyusun dan melaporkan informasi keuangan dan informasi lain,
yang dijadikan acuan oleh organisasi tempatnya bekerja dan pihak ketiga.

2.1 Ancaman dan Pencegahan

Kode Etik Profesi Akuntan Publik menggunakan istilah praktisi untuk akuntan
profesional dan menggunakan istilah pencegahan sebagai terjemahan dari safeguards.
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya ancaman-ancaman tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Ancaman kepentingan pribadi,


b. Ancaman telaah pribadi,
c. Ancaman advokasi,
d. Ancaman kedekatan, dan
e. Ancaman intimidasi.

Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi bagi


Praktisi mencakup antara lain:

Anggota dari tim assurance memiliki kepentingan keuangan terhadap klien


assurance.
Anggota dari tim assurance memiliki hubungan bisnis yang penting dengan klien
assurance.
Praktisi memiliki ketergantungan atas jumlah imbalan jasa profesional yang
diperoleh dari klien.
Kantor Akuntan Publik (KAP) khawatir dengan kemungkinan kehilangan klien yang
penting.

Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman telaah pribadi bagi Praktisi
mencakup antara lain:
Anggota dari tim assurance merupakan, atau pernah dipekerjakan oleh Klien dalam
posisi yang dapat mempengaruhi hal-hal yang menjadi hal pokok dalam perikatan
penugasan.
Penemuan kesalahan yang signifikan ketika dilakukan pengevaluasian kembali hasil
pekerjaan yang lalu oleh anggota yang berbeda dari Kantor Akuntan yang sama
(pada handbook dikategorikan sebagai ancaman kepentingan pribadi)
Praktisi memberikan jada untuk Klien yang secara langsung mempengaruhi
informasi yang menjadi hal pokok dalam perikatan penugasan assurance.

Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman advokasi bagi Praktisi


mencakup antara lain:

Mempromosikan saham dari klien audit.


Bertindak sebagai pengacara yang mewakili klien audit dalam litigasi atau
perselisihan dengan pihak ketiga.

Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kedekatan bagi Praktisi


mencakup antara lain:

Anggota tim yang ditugaskan ternyata memiliki keluarga dekat yang menjadi
eksekutif pada klien tersebut.
Anggota tim perikatan menerima hadiah atau perlakukan istimewa dari klien,
kecuali nilainya secara jelas tidak signifikan.

Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman intimidasi bagi Praktisi


mencakup antara lain:

Ancaman atas pemutusan perikatan.


KAP ditekan untuk mengurangi cakupan pekerjaan secara tidak proposional untuk
menurunkan fee.
Klien audit mengindikasikan tidak akan memberikan kontrak non assurance
sebagaimana yang direncakan sebelumnya jika KAP tetap tidak menyepakati
perlakukan akuntansi yang dilakukan oleh klien atas transaksi tertentu.
Praktisi diinformasikan oleh mitra KAP bahwa promosi yang direncakan tidak dapat
terlaksana kecuali praktisi setuju dengan perlakukan akuntansi yang tidak sesuai
dengan yang dilakukan oleh klien.

Pencegahan
Pencegahan adalah tindakan atau upaya lainnya untuk menghilangkan atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Pencegahan dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu:

a. Pencegahan yang diciptakan oleh profesi, undang-undang atau pemerintah.


b. Pencegahan dalam lingkungan kerja.

Setiap Praktisi harus menggunakan pertimbangannya secara seksama untuk menentukan


cara terbaik dalam menghadapi ancaman yang telah diidentifikasi, apakah dengan
menerapkan pencegahan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman sampao ke tingkat
yang dapat diterima, atau dengan menolak peluang perikatan. Dalam memutuskan, praktisi
harus mempertimbangkan apakah pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan
mengenai semua informasi yang relevan, setelah mempertimbangkan semua fakta dan situasi
yang dimiliki oleh praktisi pada saat itu, akan menyimpulkan bahwa ancaman akan
dihilangkan atau dikurangi sampai pada tingkat yang diterima sehingga ketaatan terhadap
prinsip utama etika profei tidak dikorbankan.

Dalam lingkungan kerja, pencegahan yang tepat sangat beragam, tergantung dari
situasinya. Pencegahan lingkungan kerja terdiri dari pencegahan pada tingkat institusi dan
pada tingkat perikatan. Pencegahan pada tingkat institusi dalam lingkungan kerja mencakup
antara lain:

Kepemimpinan pada KAP yang menekankan pentingnya kepatuhan pada prinsip


utama etika profesi.
Kepemimpinan pada KAP yang mengharapkan agar anggota tim assurance
bertindak untuk melindungi kepentingan publik.
Kebijakan dan prosedur internal yang terdokumentasi yang memastikan terjaganya
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Kebijakan dan prosedur untuk memastikan teridentifikasinya kepentingan atau
hubungan antara KAP atau anggota tim yang ditugaskan dengan klien.
Kebijakan dan prosedur untuk memantau ketergantungan KAP terhadap jumlah
pendapatan yang diperoleh dari satu klien.
Kebijakan dan prosedur yang melarang personil yang bukan merupakan anggota tim
untuk memengaruhi hasil pekerjaan.
Komunikasi yang tepat waktu mengenai kebijakan dan prosedur (termasuk
perubahaannya) kepada seluruh rekan dari staf KAP, serta pelatihan dan pendidikan
yang meadai atas kebijakan dan prosedur tersebut.
Penunjukan seorang anggota manajemen senior untuk bertanggung jawab
mengawasi berfungsinya sistem pengendalian mutu KAP.
Pemberitahuan kepada seluruh rekan dan staf KAP mengenai klien-klien assurance
dan entitias-entitas yang terkait dengannya untuk menjaga independensi terhadap
klien assurance dan entitas yang terkait tersebut.
Mekanisme pendisiplinan yang mendorong kepatuhan pada kebijakan dari prosedur
yang telah diterapkan.
Kebijakan dan prosedur yang mendorong dan memotivasi staf untuk berkomunikasi
dengan pejabat senior KAP mengenai setiap isu yang terkait dengan kepatuhan pada
prinsip utama etika profesi yang menjadi kekhawatirannya.
Pencegahan pada tingkat perikatan dalam lingkungan kerja mencakup antara lain:
Melibatkan Praktisi lain yang tidak terlibat dalam layanan selain assurance untuk
menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran yang
diperlukan.
Melibatkan Praktisi lain yang tidak terlibat dalam tim assurance untuk menelaah
hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran yang diperlukan.
Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pajabat klien yang bertanggung jawab
atas tata kelola perusahaan.
Mengungkapkan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas tata kekola
perusahaan mengenai sifat dan besaran imbalan jasa profesional yang dikenakan.
Meminta KAP lain untuk mengerjakan, atau mengerjakan ulang, suatu bagian dari
perikatan.
Merotasi personil senior tim assurance.

Praktisi dapat mengandalkan juga pencegahan yang telah diterapkan oleh klien,
tergantung dari sifat penugasannya. Namun demikian, Praktisi tidak boleh hanya
mengandalkan pencegahan tersebut untuk mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat
diterima.

Pencegahan dalam sistem dan prosedur yang telah diterapkan oleh klien mencakup
antara lain:

Klien menugaskan orang-orang di luar manajemen untuk memeriksa dan menyetujui


penunjukan KAP.
Klien memiliki karyawan yang berkompeten dengan pengalaman dan senioritas
yang memadai untuk mengambil keputusan manajemen.
Klien telah menerapkan prosedur internal untuk memastikan objektivitas dalam
proses pemilihan atas perikatan selain assurance.
Klien memiliki struktur tata kelola perusahaan yang memastikan terciptanya
pengawasan dan komunikasi yang memadai sehubungan dengan jasa profesional
yang diberikan oleh KAP.

2.2 Penunjukan Profesional

Penerimaan Klien

Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan potensi
terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika profesi yang diakibatkan
oleh diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku
profesional antara lain dapat terjadi isu-isu yang selama ini dipertanyakan masyarakat yang
terkait dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya). Isu-isu yang terdapat pada klien
yang jika diketahui dapat mengancam kepatuhan pada prinsip utama etika profesi mencakup
antara lain keterlibatan klien dalam aktivitas ilegal (seperti pencucian uang), kecurangan, atau
pelaporan keuangan yang tidak lazim.

Pencegahan yang tepat mencakup antara lain:

Memperoleh pemahaman tentang klien, pemilik, manajer, serta pihak yang


bertanggung jawab atas tata kelola dan kegiatan bisnis perusahaan, atau
Memastikan adanya komitmen dari klien untuk meningkatkan praktif tata kelola
perusahaan atau pengendalian internalnya.

Setiap Praktisi harus menolak untuk menerima suatu klien jika ancaman yang terjadi
tidak dapat dikurangi ke tingkat yang dapat diterima dan keputusan untuk menerima suatu
klien harus ditelaah secara berkala untuk penugasan yang berulang (recurrring engagements).

Penerimaan Penugasan/Perikatan

Setiap Praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika memiliki kompetensi
untuk melaksanakan penugasan. Karena itu, sebelum menerima penugasan, setiap Praktisi
harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika
profesi yang dapat terjadi. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika tim
perikatan tidak memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan dengan
baik.

Pencegahan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman yang terkait dengan


penerimaan penugasan ke tingkat yang dapat diterima mencakup antara lain:

Memperoleh pemahaman yang memadai mengenai sifat dan kompleksitas kegiatan


bisnis klien, persyaratan perikatan, serta tujuan, sifat, dan lingkup pekerjaan yang
dilakukan.
Memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai industri atau hal pokok dari
penugasan.
Memiliki pengalaman mengenai peraturan atau persyaratan pelaporan yang relevan.
Menugaskan jumlah staf yang memadai dengan kompetensi yang diperlukan
Menggunakan tenaga ahli jika dibutuhkan.
Menyetujui jangka waktu pelaksanaan perikatan yang realistis.
Mematuhi kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang dirancang sedemikian
rupa untuk memastikan diterimanya perikatan hanya bila perikatan tersebut dapat
dilaksanakan secara kompeten.

Perubahan dalam penunjukan Praktisi dan KAP

Seorang Praktisi yang ditunjuk untuk menggantikan Praktisi lain atau seorang Praktisi
yang sedang mempertimbangkan untuk mengikuti tender perikatan dari calon klien yang
sedang dalam perikatan dengan Ptaktisi lain harus menentukan ada tidaknya alasan
profesional atau alasan lainnya untuk tidak menerima perikatan tersebut, yaitu adanya hal-hal
yang dapat mengancam kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Sebagai contoh, ancaman
terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
Praktisi Pengganti menerima perikatan sebelum mengetahui seluruh fakta yang terkait.

Signifikansi setiap ancaman harus selalu dievaluasi. Dalam melakukan evaluasi tersebut,
Praktisi Pengganti dapat berkomunikasi langsung dengan Praktisi Pendahulu untuk
memperoleh pemahaman mengenai latar belakang penggantian Praktisi tersebut, sehingga
Praktisi Pengganti dapat memutuskan tapat tidaknya menerima perikatan tersebut. Sebagai
contoh, alasan penggantian Praktisi yang dikemukakan oleh calon klien mungkin tidak
sepenuhnya mencerminkan fakta yang sesungguhnya, yang mungkin mengindikasikan
adanya perbedaan pendapat antara calon klien dengan Praktisi Pendahulu, sehingga hal
tersebut dapat memengaruhi Praktisi Pengganti untuk menentukan diterima tidaknya
penunjukan tersebut.
Jika ancaman yang diidentifikasi merupakan ancaman yang signifikan, maka pencegahan
yang tepat harus dipertimbangkan. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh Praktisi Pengganti
mencakup antara lain:

a. Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara lengkap dan terbuka
dengan Praktisi Pendahulu,
b. Meminta Praktisi Pendahulu untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan klien yang diketahuinya yang relevan bagi Praktisi Pengganti,
sebelum Praktisi Pengganti memutuskan untuk menerima perikatan tersebut.

Ketika menanggapi permintaan untuk tender, Praktisi Pengganti harus mencantumkan


dalam dokumen tendernya persyaratan mengenai komunikasi dengan Praktisi Pendahulu
sebelum menerima perikatan tersebut dengan tujuan untuk menanyakan ada tidaknya alasan
profesional atau alasan lainnya untuk tidak menerima perikatan tersebut.

Pada umumnya Praktisi Pengganti harus memperoleh persetujuan dari calon klien,
sebaiknya secara tertulis, sebelum melakukan komunikasi dengan Praktisi Pendahulu. Jika
persetujuan tersebut telah diberikan oleh calon klien, maka Praktisi Pendahulu harus
mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan lain yang relevan yang berlaku. Informasi
yang diberikan oleh Praktisi Pendahulu kepada Praktisi Pengganti harus disampaikan dengan
jujur dan jelas. Jika Praktisi Pengganti tidak dapat melakukan komunikasi dengan Praktisi
Pendahulu, maka Praktisi Pengganti harus coba untuk memperoleh informasi mengenai
semua kemungkinan ancaman yang dapat terjadi melalui cara-cara lain, seperti melakukan
wawancara dengan pihak ketiga, atau melakukan penyelidikan mengenai latar belakang
manajemen senior atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan dari klien.

Setiap Praktisi Pendahulu harus menjaga prinsip kerahasiaan. Lingkup informasi


mengenai hal-hal yang dapat dan harus didiskusikan oleh Praktisi Pendahulu dengan Praktisi
Pengganti ditentukan oleh sifat perikat serta hal-hal sebagai berikut:

a. Persetujuan dari klien untuk melakukan komunikasi tersebut, atau


b. Ketentuan hukum, peraturan, atau kode etik profesi yang terkait dengan komunikasi
dan pengungkapan tersebut.

Jika tidak memperoleh persetujuan dari klien, Praktisi Pendahulu tidak boleh secara
sukarela memberikan informasi mengenai klien kepada Praktisi Pengganti. Praktisi Pengganti
dapat diminta untuk melakukan pekerjaan yang bersifat sebagai pelengkap atau merupakan
pekerjaan tambahan dari Praktisi Pendahulu. Kondisi ini mungkin menimbulkan potensi
ancaman terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional karena
kurang atau tidak lengkapnya informasi. Pencegahan terhadap ancaman ini mencakup antara
lain pemberitahuan kepada Praktisi Pendahulu mengenai pekerjaan yang akan dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada Praktisi Pendahulu untuk menyediakan
semua informasi yang relevan agar Praktisi Pengganti dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik.

2.3 Benturan Kepentingan

Setiap Praktisi harus mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena situati tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip utama etika profesi. Sebagai contoh, ancaman terhadap objektivitas dapat terjadi
ketika Praktisi bersaing secara langsung dengan klien atau memiliki kerjasama usaha atau
kerjasama sejenis lainnya dengan pesaing utama klien. Ancaman terhadap objektivitas atau
kerahasiaan dapat terjadi ketika Praktisi memberikan jasa profesional untuk klien-klien yang
kepentinganya saling berbenturan atau kepada klien-klien yang sedang saling berselisih
dalam suatu masalah atau transaksi.

Pencegahan yang dilakukan oleh Praktisi umumnya harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:

a. Memberitahukan klien mengenai setiap kepentingan atau kegiatan bisnis KAP yang
dapat menimbulkan benturan kepentingan, dan memperoleh persetujuan dari klien
untuk melanjutkan hubungan dengan klien berdasarkan kondisi tersebut, atau
b. Memberitahukan semua pihak yang relevan yang teridentifikasi mengenai
pemberian jasa profesional oleh Praktisi kepada dua atau lebih klien yang
kepentinganya saling berbenturan, dan memperoleh persetujuan dari klien-klien
tersebut untuk melanjutkan hubungan dengan mereka berdasarkan kondisi tersebut,
atau
c. Memberitahukan klien mengenai pemberian jasa profesional oleh Praktisi secara
tidak eksklusif untuk suatu klien (sebagai contoh, tidak bertindak secara eksekutif
untuk suatu industri atau jasa tertentu), dan memperoleh persetujuan dari klien untuk
bertindak demikian.
Selain itu, berikut ini adalah pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan:

a. Penggunaan tim yang terpisah dalam memberikan jasa profesional kepada klien-
klien yang kepentingannya saling berbenturan,
b. Penetapan prosedur untuk mencegah akses informasi oleh pihak yang tidak berhak
(sebagai contoh, pemisahan fisik yang jelas atas masing-masing tim perikatan
tersebut di atas, dan penyimpanan data yang aman dan terjaga kerahasiaannya),
c. Penetapan pedoman yang jelas bagi anggota tim mengenai keamanan dan
kerahasiaan data,
d. Penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh setiap rekan dan staf
KAP, dan
e. Penelaahan secara berkala atas penerapan pencegahan oleh pejabat senior KAP yang
tidak terlibat dalam perikatan.

Jika benturan kepentingan menyebabkan ancaman terhadap satu atau lebih prinsip utama
etika profesi tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima melalui
penerapan pencegahan yang tepat, maka Praktisi harus menolak untuk menerima perikatan
tersebut atau bahkan mengundurkan diri dari satu atau lebih perikatan yang berbenturan
kepentingan tersebut.

Jika kliern tidak memberikan persetujuan kepada Praktisi sehubungan dengan


permohonan Praktisi untuk memberikan jasa profesionalnya kepada pihak lain (baik klien
maupun calon klien) yang kepentingannya berbenturan dengan klien, maka Praktisi tidak
boleh melanjutkan pemberian jasa profesionalnya kepada salah satu dari pihak-pihak
tersebut.

2.4 Pendapat Kedua

Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika dapat terjadi ketika Praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua (second opinions) mengenai penerapan akuntansi,
auditing, pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau
untuk kepentingan, pihak-pihak selain klien. Sebagai contoh, ancamanan terhadap
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
pendapat kedua tidak didasarkan pada fakta yang sama seperti fakta yang disajikan kepada
Praktisi yang memberikan pendapat pertama, atau didasarkan pada bukti yang tidak
memadai.
Ketika diminta untuk memberikan pendapat kedua, setiap Praktisi harus mengevaluasi
signifikansi setiap ancaman dan, jika ancaman tersebut merupakan ancaman yang secara jelas
tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.

Pencegahan tersebut mencakup antara lain:

a. Meminta persetujuan dari klien untuk menghubungi Praktisi yang memberikan


pendapat pertama,
b. Menjelaskan mengenai keterbatasan pendapat yang diberikan kepada klien, dan
c. Memberikan salinan pendapat kepada Praktisi yang memberikan pendapat pertama.

2.5 Fee dan Remunerasi Lainnya

Dalam melakukan negosiasi mengenai fee atas jasa profesional yang diberikan, Praktisi
dapat mengusulkan jumlah fee yang dipandang sesuai. Kenyataan bahwa jumlah fee yang
diusulkan oleh Praktisi yang satu lebih renah dari Praktisi yang lain bukan merupakan
pelanggaran terhadap kode etik profesi. Namum demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran fee yang diusulkan. Sebagai contoh,
ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional dapat terjadi ketika besaran fee yang diusulkan sedemikian rendahnya, sehingga
dapat mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya perikatan dengan baik berdasarkan standar
teknis dan standar profesi yang berlaku. Pencegahan tersebut mencakup antara lain:

a. Membuat klien memahami persyaratan dan kondisi perikatan, terutama dasar


penentuan besaran fee, serta jenis dan lingkup jasa profesional yang diberikan.
b. Mengalokasikan waktu yang memadai dan menggunakan staf yang kompeten dalam
perikatan tersebut.

Signifikansi ancaman tersebut akan tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:

a. Sifat perikatan,
b. Rentang besaran fee yang dimungkinkan,
c. Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional,
d. Ada tidaknya penelaahan hasil pekerjaan oleh pihak ke tiga yang independen.

Pencegahan tersebut mencakup antara lain:

a. Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai dasar penentuan fee.
b. Pengungkapan kepada pihak pengguna hasil pekerjaan Praktisi mengenai dasar
penentuan fee.
c. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu.
d. Penelaah oleh pihak ketiga yang objektif terhadap hasil pekerjaan Praktisi.

2.6 Pemasaran Jasa Profesional

Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika profesi dapat terjadi ketika
Praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan, atau bentuk pemasaran lainnya. Sebagai
contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan pada perilaku profesional dapat
terjadi ketika jasa profesional, hasil pekerjaan, atau produk yang ditawarkan tidak sesuai
dengan prinsip perilaku profesional.

Setiap Praktisi tidak boleh merusak reputasi profesi dalam memasarkan jasa
profesionalnya. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:

a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat


diberikan kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh, atau
b. Membuat penyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.

Jika Praktisi memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu iklan atau bentuk pemasaran
lainnya, maka Praktisi harus melakukan konsultasi dengan organisasi profesi.

2.7 Hadiah dan Keramah-tamahan

Praktisi maupun keluarga dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramah-tamahan (hospitality) lain oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama etika profesi, sebagai contoh,
ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas dapat terjadi ketika hadiah dari klien
diterima, atau ancaman intimidasi terhadap objektivitas dapat terjadi sehubungan dengan
kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut.
2.8 Menyimpan Aset Klien

Setiap Praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab menyimpan uang atau aset
lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika
demikian. Praktisi yang dipercaya untuk menyimpan uang atau aset lain harus melakukan
pencegahan sebagai berikut:

a. Menyimpan aset tersebut secara terpisah dari aset KAP atau aset pribadinya,
b. Menggunakan aset tersebut hanya untuk tujuan yang telah ditetapkan,
c. Setiap saat siap mempertanggungjawabkan aset tersebut kepada individu yang
berhak atas aset tersebut, termasuk seluruh penghasilan, dividen, atau keuntungan
yang dihasilkan dari aset tersebut, dan
d. Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan
penyimpanan dan pertanggungjawaban aset tersebut.

2.9 Objektivitas

Setiap Praktisi yang memberikan jasa assurance harus bersikap independen terhadap
klien assurance. Independensi dalam pemikiran (independence of mind) dan independensi
dalam penampilan (independence in appearance) sangat dibutuhkan untuk memungkinkan
Praktisi untuk menyatakan pendapatan, atau memberikan kesan adanya pernyataan pendapat,
secara tidak bias dan bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh pihak lain.

Pencegahan tersebut mencakup:

a. Mengundurkan diri dari tim perikatan.


b. Menerapkan prosedur pengawasan yang memadai.
c. Menghentikan hubungan keuangan atau hubungan bisnis yang dapat menimbulkan
ancaman.
d. Mendiskusikan ancaman tersebut dengan manajemen senior KAP.
e. Mendiskusikan ancaman tersebut dengan pihak klien yang bertanggung jawab atas
tata kelola perusahaan.

2.10 Independensi - Dalam Perikatan Audit dan Review

Perikatan audit dan review merupakan perikatan assurance dimana Praktisi menyatakan
pendapatnya (kesimpulan) atas Laporan Keuangan. Perikatan audit dan review meliputi
pelaporan atas Laporan Keuangan secara lengkap atau satu laporan keuangan saja. Dalam
melaksanakan perikatan audit dan review, anggota tim, KAP, dan Jaringan KAP, diwajibkan
untuk bersikap independen terhadap klien audit sehubungan dengan tugas mereka untuk
melindungi kepentingan publik.
Independensi yang diatur dalam Etika Profesi mewajibkan setiap Praktisi untuk bersikap
sebagai berikut:

a. Independensi dalam pemikiran.


Independensi dalam pemikiran merupakan sikap mental yang memungkinkan
pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat menggangu
pertimbangan profesional, sehingga memungkinkan seorang individu untuk
bertindak dengan integritas menerapkan objektivitas dan skeptisisme profesional.
b. Independensi dalam penampilan.
Independensi dalam penampilan merupakan sikap yang menghindari tindakan atau
situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga (pihak yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang
diterapkan) menyimpulkan bahwa integritas, objektivitas, atau skeptisisme
profesional telah dikorbankan.
IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants mengembangkan kerangka
konseptual yang membantu akuntan profesional untuk:
a. Identifikasi ancaman independensi.
b. Evaluasi signifikansi dari ancaman yang teridentifikasi.
c. Menerapkan pencegahan yang dibutuhkan untuk mengeliminasi atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima.

IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants Section 290 mencoba untuk
memberikan kerangka konseptual pada beberapa situasi, namum disadari bahwa tidak
mungkin untuk dapat mendefinisikan setiap situasi yang menciptakan ancaman independensi.

2.11 Independensi - Dalam Perikatan Assurance Lainnya

Perikatan assurance bertujuan untuk memperkuat tingkat keyakinan pengguna atas hasil
evaluasi atau pengukuran yang dilakukan berdasarkan suatu kriteria terhadap suatu hal pokok
tertentu. International Framework for Assurance Engagement (Assurance Framework) yang
dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standard Board (IAASB)
menjelaskan elemen dan tujuan dari perikatan assurance dan mengidentifikasi perikatan yang
harus menerapkan International Framework for Assurance Engagements (ISAE).
IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants mengembangkan kerangka
konseptual yang membantu akuntan profesional untuk:
a. Identifikasi ancaman independensi.
b. Evaluasi signifikansi dari ancaman yang teridentifikasi.
c. Menerapkan pencegahan yang dibutuhkan untuk mengeliminasi atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima.

IESBA Code of Ethics for Profesional Accountants Section 290 mencoba untuk
memberikan kerangka konseptual pada beberapa situasi, namum disadari bahwa tidak
mungkin untuk dapat mendefinisikan setiap situasi yang menciptakan ancaman independensi.

2.12 Studi Kasus WorldCom Inc,

WorldCom, Inc, perusahaan raksasa terbesar kedua dalam bidang telekomunikasi di AS


yang memiliki jumlah aset hampir 70 persen lebih besar daripada aset Enron, mengumumkan
pada tanggal 25 Juni 2002 bahwa telah melebih-lebihkan arus kas sebesar $ 3.8 miliar. Berita
ini datang sebagai pukulan yang mengejutkan bagi kredibilitas pasar modal. Hal ini terjadi di
tengah-tengah riuh rendah masyarakat yang disebabkan oleh:

1) Enron bangkrut pada tanggal 2 Desember 2001

2) Depresi pasar saham

3) Permohonan dari para pemimpin bisnis dan Presiden Bush untuk pemulihan
kredibilitas dan kepercayaan untuk tata kelola perusahaan, pelaporan, dan pasar
keuangan

4) Pengenalan responsif pada pedoman tata kelola dengan bursa saham dan Securities
and Exchange Commision

5) Debat oleh Kongres AS dan Senat mengenai tagihan terpisah untuk meningkatkan tata
kelola dan akuntabilitas

6) Banding antara Arthur Andersen sebagai auditor Enron dan WorldCom, untuk
obstruksi keadilan pada 15 Juni 2002
WorldComs Accounting Mnaipulations

Manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh WorldCom melibatkan hal-hal yang sangat
mendasar, tipe jenis penipuan mudah dilihat. Pencatatan berlebihan pada arus kas dan
pendapatan diciptakan karena salah satu pengeluaran WorldCom besar, atau biaya yang
dibayarkan kepada penyedia jaringan telekomunikasi pihak ketiga untuk hak mengakses
jaringan pihak ketiga, dicatat dengan tidak benar. Pada dasarnya, biaya yang seharusnya
dibebankan, sehingga menurunkan pendapatan pelaporan, harus diimbangi oleh transfer
modal atau perubahan rekening modal, agar dapat menempatkan dampaknya terhadap neraca
daripada laporan laba rugi. Selain itu, WorldCom menciptakan kelebihan cadangan atau
ketentuan untuk biaya masa depan, yang kemudian mereka bebaskan atau kurangi, sehingga
menambah keuntungan. Manipulasi keuntungan ini dikenal sebagai akuntansi "cookie jar".

Pencatatan yang berlebihan pada pendapatan agregat meningkat cepat sampai dengan
lebih dari $ 9 miliar pada 19 September 2002, untuk perincian sebagai berikut:

$ 3.85 miliar untuk biaya yang salah dikapitalisasi, diumumkan 25 Juni 2002

$ 3.83 miliar untuk biaya yang dikapitalisasi lebih dari sekedar tidak sesuai, pada tahun
1999, 2000, 2001, dan kuartal pertama tahun 2002, diumumkan pada 8 Agustus 2002

$ 2,0 miliar untuk manipulasi laba melalui cadangan yang telah ditetapkan pada tahun
1999

Pada akhirnya, penipuan WorldCom mencapai $ 11 miliar. Personil senior yang menjadi
juru kunci adalah sebagai berikut :

a) Benard J. Ebbers, CEO

b) Scott D. Sullivan, CFO

c) Buford Yates Jr, Direktur Jenderal Akuntansi

d) David F. Myers, Pengendali

e) Betty L. Vinson, Direktur Pelaporan Manajemen, sejak Januari 2002

f) Troy M. Normand, Direktur Badan Hukum Akuntansi, sejak Januari 2002


Menurut keluhan SEC terhadap Vinson dan Normand:

WorldCom berbuat kecurangan dengan memanipulasi hasil keuangan dalam beberapa


hal, termasuk mengurangi biaya operasional dengan tidak benar dalam setidaknya dua cara.
Pertama, WorldCom dengan tidak benar telah merilis cadangan tertentu yang diadakan
terhadap biaya operasional. Kedua, WorldCom telah salah mengklasifikasikan biaya produksi
tertentu sebagai aset modal. Melakukan praktik yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP) pada saat itu. Melakukan praktik yang tidak diungkapkan
kepada investor WorldCom, meskipun kedua praktek ini merupakan perubahan dari metode
akuntansi yang digunakan sebelumnya oleh WorldCom. Kedua praktek ini telah
membengkakkan pendapatan WorldCom secara artifisial dan material dalam laporan
keuangannya dari tahun 1999 sampai kuartal pertama tahun 2002. Terdapat banyak biaya
yang dihabiskan WorldCom untuk mengakses jaringan perusahaan telekomunikasi lain (biaya
line) yang pencatatan akuntansinya dilakukan dengan tidak tepat, berada di antara biaya
operasi utama WorldCom. Dari setidaknya kuartal ketiga tahun 2002 sampai kuartal pertama
tahun 2002, dalam skema yang diarahkan dan disetujui oleh manajemen senior dan diikuti
oleh VINSON, NORMAND dan lain-lain, termasuk Yates dan Myers, WorldCom
menyembunyikan jumlah baris biaya yang sebenarnya. Manipulasi akuntansi ini
menghasilkan laba sebelum pajak WorldCom dicatat lebih besar daripada kenyataannya,
yaitu sekitar $ 3,8 miliar untuk lima kuartal. Motivasi dan mekanisme manipulasi data adalah
bukti dari SEC tentang apa yang terjadi pada akhir setiap kuartal, setelah rancangan laporan
triwulan ditinjau. Langkah yang diambil oleh manajemen puncak untuk menyembunyikan
masalah WorldCom adalah dengan meningkatkan melindungi harga saham perusahaan demi
mendapatkan keuntungan dari opsi saham, mempertahankan persyaratan agunan untuk
pinjaman pribadi, dan mempertahankan pekerjaan mereka. Langkah-langkah ini diperlukan
untuk mengimbangi tekanan pada harga saham WorldCom yang disebabkan oleh AS dan
penolakan regulator Eropa untuk penawaran dari WorldCom sebesar $ 115 miliar kepada
Sprint Communications.

Menurut SEC:

Pada atau sekitar Oktober 2000, secara langsung, dengan sepengetahuan manajemen
senior WorldCom, VINSO, NORMAND dan lain-lain termasuk Yates dan Myers telah
menyebabkan pencatatan transaksi yang tidak tepat dalam buku besar perusahaan untuk
kuartal ketiga. Lebih tepatnya, setelah meninjau laporan keuangan konsolidasi untuk kuartal
ketiga tahun 2000, manajemen senior WorldCom memutuskan bahwa WorldCom telah gagal
memenuhi ekspektasi analis. Manajemen senior WorldCom kemudian menginstruksikan
Myers, dan bawahannya, termasuk Yates, VINSON dan NORMAND, untuk membuat
pencatatan palsu dalam buku besar WorldCom tanpa dokumen pendukung, tidak ada alasan
bisnis yang rasional untuk embenarkan kejadian ini, dan tentu saja tidak sesuai dengan
GAAP. Entri ini memiliki efek mengurangi line costs kuartal ketiga tahun 2000 sekitar $
828 juta. Manipulasi dengan mengikuti pola yang sama seperti ini dilakukan lagi pada kuartal
keempat tahun 2000, tetapi perubahan harus dilakukan untuk kuartal pertama tahun 2001
demi menghindari penemuan auditor. Namun pada sekitar bulan April 2001, setelah meninjau
laporan keuangan konsolidasi awal untuk kuartal pertama tahun 2001, manajemen senior
WorldCom masih merasa gagal memenuhi ekspektasi analis sehingga mengubah metode
curangnya untuk meledakkan pendapatan.

WorldComs Other Revelations

Perlu diketahui bahwa Ebbers bukanlah seorang akuntan, awalnya ia adalah seorang
tukang susu dan penjaga, berikutnya ia menjadi pelatih basket, dan menjadi pemilik terbaik
Hotel Western sebelum ia memasuki bisnis telekomunikasi dan mendapat julukan Telkom
Cowboy. Bagaimanapun juga, dalam praktik manipulasi ini ia dibantu oleh Scott Sullivan,
Chief Financial Officer, dan David Myers, pengendalinya. Sullivan dan Myers pernah
bekerja untuk Arthur Andersen sebelum bekerja di WorldCom. Pengungkapan spektakuler
lainnya dengan sekilas menggambarkan yang terjadi di belakang layar WorldCom.
Perusahaan, yang telah mendaftarkan dirinya untuk perlindungan kebangkrutan di 21 Juli
2002, ternyata juga mengumumkan bahwa mereka akan menghapus $ 50.6 miliar goodwill
atau aset tak berwujud lainnya yang memungkinkan, ketika mengulang kesalahan akuntansi
yang dijelaskan sebelumnya. Tampaknya telah muncul keputusan lain yang diambil
WorldCom dengan tidak tepat. Investigasi berlanjut hingga berhasil mengungkapkan bahwa
Bernad Ebbers, CEO, telah dipinjamkan $ 408.2 juta. Dia seharusnya menggunakan
pinjaman untuk membeli saham WorldCom atau untuk marjin karena harga saham jatuh.
Sebaliknya, ia menggunakannya sebagian untuk pembelian peternakan sapi terbesar di
Kanada, pembangunan rumah baru, pengeluaran pribadi dari anggota keluarga, dan pinjaman
kepada keluarga dan teman-teman.
Why Did They Do it?

Menurut Jaksa Umum AS John Ashcroft: Dugaan skema Sullivan-Myers dirancang


untuk menyembunyikan lima kerugian bersih yang sebenarnya terjadi, dengan menciptakan
ilusi bahwa perusahaan itu menguntungkan.

Pertanyaan:

1. Jelaskan mekanisme yang digunakan manajemen WorldCom untuk mentransfer


keuntungan dari periode waktu lain untuk mengembangkan angka pada periode berjalan.

2. Mengapa Arthur Andersen menyetujui tindakan ini?

3. Bagaimana seharusnya dewan direksi WorldCom mencegah manipulasi terhadap apa


yang manajemen lakukan?

4. Bernie Ebbers bukan seorang akuntan, sehingga ia membutuhkan kerjasama dari akuntan
sungguhan untuk membantunya memanipulasi karyanya. Mengapa akuntan WorldCom
bersedia bekerjasama?

5. Mengapa dewan direksi menyetujui pemberian pinjaman lebih $ 408 juta?

6. Bagaimana dewan memastikan bahwa whistle blower akan berani maju untuk
memberitahu mereka tentang kegiatan yang dipertanyakan?

Jawaban :

1) Mekanisme yang digunakan manajemen WorldCom untuk manipulasi keuntungan yaitu :

Manajemen WorldCom menggelembungkan angka pada periode berjalan dengan cara


menggelembungkan arus kas dan pendapatan. Hal ini di lakukan dengan cara
memanipulasi salah satu pengeluran utama WorldCom yaitu biaya jaringan atau biaya
yang dibayarkan kepada pihak ketiga dari penyedian jaringan telekomunikasi atas hak
untuk mengakses jaringan pihak ketiga, di pertanggungjawabkan dengan tidak benar.
Dimana seharusnya biaya jaringan ini dibebankan dalam laporan laba rugi, tetapi oleh
WorldCom di bebankan ke rekening modal. Hal ini dapat menjadikan laba periode
berjalan tampak lebih besar dari laba sebenarnya yang seharusnya diperoleh oleh
perusahaan. Dengan cara ini WorldCom dapat menggelembungkan pendapatan sebesar
$3,85 miliar. Selain itu WorldCom juga menciptakan dana cadangan untuk beberapa
biaya operasional yang dinaikkan oleh perusahaan. Dana cadangan yang sudah terbentuk,
nantinya akan dikurangi secara tidak benar oleh perusahaan untuk memanipulasi jumlah
keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode berjalan. Dengan cara ini ini,
Worldcom berhasil memanipulasi keuntungannya sebesar $2 M. Manipulasi cadangan ini
dalam akuntansi di kenal sebagai akuntansi cookie jar
2) Arthur Andersen menyetujui tindakan manipulasi ini karena Arthur Andersen memiliki
kepentingan pribadi sama seperti pada kasus Enron dimana KAP Arthur Andersen tidak
memiliki integritas, kejujuran dan tidak tegas mepertimbangkan fakta dalam praktek
auditnya, sehingga kecurangan yang terjadi di WorldCom tidak di ungkapkan oleh
Arthur Andersen. Selain itu juga adanya hubungan antara Arthur Andersen dengan
WorldCom, dimana Scott Sullivan (CFO WorldCom) dan David Myres (controller)
merupakan mantan karyawan Arthur Andersen.

3) Seharusnya dewan direksi WorldCom mencegah manipulasi yang manajemen lakukan ini
dengan cara menetapkan SOP dan Kode Etik Perusahaan, dilanjutkan dengan menciptakan
budaya untuk mematuhi, meskipun tidak diawasi oleh siapapun, dari dalam dirinya,
supaya ketika karyawan menghadapi kesempatan dan hasutan untuk melakukan fraud
dapat menjaga diri dan integritasnya. Namun jangan lupa bahwa pengendalian internal
juga harus dilakukan lebih teliti oleh pihak yang independen.

4) Akuntan WorldCom mau bekerjasama karena

a) Kurang tertanamnya kode etik perusahaan dalam dirinya sehingga akuntan WorldCom
tidak merasa bahwa pelanggaran ini adalah dosa besar, maka tanpa ragu, mereka
bersedia melakukan manipulasi pencatatan akuntansi demi meningkatkan keuntungan,
asalkan mereka tetap mendapatkan gajinya.

b) Bernie Ebbers saat itu sedang menjabat sebagai CEO, ada kemungkinan akuntan
WorldCom tidak mengetahui kenyataan bahwa Ebbers bukan pernah menduduki posisi
akuntan sebelunya, sehingga ketika ia memerintahkan untuk memanipulasi data, ketika
akuntan-akuntan ini sendiri pun tidak independen dan tidak berpendirian kuat, mereka
tidak berusaha menolak perintah tersebut.

5) Dewan direksi menyetujui pemberian pinjaman sebesar $408juta karena pada saat itu
saham WorldCom sedang jatuh, berharap dengan pinjaman ini akan digunakan untuk
membeli saham WorldCom atau untuk marjin, saat itu direksi belum memprediksi bahwa
yang akan terjadi adalah sebaliknya, pinjaman ini digunakan sebagian untuk pembelian
peternakan sapi terbesar di Kanada, pembangunan rumah baru, pengeluaran pribadi dan
anggota keluarga, serta memberikan pinjaman kepada keluarga dan teman-teman.

6) Sebaiknya dewan direksi mendukung whistle blower supaya whistle blower dapat
memberanikan diri untuk melaporkan temuannya atas pelanggaran yang terjadi, dengan
menjamin akan memastikan bahwa perusahaan akan melindungi whistle blower dan
menjaga keselamatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, L. J. dan Dunn. P. 2012. Business and Professional Ethics for Directors, Executives
and Accountants. Edisi 6. Mason City: South-Western Cengage Learning.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant. Etika Profesi dan Tata Kelola
Korporat. Jakarta: IAI.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI. Nomor 3 Tahun 2016. Tentang Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan. Jakarta.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan..Nomer PER-


211/K/JF/2010. Tentang Standar Kompetensi Auditor. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai