Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan,
memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan
untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan
disajikan oleh klien. Profesi akuntan publik akan selalu berhadapan dengan
dilema yang mengakibatkan seorang akuntan publik berada pada dua
pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan mengalami suatu
dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai beberapa
aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan
klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan
komitmen akuntan publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak
memenuhi tuntutan klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada
penghentian penugasan oleh klien. Kode etik akuntan indonesia dalam
pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota harus
mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Kurangnya kesadaran etika akuntan publik dan maraknya
manipulasi akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai
laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para pemakai laporan
keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan
publik sebagai pihak independen.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi
masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa
assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit,
pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed
upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat,
pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi
suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh
akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat,
keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh
jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Profesi akuntan publik
bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh
informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi
sumber-sumber ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Penunjukan Profesional
1. Penerimaan Klien
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus
mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh diterimanya klien
tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku profesional
antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang terkait
dengan klien (pemilik, manajemen, atau aktivitasnya).
2. Penerimaan Penugasan atau Perikatan
Setiap praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika
memiliki kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum
menerima perikatan, setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat
terjadi dari diterimanya perikatan tersebut.
C. Benturan Kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena situasi tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Ancaman terhadap objektivitas
atau kerahasiaan dapat terjadi ketika praktisi memberikan jasa profesional
untuk klien-klien yang kepentingannya saling berbenturan atau kepada
klien-klien yang sedang saling berselisih dalam suatu masalah atau
transaksi.
D. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi
ketika praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua (second
opinions) mengenai penerapan akuntansi, auditing, pelaporan, atau
standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau untuk
kepentingan, pihak-pihak selain klien. Signifikansi ancaman akan
tergantung dari kondisi yang melingkupi permintaan pendapat kedua, serta
seluruh fakta dan asumsi lain yang tersedia yang terkait dengan pendapat
profesional yang diberikan.
G. Hadiah Keramah-tamahan
Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk keramahtamahan
lainnya (hospitality) oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
H. Menyimpan Aset Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab
penyimpanan uang atau aset lainnya milik klien, kecuali jika
diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian,
praktisi wajib menyimpan aset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
I. Objektivitas
Setiap praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan, klien maupun direktur,
pejabat, atau karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas dapat terjadi dari hubungan
keluarga, hubungan kedekatan pribadi, atau hubungan bisnis.
PENUTUP
D. Saran
1. Auditor Eksternal seharusnya bersikap independen sehingga tidak
kehilangan objektifitasnya dalam mengaudit laporan keuangan dan
mengevalusi metode perusahaan yang diauditnya.
2. Seharusnya Komite Audit mengawasi Dewan Direksi agar tidak terjadi
lagi kecerobohan seperti meminjamkan uang kepada CEO Bernard
Ebbers yang mengakibatkan keuangan perusahaan memburuk.
3. Sebaiknya perusahaan WorldCom membuat standarisasi tambahan
selain kode etik yang sudah berlaku bagi Auditor maupun Akuntan
perusahaan agar Staff Akuntansi maupun Auditor dapat bekerja
dengan professional dan dapat menghormati profesinya. Sehingga
dapat menjalankan tugas sesuai prosedur.