Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

PRAKTIKUM PENGAUDITAN DAN PDE


Dosen Pengampu: Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak., CA.N

Kelas : EKA 447 BP

Oleh :
Ni Made Fikiyaya Anjani Dewantari
1506305137
17

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM S1 REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

1
1. KODE ETIK AKUNTAN

Kode Etik Akuntan Profesional ini merupakan adopsi dari Handbook of the Code of Ethics
for Professional Accountants 2016 Edition yang dikeluarkan oleh International Ethics
Standards Board for Accountants of The International Federation of Accountants (IESBA-
IFAC).

Kode Etik Akuntan Profesional ini terdiri atas tiga bagian yaitu:

- Bagian A: Prinsip Dasar Etika;


- Bagian B: Akuntan Profesional di Praktik Publik;
- Bagian C: Akuntan Profesional di Bisnis.

Bagian A berisi prinsip dasar etika yaitu integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-
hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional. Bagian A juga memberikan suatu
kerangka konseptual dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman terhadap prinsip
dasar etika, serta menerapkan perlindungan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman
sampai pada tingkat yang dapat diterima.

Bagian B menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di Bagian A bagi Akuntan
Profesional yang memberikan jasa profesional kepada publik (praktik publik).

Bagian C menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika di Bagian A bagi Akuntan
Profesional di organisasi tempatnya bekerja (bisnis).

Menurut Mulyady tahun 2001 kode etik akuntan Indonesia juga memuat delapan prinsip
etika sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus


senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka lalu anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama

2
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada public, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab
akuntan terhadap kepentingan publik.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang


dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah
laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi
tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut.

3. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat

3
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau
bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota
yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit
internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan,
dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk
kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir.

Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan
jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau

4
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang
harus dipenuhinya.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan.

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang


klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau
pemberi jasa berakhir.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,

5
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan
standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan
pengaturan perundang-undangan yang relevan

2. STANDAR AUDIT

Menurut IAPI terdapat SA200 hingga SA800 yang mengatur tentang standar audit itu
sendiri. Standar tersebut dapat di akses langsung dalam web IAPI
(http://iapi.or.id/iapi/detail/153). Dimana selain ada standar audit terdapat juga standar
professional akuntan public, yaitu :

Kerangka Untuk Perikatan Asurans

SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Standar Audit

SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit

SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

SA 230 : Dokumentasi Audit

SA 240 : Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit
atas Laporan Keuangan

SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas


Laporan Keuangan

SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

SA 265 : Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak


yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen

SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material


Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya

SA 320 : Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

6
SA 330 : Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

SA 402 : Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu


Organisasi Jasa

SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

SA 500 : Bukti Audit

SA 501 : Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

SA 505 : Konfirmasi Eksternal

SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama-Saldo Awal

SA 520 : Prosedur Analitis

SA 530 : Sampling Audit

SA 540 : Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar,
dan Pengungkapan yang Bersangkutan

SA 550 : Pihak Berelasi

SA 560 : Peristiwa Kemudian

SA 570 : Kelangsungan Usaha

SA 580 : Representasi Tertulis

SA 600 : Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk


Pekerjaan Auditor Komponen)

SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal

SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

SA 700 : Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan

SA 705 : Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen

SA 706 : Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan
Auditor Independen

SA 710 : Informasi Komparatif Angka Koresponding dan Laporan Keuangan


Komparatif

7
SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi
Laporan Keuangan Auditan

SA 800 : Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai
dengan Kerangka Bertujuan Khusus

SA 805 : Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan Suatu
Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan

SA 810 : Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan

SPR 2400 : Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

SPR 2410 : Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor
Independen Entitas

SPA 3000 : Perikatan Asurans Selain Audit atau Reviu atas Informasi Keuangan
Historis

SPA 3400 : Pemeriksaan atas Informasi Keuangan Prospektif

SPA 3402 : Laporan Asurans atas Pengendalian pada Organisasi Jasa

SPA 3420 : Perikatan Asurans untuk Pelaporan atas Kompilasi Informasi Keuangan
Proforma yang Tercantum dalam Prospektus

SJT 4400 : Perikatan untuk Melaksanakan Prosedur yang Disepakati atas Informasi
Keuangan

SJT 4410 : Perikatan Kompilasi

SPM 1 : Pengendalian Mutu Bagi Kantor Akuntan Publik yang Melaksanakan


Perikatan Asurans (Audit, Reviu dan Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan
Selain Asurans

Istilah GAAP di akuntansi di mana GAAP adalah singkatan dari Generally


Accepted Accounting Principle. Di dalam auditing, ada sebuah istilah yang disebut GAAS
yang merupakan singkatan dari Generally Accepted Auditing Standard. GAAS adalah
aturan-aturan dan pedoman umum yang digunakan akuntan publik yang terdaftar atau
bersertifikat dalam mempersiapkan dan melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan
klien.

8
Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam 3 standar. yaitu
standar umum (general standards), standar pekerjaan lapangan (standards of field work)
dan standar pelaporan (standards of reporting).

A. Standar Umum (General Standards)

1. Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan
seksama.

B. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)

4. Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan sebaik-


baiknya dan jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan semestinya.
5. Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
6. Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.

C. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)

7. Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan audit harus


menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

9
8. Consistency in the Application of GAAP, laporan audit harus menunjukkkan
keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
9. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
10. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai
laporan keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diterima.

3. STANDAR PENGENDALIAN MUTU

Menurut Wikipedia tanggal 25 Januari 2017 Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan
Publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan
pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar
yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan
oleh IAPI (http://iapi.or.id/Iapi/detail/258).

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua
jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:

 Independensi - meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus


mempertahankan independensi
 Penugasan personel - meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional
yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
 Konsultasi - meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai
yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
(judgement), dan wewenang memadai
 Supervisi - meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh KAP

10
 Pemekerjaan (hiring) - meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara
kompeten
 Pengembangan profesional - meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan
memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan
profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan
pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan
untuk kemajuan karier mereka di KAP
 Promosi (advancement) - meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk
promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang
lebih tinggi.
 Penerimaan dan keberlanjutan klien - menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence)
 Inspeksi - meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

SPM (Sistem Pengendalian Mutu) mengatur tanggung jawab KJA atas sistem pengendalian
mutu dalam melaksanakan perikatan selain asurans, dan SPM tersebut harus
memperhatikan ketentuan Kode Etik Akuntan Profesional (ISQC 1, par 1) SPM wajib
diterapkan oleh KJA terkait dengan jasa yang diberikan, dimana sifat dan luas SPM
bergantung pada faktor seperti ukuran dan karakteristik operasi dari KJA dan masuk
tidaknya KJA dalam jaringan kantor (ISQC 1, par 4)

Unsur-unsur SPM terdiri atas (ISQC 1, par 16):

1. Tanggung jawab kepemimpinan

Kebijakan dan prosedur mendukung budaya internal yang menekankan bahwa mutu
merupakan hal mendasar dalam melakukan perikatan serta personel yang ditugaskan memiliki
kemampuan dan pengalaman yang sesuai dan memadai, serta otoritas yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawab tsb (ISQC 1, par 18-19).

11
Tanggung jawab akhir di Pimpinan KJA (ISQC 1, par 18). Dukungan budaya internal yang
berorientasi pada mutu bergantung pada tindakan dan pesan yang jelas, konsisten, dan berulang
dari setiap tindakan manajemen KJA (ISQC 1, par A4). Dukungan atas budaya internal
meliputi (ISQC 1, par A5) kebijakan dan prosedur dalam evaluasi kinerja, kompensasi, dan
promosi yang menunjukkan komiten yang tinggi pada mutu, tanggung jawab manajemen yang
tepat supaya setiap pertimbangan komersil tidak mengesampingkan mutu pekerjaan, serta
sumber daya yang memadai untuk pengembangan, dokumentasi, dan dukungan atas kebijakan
dan prosedur pengendalian mutu. Prinsip prinsip dasar secara khusus diperkuat oleh
kepemimpinan dalam KJA, pendidikan dan pelatihan, serta pengawasan (ISQC1, Par A7).

2. Ketentuan etika

Kebijakan dan prosedur yang memberi keyakinan memadai bahwa KJA dan personelnya
mematuhi ketentuan Kode Etik (ISQC 1, par 20). Ada pun prinsip dasar etika meliputi (ISQC
1, par A5 ) integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan, serta
perilaku professional. Prinsip dasar etika diperkuat oleh kepemimpinan dalam KJA, pendidikan
dan pelatihan, pengawasan, dan proses dalam menghadapi ketidakpatuhan (ISQC, par A9).

3. Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan

Kebijakan dan prosedur yang memberi keyakinan memadai bahwa KJA hanya menerima
atau melanjutkan hubungan dan perikatan dimana KJA (ISQC 1, par 26) memiliki kompetensi
dan kapabilitas untuk melakukan perikatan, termasuk waktu dan sumber daya, mematuhi
ketentuan Kode Etik; dan mempertimbangkan integritas klien dan tidak ada informasi yang
akan menyimpulkan bahwa klien kurang berintegritas.

Dalam kompetensi, kapabilitas, dan sumber daya (ISQC 1, par A18) terdapat personel
memiliki pengetahuan terhadap industri dan pokok permasalahan, personel memiliki
pengalaman dengan ketentuan berlaku, atau kemampuan untuk memperoleh keahlian dan
pengetahuan yang diperlukan, KJA memiliki personel yang memadai dengan kompetensi dan
kapabilitas yang diperlukan, tersedianya tenaga ahli jika diperlukan, tersedianya individu yang
kompeten dalam menelaah pengendalian mutu perikatan, serta KJA mampu menyelesaikan
perikatan tepat waktu.

12
Dalam integritas klien (ISQC 1, par A19) terdapat reputasi pribadi dan bisnis dari pemilik
utama, manajemen kunci, dan penanggung jawab tata kelola, sifat operasi, informasi berkaitan
dengan perilaku pemilik utama, manajemen kunci, dan penanggung jawab tata kelola atas
permasalahan tertentu, agresivitas terhadap imbalan professional, indikasi pembatasan lingkup
pekerjaan, indikasi keterlibatan dalam pencucian uang atau aktivitas kriminal
lain, alasan penunjukan dan penggantian KJA, serta identitas dan reputasi bisnis dari pihak-
pihak berelasi

4. Sumber daya manusia

Kebijakan dan prosedur yang memberi keyakinan memadai bahwa KJA mempunyai SDM
yang cukup dan memiliki kompetensi, kapabilitas, dan komitmen pada prinsip dasar etika
untuk (ISQC 1, par 29) melakukan perikatan sesuai dengan standar profesional dan
peraturan perundang-undangan dan memungkinkan KJA atau rekan perikatan untuk
mengeluarkan laporan yang sesuai dengan keadaan. Hal-hal yang dipertimbangkan (ISQC 1,
par A32) rekrutmen, evaluasi kinerja, kemampuan, kompetensi, pengembangan karier,
promosi, kompensasi, dan kebutuhan personel.

5. Pelaksanaan perikatan

Kebijakan dan prosedur yang memberi keyakinan memadai bahwa perikatan dilakukan
sesuai dengan standar profesional dan peraturan perundang-undangan, serta KJA atau rekan
perikatan membuat laporan yang sesuai dengan keadaan (ISQC 1, par 32) yaitu cara untuk
mempromosikan konsistensi mutu kinerja perikatan, tanggung jawab pengawasan, serta
tanggung jawab penelaahan. Terdapat konsistensi mutu pekerjaan perikatan (ISQC 1, par A32)
yaitu cara mengarahkan tim perikatan memahami tujuan perikatan, proses kepatuhan pada
standar perikatan, proses pengawasan perikatan, pelatihan dan bimbingan personel, metode
penelaahan pelaksanaan pekerjaan, pertimbangan yang dibuat, dan bentuk laporan,
dokumentasi pelaksanaan pekerjaan serta luas dan waktu penelaahan, serta proses
pemutakhiran kebijakan dan proses. Terdapat pengawasan (SQC 1, par A34) yaitu pemantauan
kemajuan pekerjaan perikatan, pertimbangan kompetensi dan kapabilitas dari personel
perikatan, tanggapan atas permasalahan signifikan yang timbul selama pelaksanaan perikatan,
serta identifikasi permasalahan yang perlu konsultasi dan pertimbangan dari anggota tim yang
lebih berpengalaman. Serta terdapat juga penelaahan (ISQC 1, par A35) yang di dalamnya

13
terdapat kesesuaian dengan standar profesional dan peraturan perundang-undangan,
identifikasi permasalahan signifikan untuk pertimbangan selanjutnya, konsultasi yang tepat
telah dilakukan dan kesimpulannya telah didokumentasikan dan diterapkan, kebutuhan
perubahan sifat, waktu, dan luas pekerjaan, mendukung kesimpulan dan telah
didokumentasikan, bukti yang cukup dan tepat, serta tujuan perikatan telah tercapai

6. Pemantauan

Proses pemantauan untuk menjamin secara rasional bahwa kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu adalah relevan, memadai, dan efektif dilaksanakan (ISQC 1, par 48).
Tujuannya untuk memberikan evaluasi atas ketaatan pada standar profesional dan peraturan
perundang-undangan, adanya SPM yang dirancang dan diterapkan secara efektif, dan adanya
kebijakan dan prosedur KJA telah diterapkan secara tepat sehingga laporan KJA atau rekan
perikatan sesuai dengan keadaan (ISQC 1, par 64).

4. Contoh Laporan Keuangan yang Penuh (Laporan Keuangan PT Ekadharma


Internasional Tbk)

Profil Perusahaan

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981 dengan nama PT. Ekadharma Widya Grafika,
kemudian mengalami beberapa perubahan nama yang pada akhirnya menjadi PT. Ekadharma
International Tbk. Perusahaan ini telah menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sejak tahun 1990.Sejak tahun 1983, Perusahaan
telah mulai mengembangkan bisnis di dunia industri pita perekat untuk memenuhi permintaan
pasar Indonesia.

Seiring dengan pertumbuhan dan permintaan pasar Indonesia yang cepat sejak tahun 1991,
perusahaan telah mulai membuka cabang dan fasilitas pendukung lainnya yang hingga kini
memiliki 30 cabang di seluruh Indonesia.

Pada bulan Juli 2007, Visko Industries Sdn. Bhd., sebagai anak perusahaan mendirikan
pabrik manufaktur di Port Klang Free Zone (PKFZ), negara bagian Selangor, Malaysia, yang
berdekatan dengan Westport. Hal ini sebagai langkah strategis di sepanjang Selat Malaka yang
mampu menyediakan akses cepat dan mudah ke pasar Asia Tenggara dan sekitarnya.
14
Berkat keuletan dan kerja keras yang baik, saat ini PT Ekadharma International Tbk. telah
menjadi salah satu produsen sekaligus pemimpin pasar tape terdepan di pasar Indonesia. Bukan
hanya itu, Ekadharma juga selalu menekankan pentingnya produk yang berkualitas dan
memberikan nilai tambah kepada pelanggannya. Dan juga berbekal pengalaman yang panjang,
pengembangan merek, dan adanya jaringan distribusi yang kuat dan luas, serta loyalitas
pelanggannya, kini Daimaru yang merupakan brand unggulan Ekadharma telah terbukti akan
kualitas sekaligus popularitasnya di Indonesia dengan masuknya brand tersebut ke dalam
daftar TOP BRAND maupun SUPERBRANDS.

Pencapaian Ekadharma tidak hanya itu. Ekadharma membuktikan dirinya sebagai salah
satu perusahaan terbaik dengan masuknya Ekadharma ke dalam daftar TOP 50 COMPANIES
BEST OF THE BEST di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut versi majalah Forbes
Indonesia (2012-2016).

Untuk contoh laporan keuangan dari PT Ekadharma Internasional Tbk. Yang sudah di audit
pada tahun 2016 akan di lampirkan dalam bentuk pdf.

15

Anda mungkin juga menyukai