Anda di halaman 1dari 16

ETIKA AKUNTAN PROFESIONAL DALAM PRAKTIK PUBLIK

Disusun oleh:

Rizki Gigih Apriati (C4C018002)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
PURWOKERTO
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan,
memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan
untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan
disajikan oleh klien. Profesi akuntan publik akan selalu berhadapan dengan
dilema yang mengakibatkan seorang akuntan publik berada pada dua
pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan mengalami suatu
dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai beberapa
aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan
klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan
komitmen akuntan publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak
memenuhi tuntutan klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada
penghentian penugasan oleh klien. Kode etik akuntan indonesia dalam
pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota harus
mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Kurangnya kesadaran etika akuntan publik dan maraknya
manipulasi akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai
laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para pemakai laporan
keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan
publik sebagai pihak independen.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi
masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa
assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit,
pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed
upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat,
pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi
suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh
akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat,
keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh
jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Profesi akuntan publik
bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh
informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi
sumber-sumber ekonomi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ancaman dan Pencegahan


Kode Etik Profesi Akuntan Publik menggunakan istilah praktisi
untuk akuntan profesional dan menggunakan istilah pencegahan sebagai
terjemahan dari safeguards. Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
dapat terancam oleh berbagai situasi. Ancaman-ancaman tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ancaman kepentingan pribadi, seperti kepentingan keuangan pada
klien, ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa
professional yang diperoleh dari suatu klien, kekhawatiran atas
kemungkinan kehilangan klien.
2. Ancaman telaah pribadi, seperti penemuan kesalahan yang signifikan
ketika dilakukan pengevaluasian kembali hasil pekerjaan praktisi.
3. Ancaman advokasi, seperti mempromosikan saham suatu entitas yang
efeknya tercatat di bursa (emiten) yang merupakan klien audit laporan
keuangan.
4. Ancaman kedekatan seperti anggota tim perikatan merupakan anggota
keluarga langsung atau anggota keluarga dekat dari direktur atau
pejabat klien.
5. Ancaman intimidasi, seperti ancaman atas pemutusan perikatan atau
penggantian tim perikatan.
Pencegahan adalah tindakan atau upaya lainnya untuk
menghilangkan atau mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat
diterima. Pencegahan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Pencegahan yang diciptakan oleh profesi, undang-undang atau
pemeriintahan.
2. Pencegahan dalam lingkungan kerja, mencakup pencegahan pada
tingkat institusi dan tingkat perikatan.
Pencegahan pada tingkat institusi contohnya:
 Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang menekankan
pentingnya kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
 Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang memastikan terjaganya
tindakan untuk melindungi kepentingan publik oleh anggota tim
assurance.
 Kebijakan dan prosedur untuk menerapkan dan memantau
pengendalian mutu perikatan.
 Kebijakan dan prosedur internal yang terdokumentasi yang
memastikan terjaganya kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
 Penunjukan seorang anggota manajemen senior untuk bertanggung
jawab atas pengawasan kecukupan fungsi sistem pengendalian mutu
KAP atau Jaringan KAP.
 Kebijakan dan prosedur yang mendorong dan memotivasi staf untuk
berkomunikasi dengan pejabat senior KAP atau Jaringan KAP
mengenai setiap isu yang terkait dengan kepatuhan pada prisip dasar
etika profesi yang menjadi perhatiannya.
Pencegahan pada tingkat perikatan contohnya:
 Melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah
dilakukan atau untuk memberikan saran yang diperlukan.
 Melakukan konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti
komisaris independen, organisasi profesi, atau praktisi lainnya.
 Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pejabat klien yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan.

B. Penunjukan Profesional
1. Penerimaan Klien
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus
mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh diterimanya klien
tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku profesional
antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang terkait
dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya).
2. Penerimaan Penugasan atau Perikatan
Setiap praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika
memiliki kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum
menerima perikatan, setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat
terjadi dari diterimanya perikatan tersebut.

C. Benturan Kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena situasi tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Ancaman terhadap objektivitas
atau kerahasiaan dapat terjadi ketika praktisi memberikan jasa profesional
untuk klien-klien yang kepentingannya saling berbenturan atau kepada
klien-klien yang sedang saling berselisih dalam suatu masalah atau
transaksi.
D. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi
ketika praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua (second
opinions) mengenai penerapan akuntansi, auditing, pelaporan, atau
standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau untuk
kepentingan, pihak-pihak selain klien. Signifikansi ancaman akan
tergantung dari kondisi yang melingkupi permintaan pendapat kedua, serta
seluruh fakta dan asumsi lain yang tersedia yang terkait dengan pendapat
profesional yang diberikan.

E. Fee dan Remunerasi Lainnya


Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang
diberikan, praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional
yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah imbalan jasa profesional
yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang lain
bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Akan tetapi,
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat saja
terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan.

F. Pemasaran Jasa Profesional


Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat
terjadi ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau
bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan
profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya. Mereka juga harus
bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan seperti
pembuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh
atau membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi
lain.

G. Hadiah Keramah-tamahan
Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk keramahtamahan
lainnya (hospitality) oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
H. Menyimpan Aset Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab
penyimpanan uang atau aset lainnya milik klien, kecuali jika
diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian,
praktisi wajib menyimpan aset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.

I. Objektivitas
Setiap praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan, klien maupun direktur,
pejabat, atau karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas dapat terjadi dari hubungan
keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau hubungan bisnis.

J. Independensi – Dalam Perikatan Audit


Dalam melaksanakan perikatan assurance, Kode Etik ini
mewajibkan anggota tim assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP,
untuk bersikap independen terhadap klien assurance sehubungan dengan
kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.
BAB III

PENUTUP

A. Kasus (Arthur Andersen)


1. Profil WorldCom
WorldCom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan
telepon jarak jauh. Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa
akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain yang kemudian
meingkatkan pendapatannya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi $392
milyar pada tahun 2001, yang pada akhirnya menempatkan WorldCom
pada posisi 42 dari 500 perusahaan lainnya menurut versi majalah fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat
worlcom mengambil alih perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar
di Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh. Dan
pada tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan UUNet,
Compuserve, dan jaringan data AOL (american Online) yang
mengukuhkan posisi WorldCom menjadi operator no 1 dalam infrastruktur
internet.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada
Worldcom yaitu terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini
terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi ekonomi
sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Hal
ini berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis sehingga
pendpatan ini jauh dari yang diharapkan. Padahal untuk biaya akuisisi dan
untuk membiayai investasi infrastruktur Worldcom menggunakan sumber
pendanaan dari luar atau utang.

2. Kronologi Kasus Arthur Andersen


Pada awal tahun 2000 perusahaan komunikasi tersebut sudah mulai
mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh pendapatan mengalami
penurunan dan utang semakin banyak. Nilai saham juga terus mengalami
penurunan. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott
Sullivan sebagai CFO dan David Myers sebagai auditor senior
memutuskan mengambil langkah keluar dengan cara mengubah laporan
keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh. Yang pertama, mereka
membukukan ‘line cost‘ sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya
merupakan pengeluaran. Dan yang kedua, mereka meningkatkan
pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan
perusahaan yang tidak teralokasi”. Dan dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar
telah salah diklasifiksi pada tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797
juta pada triwulan pertama tahun 2002. Berdasarkan data WorldCom $14,7
milyar pada tahun 2001 disajikan sebagai biaya. Dengan memindahkan
akun beban kepada akun modal, WorldCom mampu menaikkan
pendapatan atau laba. WorldCom mampu menaikan laba karena akun
beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena
beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi.
Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom mengakui bahwa
perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan
sebagai pengeluaran modal. Beban jaringan adalah beban yang dibayar
oleh Worldcom kepada perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi,
seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom.
Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun 2001,
sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun
2002.berdasarkan data Worldcom $14,7 milyar pad tahun 2001 disajikan
sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, WorldCom
mampu menaikkan pendapatan atau laba.WorldCom mampu menaikan
laba karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat
lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi.
Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih
yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi
jaringan tersebut akan didepresiasikan. Secara esensi beban kapitalisasi
jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan biyanya
dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin antara 10 tahun bahkan
lebih.
Staf akuntan WorldCom telah diwawancara sebelum tanggal 25
Juni. Pada Maret 2002 SEC meminta data dari perusahaan berupa item-
item yang berhubungan dengan Laporan Keuangan, termasuk didalamnya:
1. Komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2. Sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan
pelanggan dalam skala besar
3. Kebijakan akuntansi untuk merger
4. Pinjaman kepada CEO
5. Integrasi sistem komputer WorldCom dengan MCI
6. Analisis ekspektasi pendapatan saham WC
Pada tanggal 1 Juli 2002 worldcom mengumumkan bahwa akun
cadangan di WorldCom juga diinvestigasi atau diperiksa. Perusahaan
membuat akun ini untuk mengantisipasi kejadian-kejadian luar biasa yang
tidak dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan. Seharusnya akun
ini tidak boleh dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan. Pada 8
Agustus, WorldCom mengakui bahwa mereka telah menggunakan akun
cadangan secara tidak benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28
agustus adalah bahwa akun cadangan dikurangi untuk menutupi biaya
jaringan yang telah dikapitalisasi.

Skandal CEO Bernard Ebbers


CEO Bernard Ebbers menjadi sangat kaya dari kenaikan harga
sahamnya di saham WorldCom umum. Namun, pada tahun 2000, industri
telekomunikasi memasuki masa krisis yang menyebabkan WorldCom
mengalami kemunduran serius, menyebabkan pemerintah AS melalui
Departemen Kehakiman memaksa perusahaan ini untuk membatalkan
rencana merger dengan Sprint pada pertengahan 2000. Pada saat itu,
saham WorldCom menurun dan Ebbers berada di bawah tekanan tinggi
dari bank untuk menutupi kewajiban kekurangan margin pada saham
WorldCom-nya yang digunakan untuk membiayai jenis usaha yang
lainnya, seperti kayu, kapal pesiar.
Oleh karena itu selama tahun 2001, Ebbers membujuk para dewan
direksi WorldCom untuk memberinya kredit korporasi dan jaminan lebih
dari AS $ 400 juta untuk menutupi kewajiban margin tersebut.
Permohonan ini dikabulkan karena para dewan direksi berharap bahwa
pinjaman yang diminta CEP Ebbers tersebut akan mencegah Ebbers untuk
menjual sejumlah besar saham WorldCom pada akhirnya akibat tekanan di
harga pasar saham yang kian anjlok. Namun, akhirnya strategi ini gagal
dan Ebbers digulingkan sebagai CEO pada bulan April 2002 dan
digantikan oleh John Sidgmore, mantan CEO UUNET Technologies, Inc.
Skandal akuntansi di dalam tubuh perusahaan ini sendiri dimulai
sejak pertengahan tahun 1999 dan terus berlanjut hingga Mei 2002. Di
bawah Bernard Ebbers (CEO), Scott Sullivan (CFO), David Myers
(Pengawas) dan Buford "Buddy" Yates (Direktur Jenderal Akuntansi)
memanipulasi laporan akuntansi perusahaan, membuat laporan akuntansi
palsu untuk menutupi pendapatan WorldCom yang hakikatnya mengalami
penurunan dengan membuat gambar pertumbuhan keuangan dan
profitabilitas palsu untuk menopang harga saham WorldCom di pasar
saham. Penipuan itu dilakukan terutama dalam dua cara :
1. Underreporting 'line cost` (biaya interkoneksi dengan perusahaan
telekomunikasi lainnya) dengan memanfaatkan biaya-biaya pada
neraca daripada fakta pengeluaran mereka.
2. Menggelembungkan pendapatan dengan memasukkan catatan
akuntansi palsu dari "alokasi dana perusahaan yang belum diisi".
Pada tahun 2002, sebuah tim audit internal WorldCom bekerja
secara rahasia, menyelidiki dan menggali kemana alokasi dana perusahaan
yang hilang sebesar $ 3,8 milyar. Hingga pada akhirnya, mereka
menemukan jawabannya bahwa dana perusahaan tersebut telah
diselewengkan oleh CEO dan rekan-rekan kerjanya untuk memperkaya
diri mereka sendiri diluar standar pendapatan seharusnya. Segera
kemudian komite audit perusahaan dan dewan direksi diberitahu oleh para
audit mengenai masalah penipuan akuntansi ini. Tidak lama kemudian,
mereka segera memanggil dan memecat CFO Scott Sullivan, dan David
Myers segera mengundurkan diri.Kemudian pada tahun 2001, Arthur
Andersen dan US Securities and Exchange Commission (SEC)
meluncurkan sebuah investigasi masalah ini pada tanggal 26 Juni 2002.
Sehingga pada akhir tahun 2003, diperkirakan bahwa total aset perusahaan
ini ternyata telah diselewengkan oleh CEO mereka sekitar $ 11 miliar.
Akibat masalah besar yang diakibatkannya, pada 15 Maret 2005
Bernard Ebbers dinyatakan bersalah dari semua tuduhan, karena telah
terbukti melakukan kecurangan, konspirasi dan pengajuan dokumen palsu
dengan regulator-semua terkait dengan skandal akuntansi AS $ 11 miliar
di perusahaan telekomunikasi yang dia dirikan. Dia dijatuhi hukuman 25
tahun penjara.Pejabat WorldCom lainnya seperti mantan CFO Scott
Sullivan dituntut dengan hukuman pidana dalam kaitannya pada tanggal 2
Maret 2004 untuk tuduhan penipuan sekuritas, konspirasi dan mengajukan
laporan palsu.Sedangkan mantan pengawas keuangan David Myers juga
telah mengaku bersalah atas penipuan sekuritas, konspirasi untuk
melakukan penipuan sekuritas, dan mengajukan laporan palsu pada
tanggal 27 September, 2002. Mantan direktur akuntansi Buford Yates juga
telah mengaku bersalah atas konspirasi dan tuduhan penipuan pada 7
Oktober , 2002). Mantan-mantan manajer akuntansi Betty Vinson dan
Troy Normand juga mengaku bersalah atas konspirasi dan penipuan
sekuritas pada tanggal 10 Oktober 2002.
Pada 13 Juli 2005 Bernard Ebbers menerima hukuman yang akan
membuat dia dipenjara selama 25 tahun. Pada saat vonis dijatuhkan,
Ebbers telah berusia 63 tahun.Pada tanggal 26 September 2006, Ebbers
menyerahkan diri ke Biro Penjara Federal penjara di Oakdale, Louisiana,
Federal Lembaga Pemasyarakatan Oakdale untuk mulai menjalani
hukuman.
B. Analisis
Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus WorldCom:
1. Bernard Ebbers
Sebagai CEO WorldCom, Bernard Ebbers meminjam uang kepada
perusahaannya untuk membeli saham WorldCom. Namun,
kenyataannya uang perusahaan tersebut digunakan untuk
kepentingannya sendiri bukan untuk membeli kembali saham
WorldCom.
2. Cynthia Cooper
Salah satu auditor internal WorldCom danmenjabat sebagai vice
presiden yang mengetahui adanya sesuatu yang tidak beres dengan
laporan keuangan WorldCom
3. Arthur Andersen
Sebagai Auditor Eksternal Independen merupakan pihak yang
seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan profesionalisme,
telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat dengan tidak
melaporkan temuan audit yang dimanipulasi oleh WorldCom. Arthur
Andersen sebagai Auditor Eksternal Worldcom. Dia menyetujui
tindakan manipulasi karena:
a. Tidak adanya integritas dalam praktik audit Arthur Andersen,
sehingga kecurangan yang dilakukan tidak diungkapkan dalam
opini auditor.
b. Adanya hubungan antara Arthur Andersen dengan Sullivan dan
Myers yang merupakan pekerja di KAP Arthur Andrsen sebelum
bergabung dengan WorldCom.
Arthur Andersen menyulap biaya sewa yang seharusnya
merupakan biaya operasional rutin yang akan mengurangi pendapatan
pada tahun yang sama menjadi biaya investasi, sehingga bisa disebar
untuk jangka 10 tahun. Biaya yang disulap oleh WorldCom per
kuartalnya sebesar US$ 500-800 juta.
Dengan manipulasi data seperti ini, WorldCom bisa melaporkan
laba bersih US$ 1,4 miliar pada kuartal I/2001 dan US$ 172 juta pada
kuartal I/2002. Padahal, kalau manajemen WorldCom melaporkan apa
adanya, selama lima kuartal rapornya akan merah. Inilah informasi
yang menyesatkan para investor dan kreditor.
4. Scott D. Sullivan
Sebagai CFO WorldCom, dengan sengaja telah memasukkan US$ 3,85
miliar (dari total biaya sewa jaringan yang pada 2001 saja mencapai
US$ 8,12 miliar) ke pos yang tak seharusnya.
5. Dewan Direksi
Menyetujui pemberian pinjaman dana lebih dari $408 juta kepada
Ketua dan Mencegah manipulasi yang dilakukan manajemen.
6. Staff Akuntan WorldCom
Dalam hal ini akuntan WorldCom sangat berperan aktif dalam skandal
yang terjadi. Berikut adalah beberapa alasan akuntan Worldcom mau
diajak bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan yaitu:
a. Money : Adanya iming-iming uang dan bonus yang besar bagi para
akuntan jika mereka mau bekerja sama dengan pihak manajemen
untuk memanipulasi laporan keuangan.
b. Pressure : Adanya tekanan dari atasan untuk memanipulasi laporan
kaunagan. Yangmana jika tidak dituruti akan mengakibatkan para
akuntan dipecat.
c. Culture : Budaya perusahaan, yang menghalalkan segala cara untuk
dapat memperoleh penghasilan, agar perusahaan tetap terlihat baik
dimata publik dan harga saham perusahaan tidak turun drastis.
d. Internal Controll : Lemahnya pengendalian internal perusahaan,
sehingga tindakan manipulasi dan kecurangan dapat terjadi dalam
perusahaan.
e. Chance : Adanya kesempatan untuk memanipulasi LK worldcom,
dimana dalam hal ini semua pihak dari manajemen puncak hingga
staf akuntansi dapat diajak bekerja sama untuk memanipulasi LK
perusahaan.
f. Etika : Kurangnya etika profesi akuntansi, para akuntan yang
bekerja di worldcom tidak berpegang teguh pada etika profesi
akuntansi ataupun GAAP, sehingga mereka bersedia untuk
melakukan tindakan yang melanggar kegiatan kode etik profesi
akuntansi.
7. Mr. Cooper
Ketua komite audit mempertanyakan mengenai beban operasi sebagai
biaya modal. Bukan hanya biaya akan tetapi pengakuan belanja modal
digunakan untuk meningkatkan laba.
8. Mr. Buford “Buddy” Yates
Memasuki pengakuan bersalah untuk penipuan sekuritas dan
konspirasi dan setuju untuk bekerja sama dalam pemalsuan laporan
keuangan WorldCom.
9. David M. Myers
Memasuki pengakuan bersalah dengan tiga tuduhan kejahatan
penipuan di 26 September 2002.
10. Wistle Blower
Whistle Blower berani maju untuk memberitahukan tentang kegiatan
yang terjadi pada skandal worldom tersebut, yaitu Whistle Blower
membocorkan kejahatan pihak internal perusahaan.
11. Manajemen WorldCom
Manajemen WorldCom dalam skandal WorldCom berperan dalam
menggelembungkan angka pada periode berjalan dengan cara:
a. Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak worldcom kepada
pihak ketiga dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana
biaya jaringan yang seharusnya dibebankan dalam laporan laba
rugi, oleh perusahaan dibebankan ke rekening modal. Hal ini
mengakibatkan laba periode berjalan menjadi lebih besar dari laba
yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Dengan cara ini
worldcom mampu meningkatkan keuntungannya hingga $ 3.85 M
b. Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh
perusahaan. Dana cadangan yang sudah terbentuk, nantinya akan
dikurangi secara tidak benar oleh perusahaan untuk memanipulasi
jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode
berjalan. Dengan praktik ini, Worldcom berhasil memanipulasi
keuntungannya sebesar $ 2 M.

Dari kasus ini kode etik yang dilanggar yaitu:


1. Dalam kasus WorldCom, Arhur Andersen selaku Auditor eksternal
tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur, karena tidak
melaporkan laporan temuan audit yang telah dimanipulasi oleh
perusahaan WorldCom.
2. Adanya hubungan Arthur Andersen dengan Scott D. Sullivan dan
Myers yang merupakan pekerja KAP Arthur Andersen sebelum
bergabung dengan WorldCom.
3. Rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS dapat terealisasi
karena dibantu oleh pihak eksternal Arthur Andersen dan Staff
akuntansi perusahaan WorldCom.
4. Beberapa SPE digunakan untuk menghasilkan keuntungan palsu,
menyembunyikan kerugian, dan mengurangi biaya pada laporan
keuangan.
5. CEO WorldCom menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan
pribadinya.
C. Kesimpulan
Profesi akuntan dan khususnya para auditor sangatlah berarti.
Berbagai peristiwa telah memberi tantangan tetapi juga kesempatan dan
pertumbuhan yang besar.
Penipuan laporan keuangan yang dilakukan oleh WorldCom Inc,
yaitu perusahaan raksasa dalam bidang telekomunikasi dan salah satu
penyedia layanan Internet (ISP) terbesar di dunia ini melibatkan seorang
auditor ternama yaitu Arthur Andersen LLC. Akibat adanya pengungkapan
skandal tersebut, saham WorldCom langsung ambruk seketika yang
menyebabkan sejumlah perusahaan sekuritas dan Komisi Bursa Efek
menimpakan tuduhan penipuan terhadap WorldCom.
Kehancuran WorldCom sebenarnya juga karena kerapuhan kondisi
finansialnya yang buruk. Untuk menutupi defisit kasnya, manajemen
WorldCom memanipulasi laporan keuangan, sehingga kinerjanya jadi
kelihatan baik. Cara yang sebenarnya terbilang elementer tapi ditutup-
tutupi oleh auditor eksternal perusahaan itu, Arthur Andersen LLC.
Penyebab yang sangat tampak terhadap kasus WorldCom itu sendiri
adalah adanya sifat keserakahan pada Bernard J. Ebbers (CEO WorldCom)
hal itu terlihat ketika meminjam uang perusahaan untuk memborong
saham WorldCom (yang diyakininya akan terus naik) tetapi dalam
kenyataanya digunakan untuk kepentingan pribadinya sendiri sehingga
Bernard J. Ebbers tidak bias mengembalikan pinjaman tersebut dan
diketahui pula bahwa Scott D. Sullivan, CFO WorldCom, dengan sengaja
telah memasukkan US$ 3,85 miliar (dari total biaya sewa jaringan yang
pada 2001 saja mencapai US$ 8,12 miliar) ke pos yang tak seharusnya.
Sehingga sang CFO pun langsung dipecat. Akan tetapi, investor publik dan
kreditor telanjur kehilangan dana besar, sekaligus makin memupuskan
kepercayaan publik. Salah satu sebab utama dari kebangkrutan WorldCom
adalah sikap serakah dari eksekutif senior yang didukung oleh sistem
insentif kompensasi yang keterlaluan. Insentif yang dimaksud adalah
sistem stock option yang mengizinkan eksekutif membeli saham dari
perusahan yang mereka kelola. Sebab lain dari kegagalan adalah
kurangnya independensi akuntan dan analis keuangan. Ketidak akuratan
dari data-data keuangan sering kali juga tidak ”tertangkap” oleh tim audit.
Dalam hal ini, kredibilitas akuntan menjadi pertanyaan.

D. Saran
1. Auditor Eksternal seharusnya bersikap independen sehingga tidak
kehilangan objektifitasnya dalam mengaudit laporan keuangan dan
mengevalusi metode perusahaan yang diauditnya.
2. Seharusnya Komite Audit mengawasi Dewan Direksi agar tidak terjadi
lagi kecerobohan seperti meminjamkan uang kepada CEO Bernard
Ebbers yang mengakibatkan keuangan perusahaan memburuk.
3. Sebaiknya perusahaan WorldCom membuat standarisasi tambahan
selain kode etik yang sudah berlaku bagi Auditor maupun Akuntan
perusahaan agar Staff Akuntansi maupun Auditor dapat bekerja
dengan professional dan dapat menghormati profesinya. Sehingga
dapat menjalankan tugas sesuai prosedur.

Anda mungkin juga menyukai